Anda di halaman 1dari 28

PEREKONOMIAN SEBELUM KEMERDEKAAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
DOSEN PENGAMPU : RENI RIA ARMAYANI HASIBUAN, M.E.I

Disusun Oleh:

Riki Irawan Polem 0501182


Tassa Al-Dawiyah 0501182187
Trina Ningsih Rambe 0501182

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perekonomian Sebelum Kemerdekaan” dengan tepat waktu, sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
bapak Reni Riya Armayani Hasibuan, M.E,I selaku dosen kami karena saran
dan bimbingan dari beliau sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa bahwa makalah yang saya susun
ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun terutama dari
Dosen Pembimbing kami agar selanjutnya kami dapat menyusun Makalah yang
lebih baik lagi. Selain itu, kami selaku pembuat makalah tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada seluruh teman – teman yang telah mendukung dan bekerja
sama dalam penyelesaian makalah ini, sehingga teman – teman sekalian dapat
membaca makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
serta, mampu memenuhi syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Perbankan
Syariah. Akhir kata, kami memohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat
didalam makalah ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih dan selamat
membaca.

Medan, 24 September 2021

Penulis

i|Perekonomian Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 Perdagangan Bangsa .............................................................................. 3


2.2 Monopoli Pemerintah .............................................................................. 4
2.3 Perekonomian Abad VOC ...................................................................... 6
2.4 Membangun Sistem Pemerintahan Kolonial ........................................... 8
2.5 Sistem Tanam Paksa ............................................................................... 10
2.6 Kebijakan Ekonomi Liberal .................................................................... 13
2.7 Sistem Pemerintahan Kolonial Terbentuk .............................................. 15
2.8 Kesejahteraan Rakyat .............................................................................. 17
2.9 Masa Pendudukan jepang........................................................................ 18
2.10 Masa Revolusi ......................................................................................... 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 23


3.2 Saran ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

ii | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis,
karena berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik
dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar
benua.Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat
bangsa-bangsa Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia.
Khususnya oleh Belanda yang sudah 350 tahun menjajah Indonesia, Pada masa
pendudukan VOC ( vereenigde oost indische compagnie ) sebuah perusahaan
buatan belanda saat itu yang di tanamkan di Hindia belanda ( indonesia ) yang
sebagian besar sistem perekonomian di kuasainya dengan menganut paham
Merkantilis. Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari
Inggris (East India Company) mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir
abad ke-18.

Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas
inisiatif Van Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang
diminta di pasar dunia. Sistem tersebut sangat menguntungkan Belanda namun
semakin menyiksa pribumi. Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent
dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi.
Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual
hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para
bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan
politik Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan
tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan
cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang
masuk gudang).Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat
memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih
diberlakukan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1|Perekonomian Indonesia
1. Jelaskan bagaiman perdagangan bangsa?
2. Bagaimana system monapoli pemerintah?
3. Bagaimana perekonomian pada masa VOC?
4. Kengapa membangun sistem pemerintahan colonial?
5. Apa itu system tanam paksa?
6. Bagaimana kebijakan ekonomi liberal?
7. Jelaskan bagaimana sistem pemerintahan kolonial terbentuk?
8. Bagaimana kesejahteraan rakyat?
9. Jelaskan masa penduduk Jepang?
10. Bagaimana masa revolusi?

1.3.TUJUAN
1. Mampu menjelaskan bagaimana perdagangan bangsa.
2. Mengetahui bagaimana system monapoli pemerintah.
3. Mengetahui kondisi perekonomian pada masa VOC.
4. Mampu menjelaskan mengapa membangun system pemerintah colonial.
5. Mengetahui system tanam paksa.
6. Mengetahui apa saja kebijakan ekonomi liberal.
7. Dapat menjelaskan bagaimana system colonial terbentuk.
8. Mengetahui kesejahteraan rakyat.
9. Dapat menjelaskan masa penduduk Jepang.
10. Mampu menjelaskan bagaimana masa revolusi.

2|Perekonomian Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERDAGANGAN BANGSA

Perdagangan adalah proses interaksi antara individu atau kelompok sosial


yang satu dengan lainnya untuk memperoleh komoditas. Dalam perdagangan
terkait empat komponen pokok, yaitu: orang yang mengadakan interaksi, barang
atau komoditas, transportasi atau alat yang digunakan untuk memindahkan barang
atau komoditas, dan kedua belah pihak yang terkait dalam perdagangan. Tata
niaga dalam konteks jaringan perdagangan dapat diartikan sebagai upaya
sistematis untuk mengatur arus barang dan jasa, yaitu; bagaimana memperoleh
dan mengumpulkan barang komoditi serta bagaimana mendistribusikan barang
dari tempat asal ke tempat tujuan. Jika diposisikan pada konteks hulu dan hilir,
maka upaya memperoleh dan mengumpulkan barang komoditi merupakan bagian
hulu dalam sistem tata niaga. Dalam konteks lain, komponen utama yang
mendukung tata niaga adalah produsen, pedagang, dan konsumen.Ketiga
komponen inilah yang saling terkait dalam sistem jaringan perdagangan. Jaringan
perdagangan masa lalu telah menempatkan rempah rempah sebagai komoditi
utama sejak awal masehi dengan adanya kontak antara pedagang Nusantara
dengan pedagang Cina, Arab dan India.1 Dalam catatan sejarah hubungan dagang
yang lebih dahulu berkembang adalah antara India dan Indonesia kemudian itu
menyusul Cina dan Indonesia. Salah satu penyebabnya mungkin karena pelayaran
dan perdagangan India lebih bebas dilakukan dibandingkan dengan Cina yang
cenderung lebih terbatas akibat ketatnya pengawasan pihak penguasa/rajanya
(Koestoro, 1996).

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, wilayah Nusantara telah terbentuk


jaringan perdagangan rempah-rempah yang melibatkan pedagang-pedagang
Melayu, Jawa, Makassar, bahkan pedagang Arab dan Cina. Jaringan perdagangan
ini semakin ramai sejak kedatangan bangsa Eropa sekitar abad ke-15. Kondisi
geografis kepulauan dan ketersediaan sumber daya alam sebagai komoditi

1
Reni Ria Armayani Hasbiuan, Diktat Perekonomian Indonesia (Medan: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negri Sumatera Utara, 2020), hal. 1.

3|Perekonomian Indonesia
perdagangan menjadi faktor utama terbentuknya jaringan perdagangan di
Nusantara. Jaringan ini sekaligus memunculkan bandar-bandar besar sebagai
pelabuhan utama niaga yang saling terkoneksi satu dengan yang lain. Dalam hal
tata niaga, hubungan antarwilayah saling terkait, berperan sebagai wilayah
penyangga, penghasil, pendistribusi, ataupun pelabuhan singgah (Harkantiningsih
dkk., 2010). Dengan demikian, selain terbentuk jaringan global yang
menghubungkan Eropa dan Kepulauan Nusantara, juga terbentuk jaringan
Nusantara sebagai bandar transit komoditi sebelum dikirim ke Eropa, serta
jaringan lokal yang merupakan jalur untuk mengumpulkan komoditi.
Setelah kedatangan bangsa Eropa, peran pedagang Nusantara, Arab, dan Cina
dalam jaringan perdagangan rempah-rempah mulai melemah dan diambil alih oleh
pedagang Eropa. Keuntungan besar dalam perdagangan rempah-rempah menjadi
pemicu utama minat pedagang Eropa untuk mendapatkan komoditi ini langsung
dari pusat produksinya. Komoditi perdagangan yang diperdagangkan pada waktu
itu adalah lada, cengkeh, pala, cendana, beras, kain dan sebagainya. Indonesia
yang merupakan salah satu negeri di Asia Tenggara merupakan penghasil terbesar
pada waktu itu (Najemain, 2001, 7).2

2.2 MONOPOLI PEMERINTAH

Definisi monopoli seperti yang terdapat dalam Black’s Law Dictionary, yang
memberikan penjelasan tentang monopoli sebagai berikut: “Monopoly is a
privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies,
consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular business or
trade, manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of
a particular commodity.
Dari penjelasan Black’s Law ini maka indikator suatu kondisi pasar yang
dapat dikatakan telah terjadi monopoli, apabila:
a. Kondisi dimana pelaku usaha mempunyai pengaruh untuk menentukan harga
(price maker) suatu produk di pasaran, sementara itu pembeli tidak memiliki daya
untuk menolak, hanya dapat menerima harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha
karena tidak adanya pilihan;
2
Syahruddin Mansyur, "Perdagangan Cengkeh Masa Kolonial dan Jejak Pengaruhnya di
Kepulauan Lease" Kalpataru. Vol. 22, No. 1, 2013, hal. 43-44.

4|Perekonomian Indonesia
b. Suatu kondisi dimana pelaku usaha mempunyai otoritas penuh terhadap pasar,
dan tidak perlu untuk menyesuaikan diri terhadap pesaing;
c. Kondisi dimana adanya entry barrier bagi pelaku usaha lain yang berkeinginan
untuk memasuki pasar yang sudah dimonopoli oleh pelaku usaha.3

Sedangkan monopoli pemerintahan dalam bidang ekonomi, monopoli


pemerintahan (monopoli Negara) adalah sebuah bentuk monopoli koersif dimana
sebuah badan pemerintah atau perusahaan pemerintah menjadi penyedia tunggal
dari barang atau jasa tertentu dan persaingan dilarang oleh hukum. Undang-
undang anti monopoli di dalam UU RI NO.5 Tahun 1995 tentang larangan raktek
monopli dan persaingan usaha tidak sehat umum sudah di jelaskan mengenai
monopoli, oligopli dan suap.

2.1 Contoh Monopoli Pemerintah


Salah satu contoh monopoli pemerintah adalah BUMN, dimana BUMN ini ada
berbagai macam juga, salah satunya adalah PT. Pertamina Persero. Monopoli
semacam ini adalah monopoli yang baik, karena tujuan dari monopoli ini adalah
untuk kesejahteraan rakyat umum. Dimana PT. Pertamina Persero menguasai
pasar minyak, sehingga masyarakat dapat menggunakannya dengan harga yang
terjangkau dan tidak perlu khawatir adanya eksploitasi.

2.2 Macam- macam monopoli


Monopoly by law, karena memang dikehendaki oleh hukum. UUD 1945 Pasal
33 juga membenarkan adanya monopoli jenis ini, yaitu dengan memberi monopoli
bagi negara untuk menguasai bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya serta cabangcabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Dengan demikian menurut UUD 1945, sektor yang menguasai hajat hidup orang
banyak seperti perlistrikan, air minum, kereta api dan sektor-sektor lain yang
karena sifatnya yang memberi pelayanan untuk masyarakat, dilegitimasi untuk
dimonopoli dan tidak diharamkan.

3
Putu Samawati, Monapoli BUMN Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha (Malang: Tunggal
Mandiri, 2018), hal 47-48.

5|Perekonomian Indonesia
Monopoly by nature, yakni monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah
karena didukung oleh iklim dan lingkungan yang cocok. Kita dapat melihat jenis
monopoli seperti ini yaitu tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang karena
memiliki keunggulan dan kekuatan tertentu, dapat menjadi bisnis raksasa yang
menguasai seluruh pangsa pasar yang ada. Mereka menjadi besar karena sifat-sifat
yang cocok dengan tempat di mana mereka tumbuh. Selain itu karena berasal dan
didukung bibit yang unggul dan faktorfaktor yang dominan.
Monopoly by licence. Monopoli ini diperoleh melalui lisensi dengan
menggunakan mekanisme kekuasaan. Monopoli jenis inilah yang sering
menimbulkan distorsi ekonomi karena kehadirannya mengganggu keseimbangan
(equilibrium) pasar yang sedang berjalan, ke arah yang diingini oleh pihak yang
memiliki monopoli tersebut.4

2.3 PEREKONOMIAN PADA MASA VOC


Dalam sejarah sistem ekonomi monopolistik, VOC terjadi sekitar tahun 1600–
1800. Perkembangan sistem pasar di Indonesia tidak pernah mulus karena selalu
tertekan oleh “sistem ekonomi” yang diterapkan di Indonesia sebagai “negara
jajahan”. Pada 200 tahun pertama masa kolonialisme (1600 – 1800), persatuan
Pedagang Belanda (VOC) menerapkan sistem monopoli (monopsoni) dalam
membeli komoditi-komoditi perdagangan seperti rempah-rempah (lada dan pala,
cengkeh, kopi dan gula), sehingga harganya tertekan karena ditetapkan sepihak
oleh VOC. Meskipun VOC tidak sama dengan pemerintah penjajah Belanda,
tetapi petani Indonesia merasa VOC mempunyai kekuasaan dan dayapaksa seperti
pemerintah juga karena VOC mempunyai aparat “pemerintahan”, bahkan
memiliki tentara. Itulah sebabnya Companie diucapkan orang Indonesia sebagai
kumpeni yang tidak lain berarti “tentara” yang dapat memaksa-maksa petani
menyerahkan komoditi perdagangannya yang “dipaksa beli” oleh VOC.5
Pengaruh VOC dan EIC dalam pelayaran-niaga Samudra Hindia dipelajari
dcngan saksama oleh Chaudhuri pula ( 1989). Doronganutama kedua hadan

4
Tommo Gunawan, "Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Terlarang Dalam Hukum Positif
Menurut UU NO. 5 Tahun 1999" Lex Crimen. Vol. 5, No. 6, 2016, hal. 93-94.
5
Mubyarto, “Peran Ilmu Ekonomi Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol. 17, No. 3, 2002, hal. 234.

6|Perekonomian Indonesia
dagang raksasa dari Belanda dan Inggris itu adalah untuk mendapat keuntu ngan
yang sehcsar- hesarnya dari perdagangan rempah-rempah. Untuk itu meka harus
menyingkirkan para pedaganq dari Iberia (Portugis dan Spanyol) yang telah lebih
du1u memasuki Samudra Hindia. Sekalipun motivasi Spanyol dan Portugis ke
Asia pada mul annya ada1ah soal agama (menyebar agama Kristen dan melawan
Islam), namun ketika mereka herhasil melintasi Tanjung Harapan dan berhadapan
dengan kekayaan pelayaran-niaga Samudra Hindia maka unsur-unsur komcrsial
menjadi lebih dominan. Kegiatan pcrdagangan orang-orang Iberia itu malah
berhasil mematahkan jalur-jalur dagang Timur Tengah ke Eropa melalui kota-kota
dagang di ltalia sepertia Venesia. Genoa dan Barselona. Mengapa orang-orang
Eropa Barat (Inggris dan Belanda) dapat merebut pasaran di Samudra Hindia yang
tclah dimasuki olch Portugis adalah suatu pertanyaan yang selalu mcnarik. Ada
yang mcngemukakan kenyataan hahwa perhedaannya adalah dalam system
manajemen pcrdagangan: organisasi Perdagangan orang-orang Iberia adalah
perusahaan negara" karena dikuasai oleh raja dan para bangsawan, sedangkan
perusahaan-perusahaan dagang lnggris dan Belanda (ElC, VOC) adalah
perusahaan-perusahaan swasta milik kaum "bourgoisie" sebagai pemegang saham.
Tetapi jelas sekali bahwa selama abad ke-17 VOC mencapai keuntungan yang
besar, dan para pemegang saham mendapat dividen secara terat ur (Gaastra 1989,
1991 ). Sekalipun kemudian mengalami kemunduran secara ekonomis, tetapi para
pimpinan perusahaan di Eropa tetap berhasil menyakin para pemegang saham atas
kemampuan VOC. sebab itu VOC tetap bertahan sampai akhir abad ke-18 .
Namun adalah keliru kalau dikatakan bahwa sejak tahun 1680 VOC telah
menguasai seluruh ekonomi Nusantara. VOC hanya menguasai komoditi-
komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa. Kota-kota dagang dan jalur-
jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli alas komoditi
itu (rempah-rempah). Dengan beralihnya jalur-jalur perdagangan rempah-rempah
dan daerah produksi remah-rempah ke tangan VOC, maka pertanyaan yang
muncul adalah bagaimana proses pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal ? VOC
dengan sendirinya tidak bisa mengambil-alih fungsi itu karena akan sangat
merugikan perusahaan. Kepentingannya adalah pasaran di Eropa yang
membutuhkan rempah-rempah . Kegiatan ekonomi lain yang tidak membawa

7|Perekonomian Indonesia
omzet yang besar hanya akan mejadi beban. Suatu penelitian yang dilakukan oleh
R.Z. Leirissa mengenai perdagangan di sekitar Laut Seram membuktikan bahwa
kegiatan perdagangan tidak terhenti di wilayah ini sekalipun memang bukan
rempah-rempah ya ng menjadi primadonan ya seperti sebelum 1620-an. Di
samping "administravi trade" yang dikeloia VOC dan terutama menyangkut
rempah-rempah. terdapat pula "non-formal trade'' yang dilakukan oleh para
pedagang lokal dan Bugis Makasar.6

2.4 MEMBANGUN SISTEM PEMERINTAHAN KOLONIAL


A. Pengertian sistem pemerintahan kolonial
Sistem pemerintah kolonial merupakan lembaga institusional pemerintah adat
di Aceh yang telah lama berdiri secara otonom. Pembentukan wilayah Mukim
terkait erat dengan keberadaan untuk pengaturan kehidupan sosial (adat) maupun
untuk kehidupan beragama (hukum) dan serta kemudian muncul menjadi unit
pemerintah lokal.
Langsa dibangun oleh pemerintah kolonial sebagai daerah ibukota Afdeeling
Oostkust van Atjeh (Afdeeling Aceh Timur) yang statusnya setingkat
distrik/kabupaten. Hal itu juga terkait kepentingan industri perkebunan yang
membutuhkan pusat administrasi dan fasilitas perkotaan yang layak. Sejak
berlangsungnya modernisasi, terjadi perubahan pada tatanan lembaga Mukim yang
merupakan dampak kebijakan kolonial kala itu. Pemerintahan tradisional
dimodifikasi dan dikontrol oleh pemerintah kolonial melalui sistem dualistik
(birokrasi kolonial dan birokrasi bumiputra) dan menempatkan amtenar dari
kalangan kulit putih di setiap tingkat pemerintahan.

B. Pemerintahan Kolonial Belanda di Langsa


Berakhirnya dominasi Pemerintah Kesultanan Aceh, ketika berhasil
ditaklukan oleh Kolonial Belanda. Terhitung dari sejak tahun 1873 hingga sampai
tahun 1906. Sehingga, kolonial memerlukan waktu yang sangat lamanya yaitu 33
tahun untuk menundukan Aceh secara kesuluruhannya. Kemudian, pemerintah
kolonial Belanda mulai mengadakan perubahan tata kelola pemerintah adat. Salah

6
R.Z. Leirissa, G.A. Ohorella, Yuda B. Tangkilisan, Sejarah Perekonomian Indonesia (Jakarta:
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996), hal, 39-47.

8|Perekonomian Indonesia
satunya, pengambilalihkan kekuasaan Imuem Mukim yang berhasil disampingkan.
Sehingga, Uleëbalang tetap dipertahankan serta memaksa untuk menandatangani
maklumat wilayah. Belanda tidak menjalankan pemerintahan langsung di Aceh.

Kebijakan pemerintahan di Aceh dijalankan dengan perantaraan


pemerintahan adat yang sudah terbentuk secara historis. Setiap calon pemangku
Uleëbalang, sangat diharuskan menandatangani pernyataan ikrar setia kepada
pemerintah Kerajaan Belanda terlebih dahulu. Tidak semua lembaga tradisonal
juga dipertahankan oleh kolonial, salah satu ialah Toeha Peuët. Dalam hal ini,
kolonial berani mengambil tindakan yaitu mengabaikan lembaga tersebut.
Sebagaimana fungsi utama dari Toeha Peuët, sebagai pengawas pemerintah
Mukim dihilangkan keberadaannya. Dengan hanya memberinya7 martabat sebagai
administrator distrik (wilayah) saja, maka dalam prakteknya menempatkannya
sesuai tempatnya diluar ruang lingkup biasanya.

C. Pemerintah Mukim Masa Kolonial Belanda


Kolonial berhasil menghapus sistem tatanan Kesultanan di Aceh ketika
menguasainya. Sehingga berhasil membangun sistem baru yang diterapkan oleh
bangsa kolonialis tersebut, secara umum membawa perubahan pada struktur
Mukim yang telah berjalan sebelumnya. Dengan menganut sebuah sistem modern
kolonial, lembaga Mukim sangat merugikan bagi petinggi wilayah yang selama ini
berkuasa. Dimana awalnya Mukim dipimpin oleh Imuem Chik atau Tengku,
namun dibawah kolonial dialihkan kepada Uleëbalang sebagai kepercayaan
Belanda.

Jabatan dalam kesultanan diluar Aceh ada yang masih dipertahankan


Meskipun sebagian seperti Mukim, namun tetap saja posisi Mukim yang
sebelumnya sebagai institusi bagian paling penting harus tunduk pada
pemerintahan kolonial. Pemerintah Kolonial Belanda banyak menggunakan jasa
pihak pribumi. Dengan mempercayakan wilayah Mukim kepada Uleëbalang. Pada
sebelumnya, wilayah Mukim dipimpin oleh tokoh agama atau petinggi agama.

7
Andreski, Stanislav. 1989. Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi, dan Agama.
Yogyakarta Tiara Wacana.

9|Perekonomian Indonesia
Dalam pelaksanaan struktur pemerintahan dari atas ke bawah, Belanda menyusun
bentuk pemerintah.

Pada masa kolonial Belanda di Langsa, Banyak kemunduran telah terjadi di


pemerintah Mukim. Dengan menjadikan sebagai pusat wilayah administrasi sarat
akan kepentingan. Pada saat itu, Langsa telah memiliki 6 (Enam) bagian Mukim
(Boer, 1917: 74-75). Sebaliknya, terjadi dampak pada wilayah Mukim yang
bersifat tradisional di Langsa. Sejak munculnya kebijakan pada tahun 1907,
Pemerintah kolonial Belanda membuka perkebunan karet di sekitar Langsa. Pada
dampak sekitarnya untuk memudahkan pengontrolan Perkebunan. Sebuah
pemerintah Mukim di Langsa yang ditetapkan oleh sebuah Staatsblad 1908
Nomor 401 sama langsung di bawah pemerintahan Asisten Residen dari Pantai
Timur Aceh. Masing-masing dari semua bagian pemerintahan tersebut memiliki
pemimpinnya dan urutan terbesar dan yang paling berkuasa adalah Asisten
Residen yang membawahi Pemerintah Mukim di Langsa, sehingga otoritas yang
sama besar dalam wilayah pemerintahan yang seperti Mukim yang ada di Aceh.
Dengan menjadikan bagian dari sebuah sistem baru, maka pemerintah kolonial
Belanda menjadikan Mukim sebagai estafet pemerintahan di bawahnya. Sehingga
Langsa pernah memasuki era kejayaannya, di masa kolonial Belanda.

Sejak munculnya kebijakan tersebut, membuat Pemerintah kolonial Belanda


membuka kebun karet di sekitar Langsa dan sekitarnya. Sehingga untuk memudah
mengontrolnya. Pada saat itu, di bawah pemerintahan Asisten Residen berpusat di
Langsa yang ada dibbagian Pembagian Pantai Timur Aceh yang tunduk langsung
di bawah keputusan pemerintahnya sendiri. 8

2.5 SISTEM TANAM PAKSA

A. Pengertian sistem tanam paksa

Dampak sistem tanam paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa


Tahun 1830-1870. Metode penelitian menggunakan studi literatur. Hasil

8
Boer, K.H. de. 1917. Memorie van Overgave van den Controleur van
Onderafdeeling Langsa, 10 Juli 1927. Serie 1e, M.F. 25, Film No. 9, Arsip
Nasional Republik Indonesia.

10 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
penelitian menunjukkan bahwa pasca bubarnya kongsi dagang VOC
menimbulkan kebijakan baru di Hindia Belanda. Atas berbagai pertimbangan
ekonomi maka pemerintah kolonial Belanda melaksanakan Sistem Tanam
Paksa(Cultuurstelsel) dalam kurun waktu hampir 50 tahun.
Sistem ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan petani di
Jawa.Sistem Tanam Paksa telah mengenalkan petani pada sistem tanam yang
lebih modern. Kondisi ini membuat ekonomi pangan memiliki pondasi yang
semakin mantap. Pada masa ini pula terbuka peluang bagi tumbuhnya ekonomi
masyarakat tani. Perekonomian subsisten perlahan bergeser menjadi
perekonomian uang. Akan tetapi bagaimanapun penyimpangan dalam
pelaksanaan Tanam Paksa pada akhirnya semakin menambah derita penduduk
jajahan.9

B. Penyimpangan dalam Praktik Sistem Tanam Paksa


Menurut yang tersirat dalam peraturan memang sistem tanam paksa tidak
tampak memberatkan penduduk.Akan tetapi dalam praktik, banyak dilaporkan
sebaliknya.Maka perlu dibedakan antara sistem tanam paksa dalam program
pemerintah pusat dengan sistem tanam paksa dalam praktik di tingkat
daerah.Penyelenggaraan sistem tanam paksa yang menggunakan pimpinan-
pimpinan pribumi desa sebagai perantara, merupakan salah satu sumber petaka
penyimpangan dalam praktik tanam paksa di tingkat desa.
Jasa kerja paksa sudah dibutuhkan untuk pengerjaan tanahtanah apanage milik
para bekel. Kerja paksa berfungsi memberikan pelayanan pribadi pada penguasa
lokal, kerja untuk kepentingan umum, dan kerja untuk upacara adat (gugur
gunung). Kondisi ini jelas berubah pada masa tanam paksa, tanah-tanah yang
diklaim untuk tanam paksa kemudian dibagi untuk menciptakan pemilik tanah
baru. Proses “petanisasi” ini menimbulkan pembagian beban kerja pula dan
munculnya tenaga-tenaga bayaran yang mempengaruhi kehidupan ekonomi sosial
masyarakat desa.

9
Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di
Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

11 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
C. Penyimpangan dalam Praktik Sistem Tanam Paksa
Menurut yang tersirat dalam peraturan memang sistem tanam paksa tidak
tampak memberatkan penduduk.Akan tetapi dalam praktik, banyak dilaporkan
sebaliknya.Maka perlu dibedakan antara sistem tanam paksa dalam program
pemerintah pusat dengan sistem tanam paksa dalam praktik di tingkat
daerah.Penyelenggaraan sistem tanam paksa yang menggunakan pimpinan-
pimpinan pribumi desa sebagai perantara, merupakan salah satu sumber petaka
penyimpangan dalam praktik tanam paksa di tingkat desa.
Penyediaan tanah dan tenaga kerja cenderung dibebankan kepada seluruh
desa, bukan pada penduduk secara individual sebagai pemilik tanah. Hal ini
dilakukan dengan alasan untuk memudahkan penanganannya. Akibatnya timbul
perluasan tanah yang sifatnya menjadi tanah komunal (milik bersama) serta terjadi
perubahan hubungan sosial di pedesaan.10

D. Dampak Sistem Tanam Paksa bagi Petani Jawa


Secara umum pelaksanaan sistem tanam paksa telah mempengaruhi dua unsur
pokok kehidupan agraris pedesaan Jawa, yaitu tanah dan tenaga kerja.Akan tetapi
menurut Robert van Niel dalam Anne Booth (1988 : 130), dampak dari sistem
tanam paksa di Jawa selain mempengaruhi tanah (kemudian dikaitkan dengan
sistem ekonomi pedesaan) dan munculnya tenaga buruh yang murah, masih
ditambah satu hal lagi yaitu lahirnya pembentukan modal di desa. Perolehan laba
yang sangat luar biasa bagi Belanda menunjukkan bahwa sistem tanam paksa
merupakan eksploitasi Belanda, terutama di Jawa pada periode 1830-1870.
Sistem tanam paksa pertama-tama mencampuri urusan kepemilikan tanah
penduduk pedesaan, karena petani harus menyerahkan tanahnya untuk penanaman
tanaman ekspor.Tuntutan akan kebutuhan tanah pertanian untuk tanaman ekspor
yang dilakukan dengan menggunakan ikatan desa, telah mempengaruhi
pergeseran pemilikan dan penguasaan tanah di kalangan petani pedesaan. Hal ini
dikarenakan adanya pertukaran atau pembagian tanah pertanian untuk perataan
pembagian kewajiban penyediaan tanah dan kerja pada pemerintah, maupun

10
Djuliati Suroyo, A. M.. 2000. Tenaga Kerja di Jawa Sebelum dan Selama Sistem
Tanam Paksa, hal. 2130-1395.Dalam Thomas J. Lindblad (Ed). Sejarah Ekonomi
Modern Indonesia: Berbagai Tantangan Baru.Jakarta : LP3ES.

12 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
adanya kecenderungan perubahan kepemilikan tanah perseorangan menjadi tanah
komunal desa.

E. Dari Ekonomi Subsisten ke Monetisasi


Petani Jawa sejak awal terbentur oleh moral ekonominya yang subsisten.
James C. Scoot (1981:26) menjelaskan bahwa petani menganut prinsip “utamakan
selamat”. Para petani lebih senang meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu
bencana (gagal panen) daripada meningkatkan penghasilannya.
Dalam memilih bibit dan cara-cara bertanam para petani lebih
menghindari risiko daripada melakukan spekulasi untuk meningkatkan
penghasilannya. Untuk itulah petani lebih senang menanam tanaman pangan
daripada tanaman perdagangan apalagi tanaman ekspor. Sistem tanam paksa telah
mengubah pola yang sejak dulu diyakini oleh para petani. Mereka dipaksa
menanam tanaman ekspor untuk kepentingan ekonomi Belanda.

2.6 KEBIJAKAN EKONOMI LIBERAR


1. Pengertian Ekonomi Liberal
Teori ekonomi yang diuraikan oleh tokoh-tokoh penemu ekonomi klasik .
ekonomi klasik tersebut memunyai kaitan dengan kebebasan alami yang dipahami
oleh sementara tokoh-tokoh ekonomi sebagai ekonomi liberal klasik. Meskipun
demikian, smith tidak pernah mengunakan penamaan paham tersebut sedangkan
konsep kebijakan dari ekonomi (globalisasi) liberal ialah sistem ekonomi bergerak
menuju pasar bebas dan system ekonomi berpaham perdagangan bebas dalam era
globalisasi yang bertujuan menghilangkan kebijakan ekonomi proteksionisme.
Garis paham ekonomi liberal tlah dipraktikan oleh sekolah-sekolah di
australiadengan berupa demokrasi di masyarakat yang terbuka. Paham liberali
kebanyakan digunakan oleh Negara-negara di benua eropa dan amerika, seperti
halnya di amerika serikat, paham liberal dikenali dengan sebutan mild leftism
estabilished.

a) Sistem ekonomi liberal

13 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Sistem ekonomi liberal klasik adalah suatu filosofi pereonomian
kebebasan individu. Teori juga bersiat membebaskan individu untuk bertindak
sesuka hati sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan semua individu
untuk bertindak sesuka hati sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan
semua individu untuk melakukan pekerjaan tanpa pembatasan yang nantinya
dituntut untk menghasilkan suatu hasil yang terbaik, yang ceteris paribus, atau
dengan kata lain, menyajikan suatu benda dengan batas minimum dapat diminati
dan disukai oleh masyarakat (konsumen).

b) Sejarah ekonomi liberal


Teori dasar ekonomi liberal telah dikembangkan sejak awal abad ke-19
untuk melawan merkantilisme dan feodalisme. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Adam Smith yang menganjurkan agar pemerintah tidak
terlalu mengintervensi pasar. Smith berpendapat bahwa jika semua orang
dibiarkan melakukan kegiatan ekonominya sendiri dan bukan dikendalikan oleh
negara, maka hasilnya akan menjadi harmonis dan lebih bermasyarakat dalam
rangka peningkatan kesejahteraan. Teori tersebut didukung oleh sistem ekonomi
kapitalis pada akhir abad ke-18 dan runtuhnya sistem merkantilisme.

c) Dasar ideologi ekonomi liberal


Properti pribadi dan kontrak individu membentuk dasar dari ekonomi
liberal. Teori awal berdasarkan asumsi atas kegiatan ekonomi individu yang lebih
banyak berasal dari kepentingan sendiri dan kebutuhan akan kebebasan untuk
bertindak tanpa batas untuk menghasilkan hasil terbaik untuk semua orang,
asalkan tidak melewati standar dan tetap menjunjung asas keadilan. Contohnya,
tidak boleh melakukan pemaksaan, pencurian, dan penipuan serta terdapat
kebebasan berbicara dan pers.

Ciri-ciri sistem ekonomi liberal:


1. Berikut adalah beberapa ciri-ciri sistem ekonomi liberal:
2. Semua sumber produksi adalah milik masyarakat secara individu.

14 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
3. Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk melakukan tindakan-
tindakan ekonomi.
4. Setiap orang bebas memiliki barang (hak milik diakui), termasuk barang
modal.
5. Harga barang ditentukan oleh mekanisme pasar.11
6. Motif utama adalah mencari laba yang terpusat pada kepentingan individu.
7. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
8. Menerapkan sistem persaingan bebas.

2.7 SISTEM PEMERINTAHAN KOLONIAL TERBENTUK


Dalam sejarah Indonesia sekitar 1870-1900 disebut dengan masa
liberalisme. Di mana kaum pengusaha Belanda dan modal swasta diberikan
peluang oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menanamkan modalnya dalam
berbagai usaha kegiatan di Indoensia. Dalam buku Sejarah Indonesia Abad 19 -
Awal Abad 20. para pelaku usaha Belanda menanamkan modal terutama di
industri-industri perkebunan besar baik di Jawa maupun luar Jawa. Selama masa
liberalisme ini, modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa lainnya telah
mendirikan perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang cukup besar. Pada masa
liberalisme ini juga, sistem tanam paksa di Indonesia sudah dihapuskan. Dengan
bebasnya kehidupan ekonomi dari pemerintah, mendorong perkembangan
ekonomi Hindia-Belanda.
Zaman liberal menyebabkan penetrasi ekonomi lebih maju, terutama di
Jawa. Penduduk pribumi di Jawa mulai menyewakan tanah-tanahnya kepada
pihak swasta Belanda untuk dijadikan perkebunan besar. Adanya perkebunan-
perkebunan tersebut, memberikan peluang bagi rakyat Indonesia untuk bekerja
sebagai buruh perkebunan. Perkembangan pesat perkebunan teh, kopi, tembakau,
dan tanaman perdagangan lainnya berlangsung antara 1870-1885. Selama itu
pemerintah meraup keuntungan besar. Krisis perdagangan Setelah tahun 1885,
perkembangan tanaman perdagangan mulai anjlok. Jatuhnya harga gula dan kopi

11
Huda nurul , ekonomi makro islam, (Jakarta: kencana 2008 ) 123-125
Muhammad A. dan Karim A. Fathi, sistem ekonomi islam dan liberal,( semarang :
PT Bina ilmu,2012) 27-29

15 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
di pasar dunia, diakibatkan karena Eropa mulai menanam gula sendiri. Sehingga
mereka tidak memerlukan impor gula dari Indonesia. Krisis perdagangan ini
mengakibatkan terjadinya reorganisasi dalam kehidupan ekonomi Hindia Belanda.
Perkebunan besar bukan lagi milik perseorang tetapi diorganisasi sebagai
perseroan terbatas. Baca juga: Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1650
hingga 1725 Pada akhir abad ke-19, terjadi perkembangan dalam ekonomi Hindia
Belanda. Sistem ekonomi liberalisme murni ditinggalkan dan bergantu menjadi
sistem ekonomi terpimpin. Di mana ekonomi Hindia Belanda, khususnya Jawa
mulau dikendalikan oleh kepentingan finansial dan industriil di negeri Belanda
dan tidak diserahkan kepada pemimpin perkebunan besar yang ada di Jawa.
Kondisi masyarakat masa liberal Berdasarkan buku Sejarah Indonesia Modern
(1991) oleh M.C Ricklef, meskipun pada masa liberalisme industri perkebunan di
Jawa berkembang pesat, kondisi kesejahteraan rakyat Indonesia justru mundur.
Hal ini karena penduduk di Jawa semakin bertambah, sehingga memperbesar
tekanan terhadap sumber-sumber bahan pangan.
Tanah dengan kualitas terbaik sudah digunakan untuk tanaman dagang,
sehingga padi hanya ditanam di lahan yang tandus. Pembebasan tanam paksa,
ternyata hanya memberikan sedikit perbaikan. Pasalnya pajak tanah dan bentuk
pembayaran lain masih harus dilakukan rakyat kepada pemerintah. Baca juga:
Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1610 hingga 1650 Beberapa faktor yang
menyebabkan kemiskinan rakyat Indonesia khususnya Jawa, di antaranya:
Kemakmuran rakyat ditentukan oleh perbandingan jumlah penduduk dengan
faktor produksi lain, seperti tanah dan modal. Rakyat bermodal sedikit, sedangkan
jumlah penduduknya banyak. Tingkat kemakmuran belum tinggi, sehingga hanya
dijadikan umpan bagi kaum kapitalis Penghasilan rakyat diperkecil dengan sistem
verscoot (uang muka) Sistem tanam paksa dihapus, namun masih berlaku sistem
batiq saldo. Krisis tahun 1885 mengakibatkan penciutan kegiatan pengusaha
perkebunan gula, artinya menurunkan upah kerja dan sewa tanah bagi penduduk.

2.8 KESEJAHTERAAN RAKYAT


Masa penjajahan Belanda merupakan bagian dari sejarah yang tidak dapat
dilupakan oleh bangsa Indonesia. Kolonialisme dan imperialisme yang diterapkan

16 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
pemerintah Belanda selama kurang lebih 350 tahun mengakibatkan terjadinya
perubahan masyarakat di berbagai bidang.Tujuan utama Belanda datang ke
Indonesia adalah untuk memperkaya diri mereka sendiri. Namun, kebijakan yang
diberlakukan oleh Belanda sangat menyengsarakan dan merugikan masyarakat
Indonesia kala itu.Gubernur Belanda seperti Willem Daendels dan Van Den
Bosch memiliki kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Dua kebijakan
yang paling dikenal adalah kerja rodi dan tanam paksa. Di bawah ini akan
dijelaskan soal bagaimana kondisi rakyat yang mengalami penjajahan di era
kolonialisme.

Penderitaan, Kelaparan, dan Kemiskinan Salah satu tujuan kedatangan


Belanda ke Indonesia adalah keinginan meraup kekayaan yang berasal dari
rempah-rempah. Pada saat itu, harga rempah-rempah sangat mahal. Belanda pun
memonopoli perdagangan rempah-rempah di pasaran. Pendapatan rempah-rempah
masyarakat Indonesia terus menurun karena harga yang ditentukan VOC.
Imbasnya, produksi pangan non rempah juga ikut menurun.12

Pada akhir abad ke 19 banyak reaksi terhadap kekejaman dan penghisapan


Belanda atas bangsa Indonesia. Di antarareaksi yang paling keras datang dari
Multatuli dalam karya tulisannya Max Havelaar. Reaksi lain terkembang ke dalam
gagasan ''Van Deventer'' yang mengajukan saran kepada pemerintah Belanda
untuk mengadakan perbaikan kehidupan di Indonesia sebagai tindakan balas budi.
Gagasan yang dikenal dengan Etische politiek ini meliputi tiga bidang usaha yaitu
emigrasie, educatie, dan irrigatie bagi Jawa. Namun dalam perwujudannya
tidaklah seperti yang diharapkan, bangsa Indonesia tetap dibatasi oleh penjajah
untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik. Hal ini tampak dari tindakan
pemerintah Belanda yang melarang atau menganggap liar penyelenggaraan
pendidikan yang diusahakan oleh bangsa Indonesia seperti Taman Siswa.
Sedangkan usaha transmigrasi dan irigasi diadakan masih tetap berpusat kepada
kepentingan pemerintah Belanda.

2.9 MASA PENDUDUKAN JEPANG


12
https://kumparan.com/berita-hari-ini/bagaimana-kondisi-rakyat-yang-mengalami-penjajahan-
di-era-kolonialisme-1v6p5Fszb5O

17 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan bagian
periode yang penting menyangkut bangsa Indonesia. Pada masa tersebut telah
terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada sendi-sendi kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan dampak dari
pendudukan Jepang yang sangat menekan dan sangat memeras. Masa pendudukan
Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai
masa yang singkat tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat tidak sebanding
dengan masa penjajahan Belanda yang lebih lama. Pendudukan Jepang di
Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperialisme di Asia
Tenggara. Kedatangan Jepang ke Indonesia merupakan bagian dalam usahanya
membangun suatu imperium di Asia. Munculnya imperialisme Jepang didorong
oleh keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak modernisasi di
berbagai bidang kehidupan. Modernisasi tersebut berimplikasi pada persoalan-
persoalan yang sangat komplek seperti kepadatan penduduk, lapangan pekerjaan,
bahan mentah dan daerah pemasaran hasil produksi.

Untuk memenangkan perang, Jepang memanfaatkan Indonesia yang kaya


sumber daya alam dan sumber daya manusia. Jepang memberlakukan ekonomi
perang di Indonesia. Apa itu ekonomi perang? Ekonomi perang adalah kebijakan
mengerahkan semua kekuatan ekonomi untuk menopang keperluan perang.
Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, di awal kedatangannya,
Jepang memberlakukan ekonomi self help atau berusaha untuk memenuhi sendiri
kebutuhan pemerintahan Jepang di Indonesia. Jepang berusaha memperbaiki
ekonomi Indonesia yang hancur. Ketika Jepang berusaha merebut Indonesia dari
Belanda, Belanda memilih membumihanguskan obyek-obyek vital. Ini
dimaksudkan agar Jepang kesulitan mengambil alih Indonesia. Setelah berhasil
merebut Indonesia dari Belanda, Jepang terpaksa memperbaiki sarana-sarana yang
rusak. Sarana-sarana itu meliputi transportasi, telekomunikasi, dan bangunan-
bangunan public Khusus perekebunan, dikeluarkan Undang-undang No 322/1942
yang menyatakan bahwa Gunseikan (kepala militer) langsung mengawasi
perkebunan kopi, kina, karet, dan teh. Pengawasan diserahkan kepada Saibai
Kigyo Kanrikodan (SKK), badan pengawas yang dibentuk gunseikan. SKK juga
bertindak sebagai pelaksana pembelian dan penentuan harga jual hasil

18 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
perkebunan. Bagi Jepang, hanya sedikit komoditas yang bisa berguna menunjang
perang. Kopi, teh, dan tembakau diklasifikasikan sebagai para yang kurang
berguna bagi perang. Sehingga, perkebunan ini diganti dengan komoditas
penghasil bahan makanan atau jarak yang bisa diolah sebagai pelumas.

Komoditas yang dipaksa Jepang untuk ditanam yakni karet, kina, gula, dan
beras. Di Jawa Timur, hampir seluruh pegawai di perkebunan di kareta diwajibkan
bekerja. Akan tetapi di Kalimantan, hasil karet berlebih sebab pengangkutannya
sulit. Sementara gula, pabriknya sebagian besar dibumihanguskan Belanda ketika
Jepang datang untuk merebutnya. Sebagian di antaranya berhasil diperbaiki.
Namun dalam perbaikan, Jepang kekurangan tenaga ahli. Jepang terpaksa masih
menggunakan orang Belanda. Dari 85 pabrik gula di Jawa, sebanyak 13 berhasil
diperbaiki. Ketika persediaan gula berlebih di Jawa, Jepang kemudian melarang
penanaman tebu dan gula. Pabrik gula diubah menjadi pabrik senjata.

Sementara beras yang kekurangan persediaannya, oleh Jepang diusahakan untuk


ditanam di lahan-lahan baru. Rakyat diminta menghancurkan tanaman kopi dan
teh. Para tawanan dipaksa bekerja menanam padi. Hanya Jepang yang bisa
mengatur produksi, pungutan, penyaluran, dan penetapan harga padi. Penggiling
dan pedagang padi juga tidak boleh beroperasi sendiri, melainkan harus diatur
oleh Kantor Pengelolaan Pangan. Para petani harus menjual hasil produksi
padunya sesuai kuota dan harga yang ditentukan. Petani berhak 40 persen atas
keseluruhan hasil padi. Mereka tak bisa menikmati jerih payahnya sebagai petani.
Sementara 30 persen disetor ke pemerintah melalui penggilingan yang telah
ditunjuk Jepang. Sisa 30 persennya untuk persiapan bibit dan disetor ke lumbung
desa. Rakyat pun menderita akibat peraturan ini. Akibat lainnya, hutan-hutan
rusak akibat penebangan liar. Jepang berusaha memperbaiki pertanian dengan
menggelar pelatihan. Sayangnya, pelatihnya bukanlah ahli pertanian. Pesertanya
pun hanya mendapat pelatihan singkat. Akibatnya produksi pangan terus
menurun. Turunnya produksi pangan juga diperparah dengan musim kemarau
panjang pada 1944.

19 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Selain masalah pangan, sandang atau pakaian bahkan menjadi masalah.
Banyak rakyat yang tak mempunyai pakaian yang layak. Sebelumnya, urusan
sandang sangat bergantung pada impor dari Belanda. Untuk mengatasi
kekurangan sandang, Jepang memaksa petani menanam kapas dan membuka
usaha konveksi. Rakyat dilantuh untuk memintal bahan-bahan yang mengandung
serat kapuk randu. Namun tetap saja, industri tekstil tak bisa dihidupkan kembali.
Sebab suplainya, yakni tanaman kapas, berkurang. Bahkan pada April 1944
sempat diadakan Pekan Pengumpulkan Pakaian untuk Rakyat Jelata. Sebab saat
itu banyak rakyat yang hanya memakai karung hingga lembaran karet mentah.
Industri lain, oleh Jepang dibagi menjadi dua. Pertama, industri yang berguna
langsung untuk perang seperti pabrik mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat.
Kendati demikian, industri itu sulit dijalankan sebab kekurangan suku cadang.
Sementara golongan kedua adalah barang-barang yang menyangkut kebutuhan
rakyat. Dalam bidang transportasi, Jepang merasa kekurangan kapal. Oleh karena
itu Jepang mengembangkan industri kapal angkut dari kayu.

Kendati sangat anti-Belanda, Jepang tetap memepergunakan mata uang


gulden di Indonesia. Tujuannya, agar harga barang tetap stabil. Beberapa bank
milik Belanda dilikuidasi dan diganti dengan bank-bank Jepang yakni Yokohama
Ginko, Mitsui Ginko, dan Kana Ginko. Bank-bank ini berada di bawah
pengawasan Nanpo Keihatsu Kenso (Perbendaharaan untuk Kemajuaan Wilayah
Selatan). Salah satu bank, yakni Nanpo Kaihatsu Ginko, melanjutkan tugas tentara
pendudukan Jepang dalam mengedarkan invansion money. Invasion money
dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi. Mulai dari satu hingga sepuluh gulden.
Uang Belanda kemudian digantikan oleh uang Jepang. Jepang juga menarik pajak
yang tinggi bagi keturunan Eropa dan Tionghoa. Kenaikannya mencapai 70
hingga 35 kali lipat dari pajak semasa era kolonial Hindia Belanda.

2.10 MASA REVOLUSI

Sejarah bangsa Indonesia pasca kemerdekaan sangat buruk,bahkan


bisa dikatakan pemerintah belum bisa menyanggah perekonomian yang
terpuruk,dan ironisnya malah menambah kegagalan perkembangan ekonomi pada
saat masa-masa tersebut. Dengan lambannya pemulihan ekonomi dan meluasnya

20 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
pengeluaran pemerintah, maka tidaklah mengherankan bahwa inflasi dari masa
perang dan revolusi terus berlanjut. Semua sektorkemasyarakatan menderita
sampai tingkat tertentu akibat kenaikan harga.Sehingga kemerdekaan tidak
menghasilkan kemakmuran yang diharapkanoleh banyak orang.

Keadaan ekonomi (keuangan) Indonesia pada masa awal kemerdekaan amat


buruk. Penyebabnya antara lain adalah sebagai berikut :
a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI,
yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
b. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Pada saat kesulitan ekonomi
menghimpit bangsa Indonesia, Panglima AFNEI yang baru, Letnan
Jenderal Sir Montagu Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang diduduki Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan
sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun.
Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses tindakan tersebut.
Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar persetujuan yang telah
disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik mengenai status
Indonesia, tidak akan ada mata uang baru. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan
tingkat harga.)
c. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI.
d. Kas negara kosong.
e. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan

21 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dalam catatan sejarah hubungan dagang yang lebih dahulu berkembang


adalah antara India dan Indonesia kemudian itu menyusul Cina dan
Indonesia.Salah satu penyebabnya mungkin karena pelayaran dan perdagangan
India lebih bebas dilakukan dibandingkan dengan Cina yang cenderung lebih
terbatas akibat ketatnya pengawasan pihak penguasa/rajanya . Dengan demikian,
selain terbentuk jaringan global yang menghubungkan Eropa dan Kepulauan
Nusantara, juga terbentuk jaringan Nusantara sebagai bandar transit komoditi
sebelum dikirim ke Eropa, serta jaringan lokal yang merupakan jalur untuk
mengumpulkan komoditi. Kondisi dimana adanya entry barrier bagi pelaku usaha
lain yang berkeinginan untuk memasuki pasar yang sudah dimonopoli oleh pelaku
usaha. Perkembangan sistem pasar di Indonesia tidak pernah mulus karena selalu
tertekan oleh "sistem ekonomi" yang diterapkan di Indonesia sebagai "negara
jajahan". Itulah sebabnya Companie diucapkan orang Indonesia sebagai kumpeni
yang tidak lain berarti "tentara" yang dapat memaksa-maksa petani menyerahkan
komoditi perdagangannya yang "dipaksa beli" oleh VOC.
Mengapa orang-orang Eropa Barat dapat merebut pasaran di Samudra Hindia
yang telah dimasuki olch Portugis adalah suatu pertanyaan yang selalu mcnarik.
Hal itu juga terkait kepentingan industri perkebunan yang membutuhkan pusat
administrasi dan fasilitas perkotaan yang layak. Sehingga berhasil membangun
sistem baru yang diterapkan oleh bangsa kolonialis tersebut, secara umum
membawa perubahan pada struktur Mukim yang telah berjalan
sebelumnya.Jabatan dalam kesultanan diluar Aceh ada yang masih dipertahankan
Meskipun sebagian seperti Mukim, namun tetap saja posisi Mukim yang
sebelumnya sebagai institusi bagian paling penting harus tunduk pada
pemerintahan kolonial.
Sebuah pemerintah Mukim di Langsa yang ditetapkan oleh sebuah Staatsblad
1908 Nomor 401 sama langsung di bawah pemerintahan Asisten Residen dari
Pantai Timur Aceh. Masing-masing dari semua bagian pemerintahan tersebut

22 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
memiliki pemimpinnya dan urutan terbesar dan yang paling berkuasa adalah
Asisten Residen yang membawahi Pemerintah Mukim di Langsa, sehingga
otoritas yang sama besar dalam wilayah pemerintahan yang seperti Mukim yang
ada di Aceh.
Pada saat itu, di bawah pemerintahan Asisten Residen berpusat di Langsa
yang ada dibbagian Pembagian Pantai Timur Aceh yang tunduk langsung di
bawah keputusan pemerintahnya sendiri.Akan tetapi menurut Robert van Niel
dalam Anne Booth , dampak dari sistem tanam paksa di Jawa selain
mempengaruhi tanah dan munculnya tenaga buruh yang murah, masih ditambah
satu hal lagi yaitu lahirnya pembentukan modal di desa.Tuntutan akan kebutuhan
tanah pertanian untuk tanaman ekspor yang dilakukan dengan menggunakan
ikatan desa, telah mempengaruhi pergeseran pemilikan dan penguasaan tanah di
kalangan petani pedesaan.
Teori awal berdasarkan asumsi atas kegiatan ekonomi individu yang lebih
banyak berasal dari kepentingan sendiri dan kebutuhan akan kebebasan untuk
bertindak tanpa batas untuk menghasilkan hasil terbaik untuk semua orang,
asalkan tidak melewati standar dan tetap menjunjung asas keadilan. Di mana
kaum pengusaha Belanda dan modal swasta diberikan peluang oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk menanamkan modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di
Indoensia. Selama masa liberalisme ini, modal swasta dari Belanda dan negara-
negara Eropa lainnya telah mendirikan perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang
cukup besar.
Di mana ekonomi Hindia Belanda, khususnya Jawa mulau dikendalikan oleh
kepentingan finansial dan industriil di negeri Belanda dan tidak diserahkan kepada
pemimpin perkebunan besar yang ada di Jawa. Perubahan-perubahan yang terjadi
merupakan dampak dari pendudukan Jepang yang sangat menekan dan sangat
memeras. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun
tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat tetapi akibat yang diterima
oleh masyarakat tidak sebanding dengan masa penjajahan Belanda yang lebih
lama. Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, di awal kedatangannya,
Jepang memberlakukan ekonomi self help atau berusaha untuk memenuhi sendiri
kebutuhan pemerintahan Jepang di Indonesia.

23 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kami sebagai penulis
memohon maaf jikalau ada kesalahan didalam penulisan dan agar kiranya dapat
memberikan kritik dan saran yang mendukung kepada kami agar lebih baik untuk
kedepannya.

24 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
DAFTAR PUSTAKA

Andreski, S. (1989). Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi, dan Agama.


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Boer, K. d. (1927). Memorie van Overgave van den Controleur van


Onderafdeeling. Langsa: Arsip Nasional Republik Indonesia.

Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan
Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20. Jakarta: Pustaka Utama
Grafit.

Djuliati Suroyo, A. M. (2000). Tenaga Kerja di Jawa Sebelum dan Selama Sistem
Tanam Paksa. Jakarta : LP3ES.

Fathi, M. A. (2012). Sistem Ekonomi Islam dan Liberal. Semarang : PT Bina


ilmu.

Gunawan, T. (2016). Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Terlarang Dalam


Hukum Positif Menurut UU NO. 5 Tahun 1999. Lex Crimen., 5, 93-94.

Hasbiuan, R. R. (2020). Diktat Perekonomian Indonesia. Medan: Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Mansyur, S. (2013). Perdagangan Cengkeh Masa Kolonial dan Jejak Pengaruhnya


di Kepulauan Lease. Kalpataru, 22, 1-60.

Mubyarto. (2002). Peran Ilmu Ekonomi Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.


Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17, 233-242.

Nurul, H. (2008). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana.

R.Z. Leirissa, G. O. (1996). Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta:


Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Samawati, P. (2018). Monapoli BUMN Dalam Perspektif Hukum Persaingan


Usaha. Malang: Tunggal Mandiri.

25 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

Anda mungkin juga menyukai