Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

”GARIS BESAR PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA”


Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada Matakuliah Manajemen Operasional Bank
Syari’ah untuk dipresentasikan dikelas PS-4B

Disusun Oleh:

Kelompok 1

FANDRI PRATAMA 3321062


NESA ANGGELA 3321065
MEILISWATI 3321080

Dosen Pengampu:

ASNAH, SE., MM

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M DJAMIL
DJAMBEK
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Matakuliah “Manajemen Operasional Bank Syari’ah”. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Garis Besar Perbankan Syari’ah di
Indonesia” bagi para pembaca.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Bunda ASNAH, SE., MM selaku dosen pengampu Matakuliah Manajemen Operasional
Bank Syari’ah yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan insyAallah sesuai
dengan apa yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bukittinggi, 2 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia .......................... 3
2.2 Hukum Ekonomi Islam sebagai Alternatif .................................................. 8
2.3 Sejarah Perbankan Syar’ah .......................................................................... 11
2.4 Tinjauan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia ...................................... 20
2.5 Tinjauan Kelembagaan Perbankan Syari’ah di Indonesia ............................ 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................................ 27
Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munculnya sistem ekonomi syariah menjadi peluang besar, mengingat


Indonesia memiliki penduduk beragama Islam terbesar di Dunia. Sampai saat ini
penduduk muslim di Indonesia telah mencapai sekitar 200 juta jiwa. Sebuah pasar
yang sangat besar bagi sebuah bisnis. Indonesia merupakan negara yang memiliki
perbankan syariah dengan kinerja keuangan tertinggi di dunia. Tingkat profitabilitas
bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur dari rasio laba
terhadap aset. Indonesia juga merupakan negara yang perbankan syariahnya memiliki
pertumbuhan sangat pesat. Baik dilihat dari bertambahnya jumlah bank maupun
bertambahnya aset.
Didirikannya bank syariah selain dilatarbelakangi oleh keinginan umat Islam
untuk segera menghindari riba di dalam semua kegiatan muamalahnya, tetapi juga
untuk memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai
dengan perintah Islam, sebagai alternatif lain dalam menikmati jasa-jasa perbankan
yang dirasakanya lebih sesuai, yaitu bank-bank yang berusaha sebisa mungkin untuk
beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum syariat Islam. Diawali dengan
pengkajian ilmu ekonomi syariah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 70-an, namun
ternyata perkembangannya mulai marak pada dekade 90-an. Ekonomi syariah telah
mengimplementasikan institusi dan kajian keislamannya, kini memperlihatkan
prospektif yang menggembirakan. Hal tersebut terlihat dengan kesuksesan Bank
Muamalat Indonesia (BMI), sebagai perbankan syariah pertama yang beroperasi di
Indonesia sejak berdiri 1 Mei pada tahun 1992, hingga kini telah berkembang semakin
pesat.
Dalam kaitannya dengan kelembagaan, bank merupakan lembaga yang dalam
aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan
yang utama. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam

1
memperkenalkan prinsip- prinsip muamalah Islam. Bank syariah lahir sebagai salah
satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba.
Dengan demikian, keinginan umat Islam Indonesia untuk melepaskan diri dari
persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Dinamika Perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia?
2. Apa Hukum Ekonomi Islam sebagai Alternatif?
3. Apa Sejarah Perbankan Syar’ah?
4. Apa Tinjauan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia?
5. Apa Tinjauan Kelembagaan Perbankan Syari’ah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk Mengetahui Dinamika Perkembangan Ekonomi Syari’ah di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Hukum Ekonomi Islam sebagai Alternatif
3. Untuk Mengetahui Sejarah Perbankan Syar’ah
4. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Tinjauan Kelembagaan Perbankan Syari’ah di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Perkembangan Ekonomi di Indonesia

1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)


Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk,
yang antara lain disebabkan oleh :
a. Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari
satu mata uang secara tidak terkendali.
b. Kas Negara kosong
c. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan1
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi, antara lain :
1) Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR.
Surachman pada bulan Juli 1946.
2) Upaya menembus blockade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke
Singapura dan Malaysia.
3) Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu: masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947 Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948,
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5) Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab
Fisiokrat: sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).2

1
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm. 2
2
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.3

3
2. Orde baru (1966-1997)
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian
inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat
inflasi kurang lebih 650 % per tahun. Setelah melihat pengalaman masa lalu,
dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah
bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki
keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem
ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori
Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas.
Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan
menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan UMR dan perluasan
kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori
Keynesian. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala
bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan: kebutuhan pokok. pendidikan dan
kesehatan, pembagian pendapatan. kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan.
Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
Berikut penjelasan singkat ten tang beberapa REPELITA:
a) REPELITAI (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal lapril 1969, Tujuan yang ingin dicapai
adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang
diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana
terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b) REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7.5% per tahun. Prioritas
utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c) REPALITA III (1979-1984)

4
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan
pada sector pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan
industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
d) REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian
pendapatan yang lebih adil dan merata. memperluas kesempatan kerja.
Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri
sendiri.3

3. Masa Reformasi
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini
dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto
untuk turun dari jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato
dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang
dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 USS senilai
Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali
lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,-
sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 USS namun setelah tahun 1998 menjadi
hanya 100 USS.
Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus dibayar
dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang
dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara
Indonesia sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary
Fund (IMF). Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi USS 70,9 milyar
(US$20 milyar adalah hutang komersial swasta).4
Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai sekarang sudah
mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu:

3
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.9
4
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.13

5
a) Bapak BJ Habibie (21 Mei 1998-20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa
reformasi belum melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di
bidang ekonomi. Kebijakan- kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan
keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh dari
pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-timor dari Wilayah
Indonesia melalui jejak pendapat
b) Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada
tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari
keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena
pemerintahannya mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
c) Ibu Megawati (23 Juli 2001 20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang
mendesak yang harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan
hokum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-
persoalan ekonomi antara lain:
 Meminta penundaan pembayaran utang sebesar USS 5.8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar
negeri sebesar Rp 116.3 triliun
 Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan
negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan
negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban
negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan
asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual
beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri, Akan tetapi,
hutang Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan Negara
dari berbagai asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat
berkurang.5

5
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.14

6
d) Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya
kontroversial yaitu :
 Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM.
Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia.
Anggaran subsidi BBM dialihkan kesektor pendidikan dan kesehatan,
serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
 Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi
masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ketangan yang
berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji
memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya
Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
 Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang
dijalankan pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor
tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY
menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak
menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak
terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak
yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan
secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak
stabil. Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas
dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga
di pasaran tinggi. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat
para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok atau turun
drastis.6

Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF
(International Monetary Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak

6
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.15

7
lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam
negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali
mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara
penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin
meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa
pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain
karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang
(perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil
kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga
semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang
menimpa negeri ini.7

2.2 Hukum Ekonomi Islam Sebagai Alternatif

Hadirnya ekonomi Islam dapat menjadi alternatif di tengah-tengah sistem


ekonomi kapitalisme, sosialisme dan Komunis.

1. Sistem Ekonomi Kapitalis

Dalam sistem ekonomi Kapitalis dimulai dari memproduksi kebutuhan


manusia yang semakin lama semakin berkembang. Dalam rangka memproduksi
barang kebutuhan tersebut pada mulanya tersebar didalam masyarakat, dimana
setiap orang menghasilkan produksi secara perorangan sesuai dengan
keahliannya. Para penghasil barang-barang kebutuhan ini memiliki sendiri alat-
alat produksinya. Pemilikan alat-alat produksi oleh perorangan ini merupakan
landasan timbulnya sistem kapitalis. Bahwa orang peroranglah pemilik satu-
satunya atas hasil produksi yang dihasilkannya, sedangkan orang lain tidak
mempunyai apa- apa terhadapnya.
Dalam masyarakat kapitalis maka produksi barang merupakan tujuan
Kepentingan masyarakat dikorbankannya demi untuk memperbesar utama.
kekayaannya.
Suatu hal yang pasti terjadi dalam sistem kapitalis ini ialah lahirnya
kecenderungan yang keras dikalangan masyarakat untuk mengumpulkan
kekayaan dan untuk tidak mengeluarkannya kecuali pada jalan yang
mendatangkan keuntungan besar bagi dirinya. Mereka yang menguasai segala
7
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996), hlm.15

8
sumber produksi, dengan demikian mereka pulalah yang memegang kekuasaan
atas segala pekerjaan distribusi, bahkan ditangan mereka terdapat hak untuk
menentukan dan membatasi pembagian konsumsi.
Dengan berkembangnya sistem Kapitalisme, berakibat:
a. Bertumpuk-tumpuknya barang hasil produksi, sedangkan konsumen
yang sudah dimelaratakan tidak mempunyai kemampuan untuk
membelinya.
b. Terjadinya pengangguran yang luar biasa karena tenaga manusia
diganti dengan tenaga mesin.
c. Terjadinya berbagai krisis didunia, terutama krisis ekonomi.Kebebasan
kepemilikan atau kebebasan berekonomi yang membolehkan setuap
orang untuk menguasai barang, jasa dan dengan cara apapun telah
melahirkan para pemilik modal (Kapitalisme) yang merupakan faktor
penentu penggerak sistem ekonomi dinegara-negara barat.
Dalam Sistem Kapitalisme yang diutamakannya adalah aspek ekonominya
tanpa membahas keberadaan Tuhan secara jernih dan mendalam. Agama tidak
boleh mencampuri urusan dunia dan harus dipisahkan dari urusan- urusan dunia.
Agama adalah urusan pribadi dan tidak boleh mengatur atau mencampuri urusan
wilayah publik. Prinsipnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.
2. Sistem Ekonomi Sosialis.
Sistem ekonomi Sosialisme adalah bentuk tertua dari bentuk ekonomi yang
ada, yang biasa disebut bentuk sistem ekonomi yang alamiah. Dikatakan sistem
alamiah karena sistem ini timbul didalam masyarakat didasar kesadaran bahwa
masyarakat atau individu itu adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendiri
tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Mengerjakan sesuatu dikerjakan secara
gotong-royong, tolong-menolong tanpa mengharapkan imbalan.
Sistem ini mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
individu, namun demikian kepentingan individu masih tetap terlindungi.
Individu-individu tetap diperkenankan mempunyai hak-hak untuk memiliki alat-
alat dalam memenuhi keperluan konsumtif. Sedangkan alat-alat yang diperlukan
untuk memenuhi kepentingan masyarakat harus berada ditangan negara.
Didalam perkembangannya, sistem Sosialis ini menguasai alat-alat yang
dianggap vital untuk kepentingan masyarakat dengan jalan menasionalisasikan

9
seluruh alat-alat produksi seperti tanah, pabrik-pabrik dan lembaga-lembaga
perdagangan dan industri yang tadinya kepunyaan individu-individu menjadi
milik negara atau dikuasai oleh negara.
3. Sistem Ekonomi Komunis.
Dalam ajaran Komunis orang perorang tidak mempunyai hak untuk
memiliki secara sendiri-sendiri. Orang perorang bekerja dalam suatu proses
produksi secara bersama-sama dan untuk kepentingan bersama pula. Masyarakat
yang menyediakan kebutuhan hidup bagi mereka, dan untuk itu mereka berhak
mendapat bagian atau imbalan yang layak dari pekerjaan itu. Sistem Komunis
tidak mengenal adanya hak milik perorangan atas alat-alat produksi.
Dalam sistem ekonomi komunis bermaksud mengubah sistem ekonomi
kapitalis dengan tujuan mudah menegakkan keadilan dalam pembagian kekayaan
didalam masyarakat agar terjadi keseimbangan. Akan tetapi niat baik ini
bertentangan dengan fitrah manusia, dengan menghapuskan hak individu untuk
memiliki kekayaan secara perorangan dan menjadikan individu-individu
mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
Dengan mengesampingkan kepentingan individu-individu ini berarti
mematikan kreativitas pribadi, padahal tidak ada seorangpun yang akan
mencurahkan tenaga, pikiran kecuali mengerjakan pekerjaan yang disukainya dan
hasilnya adalah untuk kepentingan pribadinya atau pekerjaan yang membawa
manfaat baginya.
Dalam sistem komunis memperlakukan individu-individu sebagai alat,
individu-individu dianggap sebagai benda mati, mereka diperlakukan secara
sewenang-wenang tanpa ada belas kasihan dan tanpa ada suatu penghargaan yang
memadai.
Karena itu sistem komunis adalah salah satu sistem yang sangat
bertentangan dengan fitrah manusia, yaitu dimana manusia mempunyai hak
kebebasan hidup, mempunyai hak milik perorangan atau memilih pekerjaan yang
ia sukai. Kalau sistem komunis tidak diterapkan secara diktator dan kejam, maka
sistem komunis itu tidak akan berumur panjang karena ia sangat bertentangan
dengan fitrah manusia.

10
2.3 Sejarah Perbankan Syari’ah

1. Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Para Sahabat.

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat
Islam sejak jaman Rasulullah saw. Praktek-praktek seperti menerima titipan
harta, meninjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.
Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima
deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman
Rasulullah saw.

Rasulullah saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh


masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madinah, beliau meminta Sayidina Ali ra untuk
mengembalikan semua titipan itu kepada yang memilikinya. Dalam konsep ini,
yang dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut.

Seorang sahabat Rasulullah saw., Zubair bin al Awwam, memilih tidak


menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman.
Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda: pertama, dengan
mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk
memanfaatkannya; kedua, karena bentuknya pinjaman, maka ia berkewajiban
mengambalikannya utuh. Sahabat lain, Ibnu Abbas tercatat melakukan
pengiriman uang ke Kufah. Juga tercatat Abdullah bin Zubair di Mekah juga
melakukan pengiriman uang ke adiknya Misab bin Zubair yang tinggal di Irak.8

Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya


perdagangan antara negeri Syam dengan Yaman, yang paling tidak berlangsung
dua kali setahun. Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra, beliau menggunakan cek
untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek ini

8
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm. 72

11
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari
Mesir. Pada zaman Rasulullah pemberian modal kerja berbasi bagi hasil, seperti
mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara
kaum Muhajirin dan kaum Anshar.9

2. Praktek Perbankan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Institusi bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih Islam, karena memang
institusi bank tersebut tidak ada oleh masyarakat Islam di masa Rasulullah saw.,
Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, maupun Bani Abbasiyah. Namun fungsi-
fungsi perbankan yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan transfer dana
telah lazim dilakukan, tentunya dengan akad yang sesuai syariah. Di zaman
Rasulullah saw. fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh perorangan, dan biasanya
satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di zaman Bani
Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu. Fungsi-fungsi
perbankan yang dilakukan oleh satu individu, dalam sejarah Islam telah dikenal
sejak zaman Abbasiyah.

Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang
pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan antara satu
mata uang dengan mata uang lainnya. Ini diperlukan karena setiap mata uang
mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai
yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus ini disebut naqid,
sarraf, dan jihbiz. Hal ini merupakan cikal-bakal praktek penukaran mata uang
(money changer).

Istilah jihbiz mulai dikenal sejak zaman Muawiyah (661-680M) yang


sebenarnya dipinjam dari bahasa Persia, kahbad atau kihbud. Pada masa
pemerintahan Sasanid, istilah ini dipergunakan untuk orang yang ditugaskan
mengumpulkan pajak tanah. Persamaan antara Jihbiz dan bank adalah sama-sama
melakukan fungsi-fungsi berikut ini :

a) To accept deposits (menerima simpanan)


b) To channel financing (penyaluran pembiayaan)
c) To transfer money (Transfer uang)

9
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.72

12
Sedangkan perbedaan dari keduanya (jihbiz dan bank) adalah :

1) Jihbiz dikelola oleh individu


2) Bank dikelola oleh institusi

Peranan banker pada zaman Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan


Muqtadir (908-932M). Saat itu, hampir setiap wazir mempunyai bankir sendiri.
Misalnya, Ibnu Furat menunjuk Harun ibnu Imran dan Joseph ibnu wahab sebagai
bankirnya.Lalu Ibnu Abi Isa menunjuk Ali ibn Isa, Hamid ibnuWahab menunjuk
Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang bankir
sekaligus: dua Yahudi dan satu Kristen. 10

Kemajuan praktek perbankan pada zaman itu ditandai dengan beredarnya


saq (cek) dengan luas sebagai media pembayaran. Bahkan, peranan bankir telah
meliputi tiga aspek, yakni menerima deposit, menyalurkannya, dan mentransfer
uang. Dalam hal yang terakhir ini, uang dapat ditransfer dari satu negeri kenegeri
lainnya tanpa perlu memindahkan fisik uang tersebut. Para money changer yang
telah mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai penggunaan cek
sebagai media transfer uangdan kegiatan pembayaran lainnya. Dalam sejarah
perbankan Islam, adalah Sayf al-Dawlah al-Hamdani yang tercatat sebagai orang
pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antara Baghdad (Irak) dan
Aleppo (Spanyolsekarang).

3. Praktek Perbankan di Eropa.

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan oleh


perorangan jihbiz kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai
institusi bank. Ketika bangsa Eropa mulai menjalanka npraktek perbankan,
tercatat sebagai bank yang pertama dibangun pada tahun 2000 SM di Babylonia,
dengan mengenakan bunga sebesar 20% setiap bulan kepada debiturnya,
persoalan mulai timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen
bunga yang dalam pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Pada
tahun 500 SM di Yunani didirikan Greek Temple, suatu lembaga semacam bank
yang operasinya meliputi penukaran uang dan segala macam kegiatan bank.

10
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.73

13
Transaksi berbasis bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada
tahun 1545 membolehkan bunga (interest) meskipun tetap mengharamkan riba
(usury) dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda (excessive). Ketika
Raja Henry VIII wafat, ia digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan
kebolehan bunga uang. Ini tidak berlangsung lama. Ketika wafat, ia digantikan
oleh Ratu Elizabeth I yang kembali membolehkan bunga uang.11

Selanjutnya, bangsa Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya dan


mengalami renaissance. Penjelajahan dan penjajahan mulai dilakukan ke seluruh
penjuru dunia, sehingga kegiatan perekonomian dunia mulai didominasi oleh
bangsa-bangsa Eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim mengalami
kemerosotan dan negara-negara muslim satu per satu jatuh ke dalam
cengkeraman penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Akibatnya, institusi-institusi
perekonomian umat muslim runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi bangsa
Eropa. Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini. Karena itu,
institusi perbankan yang ada sekarang di mayoritas negara-negara muslim
merupakan warisan dari bangsa Eropa, yang notabene berbasis bunga.

4. Perbankan Syariah Modern.

Selanjutnya, karena bunga ini secara fikih dikategorikan sebagai riba (dan
karenanya haram), maka mulai timbul usaha-usaha di sejumlah negara muslim
untuk mendirikan lembaga alternatif terhadap bank yang ribawi ini. Hal ini terjadi
terutama setelah bangsa-bangsa muslim mendapatkan kemerdekaannya dari
penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Usaha modern pertama untuk mendirikan bank
tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 40-an,
namun usaha ini tidak sukses. Selanjutnya, eksperimen lainnya dilakukan di
Pakistan pada akhir tahun 50-an, di mana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga
didirikan di pedesaan negara itu.

Namun demikian, eksperimen pendirian bank syariah yang paling sukses


dan inovatif di masa modern ini dilakukan di Mesir pada tahun 1963, dengan
berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank. Bank ini mendapat sambutan yang
cukup hangat di Mesir, terutama dari kalangan petani dan masyarakat pedesaan.
Jumlah deposan bank ini meningkat luar biasa dari 17,560 ditahun pertama
11
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.74

14
(1963/1964) menjadi 251,152 pada 1966/1967. Jumlah tabungan pun meningkat
drastis dari LE40,944 di akhir tahun pertama (1963/1964) menjadi LE1,828,375
di akhir periode1966/1967.

Namun sayang, karena terjadi kekacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr
mulai mengalami kemunduran/backward bending, sehingga operasionalnya
diambil alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral Mesir pada 1967.
Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr mulai
ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi berdasarkan bunga. Pada
1971 akhirnya konsep nir-bunga kembali dibangkitkan pada masa rezim Sadat
melalui pendirian Nasser Social Bank. Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan
kembali bisnis yang berdasarkan konsep yang telah dipraktekkan oleh Mit
Ghamr.12

Kesuksesan Mit Ghamr ini memberi inspirasi bagi umat muslim di seluruh
dunia, sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih
dapat diaplikasikan dalam bisnis modern. Ketika OKI akhirnya terbentuk,
serangkaian konferensi internasional mulai dilangsungkan, di mana salah satu
agenda ekonominya adalah pendirian bank Islam. Akhirnya terbentuklah Islamic
Development Bank (IDB) pada bulan Oktober 1975 yang beranggotakan 22
negara Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan finansial untuk
pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka untuk mendirikan
bank Islam di negaranya masing-masing, dan memainkan peranan penting dalam
penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan Islam. Kini, bank yang
berpusat di Jeddah-Arab Saudi itu telah memiliki lebih dari 43 negara anggota.

Pada perkembangan selanjutnya diera 70-an, usaha-usaha untuk mendirikan


bank Islam mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa negara seperti Pakistan,
Iran dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di negara itu menjadi
sistem nir-bunga, sehingga semua lembaga keuangan di negara tersebut
beroperasi tanpa menggunakan bunga. Di negara Islam lainnya seperti Malaysia
dan Indonesia, bank nir-bunga beroperasi berdampingan dengan bank-bank
konvensional.

12
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.75

15
Kini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat
dan menyebar ke banyak negara, bahkan ke negara-negara Barat. The Islamic
Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang
beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Kini, bank-bank besar
dari negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank
dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window, agar dapat
memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam. 13

5. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.

Bank di Indonesia didirikan pertama kali pada zaman penjajahan Belanda.


Bank-bank yang beroperasi saat itu antara lain: De Javasche NV, De Post Paar
Bank, Dealgemene Volks Crediet Bank, Nederland Handels Maatschappij
(NHM), De Escomto Bank NV, Bank Nasional Indonesia, Bank Abuan Saudagar,
NV Bank Boemi, The CharteredbankE. Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia.Bank di Indonesia didirikan pertama kali pada zaman penjajahan
Belanda. Bank-bank yang beroperasi saat itu antara lain: De Javasche NV, De
Post Paar Bank, De algemene Volks Crediet Bank, Nederland Handels
Maatschappij (NHM), De Escomto Bank NV, Bank Nasional Indonesia, Bank
Abuan Saudagar, NV Bank Boemi, The Chartered bank of India, The Yokohama
Species Bank, The Matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank.

Pada zaman kemerdekaan, dunia perbankan semakin berkembang dengan


didirikannya bank-bank baru dan terjadi nasionalisasi beberapa bank Belanda
oleh pemerintah Republik Indonesia. Bank-bank yang beroperasi saat itu adalah
Bank Rakyat Indonesia yang didirikan pada tanggal 22 Februari1946 yang
dahulunya bernama De Algemene Volks Crediet Bank atau Syomin ginko, Bank
Negara Indonesia yang didirikan pada tanggal 05 Juli 1946 (BNI 1946), Bank
Surakarta Maskapai Adil Makmur di Solo pada tahun 1945, Bank Indonesia di
Palembang pada tahun 1946, Bank Dagang Nasional Indonesia di Medan tahun
1946, Indonesian Banking Corporation di Yogyakarta tahun 1947 dan beberapa
bank lainnya.

13
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.75

16
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah
Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan
dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus
berkembang. Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah di
Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun
2000, bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit usaha syariah
telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan
Rakyat Syariah) sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-
tahun mendatang, jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan
masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang bank
syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window atau unit
usaha syariah di bank-bank konvensional.

Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting,


diproyeksikan bahwa total aset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar
2850% selama 8 tahun, atau rata-rata tumbuh 356.25 % tiap tahunnya. Sebuah
pertumbuhan aset yang sangat mengesankan. Tumbuh kembangnya aset bank
syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta berkembangnya
pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.14

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh


sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Namun realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya insani
yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis
maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan
mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri.
Dan inilah memang yang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni
mencetak sumber daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di
semua lini. Karena sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak
didukung oleh sumber daya insani yang baik pula. Tiga aspek yang
melatarbelakangi perkembangan bank syariah di Indonesia :

14
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.76

17
1. Aspek filosofis

a. Islamic Economics Values


1) Falah
2) Adil
3) Seimbang
4) Maslahat
5) Ukhuwah
6) Syari’ah
7) Tauhid
b. National Heritage
1) Masyarakat berketuhanan YME
2) Adab dan moral yang tinggi
3) Persatuan dan gotong-royong
4) Musyawaah untuk mufakat
5) Kesejahteraan bersama

2. Aspek Legal

a. UU No.7/1992 yang diubah oleh UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan


1) Dual banking system
2) Dual system bank
b. UU No.23 Tahun 1999 yang diubah oleh UU No.6/2009 tentang Bank
Indonesia:
1) Cara-cara pengendalian moneter dapat dilakukanberdasarkanPrinsip
Syariah
2) Bank Indonesia dapat memberikan pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek.
c. UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah :
1) Perizinan dan pengaturan
2) Pembinaan, pengawasan dan pemeriksaan
3) Penyelesaian persengketaan
4) Pembentukan Komite Perbankan Syariah

18
d. Pasar Domestik
1) Dengan jumlah penduduk yang cukup besar (> 200 juta jiwa) &
sumber daya alam (SDA) yang sangat potensial, Indonesia memiliki
prospek besar dalampengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
2) Socio-cultural masyarakat Indonesia dipandang sejalan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam sistem ekonomi dan keuangan syariah
gotong royong dalam berbagi hasil.
3) Perkembangan & pertumbuhan pasar keuangan (khususnya perbankan)
syariah nasional yang semakin meningkat.
4) Perbankan syariah sebagai industri keuangan yang berbasis sektor riil
sangat sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia. 15
e. Pasar Global
1) Sekitar 1,3 miliar penduduk muslim dunia merepresentasikan 20%
populasi dunia dan memiliki total kontribusi mendekati 10% GNP
Dunia.
2) Potensi SDA negara-negara muslim mendominasi potensi SDA dunia.
3) Perkembangan perbankan syariah internasional yang pesat, termasuk
negara non-muslim, seperti Inggris & beberapa Negara Eropa.
4) Lebih dari 300 institusi keuangan syariah di lebih 75 negara mengelola
asset sekitar USD 700 - 1000 miliar, dengan menggunakan jenis
instrumen keuangan syariah yang semakin berkembang.

3. Aspek Potensi dan Prospek

Dalam kurun waktu 17 tahun perkembangannya, total aset industri


perbankan Syariah telah meningkat sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79 triliun pada
tahun 2000, menjadi Rp 49,6 triliun pada akhir tahun 2008. Laju pertumbuhan
aset 46,3% pertahun (rata-rata pertumbuhan dlm 5 tahun terakhir). Posisi
Indonesia dalam Pasar Keuangan Global: pertumbuhan industri dalam tahun
terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan industri keuangan syariah global (15%-
20% p.a). “ Dengan potensi yang kita miliki, maka Indonesia dapat berpeluang
untuk menjadi platform pusat ekonomi syariah di Asia bahkan dunia.”(Sambutan

15
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.78

19
Presiden Republik Indonesia pada Pembukaan Festival Ekonomi Syariah 2008 di
Jakarta 16 Januari 2008).

Kalau dilihat secara makro ekonomi, pengembangan bank syariah di


Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas searah atau
sejurus dengan mayoritas penduduk negeri ini. Berdirinya bank-bank baru yang
bekerja berdasarkan prinsip syariah akan menambah semarak lembaga keuangan
syariah yang telah ada disini seperti BPRS, BMT dan Koperasi Syariah.16

2.4 Tinjauan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

1. Sumber Hukum Islam


a. Sumber Hukum dan Dalil Hukum yang Disepakati
Sumber dan dalil hukum yang disepakati, menurut 'Abd. Al-Majid
Muhammad al-Khafawi sebagaimana yang dikutip oleh Satria Effendi M.
Zein, ada empat yaitu: Al-Qur'an, Sunnah, ijma' dan qiyas.17 Hal ini bisa
dipahami melalui QS. an-Nisa' [4]: 59.

‫سى َل َوأ ُ ۟و ِلى أٱْل َ أم ِر ِمن ُك أم ۖ فَئِن تَنَزَ أعت ُ أم فِى‬


ُ ‫ٱلر‬
َّ ‫ىا‬ ۟ ُ‫ٱَّللَ َوأ َ ِطيع‬
َّ ‫ىا‬۟ ُ‫َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓى ۟ا أ َ ِطيع‬

َ ‫اخ ِر ۚ ذَلِكَ َخي ٌأر َوأ َحأ‬


‫س ُن‬ ِ ‫ٱل َء‬‫ٱَّللِ َو أٱليَ أى ِم أ‬
َّ ‫سى ِل ِإن ُكنت ُ أم تُؤأ ِمنُىنَ ِب‬ ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫َىءٍ فَ ُردُّوهُ ِإلَى‬
َّ ‫ٱَّللِ َو‬ ‫ش أ‬
ً ‫ت َأ أ ِو‬
‫يل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya”.

Perintah menaati Allah dan Rasul-Nya, artinya perintah untuk


mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah, sedangkan perintah untuk
menaati ulil amri, menurut Abdul Wahhab Khallaf, ialah perintah
mengikuti ijma', yaitu hukum-hukum yang telah disepakati oleh para

16
Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012), hlm.79
17
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana-Prenada Media Group, 2019), hlm. 74.

20
mujtahidin, karena mereka itulah ulil amri kaum Muslim dalam hal
pembentukan hukum-hukum Islam. Dan, perintah untuk mengembalikan
kejadian-kejadian yang diperselisihkan antara umat Islam kepada Allah
dan Rasul-Nya artinya ialah perintah untuk melakukan qiyas, karena
dengan qiyas itulah terlaksana perintah mengembalikan suatu masalah
kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.18

b. Dalil Hukum yang Tidak Disepakati


1) Istihsan artinya menganggap sesutu yang baik
2) Maslahah mursalah, maslahah yaitu manfaat dan mursalah berarti
lepas. Jadi maslahah mursalah adalah sesuatu yang dianggap maslahat
3) Urf (adat istiadat) artinya sesuatu yang dipandang baik dan diterima
oleh akal sehat, dan telah menjadi kebiasaan di masyarakat.
4) Istishab, artinya melestarikan sesuatu ketentuan hokum yang telah ada
pada masa lalu, hingga ada dalil yang mengubahnya.
5) Syar’u Man Qablana artinya syariah atau ajaran nabi-nabi sebelum
islam
6) Mashab Shahabi artinya pendapat para sahabat Rasulullah SAW
tentang suatu kasus baik berupa fatwa atau ketetapan hukum,
sedangkan nash tidak menjelaskan hukumnya secara tegas.
7) Sadd Al-Bzariah artinya menutup jalan kepada satu tujuan atau
wazilah.
2. Sumber Hukum Positif

Perbankan syariah sebagai lembaga publik, keberadaan perbankan


syariah di Indonesia secara legal state dan yuridis normatif ditopang oleh
regulasi pemerintah berupa:

a. Pasal 20 jo. Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
memperkenalkan perbankan bebas bunga yang dikenal dengan bank
dengan prinsip bagi hasil

18
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana-Prenada Media Group, 2019), hlm.74

21
c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang memperkenalkan
konsep perbankan syariah dan memperkenankan dual banking system di
mana bank konvensional boleh membuka unit usaha syariah dalam rangka
mendorong pertumbuhan perbankan syariah
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melakukan kebijakan moneter
berdasarkan sistem syariah
e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang memberikan
kewenangan absolut kepada Peradilan Agama untuk mengadili perkara-
perkara di bidang sengeta ekonomi syariah
f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
memberikan payung hukum secara utuh terhadap perbankan syariah di
Indonesia.

Hal-hal yang terkait dengan dengan aspek kesyariahan perbankan di


Indonesia diatur dalam fatwa DSN-MUI yang kemudian mengalami proses
formalisasi masuk menjadi undang-undang, peraturan peme- rintah, atau
Peraturan Regulator Lembaga Keuangan di Indonesia, yaitu Peraturan Bank
Indonesia (PBI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuang- an (POJK).19

2.5 Tinjauan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia


1. Pengertian
Lembaga keuangan merupakan lembaga yang kegiatan utamanya
melakukan kegiatan ekonomi finansial. Artinya, kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah
menghimpun dana masyarakat dan jasa-jasa keuangan lainnya.20
Lembaga keuangan tersebut disandarkan kepada syariah, maka menjadi
lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak
di bidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip

19
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah, hlm. 166-167.
20
Burhanuddin S, Hukum Bisnis Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2011) hal. 107

22
syariah yaitu prinsip yang menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam
Islam, kemudian menggantikannya dengan akad-akad tradisional Islam atau
yang lazim disebut dengan prinsip syariah. Atau lembaga keuangan syariah
merupakan sistem norma yang didasarkan ajaran Islam. Lembaga keuangan
syariah (LKS) adalah lembaga yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil.21
2. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Syariah
a. Lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit ataupun pembiayaan. Lembaga keuangan jenis bank
ini yaitu bank syariah. Bank syariah merupakan lembaga yang
menawarkan produk perbankan sesuai dengan prinsip syariah Islam.
b. Lembaga Keuangan NonBank (LKNB/Nonbank Financial Institution)
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang
secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan
mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat
guna membiayai investasi perusahaan.
1) Lembaga Asuransi Syariah
a) Pengertian Asuransi syariah
Asuransi syariah (ta‟min, takaful, atau tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui dana investasi dalam bentuk aset
atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.22
b) Akad Asuransi Syariah
 Akad Tijarah Adalah akad yang digunakan daalam
transaksi bisnis yang didalamnya terdapat perhitungan
untung rugi secara material. Akad tijarah yang diterapkan

21
Muhammad Abdul Karim, Kamus Bank Syari’ah, hal. 32
22
Didin Hafidhudin dan Fathurahman Djamil, Solusi Berasuransi, (Bandung:: Salamadani, 2009), h.9

23
pada asuransi syariah ialah akad wakalah bil ujrah dan akad
mudharabah musytarakah.
 Akad Tabarru’
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a yatabarra’u-
tabarru’an, yang berarti hibah, dana kebajikan atau derma
konteks akad di asuransi syariah, tabarru’ bermaskud
memberikan dana kebajikan dengan niat tulus ikhlas untuk
tujuan saling membantu satu sama lain.
2) Lembaga Pasar Modal Syariah
a) Pengertian Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan dalam pasar modal
sebagaiamana yang diatur dalam UUPM yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Pasar modal syariah
merupakansuatu sistem yang tidak terpisahakan dari sistem
pasar modal secara keseluruhan. Terdapat karakteristik khusus
pasar modal syariah, yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
b) Fungsi Pasar Modal Syariah
1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan
dan resikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya
guna mendapatkan likuiditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umu pada
pasar modal konvensional.
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi ini ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga
saham.
3) Lembaga Pegadaian Syariah
Pengertian gadai dalam islam disebut rahn, yaitu perjanjian
menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang.Kata rahn

24
menurut bahasa berarti ”tetap” , “berlangsung” dan “menahan”
sedangkan menurut istilah berarti menjadikan sesuatu benda
bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan utang.
Untuk penjelasan lebih jelas mengenai Pegadaian Syariah akan
dibahas pada bab selanjutnya.
4) Koperasi Syariah
Istilah koperasi berasal dari kata (“co” berarti bersama,
“operation” berarti usaha) yang secara bahasa yang berarti bekerja
bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 Tentang
Perkoperasian, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh
orang-perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal.
5) Dana Pensiun Syariah
Dana Pensiun Syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
6) Lembaga Usaha Syariah (Syirkah)
Istilah syirkah dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan
kepada badan usaha dengan prinsip syariah, seperti perusahaan dan
koperasi. Secara etimologis, syirkah mempunyai arti percampuran
atau kemitraan antara beberapa mitra atau perseroan. Secara
terminologis, Syirkah adalah suatu badan usaha di bidang
perekonomian yang memiliki keanggotaan sukarela atas dasar
persamaan hak, keja sama , dan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Beberapa pengertian Syirkah secara terminologis disampaikan oleh
ulama mazhab salah satunya ialah menurut Fuqaha Malikiyah, al-
syirkah adalah kebolehan (izin) bertasharuf bagi masing-masing
pihak yang berserikat.
7) Lembaga Zakat
Zakat Menurut istilah , zakat berarti kewajiban seorang
muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang
tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada Mustahik dengan
beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat menurut UU No. 23

25
Tahun 2011 tenatng pengeloaan zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada
Bulan Syawal tahun kedua Hijriah setelah diwajibkannya puasa
Ramadhan.
8) Lembaga Wakaf
Secara Etimologis, waqf adalah masdar waqafa asy-syai’ ,
artinya sesuatu berhenti. Sinonim dengan habasa dan sabbala.
Waqf telah menjadi kata serapan dalam Bahasa Indonesia, menjadi
wakaf. Secara Termonologis, wakaf adalah penahana harta yang
dikutip oleh Hendi Suhendi, wakaf adalah penahanan harta yang
memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai dengan kekalnya zat
benda dengan memutuskan (memotong) 26 tasharuf
(penggolongnya) dalam penjagaannya atau mushrif (pengelola)
yang dibolehkan adanya.
9) Baitul al-mal wa al-Tamwil
Kata baitul malmadalah berasal dari bahasa arab yang berarti
rumah harta atau kas negara, yaitu suatu lembaga yang didadakan
dalam pemerintahanIslam untuk mengurus masalah keuangan
negara. Atau suatu lembaga keuangan negara yang bertugas
menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai
dengan syariat Islam.23

23
Bustan Muchtar, Rose Rahmidani, Menik Kurnia Siw, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Kencana,
2016), hal. 22

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Masa depan perbankan syariah Indonesia sangat cerah. Hal ini terlihat dari
semakin bertambahnya jumlah (unit) perbankan syariah dari tahun ke tahun.
Perbankan syariah dapat di kembagkan debagai salah salah satu sistem perbankan
alternatif selain sistem perbankan yang umum (konvensional). Jika dibandingkan
dengan jumlah nasabah dan simpanan dari perbankan yang umum (konvensional)
cenderung tidak meningkat (stagnan), maka masih sangat terbuka kemungkinan
perbangkan syariah untuk mendapatkan kenaikan jumlah nasabah maupun simpanan
mereka. Aturan yang berlaku dalam perbankan syariah adalah adanya sistem bagi
hasil yang tidak seberat jika kita mengikuti aturan dalam perbankan umum
(komvensional yang sering memberatkan kalangan pengusaha Perbangkan syariah
menawarkan berbagai produk baik tabungan maupun yang lainnya. Sehingga
harapan dari kalangan usaha kecil dan menengah untuk memperoleh modal untuk
memajukan usaha mereka bisa terlaksana dengan baik. Perbangkan syariah tidak
memberikan pinjaman untuk kegiatan haram dan spekulasi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia, kami pun
tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan. Tapi,
semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan harapan bisa menambah
Pengetahuan dan keilmuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Muhith, Sejarah Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan (2012)
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah
Burhanuddin S, Hukum Bisnis Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2011)
Bustan Muchtar, Rose Rahmidani, Menik Kurnia Siwi, Bank dan Lembaga Keuangan lain,
(Jakarta: Kencana, 2016)
Didin Hafidhudin dan Fathurahman Djamil, Solusi Berasuransi, (Bandung:: Salamadani,
2009)
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, (Jakarta: 1996)
Muhammad Abdul Karim, Kamus Bank Syari’ah
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana-PrenadaMedia Group, 2019)

28

Anda mungkin juga menyukai