OLEH :
KELOMPOK 1
Midawati : 190105020242
Zakiah : 190105020296
Auriyana. : 190105020274
2
KATA PENGANTAR
ه
ِ ِل ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱلر:ََِّّ بِ ۡس ِم ٱ ل
َّح ِيم
Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT. Karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah ini selain diperuntukkan dalam pemenuhan tugas “Hukum Perbankan
syariah” juga berguna dalam memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan
kepada pembaca tentang “Kelembagaan Perbankan Syariah Indonesia”
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Demikian yang dapat sampaikan, semoga saja makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Terimakasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman
A. Simpulan ............................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan lembaga keuangan Syariah di Indonesia baik yang berbentuk
bank maupun lembaga keuangan non bank mengalami kemajuan yang cukup pesat
khususnya pada bidang keuangan Islam maupun keuangan mikro Islam. Upaya
pengembangan bank syariah dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa sebagian
besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam yang sangat menantikan suatu
sistem perbankan syariah yang sehat dan terpercaya untuk mengakomodir
kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pemerintah merespon perkembangan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan dalam meningkatkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Landasan operasional sistem perbankan syariah semakin kuat dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 yang telah diganti dengan
Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1999 tentang bank berdasarkan Prinsip Bagi
Hasil. Sejak saat itulah diberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, termasuk memberi kesempatan kepada Bank Umum untuk membuka
kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
Jumlah perbankan syariah di Indonesia sampai pada bulan Desember 2015 sudah
mencapai 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 163
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah). Meningkatnya jumlah perbankan
syariah di Indonesia. Menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan masyarakat
terhadap kinerja perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengelompokan Lembaga perbankan Syariah?
3. Apa tujuan perbankan Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perbankan Syariah
2. Untuk mengetahui pengelompokan Lembaga di perbankan Syariah
3. Untuk mengetahui tujuan perbankan Syariah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perbankan Syariah
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana
dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan
fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua
macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan
obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank
syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari
aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan
oleh OJK sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan
pengaturan dan sistem pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem
operasional perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal
yang unik bank syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang
menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip
syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar
eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang
sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip
syariah maka kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak
dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan dalam melakukan kegiatan
usahanya menggunakan prinsip-prinsip syariah,berbeda dengan bank konvensional
kalau bank syariah tidak mengenal system bunga karena bunga adalah riba.
(Muhammad sholahudin,2009:75). Menurut UU no.10 tahun 1998 tentang
Perbankan syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiataan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
bank umum syariah dan pembiayaan rakyat syariah. Menurut Dr.Amir Machmud
(2010:4) Bank Syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah
4
riba.Dengan demikian,penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dunia islam dewasa ini.
Menurut Pasal 1 ayat (7) UU Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Bank
Syariah adalah ‘Bank yang menjalankan kegiataan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.’ Adapun yang dimaksud dengan Bank Umum Syariah
(BUS) menurut Pasal 1 ayat (8) adalah ‘Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembiayaan.’ Sebagai suatu entitas bisnis,
kegiatan usaha bank syariah pada dasarnya sama dengan bank konvensional, yaitu
melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan serta
melakukan kegiatan lainnya. Kegiatan lain ini seperti melakukan fungsi sosial
dalam bentuk menerima dan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah, serta dana
kebajikan (Lihat pejelasan Pasal 19 ayat (1) huruf q).
Perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah prinsip-
prinsip syariah yang digunakan oleh bank syariah sebagai dasar utama dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Dalam hukum Islam, terdapat berbagai macam
bentuk akad, hal ini mengakibatkan produk-produk bank syariah menajid lebih
variatif dibandingkan dengan bank konvensional. Dikarenakan bank syariah
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan kepada prinsip syariah, maka ia
dilarang untuk melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah. Kegiatan usaha yang dilarang tersebut antara lain kegiatan usaha yang
tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim (Lihat Penjelasan
Pasal 2 UU Perbankan). Di samping itu, bank syariah juga dilarang untuk
melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal; melakukan
penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b
5
dan huruf c; dan melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah. (Lihat: Pasal 24 UU Perbankan). BUS tidak
boleh dikonversi menjadi bank umum, namun Bank Umum Konvensional boleh
dikonversi menjadi BUS.
6
n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
p. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan
q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dengan kata lain, cakupan kegiatan yang bisa dilakukan oleh BPRS lebih kecil
dibandingkan dengan BUS. Hal ini dapat dilihat dari larangan kegiatan usaha
BPRS sebagaimana yang diatur dalam Pasal 25 UU Perbankan Syariah yang
menyatakan sebagai berikut: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin bank Indonesia;
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi syariah;
e. melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; dan
f. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21.
Menurut Pasal 1 ayat (10) UU Perbankan Syariah yang dimaksud dengan Unit
Usaha Syariah (UUS) adalah ‘unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
7
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.’ Berdasarkan penjelasan di
atas dapat dipahami bahwa Bank Konvensional yang mau melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah harus membuka UUS dengan mendapat izin dari
Otoritas Jasa Keuangan. Pada prinsipnya kegiatan usaha yang dilakukan oleh UUS
sama dengan BUS.
8
i. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas
dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad
ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
l. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
m. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
n. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah; dan
o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9
sama, sehingga semua pihak akan menerima perolehannya dengan
ikhlas.
b. Adanya system bagi hasil sebagai pengganti bunga yang di haramkan,
tentunya system bagi hasil ini mempunyai dampak positif, antara lain :
1. Cost push inflation, yaitu bank islam diharapkan mampu
menjadi pendukung kebijaksanaan moneter yang handal, dan
mampu menghilangkat akibat penerapan sistem bunga pada
bank konvensional.
2. Adanya persaingan yang wajar antar bank islam, karena
keberhasilan Bank Islam ditentukan oleh fungsi edukatif bank di
dalam membina nasabah dengan kejujuran, keuletan dan
profesionalisme
c. Adanya fasilitas kredit kebaikan ( al qardhul Hasan ) yang diberikan
secara Cuma- Cuma . Nasabah hanya dikenakan biaya materai , biaya
notaris dan biaya studi kelayakan.
d. Adanya alternative kehidupan ekonomi yang berkeadilan, yang mana
pada umumnya terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara
kelompok ekonomi kuat dengan kelompok ekonomi yang lemah.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.perbanas.ac.id/2407/4/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal
27 april 2021 jam 22:00)
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12053/05.1%20bab
%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y (diakses pada tanggal 27 april 2021 jam
22:00)
https://core.ac.uk/download/pdf/148617413.pdf (diakses pada tanggal 27
april 2021 jam 22:00)
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
Kelembagaan.aspx (diakses pada tanggal 27 april 2021 jam 22:00)
https://business-law.binus.ac.id/2018/05/28/kelembagaan-industri-
perbankan-syariah/ (diakses pada tanggal 27 april 2021 jam 22:00)
12