Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP DASAR BANK SYARIAH DAN SISTEM OPERASIONAL


PERBANKAN SYARIAH
Dosen pengampu: Muhammad Imran SE, M.Ak

Di Susun oleh:
Harun Arrasyid bin Ahmad / 2022050102072
La Ifa / 2022050102071
Nelfika / 2022050102070

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian dan Fungsi Bank Syariah....................................................3
2.2 Latar Belakang Perkembangan Bank Syariah.....................................4
2.3 Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah.............................................5
2.4 Perbedaan Sistem Operasional Perbankan Syariah dan Perbankan
Konvensional.......................................................................................................7
2.5 Peran Lembaga Pengawas dan Regulasi Dalam Mengawasi dan
Mengatur Operasional Bank Syariah...............................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan sistem perbankan syariah menjadi salah satu fenomena
penting dalam dunia keuangan modern, khususnya di negara-negara dengan
mayoritas populasi Muslim seperti Indonesia. Bank syariah, yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam, telah menjadi pilihan utama bagi
masyarakat yang menginginkan layanan keuangan yang sesuai dengan keyakinan
dan nilai-nilai agama mereka.
Bank syariah bukanlah sebuah entitas yang baru dalam dunia perbankan.
Sejarah perkembangan bank syariah modern telah tercatat sejak beberapa dekade
yang lalu, dimulai dari negara-negara seperti Pakistan, Malaysia, Mesir, dan
lainnya. Namun, di Indonesia, upaya untuk mendirikan bank syariah mengalami
tantangan yang cukup besar pada awalnya.
Meskipun demikian, dengan berbagai dorongan dari pemerintah dan
masyarakat, bank syariah di Indonesia mulai tumbuh dan berkembang sejak awal
tahun 1990-an. Bank pertama yang mengusung konsep syariah didirikan pada
tahun 1992 dengan nama Bank Muamalat. Sejak saat itu, bank syariah dan
institusi keuangan Islam lainnya terus berkembang, menawarkan berbagai produk
dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam transaksinya.
Namun, pengawasan dan regulasi terhadap bank syariah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional. Karena itu, pemerintah
membentuk lembaga pengawas dan regulasi yang khusus untuk mengawasi
operasional bank syariah, yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap
prinsip syariah dan keberlang
sungan sistem keuangan yang stabil.
Dalam konteks Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berperan
penting dalam mengatur dan mengawasi seluruh sektor jasa keuangan, termasuk
perbankan syariah, sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011.
OJK berfungsi sebagai lembaga independen yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi, adil,
transparan, dan akuntabel, serta melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.
Dengan demikian, dalam konteks kompleksitas sistem perbankan syariah
dan tantangan yang dihadapinya, peran lembaga pengawas dan regulasi menjadi
sangat penting dalam memastikan operasional bank syariah berjalan sesuai

1
dengan prinsip-prinsip syariah dan memberikan kontribusi yang positif bagi
perekonomian dan masyarakat secara keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bank syariah serta bagaimana fungsinya?
2. Bagaimana latar belakang perkembangan bank syariah?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan operasional bank
syariah?
4. Bagaimana sistem operasional perbankan syariah berbeda dari sistem operasional
perbankan konvensional?
5. Bagaimana peran lembaga pengawas dan regulasi dalam mengawasi dan
mengatur operasional bank syariah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bank syariah serta fungsinya
2. Mengetahui bagaimana latar belakang perkembangan bank syariah
3. Mengetahui prinsip-prinsip dasar landasan operasional bank syariah
4. Mengetahui perbedaan sistem operasional perbankan syariah dan perbankan
konvensional
5. Mengetahui peran lembaga pengawas dan regulasi dalam mengawasi dan
mengatur operasional bank syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Bank Syariah


Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana
dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan
fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua
macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum
Islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan
dan keseimbangan (adl wa tawazun), kemaslahatan (Maslahah) , universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang
haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah
untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga
baitul mal.
Pelaksanaan fungsi dan pengawasan perbankan syariah dari perspektif
kehati-hatian dan tata kelola yang baik juga dijalankan oleh OJK, seperti yang
dilakukan dalam perbankan konvensional. Namun, pelaksanaannya disesuaikan
dengan karakteristik operasional perbankan syariah. Prinsip dasar perbankan
syariah merupakan hal yang khas, karena bank syariah menawarkan produk sesuai
dengan prinsip syariah. Kepatuhan terhadap prinsip syariah menjadi hal yang
sangat penting, karena merupakan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu,
kepatuhan terhadap prinsip syariah juga dianggap sebagai kekuatan utama bank
syariah.
Fungsi dari perbankan syariah adalah:
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
mengalirkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan mengalirkannya kepada organisasi
pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan mengalirkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3
2.2 Latar Belakang Perkembangan Bank Syariah
Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara
non-konvensional. Rintisan bank syariah lainnya adalah dengan berdirinya Mit
Ghamr Lokal Saving Bank pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar.
Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional, muncul
dalam konferensi negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada
tanggal 21-27 April 1969. Sedangkan gagasan untuk mendirikan bank syariah di
Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Namun,
ada beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini:
1. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum
diatur, dan karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan
yang berlaku, yakni UU No 14/1967.
2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis,
merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam,
dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah.
3. Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam
ventura semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur
Tengah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin
membuka kantornya di Indonesia.
Pada tahun 1970-an, terjadi dorongan untuk mendirikan lembaga
keuangan syariah di negara-negara Islam. Hal ini ditandai dengan proposal dari
delegasi Mesir pada Sidang Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam
(OKI) di Karachi, Pakistan, untuk mendirikan bank syariah. Proposal ini
kemudian dibahas lebih lanjut pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi,
Libya, pada tahun 1973, di mana OKI memutuskan untuk memiliki bidang khusus
yang menangani masalah ekonomi dan keuangan.
Pada bulan Juli 1973, komite ahli negara-negara Islam penghasil minyak
bertemu di Jeddah, Arab Saudi, untuk membicarakan pendirian bank syariah.
Hasil dari pertemuan ini adalah disetujuinya rancangan pendirian Bank
Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB) pada tahun 1974 dengan
modal sebesar 12 miliar dinar atau setara dengan 2 miliar SDR (special drawing
right) IMF.
Berdirinya IDB memotivasi negara-negara Islam lainnya untuk
mendirikan lembaga keuangan syariah. Pada periode akhir tahun 1970-an hingga
awal dekade 1980-an, lembaga keuangan syariah mulai bermunculan di beberapa
negara Islam seperti Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia,
serta Turki, dan termasuk Indonesia pada tahun 1990-an. Bahkan, beberapa negara

4
non-muslim juga mendirikan bank Islam, seperti Inggris, Denmark, Bahamas,
Swiss, dan Luxemburg.
Di Indonesia sendiri, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun
1992, adalah bank muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila
dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di
Indonesia akan terus berkembang. Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit.
Pada tahun 2000, bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit
syariah di Indonesia telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS
sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-tahun mendatang,
jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-
pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang bank syariah yang sudah ada,
maupun dengan dibukannya Islamic widow di bank-bank konvensional.
Optimisme pengembangan perbankan syariah yang semakin baik dimasa
mendatang disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
1. Semakin meningkatnya pemahaman dan keinginan masyarakat untuk
menggunakan jasa perbankan syariah.
2. Para bankir dan investor baru juga mulai menyadari mengenai potensi
pasar dan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh sistem perbankan
syariah sehingga menimbulkan minat untuk mengembangkan pelayanan
jasa perbankan syariah.
3. Bank indonesia mengakomodir dengan menyempurnakan berbagai
ketentuan yang memberikan berbagai pilihan untuk pengembangan
jaringan kantor bank syariah serta memberikan informasi tentang potensi
wilayah dan demand masyarakat terhadap perbankan syariah.
Adapun faktor-faktor pendorong lain dalam pengembangan perbankan syariah
yaitu:
1. Keinginan untuk meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum
terserap ke sektor perbankan.
2. Keinginan untuk meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional dan
menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan
kegiatan pembiayaan dan transaksi keuangan di indonesia yang sesuai
dengan prinsip syariah.
2.3 Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah
Sebagaimana prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam yang menjadi
dasar beroperasinya bank Islam yaitu yang paling menonjol adalah tidak
mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk
tujuan komersial, Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah

5
kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,
sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.
Dalam menjalankan operasinya, bank Islam memiliki beberapa fungsi
utama. Pertama, bank Islam bertindak sebagai penerima amanah untuk melakukan
investasi atas dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi /
deposan, dengan prinsip bagi hasil sesuai kebijakan investasi bank. Kedua, bank
tersebut berperan sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik
dana / sahibul mal, sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik
dana. Selanjutnya, bank Islam juga berfungsi sebagai penyedia jasa lalu lintas
pembayaran dan layanan lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Terakhir, bank Islam dapat menjadi pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan
dana zakat dan penyaluran dana kebajikan, meskipun ini bersifat opsional.
Dari fungsi-fungsi tersebut, bank Islam menawarkan berbagai produk dan layanan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam transaksinya.
a. Prinsip mudharabah, yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak
pertama sebagai pemilik dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai
pengelola dana / mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi
dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan
diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana
sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan
atau tindakan yang tidak amanah (misconduct).
b. Prinsip Musyarakah, yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk
menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian
keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati Musyarakah dapat
bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik
atau sekaligus diakhir masa proyek.
c. Prinsip Wadiah, adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau
benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi
titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip
dapat dikenakan biaya penitipan.
d. Prinsip Jual Beli (Al Buyu’)
 Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana
pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga
beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual.
Murabahah dapat dilakukan selain secara tunai bisa juga secara
bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.
 Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan
barang diserahkan kemudian.

6
 Ishtisna’ yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan
proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan
pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.
e. Jasa-Jasa
 Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan
pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan
pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik(sama
dengan operating lease)
 Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak
kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua
mendapat imbalan berupa fee atau komisi.
 Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas
kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan
yang diperjanjikan, dimana pihak pertama menerima imbalan
berupa fee atau komisi (garansi).
 Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan
penyerahan segera /spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai
dengan harga pasar pada saat pertukaran
f. Prinsip Kebajikan, yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam
bentuk zakat infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran al-qardhul
hassan yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman dengan tujuan untuk
menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta
imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.
2.4 Perbedaan Sistem Operasional Perbankan Syariah dan Perbankan
Konvensional
Sekilas, bank syariah dan konvensional tampak sama. Bahkan sebagian
besar bank saat ini memiliki cabang konvensional dan syariahnya sendiri. Meski
demikian, keduanya tetap berbeda Adapun mengenai perbedaan bank syariah dan
konvensional adalah sebagai mana yang diuraikan berikut ini:
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dari segi sistem
operasionalnya. Pada bank konvensional, sistem operasionalnya memberlakukan
penerapan suku bunga dan perjanjian secara umum berdasarkan aturan nasional.
Akad antara bank dan nasabah bank banyak dilakukan berdasarkan kesepakatan
jumlah suku bunga. Sementara itu, bank syariah tidak menerapkan bunga dalam
transaksinya. Menurut syariat Islam, bunga masuk dalam kategori riba. Sehingga
sistem operasional bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah.
Kesepakatan antara nasabah dan pihak bank berdasarkan pembagian keuntungan
dan melibatkan kegiatan jual beli.

7
2.5 Peran Lembaga Pengawas dan Regulasi Dalam Mengawasi dan
Mengatur Operasional Bank Syariah
Dalam menjaga eksistensi perbankan syariah sebagai lembaga keuangan
yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, maka
diperlukan sebuah skema yang khusus dari pemerintah dalam mengawasi
perbankan syariah. Pengawasan terhadap perbankan syariah tidak bisa hanya
dilakukan dari sisi kepatuhan hukum bank syariah terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, tetapi juga dilakukan dari sisi prinsip syariah yang
dijalankan oleh bank syariah. Oleh karena itu, pengawasan terhadap perbankan
syariah tidak dapat disamakan dengan pengawasan terhadap perbankan
konvensional.
Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
direksi bank syariah serta mengawasi kegiatan bank syariah agar sesuai dengan
prinsip syariah. Ketentuan ini menegaskan bahwa pengawasan terhadap
perbankan syariah dilakukan tidak hanya dari sisi kepatuhan hukum terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi juga dari sisi prinsip syariah
yang dijalankannya.
Mekanisme pengawasan Dewan Pengawas Syariah yaitu Dewan Pengawas
Syariah mengadakan analisis operasional bank syariah dan mengadakan penilaian
kegiatan maupun produk dari bank tersebut, yang pada akhirnya Dewan Pengawas
Syariah dapat memastikan bahwa kegiatan operasional bank syariah telah sesuai
fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, memberikan opini dari
aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank dan produk yang
dikeluarkan secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank, mengkaji produk
dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada Dewan
Syariah Nasional, yang akhirnya menyampaikan laporan hasil pengawasan
syariah sekurang-kurangnya enam bulan sekali kepada direksi, komisaris, Dewan
Syariah Nasional dan Bank Indonesia.
Pada tahun 2011, ditetapkan Undang-Undang Nomor 21 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sebagai respons terhadap berbagai permasalahan lintas
sektoral di sektor jasa keuangan. OJK berfungsi sebagai lembaga independen
yang mengatur dan mengawasi seluruh sektor jasa keuangan, termasuk perbankan
syariah. Hal ini dimaksudkan untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi, adil, transparan, dan akuntabel, serta melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas


dari campur tangan pihak lain yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang dalam
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap lembaga jasa

8
keuangan. Lembaga ini mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian,
dana pensiun, lembaga pembiayaan, serta lembaga jasa keuangan lainnya.
Kelembagaan OJK berada di luar pemerintah, sehingga tidak menjadi bagian dari
kekuasaan pemerintah. Ini bertujuan untuk memastikan independensi dan
keberlangsungan fungsi pengawasan yang efektif dalam sektor keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; serta mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011,
pengawasan terhadap perbankan syariah beralih dari Bank Indonesia ke lembaga
independen bernama Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan, termasuk perbankan syariah

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perbankan syariah memegang peran penting dalam sistem keuangan
Indonesia, menawarkan alternatif bagi masyarakat yang mengutamakan prinsip-
prinsip syariah Islam dalam aktivitas keuangan mereka. Bank syariah beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang meliputi keadilan, keseimbangan,
kemaslahatan, dan menghindari unsur-unsur haram seperti riba dan maysir. Fungsi
bank syariah mencakup penghimpunan dan pengaliran dana masyarakat, serta
menjalankan fungsi sosial seperti lembaga baitul mal dan pengelolaan dana zakat
dan wakaf. Dalam operasinya, bank syariah menggunakan prinsip-prinsip
ekonomi Islam seperti mudharabah, musyarakah, dan prinsip jual beli yang sesuai
dengan syariah.
Perbedaan mendasar antara bank syariah dan konvensional terletak pada
sistem operasionalnya, di mana bank syariah menggunakan akad bagi hasil
daripada sistem bunga dalam transaksi. Pengawasan terhadap bank syariah
dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
memastikan kepatuhan terhadap prinsip syariah dan menjaga stabilitas sistem
keuangan secara menyeluruh. Dengan demikian, perkembangan bank syariah di
Indonesia terus didorong oleh meningkatnya pemahaman masyarakat akan
keuangan syariah dan dukungan dari lembaga pengawas serta regulasi yang
memadai.
3.2 Saran
Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baraba, A. (1999). Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Bulletin of


Monetary Economics and Banking, 2(3), 1-8.
Fatimah, S., MM, S., Hasanah, Y. H., Anggaraeni, P., & Khasanah, U. JURUSAN
PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022.
Maimun, M., & Tzahira, D. (2022). Prinsip Dasar Perbankan Syariah. Al-
Hiwalah: Journal Syariah Economic Law, 1(2), 125-142.
Nofinawati, N. (2016). Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia. JURIS
(Jurnal Ilmiah Syariah), 14(2), 168-183.
Utama, A. S. (2020). Kebijakan Pengawasan Terhadap Perbankan Syariah Dalam
Sistem Hukum di Indonesia. Jurnal Cahaya Keadilan, 8(1), 34-46.

11

Anda mungkin juga menyukai