Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Efektifitas dan Pengaruh Bantuan Presiden (BanPres) Produktif Terhadap


Pelaku UMKM di Desa Pulau Sejuk Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Zultoni Lubis, M.Pd

Disusun Oleh

RIJA AINI

0501181038

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian ini
pada mata kuliah metodologi penelitian.

Tugas proposal ini saya susun dengan semaksimal mungkin dengan berbagai
sumber buku serta melakukan observasi lapangan guna memperlancar proses penyusunan
tugas proposal ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima kritik dan
saran agar saya dapat menjadi lebih baik kedepannya.

Medan, 8 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................... ..................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................... ..................................... 1

B. IdentifikasiMasalah ....................................................................................... 4

C. Batasa Masalah............................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

E. Tujuan ............................................................................................................ 5

F. Manfaat ........................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7

A. Landasan Teori............................................................................................... 7

B. Kerangka Teoritis ........................................................................................... 21

C. Hipotesis......................................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 22

A.Lokasi dan Tempat Penelitian ........................................................................ 22

B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 22

C. Jenis Penelitian ............................................................................................... 22

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 22

E. Metode Analisis Data ..................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semenjak presiden Indonesia, Joko Widodo mengungumkan kepada publik


bahwasanya Covid-19 telah masuk ke Indonesia pada awal Maret tahun 2020 lalu,
pemerintah mebgeluarkan kebijakan membatasi pergerakan rakyat Indonesia dengan tidak
melakukan perjalanan ke luar negeri begitu pula sebaliknya, warga negara asing dilarang
masuk ke Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna pencegahan meluasnya penyebaran
Covid-19. Dengan itu juga, pemerintah Indonesia melakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar ( PSBB) yang merujuk pada UU No. 6 tahun 2018.

PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. 1 Yang tujuannya adalah untuk
mencegah meluasnya penyebaran penyakit tersebut.

Dengan adanya kebijakan PSBB tersebut, membuat pergerakan masyarakat semakin


dibatasi. Semua perkantoran ditutup dan karyawan melakukan pekerjaan dari rumah
( work from home), semua sekolah pada berbagai jenjang pendidikan melakukan
pembelajaran jarak jauh dan dalam jaringan (daring). Banyaknya perusahaan yang
dilarang beroperasi kecuali pada sebelas sektor meliputi kesehatan, pangan, energi,
komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri
strategis, pelayanan dasar objek vital dan kebutuhan sehari-hari.2

Tidak dipungkiri bahwa dengan adanya pembatasan kegiatan tersebut mengurangi


mobilitas masyarakat dan sangat berdampak pada perekonomian. Dan yang cukup merasa
tertekan adalah mereka yang memiliki usaha kecil-kecilan atau biasa disebut dengan
UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah). Dari sudut pandang pelaku usaha, UMKM bisa

1
UU No. 6 Tahun 2018 Pasal 1 angka 11

2
Athika Rahma, https://m.liputan6.com/bisnis/read/4355449/psbb-jakarta-berlaku-hari-ini-simak-11-sektor-
usaha-yang-masih-boleh-
beroperasi#:~:text=Sebelas%20sektor%20yang%20masih%20diizinkan,vital%20dan%20kebutuhan%20sehari-hari.
diakses pada 22 Januari 2010 pukul 19.30

1
dideskripsikan sebagai bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga, atau badan usaha
ukuran kecil.

Usaha mikro kecil merupakan kegiatan usaha yang paling banyak dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Usaha-usaha ini umumnya memiliki karakteristik yang hampir
sama di setiap wilayah di antaranya memiliki tingkat penghasilan yang rendah, tidak
terkelola dengan baik, bahkan dalam beberapa kasus, kelompok usaha mikro dan kecil
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti gizi, pendidikan, kesehatan, perumahan
dan lain-lain. Usaha-usaha mikro kecil umumnya juga merupakan bagian dari kegiatan
keluarga, tidak berbadan hukum, mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan
sumber daya lokal dan tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperan
penting dalam perekonomian nasional sehingga sering disebut dengan sektor informal,
underground economy atau exstra legal sektor.3

Kriteria UMKM menurut Undang-Undang

Kriteria Usaha Aset Omset

Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta

Usaha Kecil > 50 juta - 500 juta > 300 - 2,5 miliar

Usaha Menengah > 500 juta - 10 miliar > 2,5 miliar - 50 miliar4

Berdasarkan data dari departemen koperasi dan UKM pada tahun 2018 telah
terdaftar usaha mikro sebanyak 63.350.222 unit usaha. Sedangkan usaha kecil berjumlah
783.132 unit dan usaha menengah sebanyak 60.702 unit usaha. Sehingga dapat ditotal
UMKM pada tahun 2018 terdiri dari 64.194.057 unit usaha dan mengalami pertambahan
sebanyak 2,02% dari tahun sebelumnya.5

UMKM mempunyai peran dan strategi dalam membangun ekonomi bangsa. Selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga

3
Isnaini Harahap, Ekonomi Pembangunan Pendekatan Transdisipliner, (Medan: Perdana Publishing, 2018), hal
292
4
Wulan Ayodya, UMKM 4.0 Strategi UMKM Memasuki Era Digital, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2020), hal 28
5
http://www.depkop.go.id/data-umkm

2
berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. Jumlah pelaku UMKM di
Indonesia termasuk besar dibanding negara lainnya sejak tahun 2014. Jumlah UMKM
terus mengalami perkembangan dari tahun 2015 hingga 2017, yang salah satu pemicunya
adalah tingginya usia produkstif dibanding jumlah lapangan kerja yang tersedia. UMKM
juga telah terbukti mampu bertahan terhadap krisis. Ketika krisis ekonomi terjadi tahun
1997-1998, UMKM mampu membuktikan tetap berdiri kokoh. Dari data Badan Pusat
Statistik menunjukkan pasca krisis ekonomi 1997-1998 itu, jumlah UMKM justru
meningkat bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun
2012. Ditinjau dari pertumbuhannya, tahun 2016 pertumbuhan UMKM meningkat 4,17%
dari 34,64% menjadi 38,81% sementara usaha besar justru mengalami penurunan 0,26%
dari 9,94% menjadi 9,68%. Ini menunjukkan bahwa UMKM mampu bertahan pasca krisis
1998.6

Dari penelitian sebelumnya oleh Sudati Nur Safiah, dkk yang berjudul "UMKM
SEBAGAI PILAR MEMBANGUN EKONOMI BANGSA" menjelaskan bahwa saat
Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997, UMKM yang tidak mendapatkan perhatian kala
itu menunjukkan eksistensinya dan mampu bertahan dari krisis ekonomi yang mampu
menggerakkan roda perekonomian dengan kekuatannya.

Dari uraian di atas menjelaskan bahwa UMKM berperan penting terhadap


perekonomian nasional. Sehingga pada masa krisis yang dialami saat Pandemi seperti
sekarang ini pemerintah berupaya melakukan pertahanan dan pemulihan ekonomi
nasional dengan memberikan stimulus berupa Bantuan Presiden (BanPres) produktif
kepada pelaku UMKM senilai Rp 2,4 juta. Dengan kucuran dana tersebut pemerintah
mengharapkan para pelaku UMKM dapat bertahan dan perekonomian nasional
diharapkan membaik.

Pemerintah telah menganggarkan dana senilai Rp 28 triliun dan ditargetkan sekitar


12 juta pelaku usaha mendapatkan bantuan dana tersebut. Kementerian Koperasi dan
UKM mencatat pencairan bantuan presiden (banpres) produktif usaha mikro Rp2,4 juta

6
Sudati Nur, Hanung Eka, Dian Marlina, UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Bangsa, Jurnal REP
(Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 2 2019 hal 145

3
hingga saat ini telah menjangkau 5,6 juta pelaku usaha mikro terdampak COVID-19
dengan total bantuan senilai Rp13,4 triliun. 7

Berdasarkan data yang saya terima, pemerintah Desa Pulau Sejuk telah
mendaftarkan pelaku UMKM sebanyak 166 unit usaha. Dan yang telah terverifikasi
sebanyak 95 unit usaha pada tahap pertama. Serta dari observasi yang saya lakukan pada
beberapa pelaku UMKM mereka mengatakan bahwa dalam keadaan Pandemi Covid-19
ini mereka mengeluhkan berkurangnya omset atau pendapatan sehingga terjadinya
kekurangan modal atau uang modal dipergunakan untuk membelanjakan kebutuhan
sehari-hari dan yang lebih parahnya lagi usaha mereka terancam tutup.

Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka saya memutuskan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap UMKM yang telah mendapatkan
BanPres produktif di masa pandemi ini dengan judul "Analisis Efektifitas dan Pengaruh
Bantuan Presiden (BanPres) Terhadap Pelaku UMKM di Desa Pulau Sejuk Dalam
Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional".

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Pembatasan kegiatan masyarakat dan semua aktifitas dilakukan dari rumah baik
belajar maupun bekerja.
2. Penurunan aktifitas dan mobilitas masyarakat.
3. UMKM mengalami kesulitan ditengah pandemi.
4. UMKM mengalami penurunan omset/pendapatan yang berakibat pada kekurangan
modal bahkan usahanya terancam tutup.
5. Pemerintah mengeluarkan kebijakan stimulus ekonomi berupa bantuan presiden
(BanPres) produkti bagi pelaku UMKM untuk pemulihan ekonomi nasional.

C. Batasan Masalah

7
http://www.depkop.go.id/read/kemenkop-ukm-banpres-produktif-jangkau-5-6-juta-pelaku-usaha-mikro diakses
pada 23 Januari 2020 pukul 20.08

4
Penulis membatasi masalah penelitian pada hal-hal berikut :

1. Kondisi UMKM yang mengalami penurunan omset/pendapatan dan terancam


menutup usaha mereka.
2. Kontribusi UMKM guna Pemulihan ekonomi nasional pacsa Pandemi Covid-19.
3. BanPres produktif yang diberikan pemerintah kepada pelaku UMKM.

D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah

1. Apakah efektif bantuan presiden (BanPres) produktif yang diberikan oleh


pemerintah kepada pelaku UMKM agar dapat bertahan ditengah pandemi ?
2. Apakah berpengaruh bantuan presiden (BanPres) produktif yang diberikan
pemerintah kepada pelaku UMKM terhadap pemulihan ekonomi nasional ?

E. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui :

1. Efektifitas bantuan presiden (BanPres) produktif terhadap pelaku UMKM agar


dapat bertahan ditengah pandemi Covid-19.
2. Pengaruh bantuan presiden (BanPres) produktif yang diberikan pemerintah kepada
pelaku UMKM terhadap pemulihan ekonomi nasional.

F. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui seberapa efektif bantuan yang diberikan
pemerintah tersebut kepada pelaku UMKM agar pemerintah dapat mengambil keputusan
dan langkah yang tepat guna Pemulihan ekonomi nasional. Sebagai bahan evaluasi untuk
kebijakan selanjutnya yang perlu dilakukan terhadap UMKM.

5
2. Bagi Akademisi

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang keadaan UMKM ditengah
Pandemi serta kebijakan yang pemerintah lakukan dengan memberikan banpres produktif
bagi pelaku UMKM. Dan penelitian ini juga bermanfaat untuk referensi serta
perbandingan dalam pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

Sesuai dengan undang-undang no 20 tahun 2008 :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.8

Usaha-usaha mikro kecil umumnya juga merupakan bagian dari kegiatan keluarga,
tidak berbadan hukum, mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumberdaya
lokal dan tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperan penting dalam
perekonomian nasional sehingga sering disebut dengan sektor informal, underground
economy atau exstra legal sector.9

Pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan
pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian
rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga kerja
keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal,
8
UU No 20 Tahun 2008
9
Ibid hal 292

7
sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan
kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah. Mereka tidak pernah menuntut macam-
macam dari pemerintah, kecuali untuk masalah legalitas, jaminan keamanan, pengayoman,
serta birokrasi yang sederhana dengan biaya yang murah ( De Soto, 1991).10

Underground economy is an activity of producing and selling legal goods and


services. Nevertheless, it has not been registered in tax records, does not uphold labor
regulations, and is not included in the social security system (Chotim 2010) 11 yaitu
kegiatan memproduksi dan menjual barang dan jasa secara legal, namun belum terdaftar
dalam pajak tidak menegakkan peraturan ketenagakerjaan dan tidak termasuk dalam
sistem jaminan sosial.

Selain disebut sebagai usaha informal dan ekstra legal, usaha mikro kecil juga juga
di kenal dengan ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan dapat dikatakan suatu sistim
yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Karena ekonomi kerakyatan sendiri
merupakan kegiatan perekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan yang
secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi yang mampu diusahakan dan kuasainya,
mereka mengharapkan bisa terpenuhi kebutuhan dasar keluarga dan tidak mengganggu
kepentingan masyakarat sekelilingnya.12

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa UMKM (usaha mikro kecil
menengah) adalah usaha yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri dengan teknologi
yang sederhana, memanfaatkan sumber daya lokal, dan tidak berbadan hukum.

10
Patrick C.Wauran, Strategi Pemberdayaan Sektor Informal Perkotaan di Kota Manado, Jurnal Pembangunan
Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD) Volume 7 No.3 Edisi Oktober 2012.
11
Ermita Yusida, dkk, Determining the Challenges and Opportunities of Covid-19 to the Underground Economy,
Review of Integrative Business and Economics Research, Vol. 10, Supplementary Issue 1, 2021
12
Fifi Hasmawati, Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Lokal, Jurnal Pengembangan Masyarakat Volume V,
No. 5, Tahun 2018

8
2. Potensi UMKM

UMKM adalah unit usaha sederhana yang bisa dilakukan oleh semua orang sehingga
kesempatan dan peluang kerja terbuka lebih lebar bagi masyarakat. Ada beberapa faktor
yang menjadikan UMKM sangat potensial untuk dikembangkan diantaranya :

a. UMKM jumlahnya sangat besar


Berdasarkan data dari departemen koperasi dan UKM pada tahun 2018 telah tercatat
sebanyak 64.194.057 unit usaha UMKM atau 99,99% dari total usaha yang ada di
Indonesia. Terhitung sejak tahun 2012 hingga 2017, UMKM terus mengalami
peningkatan sebanyak 7.716.172 unit usaha atau 13.98 %. Dan bila dibandingkan data
UMKM pada tahun 2017 dengan tahun 2018 juga mengalami peningkatan sebesar 2,02 %.
Hal ini menunjukkan bahwa UMKM terus mengalami pertumbuhan.

b. Potensial menyerap tenaga kerja

Masalah angkatan kerja dapat dicapai apabila angkatan kerja yang tersedia terserap
oleh kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan keadaan yang menggambarkan
ketersediaan lapangan pekerjaan di masyarakat. Jumlah penduduk yang besar ditambah
dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk yang seharusnya menjadi pendorong
peningkatan kegiatan ekonomi justru menjadi beban bagi pembangunan ekonomi. Akan
tetapi tingkat pertumbuhan penduduk tinggi itu tidak diiringi oleh pertumbuhan
kesempatan kerja. Perekonomian dalam negeri Indonesia memiliki potensi besar dalam
wujud usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan besar. Pengembangan UMKM
dan besar dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru sekaligus mendorong
perekonomian daerah.13

Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi
seperti penduduk bekerja atau yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran. Berdasarkan data dari Badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2020 jumlah
angkatan kerja di Indonesia sebanyak 138,22 juta orang dengan total penduduk yang
bekerja sebanyak 128,45 juta orang dan dengan pengangguran sebanyak 9,77 juta orang.

13
Siti Marti'ah, Penduduk, Agkatan Kerja, Penyeraoan Tenaga Keeja Pada Sektou Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Jawa Barat, Jurnal Usaha, Vol 1, No. 2 (2020), Desember 2020

9
Sumber : katadata

Berdasarkan data diatas jumlah serapan tenaga kerja oleh UMKM terus
mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2015 namun mengalami penurunan di
tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2015 serapan tenaga kerja oleh UMKM mencapai
lebih dari 120 juta orang.

Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2018 jumlah tenaga kerja mencapai
120.598.138 tenaga kerja. UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 116.978.631
atau 97% dari total tenaga kerja. Selebihnya usaha besar hanya mampu menyerap 3%
tenaga kerja atau 3.619.507 tenaga kerja.14

c. Tahan terhadap krisis

Jika kita menilik sejarah perkembangan ekonomi Negara Indonesia, kita bisa melihat
betapa sering jatuh bangun mewarnai perekenomian Indonesia. Berharap untuk bangkit
dari keterpurukan dan menyetabilkan perekonomian, Negara melakukan pinjaman modal
kepada pihak asing. Ternyata langkah tersebut justru menjadikan bangsa tidak mandiri
dan ketergantungan terhadap bantuan-bantuan pihak asing. Hendaknya bantuan modal
asing yang diperoleh bangsa Indonesia disalurkan secara tepat untuk kemandirian bangsa.
Kemandirian suatu bangsa salah satunya ditandai dengan banyaknya wirausahawan

14
http://www.depkop.go.id/data-umkm

10
dengan skala kecil menengah (UMKM) maupun yang berskala besar yang mampu
memberikan sumbangsih dalam pergerakan ekonomi Negara. Kenyataan membuktikan
bahwa selama krisis perekonomian, UMKM mampu bertahan menghadapi goncangan
perekonomian.15

Tahun 1997 diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan krisis
moneter yang berdampak pada perekonomian Indonesia yakni resesi ekonomi. Hal ini
merupakan pelajaran yang sangat penting untuk kembali mencermati suatu pembangunan
ekonomi yang benar-benar memiliki struktur yang kuat dan dapat bertahan dalam situasi
apapun (Anggraini dan Nasution, 2013:105). Ketika krisis ekonomi menerpa dunia
otomatis memperburuk kondisi ekonomi di Indonesia. Kondisi krisis terjadi priode tahun
1997 hingga 1998,hanya sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang
mampu tetap berdiri kokoh. Data Badan Pusat Stastistik merilis keadaan tersebut pasca
krisi ekonomi jumlah UMKM tidak berkurang justru meningkat.16

Dari krisis ekonomi yang dialami saat itu, UMKM mampu bertahan dikarenakan
tidak bergantung pada dollar AS yang cenderung fluktuatif terhadap nilai tukar rupiah.
Dan UMKM memanfaatkan sumberdaya lokal yang tidak terkait dengan mata uang dollar
AS. Sementara itu usaha besar menggunakan sumberdaya luar yang yang tak lepas dari
dollar AS.

Menurut Naisbit, 1994 (dalam Singgih), perkembangan ekonomi dunia akan


didominasi oleh usaha kecil dan menengah, dengan kata lain negara yang memiliki
jaringan yang kuat pada usaha kecilnya akan berhasil dalam persaingan dipasar global.

d. Sumbangan terhadap PDB

UMKM juga sangat berperan besar terhadap PDB. PDB tahun 2018 terhadap harga
yang berlaku, UMKM menyumbang 61,07% dari total PDB dan sisanya sebesar 38,93%
berasal dari usaha besar. Dari 61,07% tersebut usaha mikro menyumbang 37,77%, usaha
kecil 9,60% dan usaha menengah 13,70%. Sementara itu PDB terhadap harga konstan di

15
Nik Amah, Bank Syariah Dan UMKM Dalam Menggerakkan Roda Perekonomian Indonesia: Suatu Kajian
Literatur, ASSETS: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 2, Nomor 1, April 2013
16
Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Indonesia, Jurnal Ilmiah
Cano Ekonomos Vol. 6 No. 1 Januari 2017

11
tahun yang sama UMKM menyumbang sebesar 57,24% dan selebihnya 42,76% berasal
dari usaha besar.

Dari tahun 2010 hingga tahun-tahun berikutnya sumbangan UMKM terhadap


pendapatan nasional terus meningkat. Hal ini menunjukkan UMKM sangat berkontribusi
terhadap perekonomian nasional.

UMKM memiliki peran yang sangat penting dan berpotensi memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam struktur perekonomian nasional. Jika UMKM berkembang
dengan baik maka akan menyerap tenaga kerja yang besar sehingga akan mengurangi
pengangguran. Pada saat bersamaan dengan berkurangnya pengangguran maka
kemiskinan akan berkurang, hal ini dikarenakan tenaga kerja yang terserap oleh UMKM
akan memperoleh pendapatan. Adanya peningkatan pendapatan pada gilirannya akan
mendorong konsumsi nasional sehingga memacu produksi lebih tinggi dan menjadikan
pendapatan nasional menjadi meningkat sehingga proses pembangunan dapat terus
berjalan dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Tetapi jika UMKM tidak
berkembang dan tenaga kerja tidak terserap dari sektor ini, maka jumlah pengangguran
akan meningkat dan konsumsi akan menurun. Hal ini tidak menstimulus produksi
nasional dan berdampak pada penurunan pendapatan nasional dan akhirnya berakibat
pada terjadinya krisis ekonomi.17

17
Ibid hal 302-303

12
3. Permasalahan UMKM

Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan
akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan.
Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat.
Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada
kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat.
Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM
harus pula menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti
masalah upah buruh, ketenaga kerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.
Permasalahan lain yang dihadapi UMKM, yaitu adanya liberalisasi perdagangan, seperti
pemberlakuan ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) yang secara efektif telah
berlaku tahun 2010. Disisi lain, Pemerintah telah menyepakati perjanjian kerja sama
ACFTA ataupun perjanjian lainnya, namun tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu
kesiapan UMKM agar mampu bersaing. Sebagai contoh kesiapan kualitas produk, harga
yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor sehingga
positioning persaingan lebih jelas. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM
Indonesia pada saat diberlakukannya ASEAN Community yang direncanakan tahun 2015.
Apabila kondisi ini dibiarkan, UMKM yang disebut mampu bertahan hidup dan tahan
banting pada akhirnya akan bangkrut juga. Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat
UMKM sebagai fundamental ekonomi nasional, perlu kiranya diciptakan iklim investasi
domestik yang kondusif dalam upaya penguatan pasar dalam negeri agar UMKM dapat
menjadi penyangga (buffer) perekonomian nasional.

Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah
kurangnya akses informasi, khususnya informasi pasar (Ishak, 2005). Hal tersebut
menjadi kendala dalam hal memasarkan produk-produknya, karena dengan terbatasnya
akses informasi pasar yang mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan lemahnya daya
saing di tingkat global. Miskinnya informasi mengenai pasar tersebut, menjadikan
UMKM tidak dapat mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus,
sehingga perkembangannya mengalami stagnasi. Kemampuan UMKM dalam
menghadapi terpaan arus persaingan global memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar
tetap mampu bertahan demi kestabilan perekonomian Indonesia. Selain itu faktor sumber
daya manusia di dalamnya juga memiliki andil tersendiri. Strategi pengembangan UMKM
untuk tetap bertahan dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan

13
sumber daya manusianya agar memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi pasar
ACFTA, diantaranya melalui penyaluran perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi
pemasaran, pelatihan lembaga keuangan mikro melalui capacity building, dan
pengembangan information technology (IT).18

Masalah permodalan masih menjadi kendala utama bagi pelaku usaha mikro kecil
dan menengah. Modal Menjadi kendala bagi umkm, jaminan untuk mendapatkan kredit
modal merupakan salah satu hambatan bagi perkembangan usaha mikro dan kecil di
indonesia. Untuk pengusaha menengah, mungkin masalah mendapatkan kredit modal
tidak ada lagi, karena aset mereka yang sudah diagunkan kepada pemberi kredit. Banyak
dari pengusaha mikro dan kecil yang sebenarnya yakin bisa memperluas pasar namun
terhambat keterbatasan modal.

Persoalan modal masih menjadi suatu kendala bagi pelaku usaha mikro kecil dan
menengah atau umkm untuk berkembang. Mereka tidak dapat memenuhi jumlah pesanan
atau permintaan konsumen karena kekurangan biaya untuk produksi. Suatu usaha tidak
akan tercapai keberhasilan yang optimal apabila tidak didukung oleh struktur permodalan
yang kuat. Untuk mengatasi masalah permodalan pelaku usaha sebenarnya dapat
memperoleh akses kredit ke perbankan. Namun tak mudah dilakukan karena pelaku
umkm kadang kesulitan membuat catatan keuangan atau pembukuan yang baik. Saat ini
87 koma 80 2% total kredit yang ada di perbankan syariah aceh masih berkonsentrasi
untuk kredit konsumsi. Ke depan perbankan syariah aceh diharapkan dapat meningkatkan
penyaluran kredit modal kerja keplak usah kecil melalui skema kur atau kredit
umkm.(finance.detik.com, 2017).19

Selain permasalahan diatas, secara umum UMKM sendiri menghadapi dua


permasalahan utama, yaitu masalah finansial dan nonfinansial (organisasi manajemen).
Menurut Urata (Dalam pramiyanti: 2008) masalah finasial diantaranya adalah

 Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismatch) antara dana yang tersedia yang dapat
diakses oleh UMKM
 Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM

18
Kristina Sedyastuti, Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya Saing Dalam Kancah Pasar
Global, INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Desember 2018
19
Tedy Ardiansyah, Model Financial Dan Teknologi (Fintech) Membantu Permasalahan Modal Wirausaha
UMKM Di Indonesia, Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019

14
 Biaya transaksi yang tinggi, yantg disebabkan oleh oleh prosedur kredit yang
cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit ytang
dikucurkan kecil.
 Kurangnya akses kesumber dana yang formal, baik yang disebabkan oleh
ketiadaan bank dipelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.
 Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.
 Banyaknya UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya
manajemen keuangan yang transparan maupun kuranya kemampuan manajerial
dan finansial.

Sedangkan termasuk dalam masalah organisasi manajemen (non finansial)


diantaranya adalah :

 Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksidan quality control yang


disebabkan minimnya kesempatanutuk mengikuti perkembangan teknologi serta
kurangnya pendidikan dan pelatihan.
 Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya
informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena
keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/ jasa yangs sesuai
dengan keinginan pasar.
 Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber daya untuk
mengembangkan SDM
 Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.20

4. Potret UMKM Saat Pandemi

a. Terjadinya penurunan omset penjualan

Pada situasi ini terdapat sekitar 37.000 UMKM melapor pada hotline call center
Kemenkop UMKM yang terdampak adanya pandemi ini, 56% dari pelaku usaha UMKM
mengeluhkan penurunan penjualan yang signifikan, penjualan UMKM yang menurun
diikuti dengan adanya pemberlakuan PSBB selama beberapa bulan terakhir (Pakpahan,

20
Idris Yanto Niode, Sektor UMKM di Indonesia: Profil , Masalah, Dan Strategi Pemberdayaan, Jurnal Kajian
Ekonomi dan Bisnis OIKOS-NOMOS. Volume 2, Nomor 1/ Januari 2009.

15
2020, p. 92). Masyarakat diharuskan bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku konsumsi masyarakat. Aktivitas UMKM
yang setiap harinya bersinggungan langsung dengan konsumen untuk menawarkan
produknya menjadi berkurang dikarenakan masyarakat diharuskan tetap berada di rumah
untuk mematuhi protokol kesehatan. Pergeseran pola konsumsi masyarakat menyebabkan
turunnya penjualan, saat ini masyarakat lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan
pada makanan dan yang berkaitan dengan alat kesehatan daripada membeli kebutuhan
lainnya yang dinilai kurang penting dan bukan merupakan kebutuhan utama untuk
menghadapi kondisi saat ini.

b. Sulitnya strategi pemasaran

Selama pandemi Covid-19 kegiatan pemasaran tidak dapat berjalan dengan baik
karena pangsa pasar yang sepi dan berkurang akibat aturan PSBB di berbagai wilayah di
Indonesia, sehingga para pelaku usaha UMKM harus menutup tokonya bahkan sampai
merumahkan sebagian karyawannya (Tim Yanmas DPKM UGM, 2020). Pandemi Covid-
19 mengakibatkankan adanya pergesaran dan perubahan pola pembelian konsumen,
meskipun beberapa pelaku usaha UMKM juga menyediakan secara online namun tidak
menutup kemungkinan bahwa masih banyak konsumen yang lebih senang berbelanja
secara offline (Hardilawati, 2020, p. 91). Sehingga karena adanya pembatasan sosial
maka masyarakat cenderung mengurangi aktivitas diluaran rumah, pelaku UMKM yang
memperdagangkan produknya secara offline harus ikut merasakan dampak akibat
pemasarannya berkurang.

c. Sulitnya pendanaan atau permodalan

Selama pandemi Covid-19 UMKM mengalami kendala berupa permodalan, hal


tersebut dikarenakan kredit usaha yang diambil pelaku UMKM mengalami kemacetan
sehingga dibutuhkan suntikan dan bantuan terkait permodalan (Tim Yanmas DPKM
UGM, 2020). UMKM mengalami penurunan kinerja dari sisi permintaan sehingga
dampak yang terjadi adalah pemutusan hubungan kerja dan juga kemacetan pembayaran
kredit semenjak terjadinya wabah Covid 19 (Pakpahan, 2020, p. 20). Terganggunya
kegiatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi pelaku usaha UMKM
yang mempunyai pendanaan atau permodalan yang kecil atau terbatas. Bantuan modal
diperlukan agar pelaku usaha mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya selama
pandemi Covid-19 berlangsung.

16
d. Penghentian kegiatan produksi dan distribusi

Selama beberapa bulan terjadi pandemi Covid-19, 70% UMKM menyatakan telah
menghentikan proses produksinya dan 90% pelaku usaha UMKM mengatakan bahwa
cashflow mereka terdampak (Hamdani, 2020). Hal tersebut sesuai dengan survei yang
telah dilakukan oleh Organisasi Buruh International (ILO) Indonesia bersama dengan
konstituen dan mitra pelaksana terhadap 571 perusahaan yang terdampak Covid-19 pada
April 2020 lalu. Penghentian proses produksi tersebut dapat bersifat sementara atau
bersifat permanen. Pelaku usaha UMKM menghentikan proses produksinya dikarenakan
permintaan pasar mengalami penurunan drastis semenjak Covid-19 mulai memasuki
daerah teritori indonesia, sementara itu sebanyak 26.7% UMKM yang bertahan meski
harus menghentikan proses produksinya untuk sementara waktu ini (Hamdani, 2020).
Bahkan UMKM akan membatasi produksinya dengan jumlah yang lebih kecil daripada
sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Terlebih lagi adanya Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) waktu lalu membuat proses pengiriman menjadi terhambat.

e. Kesulitan memperoleh bahan baku

Sejak pandemi Covid-19 berlangsung bahan baku yang dibutuhkanoleh pelaku usaha
UMKM mengalami kesulitan dalam memperolehnya. Hal tersebut disebabkan
melambatnya impor salah satunya pada bahan pangan bukan karena Rekomendasi Impor
Produk Hortikultura (RIPH), tetapi melainkan karena wabah Covid-19 (Santia, 2020).
Bahkan sebelum adanya pandemi Covid-19 saat ini, permasalahan UMKM juga tidak
terlepas dari adanya keterbatasan akses terhadap bahan baku, sehingga banyak dari pelaku
usaha UMKM memperoleh bahan baku dengan kualitas yang rendah (Tim LPPI & Bank
Indonesia, 2015, p. 20).21

21
Fadilah Nur Azizah, dkk, Strategi UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian selama Pandemi Covid-19 pada
saat New Normal, OECONOMICUS Journal of Economic, Vol. 5, No. 1, December 2020

17
Sumber : katadata

Berdasarkan data diatas dapat lihat bahwa hanya 3,6% yang mengalami peningkatan
penjualan sementara itu persentase didominasi dengan tidak adanya penjualan sebesar
36,7% dan yang mengalami penurunan penjualan sebanyak 55,2% dan yang menyatakan
tidak ada pertumbuhan penjualan sebesar 4,5%.

5. Kebijakan Pemerintah Terhadap UMKM Selama Pandemi

Pemerintah lewat Kementerian Koperasi dan UMKM telah berusaha membuka


layanan hotline 1500 587 sebagai tempat aduan bagi UMKM yang usahanya terkena
dampak pandemi COVID-19. Pendataan ini kemudian menjadi acuan pemerintah untuk
menyiapkan program antisipasi dampak COVID-19 ini (Caturini, 2020). Terdada 6
langkah mitigasi yang akan dilakukan pemerintah untuk mempertahankan UMKM saat
pandemi COVID-19 (Santia, 2020):

18
a. Memberikan relaksasi cicilan selama 6 bulan untuk UMKM baik melalui KUR
maupun juga lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), program mekar,
dan lainnya juga sekaligus, bagi koperasi simpan pinjam.
b. Memberikan pinjaman baru untuk ultra mikro pinjamannya yang di bawah Rp.
10.000.000,-
c. Penghapusan pajak kepada UMKM selama 6 bulan.
d. Pemerintah menambah jumlah pnerima bantuan jumlah sosial atau tunai untuk
pelaku usaha ultra mikro yang nanti dimasukan dalam jaminan sosial termasuk
kartu prakerja, yang merupakan masuk ke dalam program besar pemerintah.
e. Mengintegrasikan program jaminan sosial terutaman kartu sembako murah dengan
warung-warung sembako, dengan dana yang digelontorkan melalui jaminan sosial
ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan bisa menggerakan
warung-warung tradisional.
f. Mengalokasikan anggaran untuk perkuat daya beli produk UMKM yang beli
secara online.22
g. Perluasan pembiayaan modal kerja UMKM, ini dlakukan dengan mendorong
perbankan untuk dapat memberikan kredit lunak kepada UMKM. Dengan
demikian UMKM memiliki modal kerja yang cukup untuk dapat menjalan
bisnisnya. Kebijakan ini perlu untuk menjaga likuiditas UMKM (Pakpahan, 2020).
Program ini ditargetkan untuk 23 juta UMKM yang belum pernah mendapatkan
pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan. Setiawan (2020a)
menyebutkan bahwa program perluasan pembiayaan ini diberikan baik untuk
UMKM yang bersifat “bankable” maupun tidak “bankable”.
h. Penyedia penyangga produk, produk koperasi dan UMKM di bidang pertanian,
perikanan, kuliner dan indsutri rumah tangga perlu mendapatkan dukungan
penyangga. Dengan demikian, terdapat kepastian bahwa produk UMKM akan
terserap, sehingga koperasi dan UMKM akan dapat memiliki perputaran
persediaan yang lebih baik.
i. Intervensi Pasar Tenaga Kerja UMKM melalui Pelatihan dengan Metode E-
learning, Indonesia melakukan intervensi dalam pasar tenaga kerja dengan
melakukan pelatihan yang dimaksudkan mengaktifkan kembali pasar tenaga kerja

22
Harnida W.Adda, dkk, Strategi Mempertahankan UMKM Selama Pandemi Covid-19 di Kecamatan Bungku
Tengah Kabupaten Morowali, Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, Vol 4 No 4, Desember 2020

19
melalui Kartu Prakerja yang diluncurkan pada April 2020. Program ini
memberikan pelatihan bersubsidi yang bersifat skilling dan re-skilling bagi 5,6
juta tenaga kerja terdampak khususnya di sektor usaha kecil dan mikro (Gentilini
et al., 2020). Peserta program kartu prakerja dapat merupakan pekerja sektor
UMKM yang telah terkena pemutusan kerja maupun tenaga kerja baru yang
belum mendapatkan pekerjaan. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan
penumbuhan wiraswasta yang dilakukan oleh beberapa negara OECD seperti
Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Korea Selatan, Australia dan Italia (OECD,
2020).
j. Penerapan Protokol Kesehatan di Dunia Usaha, Kemenkes (2020) pada tanggal 20
Mei 2020 mengeluarkan ketentuan mengenai protokol pencegahan COVID-19 di
area publik khususnya untuk setkor jasa dan perdagangan. Ketentuan tersebut
berlaku bagi pengurus atau pengelola tempat kerja/pelaku usaha, pekerja, dan
konsumen/pelanggan. Menurut MediaIndonesia.Com (2020), langkah tersebut
dianjurkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM antara lain dalam bentuk
penggunaan masker baik oleh pelaku sektor UMKM maupun masyarakat sebagai
pengguna produk atau jasa UMKM.23

Sumber : katadata

23
Dani Sugiri, Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dari Dampak Pandemi Covid-19, Fokus
Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan Akuntansi Vol. 19, No. 1, July 2020

20
Dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pemerintah menganggarkan
dana sebesar Rp 403,9 triliun yang dipusatkan pada enam bidang yaitu kesehatan,
perlindungan sosial, sektoral kementerian / lembaga dan pemda, UMKM, pembiayaan
korporasi, dan insentif usaha. Dari data diatas alokasi dana pemulihan ekonomi nasional
terbesar pada sektor kementrian/lembaga dan pemda. Sementara itu insentif dana untuk
pembiayaan UMKM dan korporasi sebesar Rp 63,84 triliun. Dengan kucuran dana
tersebut pemerintah mengharapkan UMKM dapat bertahan sehingga dapat menopang
perekonomian.

B. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah kerangka penalaran yang terdiri dari konsep-konsep atau
teroi yang menjadi acuan penelitian. Biasanya kerangka teori disusun dalam bentuk
matriks, bagan atau gambar sederhana.

Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah banpres
produktif ( ) . Dan yang menjadi variable dependen adalah UMKM (Y).

C. Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ho : Tidak efektif banpres produktif yang di diberikan kepada pelaku UMKM.

Ha : Efektifnya banpres produktif yang diberikan kepada pelaku UMKM.

2. Ho : Tidak adanya pengaruh BanPres produktif terhadap UMKM terhadap


pemulihan ekonomi nasional.

Ha : Adanya pengaruh BanPres produktif terhadap UMKM terhadap pemulihan


ekonomi nasional.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulau Sejuk Kecamatan Datuk Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara.

Waktu Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Februari hingga Maret tahun 2021.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM di Desa Pulau Sejuk yang
menerima banpres produktif pada tahap pertama yang berjumlah 95 orang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah setengah dari total pelaku UMKM
di Desa Pulau Sejuk yang menerima banpres produktif atau sebanyak 48 orang.

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah model survey serta penyebaran angket
kemudian wawancara dimana informasi dikumpulkan dengan sejumlah sampel berupa
orang melalui pertanyaan.

D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai definisi variabel yang digunakan
dalam penelitian ini maka definisi operasional variabel dibatasi dengan :
1. Banpres produktif merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada pelaku
UMKM dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat krisis pandemic Covid-
19.
2. UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) merupakan usaha masyarakat yang
masih memanfaatkan teknologi yang sederhana, memanfaatkan sumberdaya local
yang ada serta masih berpendapatan rendah.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data

22
Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Sejuk dengan menggunakan metode
wawancara dan survey atau memberikan formulir angket kepada objek penelitian.
2. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Validasi
Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
keshahihan sesuatu instrument. Suatu instrument yang valid atau shahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validasi
rendah.24
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai akat pengumpulan data karena instrument
tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang riabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. 25

F. Metode Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis statistic deskriptif
dan analisis statistic inferensial. Untuk mengetahui efektivitas dan pengaruh dari banpres
produktif yang diberikan kepada pelaku UMKM, maka dilakukan analisis data penelitian
dari hasil tes yang menjadi indikator pengaruh banpres produktif melalui langkah-langkah
berikut :

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistic deskriptif merupakan statistic yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
26
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi dan membuat histogram dari data frekuensi.

2. Teknik Analisis Statistik Inferensial

24
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2017) hal 211

25
Ibid, hal 221

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung : Alfabeta,2018) hal 146

23
Analisis statistic inferensial adalah analisis uyang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan (diferensikan) untuk populasi dimana
sampel diambil.27
a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk menentukan normal tidaknya distribusi

dalam penelitian, artinya apakah dalam penyebarannya dalam populasi bersifat normal.

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program software

Statistical Product and service solution (SPSS) versi 20,0. Menu yang digunakan untuk

mengetahui normalitas data adalah analyze – nonparametric test- legalcy dialog- I

Sample K-S, untuk mengetahui normal atau tidaknya data, dengan menggunakan uji

normalitas metode Kolmogorov Smirnov, karena uji ini memiliki toleransi yang lebih

tinggi tingkat normalitasnya untuk ukuran data yang sama. Kriteria pengujian normalitas

dengan hasil olahan SPSS versi 20,0 yaitu jika sign > 0,05 maka dapat berdistribusi

normal dan jika sign < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.28

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan varians data,

artinya apakah kelompok-kelompok yang membentuk sampel beraasal dari populasi yang

sama (penyebarannya dalam populasi bersifat homogen). Uji homogenitas dilakukan

dengan uji Levene’s Test. Pengujian homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan

program software Statistical Product and service solution (SPSS) versi 20,0. Menu yang

digunakan untuk mengetahui homogenitas adalah analyze – descriptive statics – explore.

27
Joko Widiyanto, Evaluasi Pembelajaran : Sesuai Dengan Kurikulum 2013,(Madiun : Unipma Press, 2018) hal
234
28
Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis dengan SPSS, (Ponorogo: Wade Group, 2016)
hal, 92

24
Pengujian homogenitas dengan hasil olahan SPSS versi 20,0 yaitu sign> 0,05 maka data

homogen dan jika sign< 0,05 maka data tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk

mengetahui adanya pengaruh dan efektivitas banpres produktif yang diberikan pemerintah

kepada pelaku UMKM.

Kriteria data diperoleh dari n1 n2 dengan varians homogen maka untuk pengujian

hipotesis digunakan uji t-test Polled Varians Pengujian uji hipotesis dengan bantuan

program software SPSS versi 20,0.

Adapun kriteria pengujiannya adalah:

H0 = ditolak, jika thitung < ttabel

H1 = diterima, jika thitung > ttabel, dengan α = 0,05 (5%)

25
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,(2017), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

Dani Sugiri, Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dari Dampak Pandemi
Covid-19, Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan Akuntansi Vol. 19,
No. 1, July 2020

Ermita Yusida, dkk, Determining the Challenges and Opportunities of Covid-19 to the
Underground Economy, Review of Integrative Business and Economics
Research, Vol. 10, Supplementary Issue 1, 2021

Fadilah Nur Azizah, dkk, Strategi UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian selama
Pandemi Covid-19 pada saat New Normal, OECONOMICUS Journal of
Economic, Vol. 5, No. 1, December 2020

Fifi Hasmawati, Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Lokal, Jurnal Pengembangan


Masyarakat, Volume V, No. 5, Tahun 2018

Harnida W.Adda, dkk, Strategi Mempertahankan UMKM Selama Pandemi Covid-19 di


Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali, Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, Vol 4 No 4, Desember 2020

Idris Yanto Niode, Sektor UMKM di Indonesia: Profil , Masalah, Dan Strategi
Pemberdayaan, Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis OIKOS-NOMOS. Volume 2,
Nomor 1/ Januari 2009.

Joko Widiyanto,(2018) Evaluasi Pembelajaran : Sesuai Dengan Kurikulum


2013,Madiun : Unipma Press

Isnaini Harahap,(2018), Ekonomi Pembangunan Pendekatan Transdisipliner, (Medan:


Perdana Publishing)

Joko Widiyanto,(2018), Evaluasi Pembelajaran : Sesuai Dengan Kurikulum


2013,(Madiun : Unipma Press)

Kristina Sedyastuti, Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya Saing Dalam
Kancah Pasar Global, INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia,
Volume 2, Nomor 1, Desember 2018

Nik Amah, Bank Syariah Dan UMKM Dalam Menggerakkan Roda Perekonomian
Indonesia: Suatu Kajian Literatur, ASSETS: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan,
Volume 2, Nomor 1, April 2013

Patrick C.Wauran, Strategi Pemberdayaan Sektor Informal Perkotaan di Kota Manado,


Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD) Volume 7 No.3
Edisi Oktober 2012.

26
Siti Marti'ah, Penduduk, Agkatan Kerja, Penyeraoan Tenaga Keeja Pada Sektou Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Barat, Jurnal Usaha, Vol 1, No. 2
(2020), Desember 2020

Sudati Nur, Hanung Eka, Dian Marlina, UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi
Bangsa, Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan) Volume 4 Nomor 2 2019

Sugiyono,(2018), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung :


Alfabeta)

Tedy Ardiansyah, Model Financial Dan Teknologi (Fintech) Membantu Permasalahan


Modal Wirausaha UMKM Di Indonesia, Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2,
September 2019

UU No 20 Tahun 2008

UU No. 6 Tahun 2018

Wulan Ayodya, 2020, UMKM 4.0 Strategi UMKM Memasuki Era Digital, (Jakarta:
Kompas Gramedia)

Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di
Indonesia, Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol. 6 No. 1 Januari 2017

https://m.liputan6.com

http://www.depkop.go.id

27

Anda mungkin juga menyukai