Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI ISLAM

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Yhadi Firdiansyah.M.Pd

Oleh:
Fina Sabila Amanah (210102110014)

Winda Aisyah Hardijanti (210102110059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Malang, 25 November 2022

ii
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Sejarah Keuangan Syariah di Indonesia..............................................................................3
B. Perbankan Syariah...............................................................................................................4
C. Industri Keuangan Non-Bank Syariah.................................................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Quran mengatur kegiatan bisnis bagi orang-perorang dan kegiatan ekonomi secara
makro bagi seluruh umat di dunia secara eksplisit dengan banyaknya instruksi yang sangat detail
tentang hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam menjalankan praktek-praktek sosial-
ekonomi. Para ahli yang meneliti tentang hal-hal yang ada dalam Al Quran mengakui bahwa
praktek perundang-undangan Al Quran selalu berhubungan dengan transaksi. Hal ini,
menandakan bahwa betapa aktivitas ekonomi itu sangat penting menurut Al Quran.

Sistem Ekonomi Syariah mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala
hal kehidupan, namun sebagian umat Islam, tidak menyadari hal itu karena masih berpikir dengan
kerangka ekonomi kapitalis-sekuler, sebab telah berabad-abad dijajah oleh bangsa Barat, dan juga
bahwa pandangan dari Barat selalu lebih hebat. Padahal tanpa disadari ternyata di dunia Barat
sendiri telah banyak negara mulai mendalami sistem perekonomian yang berbasiskan Syariah.
Perkembangan lembaga keuangan Syariah di Indonesia baik yang berbentuk bank maupun
lembaga keuangan non bank mengalami kemajuan yang cukup pesat khususnya pada bidang
keuangan Islam maupun keuangan mikro Islam. Upaya pengembangan bank syariah dilaksanakan
dengan memperhatikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam yang
sangat menantikan suatu sistem perbankan syariah yang sehat dan terpercaya untuk
mengakomodir kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pemerintah merespon perkembangan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam
meningkatkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan keuangan syariah di Indonesia?
2. Apa itu perbankan syariah?
3. Apa itu Industri Keuangan Non-Bank Syariah?

1
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan pada makalah ini
adalah untuk menjelaskan
1. Mengetahui sejarah perkembangan keuangan syariah di Indonesia
2. Mengetahui perbankan syariah
3. Untuk mengetahui Industri Keuangan Non-Bank Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Keuangan Syariah di Indonesia


Perkembangan lembaga Perbankan dan Keuangan di Indonesia diawali dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dan beroperasi secara efektif
pada tahun 1992. Keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga perbankan dan keuangan
syariah di Indonesia sudah Ah ada sejak pada tahun 1970, Ketika didirikannya Islamic
Development Bank (IDP) pada tahun 1975 oleh negara-negara organisasi konferensi Islam
termasuk Indonesia. Namun pendirian Bank Syariah Indonesia sedikit terlambat dikarenakan
adanya kondisi politik yang tidak kondusif. Pendirian bank syariah diidentifikasikan sebagai
masalah Ideologi dan dikaitkan dengan konsep negara Islam sehingga dianggap dapat
mengganggu stabilitas keamanan negara Indonesia pada saat itu. Dan juga bank syariah
memiliki prinsip bagi hasil yang belum diatur dalam undang-undang pokok perbankan Nomor
14 Tahun 1967. 
Berhubung adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.
Muncullah kembali ide pendirian Bank Islam di Indonesia pada tahun 1990 yang diinisiasi
oleh Majelis Ulama Indonesia. Pada saat itu ide ini didukung oleh Ikatan Cendikiawan Ulama
Indonesia (ICMI) dan sekelompok Pengusaha Muslim dan juga pemerintah. Presiden
Soeharto memberikan dukungan secara politik dan dana bagi pendirian bank syariah pada
waktu itu. Respon positif Soeharto terhadap pendirian Bank Islam di Indonesia Berkaitan
dengan politik akomodasi yang dijalankan oleh pemerintahan Orde Baru terhadap umat Islam
dan juga ketertarikannya terhadap sistem bagi hasil akan diterapkan dalam Bank Islam.
Berdasarkan dukungan tersebut akhirnya Bank Muamalat Indonesia BMI menjadi Bank
Syariah pertama di Indonesia pada tahun 1901. Berdirinya BMI Serta diiringi dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat atas pelayanan keuangan berbasis syariah memotivasi
lahirnya lembaga keuangan syariah lainnya diantaranya: Berdirinya perusahaan asuransi
syariah dinamakan Syarikat Takaful Indonesia pada tahun 1994, Pada tahun 1997 PT.
Danareksa Investment meluncurkan Reksadana Syariah yang merupakan produk pasar modal
Syariah pertama di Indonesia, Dua sistem bank berlaku dengan diamandemennya UU
perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan UU Nomor 10 tahun 1998 yang dilaksanakan pada

3
tahun 1998. Sistem perbankan ini membolehkan bank konvensional beroperasi berdasarkan
prinsip syariah dengan membuka unit usaha Syariah sehingga mempercepat pertumbuhan
perbankan syariah. Bank Muamalat dan bisnis Syariah lainnya membuktikan bahwa sistem
perekonomian berbasis bunga akan menimbulkan ketergantungan dan kesengsaraan jangka
panjang. Sedangkan untuk lembaga keuangan syariah yang tidak bergantung dengan peran
bunga akhirnya selamat dari krisis dan bahkan sekarang menjadi sebuah potensi kekuatan
yang suatu saat akan mampu membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam memberikan
kesejahteraan dan keadilan. Saat ini tidak hanya lembaga keuangan syariah yang bersifat
komersil saja yang dapat berkembang, namun juga lembaga keuangan syariah yang bersifat
nirlaba juga dapat berkembang. Lembaga keuangan syariah komersial yang berkembang saat
ini diantaranya: Pegadaian Syariah, pasar modal Syariah, Reksadana Syariah, dan obligasi
Syariah. Dan untuk lembaga keuangan syariah nirlaba yang saat ini berkembang di antaranya:
Organisasi pengelolaan zakat, baik badan amil zakat maupun lembaga amil zakat, dan badan
wakaf. Apakah lembaga keuangan mikro syariah seperti bank BMT (Baitul maal wa tamwil)
Juga turut berkembang pesat di Indonesia. 

Pada tahun 2000 Jakarta bersama dengan PT danareksa investment management


meluncurkan Jakarta Islamic index yang terdiri atas saham saham blue chip yang memiliki
kepatuhan Syariah. Penerbitan sukuk korporasi adalah sebuah prestasi besar lainnya dalam
industri keuangan syariah di Indonesia. Dapat dilihat ketika perusahaan telekomunikasi
menerbitkan suku pertama berdasarkan mudharabah pada tahun 2002. Langkah tersebut
diikuti oleh korporasi lainnya yang menerbitkan sukuk ijarah pada tahun 2004. Kontribusi
penting pemerintah terwujud pada tahun 2008 ketika Dewan Perwakilan Rakyat merebutkan
undang-undang suku negara nomor 19 tahun 2008 dan undang-undang perbankan syariah
Nomor 21 Tahun 2008. Suku negara pertama diterbitkan pada tahun 2008 yang diikuti oleh
suku l pertama di dunia pada tahun 2009. 

2. Perbankan Syariah

a. Pengertian Perbankan Syariah

4
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Berdasarkan rumusan tersebut, Bank
Syariah berarti Bank yang tata cara beroprasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat
secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Al hadist.
Muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia, baik hubungan pribadi maupun antara peorangan dengan masyarakat. Muamalah
ini meliputi bidang kegiatan jual-beli (ba‟i), bunga (riba), piutang, gadai (rahn),
memindahkan utang (hawalah), bagi untung dalam perdagangan (qira‟ah), jaminan
(dhomah), persekutuan (syirkah), persewaan dan perburuan (ijarah).
Bank syariah memiliki sistem oprasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabah,
pembayaran dan penarikan bunga di larang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah
tidak mengenal system bunga, baik bunga yang di peroleh dari nasabah yang meminjam
uang atau bunga yang di bayar kepada penyimpan dana di bank syariah.
Menurut Ismail, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara yaitu menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari
pihak pemilik dana. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antar pihak investor yang
menginvestasikan dananya dibank kemudian selanjutnya bank syariah yang menyalurkan
dananya kepada pihak yang membutuhkan dana.
Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup lembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam pelaksanaan
kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari beberapa pengertian bank syariah
yang dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah badan usaha yang
5
fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada
masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan hukum Islam
sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur‟an dan Hadis.
b. Fungsi Perbankan Syariah
Bank Syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyrakat
dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa
perbankan Syariah.

1. Penghimpun Dana Masyarakat


Fungsi bank Syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana. Bank Syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan
akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan
pihak kedua (bank), dimana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak
kedua, bank menerima titipan untuk dapat dimanfaatkan titipan pihak pertama dalam
transaksi yang diperbolehkan dalam islam. Al-mudharabah merupakan akad antara pihak
yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan
shahibul maal dengan pihak kedua atau bank yang menerima dana yang disebut juga
dengan mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memanfaatkan dana yang
diinvestasikan oleh shahibuk maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam
Syariah islam. Masyarakat mempercayai bank Syariah sebagai tempat yang aman untuk
melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat yang kelebihan dana
membutuhkan keberadaan bank Syariah untuk menitipkan dananya atau
menginvestasikan dananya dengan aman. Keamanan atas dana (uang) yang dititipkan atau
diinvestasikan dibank oleh masyarakat merupakan factor yang sangat penting yang
menjadi pertimbangan. Masyarakat akan merasa lebih aman apabila uangnya
diinvestasikan dibank Syariah. Dengan menyimpan unagnya di 22 bank, nasabah juga
akan mendapat keuntungan berupa/return atas uang yang diinvestasikan yang besarnya
tergantung kebijakan masing-masing bank Syariah serta tergantung pada hasil yang
diperoleh bank Syariah.
6
2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank Syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank Syariah asalkan
dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana
merupakan aktifitas yang sangat penting bagi bang Syariah. Bank Syariah akan
memperoleh return atas dana yang di salurkan. Return atau pendapatan yang di peroleh
bank atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya. Bank menyalurkan dana kepada
masyarakat dengan menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jula beli dan
akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh
bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin
keuntungan merupakan selisih anatara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang
merupakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil. Kegiatan penyaluran dana kepada
masyarakat, disamping merupakan aktivitas yang dapat menghsilkan keuntungan berupa
pendapatan margin keuntungan dan bagi hasil, juga untuk memanfaatkan dana yang idle
(idle fund). Bank telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah dihimpunnya.
Pada akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang 23
telah dihimpun dari masyarakat yang telah menginvestasikan dananya di bank. Bank tidak
boleh membiarkan dana masyrakat mengendap. Dana nasabah investor harus segera
disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan agar memperoleh pendapatan.

3. Pelayanan Jasa Bank


Bank Syariah, disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada
masyrakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa bank Syariah ini
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupaka fungsi bank Syariah yang ketiga.
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank Syariah antara lain
jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter
of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank lainnya. Aktivitas pelayanan jasa,
merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank Syariah untuk dapat meningkatkan
7
pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha
untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa
yang cepat dan akurat. Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan
keakuratannya. Bank Syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan
kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa, bank Syariah mendapat imbalan
berpa fee yang disebut fe based income.

c. Jenis-jenis Bank Syariah


Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan maupun transaksi perbankan lainnya.
Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan, sebagian bank syariah
hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya. Produk dan jasa bank syariah yang
dapat diberikan kepada masyarakat tergantung jenis banknya.
1. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah ( BUS ) adalah Bank yang dalam aktivitasnya melaksanakan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah dan melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Umum Syariah disebut juga dengan full branch, karena tidak dibawah
koordinasi bank konvensional, akan tetapi aktivitas serta pelaporannya terpisah dengan
induk banknya.
Bank umum syariah memiliki akta pendirian yang terpisah dari induknya, Bank
Konvensionaal, atau berdiri sendiri, bukan anak perusahaan bank konvensional. Dengan
demikian, dalam hal kewajiban memberikan pelaporan kepada pihak lain seperti BI,
Dirjen Pajak, dan Lembaga lain, dilakukan secara terpisah. Contoh Bank Umum Syariah
antara lain : 1. PT. Bank Muamalat Indonesia 2. PT. Bank Syariah Mandiri 3. PT. Bank
BRI Syariah 4. PT. Bank BNI Syariah 5. PT. Bank Mega Syariah 6. PT. Bank Panin
Syariah 7. PT. BCA Syariah

2. Unit Usaha Syariah

8
Unit usaha Syariah merupakan unit usaha yang dibentuk oleh bank konvensional,
akan tetapi dalam aktivitasnya menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
syariah, serta melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran.49 Aktivitas Unit Usaha
Syariah sama dengan aktivitas dalam menawarkan produk penghimpunan dana pihak
ketiga, penyaluran dana, kepada pihak yang membutuhkan, serta memberikan pelayanan
jasa perbankan lainnya. Unit Usaha Syariah ( UUS ) adalah unit kerja dari kantor pusat
bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konventional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah dan atau unit Syariah. ( Undang-Undang Perbankan No. 21 tahun
2008 ).
Unit Usaha Syariah tidak memiliki akta pendirian secara terpisah dari induknya bank
konvensional, akan tetapi merupakan divisi tersendiri atau cabang tersendiri yang khusus
melakukan transaksi perbankan sesuai syariah islam. Contoh Unit Usaha Syariah, antara
lain : a. PT. Bank Tabungan Negara (BTN) b. PT. Bank CIMB Niaga Syariah c. PT. Bank
Danamon Indonesia syariah d. PT. Bank IFI e. PT. Bank Internasional Indonesia Syariah.

3. Bank Pembiyaan Rakyat Syariah


Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).50 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak diizinkan
untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar
negeri.
Bentuk Badan Hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Perseroan Terbatas (PT).
Dalam struktur organisasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terdapat Dewan
Pengawas yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada serta mengawasi kegiatan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) agar selalu sesuai dengan prinsip syariah.

d. Lembaga Keuangan Syariah

9
Di atas telah disebutkan bahwa lembaga keuangan syariah bukan hanya bank, secara garis
besar dapat digambarkan di bawah ini lembaga-lembaga keuangan syariah yang ada,
yaitu:
1. Bank Syariah
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi utamanya
adalah menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang, pada
awalnya istilah bank memang tidak dikenal di dunia islam, yang lebih dikenal adalah
jihbiz yang mempunyaiarti penagih pajak yang pada waktu itu jihbiz dikenal dengan
penagih dan penghitung pajak padabenda yang kena pajak yaitu barang dan tanah.
Pada zaman Bani Abbasiyyah, jihbiz lebih dikenal dengan profesi penukaran uang
yang pada waktu itu diperkenalkan mata uang yang dikenal dengan fulus yang terbuat
dari tembaga, dengan adanya fulus para gubernur pemerintahan cenderung mencetak
fulusnya masing-masing sehingga akan berbeda-beda nilai dari fulus tersebut,
kemudian ada sistem penukaran uang. Selain melakukan penukaran uang jihbiz juga
menerima titipan dana, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang.

2.Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Pengertian Menurut undang-undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR
adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito
berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR.Pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998,
disebutkan bahwa BPR adlah lemabaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.Pengaturan
pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah tertuang pada surat Direksi Bank
Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah tanggal 12 Mei 1999. Dalam hal ini pada teknisnya BPR syariah beroperasi
layaknya BPR konvensional namun menggunakan prinsip syariah

3. Pengadaian Syariah

10
Dalam Pegadaian syariah, akad utama yang digunakan pada produk Pegadaian
Syariah adalah akad rahn dan mun'ah. MUI sendiri sudah mengatur akad Pegadaian
syariah dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002.

4.Asuransi Syariah
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, “insurance”. Dalam bahasa arab istilah
asuransi biasa diungkapkan dengan kata at-tamin yang secara bahasa berarti tuma’
ninatun nafsi wa zawalul khauf, tenangnya jiwa dan hilangnya rasa takut. Asuransi
menurut UU RI No.2 th. 1992 tentang usaha perasuransian, yang dimaksud dengan
asuransi yaitu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dengan pihak tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seeseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan pengertian
asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan
atau tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad yang sesuai dengan syariah.
Pendapat Ulama Tentang AsuransiPada ulasan asuransi, pada awalnya para
ulama berbeda pendapat dalam menentukan keabsahan praktek hukum asuransi,
disanalah menjadi controversial, dan terhadap masalah ini dapat dipilah menjadi dua
kelompok, adanya ulama yang mengharamkan asuransi, dan ada juga yang
memperbolehkan asuransi.

5. Baitul Maal Wattamwil (BMT)


Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,
adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh kembangkan derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir

11
miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi yang salaam.

6. Pasar Modal Syariah


Pengertian Istilah sekuritas (securities) sering kali disebut juga dengan efek,
yakni sebuah nama kolektif untuk macam-macam surat berharga, misalnya saham,
obligasi, surat hipotik, dan jenis surat lain yang membuktikan hak milik atas sesuatu
barang. Dengan istilah yang hampir sama, sekuritas juga dapat dipahami sebagai
promissory notes/commercial bank notes yang menjadi bukti bahwa satu pihak
mempunyai tagihanpada pihak lain. Adapun,yang dimaksud dengan sekuritas syariah
atau efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.

7. Reksa Dana Syariah


Reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunkanan untuk menghimpun dana
dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Reksa dana merupakan investasi campuran yang menggabungkan
saham dan obligasi dalam satu produk.
Sedangkan Reksa Dana Syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh
manajer investasi. Manajer investasi menawarkan Reksa Dana Syariah kepada para
investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut dikelola
oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah yang dinilai
menguntungkan.

8.Obligasi Syariah
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk berasal dari
bahasaArab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan
sertifikat atau note.Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)

12
kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh maupun proporsional
dalam sebuah atau sekumpulan aset.
Obligasi syariah di Indonesia mulai diterbitkan pada paruh akhir tahun 2002,
yakni dengan disahkannya Obligasi Indosat obligasi yang diterbitkan ini berdasarkan
prinsip mudharabah. Obligasi mudharabah mulai diterbitkan setelah fatwa tentang
obligasi syariah(Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/ /2002) dan obligasi syariah
mudharabah (Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-MUI/ /2002). Sedangkan obligasi syariah
ijarah pertama kali diterbitkan pada tahun2004 setelah dikeluarkannya fatwa tentang
obligasi syariah ijarah (Fatwa DSN-MUI No.41/DSN-MUI/ /2003).

9.Lembaga Zakat

Pengertian Zakat dalam arti fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Dalam sebuah hadist tentang
penempatan Muaz di Yaman, Rasulullah berkata “Terangkan kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan sedekah yang dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya”. Dalam
beberapa ayat zakat diterangkan sebagai sedekah.

10. Koperasi Syariah

Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dari
kata‘Cooperation’ (Inggris). Secara semantic koperasi berarti kerja sama. Kata koperasi
mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa Arab. Syirkah ini
merupakan wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, kebersamaan usaha yang sehat
baik dan halal yang sangat terpuji dalam islam.

11. Wakaf Tunai

PengertianWakaf diambil dari kata “waqafa” yang berarti menahan atau berhenti.
Dalam hukum islam wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama
(zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa perorangan maupun
badan pengelola dalam hal ini bisa bank syariah maupun lembaga swasta dalam
ketentuan hasil atau manfaatnya digunakan sesuai dengan syariat islam. Harta yang

13
telah diwakfkan keluar dari hak milik yang mewakafkan, dan bukan pula menjadi hak
milik nadzir tetapi menjadi hak milik Allah dalam pengertian masyarakat umum.

3. Industri Keuangan Non-Bank Syariah (IKNB)


Industri keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi untuk terus bertumbuh dan
memiliki kemanfaatan yang besar bagi perekonomian. Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)
yang berbasis syariah pun menjadi satu pilar kekuatan di industri keuangan syariah, yang
perkembangannya diharapkan bisa ikut menumbuh kembangkan perekonomian syariah di
Indonesia.
IKNB Syariah adalah bidang kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas di industri
asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya, yang dalam
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Secara umum, kegiatannya
memang tidak memiliki perbedaan dengan IKNB konvensional. Namun terdapat beberapa
karakteristik khusus, dengan produk dan mekanisme transaksi yang berdasarkan prinsip
syariah.

Di antaranya yang dilakukan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berbasis Hukum


Syariah yang difatwakan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)
adalah Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Ijarah,
Wakalah, Akad Mudharabah Musytarakah, dan Akad Kafalah.

OJK sebagai lembaga pengatur dan pengawas di keuangan syariah juga memiliki
fungsi dan kewenangan untuk melakukan integrasi arah kebijakan, strategi, dan tahapan
pengembangan di industri keuangan syariah, termasuk di IKNB Syariah. Tentu instrumen
regulasi yang dikeluarkan juga sesuai dengan prinsip syariah, dengan melibatkan DSN MUI.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Keuangan Syariah mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai
lembaga ekonomi yang berbasis syariah di tengah proses pembangunan nasional.
Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat
Islam terhadap prinsip-prinsip dalam hukum ekonomi Islam. Lembaga Keuangan Syariah
adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip
syariah Islam. Konsep yang digunakan dalam transaksi lembaga keuangan syariah
berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa-menyewa guna transaksi
komersial dan pinjam-meminjam sebagai transaksi sosial. Lembaga Keuangan Syariah
mempunyai prinsip-prinsip dasar seperti larangan menerapkan bunga pada semua bentuk
transaksi, menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan
keuntungan yang halal, pengeluaran zakat di setiap hasil transaksinya, larangan
menjalankan monopoli, dan membangun masyarakat melalui aktivitas bisnis dan
perdagangan yang tidak dilarang Islam.
15
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap semoga dapat mengembangkan
pengetahuan dalam menelaah tentang bagaimana mengetahui Lembaga Keuangan Syariah
di Indonesia dalam ekonomi islam dan dapat mengambil hikmah dari materi didalamnya
dan semoga dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Saran dan kritik dari bapak dosen
dan juga teman-teman sekalian sangat kami harapkan dari semoga dapat membimbing dan
lebih motivasi kita sebagai mahasiswa untuk lebih belajar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIAKampus
Fakultas Ekonomi UII.

Saladin, Djaslim dan Abdus Salam DZ. 2000. Konsep Dasar Ekonomi Dan LembagaKeuangan.
Bandung: Linda Karya

Nejatullah. S, Muhammad.1985. Asuransi di Dalam Islam. Bandung: Pustaka

Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank. Jakarta:Djambatan

Indonesia, Bank. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2002-2011. Jakarta :
Bank Indonesia, 2002

Indah, Tri Fadhila. 2019. Perbankan Syariah. Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. E-book

16

Anda mungkin juga menyukai