Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perekonomian Sebelum Kemerdekaan” dengan tepat waktu, sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
bapak Reni Riya Armayani Hasibuan, M.E,I selaku dosen kami karena saran
dan bimbingan dari beliau sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa bahwa makalah yang saya susun
ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun terutama dari
Dosen Pembimbing kami agar selanjutnya kami dapat menyusun Makalah yang
lebih baik lagi. Selain itu, kami selaku pembuat makalah tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada seluruh teman – teman yang telah mendukung dan bekerja
sama dalam penyelesaian makalah ini, sehingga teman – teman sekalian dapat
membaca makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
serta, mampu memenuhi syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Perbankan
Syariah. Akhir kata, kami memohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat
didalam makalah ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih dan selamat
membaca.
Penulis
i|Perekonomian Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis,
karena berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik
dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar
benua.Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat
bangsa-bangsa Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia.
Khususnya oleh Belanda yang sudah 350 tahun menjajah Indonesia, Pada masa
pendudukan VOC ( vereenigde oost indische compagnie ) sebuah perusahaan
buatan belanda saat itu yang di tanamkan di Hindia belanda ( indonesia ) yang
sebagian besar sistem perekonomian di kuasainya dengan menganut paham
Merkantilis. Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari
Inggris (East India Company) mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir
abad ke-18.
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas
inisiatif Van Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang
diminta di pasar dunia. Sistem tersebut sangat menguntungkan Belanda namun
semakin menyiksa pribumi. Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent
dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi.
Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual
hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para
bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan
politik Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan
tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan
cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang
masuk gudang).Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat
memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih
diberlakukan.
1|Perekonomian Indonesia
1. Jelaskan bagaiman perdagangan bangsa?
2. Bagaimana system monapoli pemerintah?
3. Bagaimana perekonomian pada masa VOC?
4. Kengapa membangun sistem pemerintahan colonial?
5. Apa itu system tanam paksa?
6. Bagaimana kebijakan ekonomi liberal?
7. Jelaskan bagaimana sistem pemerintahan kolonial terbentuk?
8. Bagaimana kesejahteraan rakyat?
9. Jelaskan masa penduduk Jepang?
10. Bagaimana masa revolusi?
1.3.TUJUAN
1. Mampu menjelaskan bagaimana perdagangan bangsa.
2. Mengetahui bagaimana system monapoli pemerintah.
3. Mengetahui kondisi perekonomian pada masa VOC.
4. Mampu menjelaskan mengapa membangun system pemerintah colonial.
5. Mengetahui system tanam paksa.
6. Mengetahui apa saja kebijakan ekonomi liberal.
7. Dapat menjelaskan bagaimana system colonial terbentuk.
8. Mengetahui kesejahteraan rakyat.
9. Dapat menjelaskan masa penduduk Jepang.
10. Mampu menjelaskan bagaimana masa revolusi.
2|Perekonomian Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1
Reni Ria Armayani Hasbiuan, Diktat Perekonomian Indonesia (Medan: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negri Sumatera Utara, 2020), hal. 1.
3|Perekonomian Indonesia
perdagangan menjadi faktor utama terbentuknya jaringan perdagangan di
Nusantara. Jaringan ini sekaligus memunculkan bandar-bandar besar sebagai
pelabuhan utama niaga yang saling terkoneksi satu dengan yang lain. Dalam hal
tata niaga, hubungan antarwilayah saling terkait, berperan sebagai wilayah
penyangga, penghasil, pendistribusi, ataupun pelabuhan singgah (Harkantiningsih
dkk., 2010). Dengan demikian, selain terbentuk jaringan global yang
menghubungkan Eropa dan Kepulauan Nusantara, juga terbentuk jaringan
Nusantara sebagai bandar transit komoditi sebelum dikirim ke Eropa, serta
jaringan lokal yang merupakan jalur untuk mengumpulkan komoditi.
Setelah kedatangan bangsa Eropa, peran pedagang Nusantara, Arab, dan Cina
dalam jaringan perdagangan rempah-rempah mulai melemah dan diambil alih oleh
pedagang Eropa. Keuntungan besar dalam perdagangan rempah-rempah menjadi
pemicu utama minat pedagang Eropa untuk mendapatkan komoditi ini langsung
dari pusat produksinya. Komoditi perdagangan yang diperdagangkan pada waktu
itu adalah lada, cengkeh, pala, cendana, beras, kain dan sebagainya. Indonesia
yang merupakan salah satu negeri di Asia Tenggara merupakan penghasil terbesar
pada waktu itu (Najemain, 2001, 7).2
Definisi monopoli seperti yang terdapat dalam Black’s Law Dictionary, yang
memberikan penjelasan tentang monopoli sebagai berikut: “Monopoly is a
privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies,
consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular business or
trade, manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of
a particular commodity.
Dari penjelasan Black’s Law ini maka indikator suatu kondisi pasar yang
dapat dikatakan telah terjadi monopoli, apabila:
a. Kondisi dimana pelaku usaha mempunyai pengaruh untuk menentukan harga
(price maker) suatu produk di pasaran, sementara itu pembeli tidak memiliki daya
untuk menolak, hanya dapat menerima harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha
karena tidak adanya pilihan;
2
Syahruddin Mansyur, "Perdagangan Cengkeh Masa Kolonial dan Jejak Pengaruhnya di
Kepulauan Lease" Kalpataru. Vol. 22, No. 1, 2013, hal. 43-44.
4|Perekonomian Indonesia
b. Suatu kondisi dimana pelaku usaha mempunyai otoritas penuh terhadap pasar,
dan tidak perlu untuk menyesuaikan diri terhadap pesaing;
c. Kondisi dimana adanya entry barrier bagi pelaku usaha lain yang berkeinginan
untuk memasuki pasar yang sudah dimonopoli oleh pelaku usaha.3
3
Putu Samawati, Monapoli BUMN Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha (Malang: Tunggal
Mandiri, 2018), hal 47-48.
5|Perekonomian Indonesia
Monopoly by nature, yakni monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah
karena didukung oleh iklim dan lingkungan yang cocok. Kita dapat melihat jenis
monopoli seperti ini yaitu tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang karena
memiliki keunggulan dan kekuatan tertentu, dapat menjadi bisnis raksasa yang
menguasai seluruh pangsa pasar yang ada. Mereka menjadi besar karena sifat-sifat
yang cocok dengan tempat di mana mereka tumbuh. Selain itu karena berasal dan
didukung bibit yang unggul dan faktorfaktor yang dominan.
Monopoly by licence. Monopoli ini diperoleh melalui lisensi dengan
menggunakan mekanisme kekuasaan. Monopoli jenis inilah yang sering
menimbulkan distorsi ekonomi karena kehadirannya mengganggu keseimbangan
(equilibrium) pasar yang sedang berjalan, ke arah yang diingini oleh pihak yang
memiliki monopoli tersebut.4
4
Tommo Gunawan, "Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Terlarang Dalam Hukum Positif
Menurut UU NO. 5 Tahun 1999" Lex Crimen. Vol. 5, No. 6, 2016, hal. 93-94.
5
Mubyarto, “Peran Ilmu Ekonomi Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol. 17, No. 3, 2002, hal. 234.
6|Perekonomian Indonesia
dagang raksasa dari Belanda dan Inggris itu adalah untuk mendapat keuntu ngan
yang sehcsar- hesarnya dari perdagangan rempah-rempah. Untuk itu meka harus
menyingkirkan para pedaganq dari Iberia (Portugis dan Spanyol) yang telah lebih
du1u memasuki Samudra Hindia. Sekalipun motivasi Spanyol dan Portugis ke
Asia pada mul annya ada1ah soal agama (menyebar agama Kristen dan melawan
Islam), namun ketika mereka herhasil melintasi Tanjung Harapan dan berhadapan
dengan kekayaan pelayaran-niaga Samudra Hindia maka unsur-unsur komcrsial
menjadi lebih dominan. Kegiatan pcrdagangan orang-orang Iberia itu malah
berhasil mematahkan jalur-jalur dagang Timur Tengah ke Eropa melalui kota-kota
dagang di ltalia sepertia Venesia. Genoa dan Barselona. Mengapa orang-orang
Eropa Barat (Inggris dan Belanda) dapat merebut pasaran di Samudra Hindia yang
tclah dimasuki olch Portugis adalah suatu pertanyaan yang selalu mcnarik. Ada
yang mcngemukakan kenyataan hahwa perhedaannya adalah dalam system
manajemen pcrdagangan: organisasi Perdagangan orang-orang Iberia adalah
perusahaan negara" karena dikuasai oleh raja dan para bangsawan, sedangkan
perusahaan-perusahaan dagang lnggris dan Belanda (ElC, VOC) adalah
perusahaan-perusahaan swasta milik kaum "bourgoisie" sebagai pemegang saham.
Tetapi jelas sekali bahwa selama abad ke-17 VOC mencapai keuntungan yang
besar, dan para pemegang saham mendapat dividen secara terat ur (Gaastra 1989,
1991 ). Sekalipun kemudian mengalami kemunduran secara ekonomis, tetapi para
pimpinan perusahaan di Eropa tetap berhasil menyakin para pemegang saham atas
kemampuan VOC. sebab itu VOC tetap bertahan sampai akhir abad ke-18 .
Namun adalah keliru kalau dikatakan bahwa sejak tahun 1680 VOC telah
menguasai seluruh ekonomi Nusantara. VOC hanya menguasai komoditi-
komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa. Kota-kota dagang dan jalur-
jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli alas komoditi
itu (rempah-rempah). Dengan beralihnya jalur-jalur perdagangan rempah-rempah
dan daerah produksi remah-rempah ke tangan VOC, maka pertanyaan yang
muncul adalah bagaimana proses pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal ? VOC
dengan sendirinya tidak bisa mengambil-alih fungsi itu karena akan sangat
merugikan perusahaan. Kepentingannya adalah pasaran di Eropa yang
membutuhkan rempah-rempah . Kegiatan ekonomi lain yang tidak membawa
7|Perekonomian Indonesia
omzet yang besar hanya akan mejadi beban. Suatu penelitian yang dilakukan oleh
R.Z. Leirissa mengenai perdagangan di sekitar Laut Seram membuktikan bahwa
kegiatan perdagangan tidak terhenti di wilayah ini sekalipun memang bukan
rempah-rempah ya ng menjadi primadonan ya seperti sebelum 1620-an. Di
samping "administravi trade" yang dikeloia VOC dan terutama menyangkut
rempah-rempah. terdapat pula "non-formal trade'' yang dilakukan oleh para
pedagang lokal dan Bugis Makasar.6
6
R.Z. Leirissa, G.A. Ohorella, Yuda B. Tangkilisan, Sejarah Perekonomian Indonesia (Jakarta:
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996), hal, 39-47.
8|Perekonomian Indonesia
satunya, pengambilalihkan kekuasaan Imuem Mukim yang berhasil disampingkan.
Sehingga, Uleëbalang tetap dipertahankan serta memaksa untuk menandatangani
maklumat wilayah. Belanda tidak menjalankan pemerintahan langsung di Aceh.
7
Andreski, Stanislav. 1989. Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi, dan Agama.
Yogyakarta Tiara Wacana.
9|Perekonomian Indonesia
Dalam pelaksanaan struktur pemerintahan dari atas ke bawah, Belanda menyusun
bentuk pemerintah.
8
Boer, K.H. de. 1917. Memorie van Overgave van den Controleur van
Onderafdeeling Langsa, 10 Juli 1927. Serie 1e, M.F. 25, Film No. 9, Arsip
Nasional Republik Indonesia.
10 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
penelitian menunjukkan bahwa pasca bubarnya kongsi dagang VOC
menimbulkan kebijakan baru di Hindia Belanda. Atas berbagai pertimbangan
ekonomi maka pemerintah kolonial Belanda melaksanakan Sistem Tanam
Paksa(Cultuurstelsel) dalam kurun waktu hampir 50 tahun.
Sistem ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan petani di
Jawa.Sistem Tanam Paksa telah mengenalkan petani pada sistem tanam yang
lebih modern. Kondisi ini membuat ekonomi pangan memiliki pondasi yang
semakin mantap. Pada masa ini pula terbuka peluang bagi tumbuhnya ekonomi
masyarakat tani. Perekonomian subsisten perlahan bergeser menjadi
perekonomian uang. Akan tetapi bagaimanapun penyimpangan dalam
pelaksanaan Tanam Paksa pada akhirnya semakin menambah derita penduduk
jajahan.9
9
Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di
Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
11 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
C. Penyimpangan dalam Praktik Sistem Tanam Paksa
Menurut yang tersirat dalam peraturan memang sistem tanam paksa tidak
tampak memberatkan penduduk.Akan tetapi dalam praktik, banyak dilaporkan
sebaliknya.Maka perlu dibedakan antara sistem tanam paksa dalam program
pemerintah pusat dengan sistem tanam paksa dalam praktik di tingkat
daerah.Penyelenggaraan sistem tanam paksa yang menggunakan pimpinan-
pimpinan pribumi desa sebagai perantara, merupakan salah satu sumber petaka
penyimpangan dalam praktik tanam paksa di tingkat desa.
Penyediaan tanah dan tenaga kerja cenderung dibebankan kepada seluruh
desa, bukan pada penduduk secara individual sebagai pemilik tanah. Hal ini
dilakukan dengan alasan untuk memudahkan penanganannya. Akibatnya timbul
perluasan tanah yang sifatnya menjadi tanah komunal (milik bersama) serta terjadi
perubahan hubungan sosial di pedesaan.10
10
Djuliati Suroyo, A. M.. 2000. Tenaga Kerja di Jawa Sebelum dan Selama Sistem
Tanam Paksa, hal. 2130-1395.Dalam Thomas J. Lindblad (Ed). Sejarah Ekonomi
Modern Indonesia: Berbagai Tantangan Baru.Jakarta : LP3ES.
12 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
adanya kecenderungan perubahan kepemilikan tanah perseorangan menjadi tanah
komunal desa.
13 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Sistem ekonomi liberal klasik adalah suatu filosofi pereonomian
kebebasan individu. Teori juga bersiat membebaskan individu untuk bertindak
sesuka hati sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan semua individu
untuk bertindak sesuka hati sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan
semua individu untuk melakukan pekerjaan tanpa pembatasan yang nantinya
dituntut untk menghasilkan suatu hasil yang terbaik, yang ceteris paribus, atau
dengan kata lain, menyajikan suatu benda dengan batas minimum dapat diminati
dan disukai oleh masyarakat (konsumen).
14 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
3. Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk melakukan tindakan-
tindakan ekonomi.
4. Setiap orang bebas memiliki barang (hak milik diakui), termasuk barang
modal.
5. Harga barang ditentukan oleh mekanisme pasar.11
6. Motif utama adalah mencari laba yang terpusat pada kepentingan individu.
7. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
8. Menerapkan sistem persaingan bebas.
11
Huda nurul , ekonomi makro islam, (Jakarta: kencana 2008 ) 123-125
Muhammad A. dan Karim A. Fathi, sistem ekonomi islam dan liberal,( semarang :
PT Bina ilmu,2012) 27-29
15 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
di pasar dunia, diakibatkan karena Eropa mulai menanam gula sendiri. Sehingga
mereka tidak memerlukan impor gula dari Indonesia. Krisis perdagangan ini
mengakibatkan terjadinya reorganisasi dalam kehidupan ekonomi Hindia Belanda.
Perkebunan besar bukan lagi milik perseorang tetapi diorganisasi sebagai
perseroan terbatas. Baca juga: Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1650
hingga 1725 Pada akhir abad ke-19, terjadi perkembangan dalam ekonomi Hindia
Belanda. Sistem ekonomi liberalisme murni ditinggalkan dan bergantu menjadi
sistem ekonomi terpimpin. Di mana ekonomi Hindia Belanda, khususnya Jawa
mulau dikendalikan oleh kepentingan finansial dan industriil di negeri Belanda
dan tidak diserahkan kepada pemimpin perkebunan besar yang ada di Jawa.
Kondisi masyarakat masa liberal Berdasarkan buku Sejarah Indonesia Modern
(1991) oleh M.C Ricklef, meskipun pada masa liberalisme industri perkebunan di
Jawa berkembang pesat, kondisi kesejahteraan rakyat Indonesia justru mundur.
Hal ini karena penduduk di Jawa semakin bertambah, sehingga memperbesar
tekanan terhadap sumber-sumber bahan pangan.
Tanah dengan kualitas terbaik sudah digunakan untuk tanaman dagang,
sehingga padi hanya ditanam di lahan yang tandus. Pembebasan tanam paksa,
ternyata hanya memberikan sedikit perbaikan. Pasalnya pajak tanah dan bentuk
pembayaran lain masih harus dilakukan rakyat kepada pemerintah. Baca juga:
Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1610 hingga 1650 Beberapa faktor yang
menyebabkan kemiskinan rakyat Indonesia khususnya Jawa, di antaranya:
Kemakmuran rakyat ditentukan oleh perbandingan jumlah penduduk dengan
faktor produksi lain, seperti tanah dan modal. Rakyat bermodal sedikit, sedangkan
jumlah penduduknya banyak. Tingkat kemakmuran belum tinggi, sehingga hanya
dijadikan umpan bagi kaum kapitalis Penghasilan rakyat diperkecil dengan sistem
verscoot (uang muka) Sistem tanam paksa dihapus, namun masih berlaku sistem
batiq saldo. Krisis tahun 1885 mengakibatkan penciutan kegiatan pengusaha
perkebunan gula, artinya menurunkan upah kerja dan sewa tanah bagi penduduk.
16 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
pemerintah Belanda selama kurang lebih 350 tahun mengakibatkan terjadinya
perubahan masyarakat di berbagai bidang.Tujuan utama Belanda datang ke
Indonesia adalah untuk memperkaya diri mereka sendiri. Namun, kebijakan yang
diberlakukan oleh Belanda sangat menyengsarakan dan merugikan masyarakat
Indonesia kala itu.Gubernur Belanda seperti Willem Daendels dan Van Den
Bosch memiliki kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Dua kebijakan
yang paling dikenal adalah kerja rodi dan tanam paksa. Di bawah ini akan
dijelaskan soal bagaimana kondisi rakyat yang mengalami penjajahan di era
kolonialisme.
17 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan bagian
periode yang penting menyangkut bangsa Indonesia. Pada masa tersebut telah
terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada sendi-sendi kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan dampak dari
pendudukan Jepang yang sangat menekan dan sangat memeras. Masa pendudukan
Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai
masa yang singkat tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat tidak sebanding
dengan masa penjajahan Belanda yang lebih lama. Pendudukan Jepang di
Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperialisme di Asia
Tenggara. Kedatangan Jepang ke Indonesia merupakan bagian dalam usahanya
membangun suatu imperium di Asia. Munculnya imperialisme Jepang didorong
oleh keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak modernisasi di
berbagai bidang kehidupan. Modernisasi tersebut berimplikasi pada persoalan-
persoalan yang sangat komplek seperti kepadatan penduduk, lapangan pekerjaan,
bahan mentah dan daerah pemasaran hasil produksi.
18 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
perkebunan. Bagi Jepang, hanya sedikit komoditas yang bisa berguna menunjang
perang. Kopi, teh, dan tembakau diklasifikasikan sebagai para yang kurang
berguna bagi perang. Sehingga, perkebunan ini diganti dengan komoditas
penghasil bahan makanan atau jarak yang bisa diolah sebagai pelumas.
Komoditas yang dipaksa Jepang untuk ditanam yakni karet, kina, gula, dan
beras. Di Jawa Timur, hampir seluruh pegawai di perkebunan di kareta diwajibkan
bekerja. Akan tetapi di Kalimantan, hasil karet berlebih sebab pengangkutannya
sulit. Sementara gula, pabriknya sebagian besar dibumihanguskan Belanda ketika
Jepang datang untuk merebutnya. Sebagian di antaranya berhasil diperbaiki.
Namun dalam perbaikan, Jepang kekurangan tenaga ahli. Jepang terpaksa masih
menggunakan orang Belanda. Dari 85 pabrik gula di Jawa, sebanyak 13 berhasil
diperbaiki. Ketika persediaan gula berlebih di Jawa, Jepang kemudian melarang
penanaman tebu dan gula. Pabrik gula diubah menjadi pabrik senjata.
19 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
Selain masalah pangan, sandang atau pakaian bahkan menjadi masalah.
Banyak rakyat yang tak mempunyai pakaian yang layak. Sebelumnya, urusan
sandang sangat bergantung pada impor dari Belanda. Untuk mengatasi
kekurangan sandang, Jepang memaksa petani menanam kapas dan membuka
usaha konveksi. Rakyat dilantuh untuk memintal bahan-bahan yang mengandung
serat kapuk randu. Namun tetap saja, industri tekstil tak bisa dihidupkan kembali.
Sebab suplainya, yakni tanaman kapas, berkurang. Bahkan pada April 1944
sempat diadakan Pekan Pengumpulkan Pakaian untuk Rakyat Jelata. Sebab saat
itu banyak rakyat yang hanya memakai karung hingga lembaran karet mentah.
Industri lain, oleh Jepang dibagi menjadi dua. Pertama, industri yang berguna
langsung untuk perang seperti pabrik mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat.
Kendati demikian, industri itu sulit dijalankan sebab kekurangan suku cadang.
Sementara golongan kedua adalah barang-barang yang menyangkut kebutuhan
rakyat. Dalam bidang transportasi, Jepang merasa kekurangan kapal. Oleh karena
itu Jepang mengembangkan industri kapal angkut dari kayu.
20 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
pengeluaran pemerintah, maka tidaklah mengherankan bahwa inflasi dari masa
perang dan revolusi terus berlanjut. Semua sektorkemasyarakatan menderita
sampai tingkat tertentu akibat kenaikan harga.Sehingga kemerdekaan tidak
menghasilkan kemakmuran yang diharapkanoleh banyak orang.
21 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
22 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
memiliki pemimpinnya dan urutan terbesar dan yang paling berkuasa adalah
Asisten Residen yang membawahi Pemerintah Mukim di Langsa, sehingga
otoritas yang sama besar dalam wilayah pemerintahan yang seperti Mukim yang
ada di Aceh.
Pada saat itu, di bawah pemerintahan Asisten Residen berpusat di Langsa
yang ada dibbagian Pembagian Pantai Timur Aceh yang tunduk langsung di
bawah keputusan pemerintahnya sendiri.Akan tetapi menurut Robert van Niel
dalam Anne Booth , dampak dari sistem tanam paksa di Jawa selain
mempengaruhi tanah dan munculnya tenaga buruh yang murah, masih ditambah
satu hal lagi yaitu lahirnya pembentukan modal di desa.Tuntutan akan kebutuhan
tanah pertanian untuk tanaman ekspor yang dilakukan dengan menggunakan
ikatan desa, telah mempengaruhi pergeseran pemilikan dan penguasaan tanah di
kalangan petani pedesaan.
Teori awal berdasarkan asumsi atas kegiatan ekonomi individu yang lebih
banyak berasal dari kepentingan sendiri dan kebutuhan akan kebebasan untuk
bertindak tanpa batas untuk menghasilkan hasil terbaik untuk semua orang,
asalkan tidak melewati standar dan tetap menjunjung asas keadilan. Di mana
kaum pengusaha Belanda dan modal swasta diberikan peluang oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk menanamkan modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di
Indoensia. Selama masa liberalisme ini, modal swasta dari Belanda dan negara-
negara Eropa lainnya telah mendirikan perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang
cukup besar.
Di mana ekonomi Hindia Belanda, khususnya Jawa mulau dikendalikan oleh
kepentingan finansial dan industriil di negeri Belanda dan tidak diserahkan kepada
pemimpin perkebunan besar yang ada di Jawa. Perubahan-perubahan yang terjadi
merupakan dampak dari pendudukan Jepang yang sangat menekan dan sangat
memeras. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun
tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat tetapi akibat yang diterima
oleh masyarakat tidak sebanding dengan masa penjajahan Belanda yang lebih
lama. Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, di awal kedatangannya,
Jepang memberlakukan ekonomi self help atau berusaha untuk memenuhi sendiri
kebutuhan pemerintahan Jepang di Indonesia.
23 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kami sebagai penulis
memohon maaf jikalau ada kesalahan didalam penulisan dan agar kiranya dapat
memberikan kritik dan saran yang mendukung kepada kami agar lebih baik untuk
kedepannya.
24 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a
DAFTAR PUSTAKA
Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan
Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20. Jakarta: Pustaka Utama
Grafit.
Djuliati Suroyo, A. M. (2000). Tenaga Kerja di Jawa Sebelum dan Selama Sistem
Tanam Paksa. Jakarta : LP3ES.
25 | P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a