Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

LKS Bank & Non Bank Mukhlis Kaspul.A, Lc, MM

“LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BANK”

Oleh:
Kelompok 1

Ahmad Taufiq NPM : 19.13.0060


Septian Pajrin Mukti NPM : 19.13.0076
Syamsuddin Hidayat NPM : 19.13.0076

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum wr.wb
Syukur  alhamdulilah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur
kepada Allah Swt. yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga kita mampu
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya, alhamdulillah.Kedua kalinya shalawat dan salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad saw. yang telah
merombak umat manusia dari masa kebodohan menuju masa yang berpikir sesuai
dengan anjuran Al-Qur’an dan Hadist. Karena berkat anugerah serta kasih sayang
beliau jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah LKS Bank & Non
Bank ini. Yang kami beri judul “LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BANK”
ini.

Adapun tentang ini insya allah telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan para dosen yang telah mengajarkan dan
membimbing kami, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan ini khususnya
dosen pengampu kami pada mata kuliah LKS Bank & Non Bank yaitu (Mukhlis
Kaspul.A, Lc, MM) Terlepas dari semua itu, kami berharap semoga ini dapat
menambah pengetahuan para pembaca, untuk kedepan dapat memperbaiki atau
menambah isi agar menjadi lebih baik lagi.

Akhirnya tiada satu kata yang kami dapat berikan sebagai imbalan selain
mengucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Dengan segala kesederhanaan tulisan ini, kami
tetap mengharapkan  saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Martapura, 27 September 2021

i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
............................
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
.................................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Bank Syariah........................................... 2
B. Fungsi Bank Syariah............................................................................... 3
C. Perbedaan Bank Syariah.......................................................................... 3
D. Jenis Bank Syariah (BUS, UUS)............................................................. 4
E. Sisdur dan Operasional BUS................................................................... 7
F. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia..................................... 8

BAB III PENUTUP


Simpulan................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Perbankan baru di mulai dari zaman Babylonia kemudian
dilanjutkan ke zaman Yunani kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu
menukarkan uang utama bank hanyalah sebagai tempat tukar uang.
Awal kegiatan Bank Syariah yang pertama sekali dilakukan berasal dari
negara Pakistan dan Malaysia yakni sekitar tahun 1940-an kemudian di Mesir
pada tahun 1963 bediri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr. Bank ini
beroperasi di perdesaan Mesir dan Bank masih berbentuk Kecil.
Kehadiran Bank Syariah di Indonesia Relatif baru, yatu pada tahun 1990-
an, Meskipun Masyarakat Indonesia Merupakan Masyarakat Muslim yang
besar. Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim
perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia
(BMI)nyang akte pendirinya ditandatangai pada 1 November 1991.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan Syariah ?
2. Apa Saja Fungsi Bank Syariah ?
3. Apa Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ?
4. Apa yang dimaksud BUS dan UUS ?
5. Bagaimana Sistem Prosedur BUS ?
6. Bagaimana Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan Syariah.
2. Memahami Fungsi – Fungsi Bank Syariah
3. Mengetahui Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
4. Mengetahui Tentang BUS dan UUS
5. Mengenali Sisdur dari BUS
6. Mengetahui Bagaimana Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Bank Syariah


Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Pada dasarnya, aktivitas
bank syariah tidak jauh berbeda dengan aktivitas bank-bank konvensional
yang telah ada, yang menjadi kritik system perbankan syariah terhadap
perbankan konvensional bukan dalam hal fungsinya sebagai lembaga
intermediasi keuangan (Financial Intermediary Institution), akan tetapi karena
didalam operasionalnya terdapat unsur-unsur yang dilarang berupa unsur
perjudian (maisir), unsur ketidakpastian/keraguan (Gharar), unsur bunga
(Interest/riba) dan unsur kebathilan.1
Peraturan yang mengatur mengenai bank syariah di Indonesia pertama
kali adalah UU No. 7 Tahun 1992. Bank syariah pada masa ini masih
berbentuk bank pengkreditan rakyat. Yang membedakan adalah, bahwa bank
pengkreditan rakyat yang satu ini menjalankan asas-asas serta prinsip-prinsip
bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Prinsip bagi hasil dalam hal ini disinyalir memiliki kesamaan
dengan prinsip syariah.
Enam tahun selanjutnya, melalui UU No. 10 tahun 1998, dilakukan
penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan sebelumnya. Pada
landasan hukum yang satu ini, diberikan penjelasan yang terelaborasi
mengenai pengertian serta prinsip-prinsip bank syariah itu sendiri. Peraturan
perundangan ini pula lah yang telah menjadi cikal-bakal landasan hukum
syariah yang cukup kuat. 
Landasan hukum bank syariah selanjutnya yang masih juga digunakan
hingga saat ini adalah UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Peraturan perundangan yang satu ini, berupaya memberikan penjelasan

1
Abdul Ghofur Anshory, 2009, Hukum Perbankan Syariah, PT Rafika Aditama: Bandung, Hal 2.

2
komprehensif mengenai operasional bank syariah. Di dalamnya secara jelas
diatur mengenai jenis-jenis usaha, ketentuan dalam melaksanakan prinsip
syariah, penyaluran dana, kelayakan dalam berusaha, serta beberapa hal yang
harus dihindari oleh sebuah Bank Syariah.

B. Fungsi Bank Syariah


fungsi bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Perbedaan Bank Syariah


Secara garis besar, perbedaan bank konvensional dan bank syariah adalah
sebagai berikut:
1. Bank konvensional menggunakan prinsip bebas nilai, sementara bank
syariah berinvestasi pada usaha yang halal.
2. Bank konvensional menggunakan sistem bunga, bank syariah
berdasarkan asas bagi hasil, margin keuntungan, dan fee.
3. Besaran bunga di bank konvensional tetap, sementara bagi hasil di
bank syariah berubah-ubah tergantung kinerja usaha.
4. Bank konvensional berorientasi laba, sementara bank syariah
berorientasi profit dan falat (kebahagiaan dunia dan akhirat.

3
5. Pola hubungan bank konvensional debitur dan kreditur, sementara
bank syariah pola hubungan yang digunakan kemitraan (musyarakah
dan mudharabah), penjual – pembeli (murabahah, salam dan istishna),
sewa menyewa (ijarah), debitur – kreditur; dalam pengertian equity
holder (qard).
6. Di dalam bank konvensional tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS), sementara ada DPS pada bank syariah.

D. Jenis Bank Syariah (BUS, UUS)


1. Pengertian
a. Badan Usaha Syariah
Bank Umum Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik itu
penghimpunan dana maupun penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan prinsip-prinsip dasar syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil. Prinsip utama dari bank syariah berdasarkan prinsip syariah
yaitu hukum islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits yang
melarang melakukan riba dan melakukan investasi pada usaha-usaha
yang digolongkan haram.2
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa sistem bunga yang
diterapkan oleh bank konvensional, yaitu ketidakseimbangan
penggunaan dana dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu tertentu
merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah. Pada dewasa ini,
perkembangan bank umum syariah sudah mulai berkembang dengan
baik, bahkan bank luar negeri ingin menerapkan sistem yang
dilakukan oleh bank umum syariah ini. Contoh bank umum syariah :

1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)      


2. Bank Syariah Mandiri (BSM)      
3. Bank Syariah Indonesia, dll.      
Karakteristik BUS yakni :

2
Kasmi. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 24

4
1. Universal, memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk
setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan maupun
perbedaan agama.      
2. Adil, sesuatu hanya untuk yang berhak serta memberikan
sesuatu yang sesuai dengan posisi dan melaran tidak terduga
atau untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), haram,
riba,      
3. Transparan, dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka
bagi seluruh lapisan masyarakat.      
4. Menyeimbangkan, mengembangkan sektor keuangan melalui
akitfitas perbankan syariah yang mencangkup pengembangan
sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah)      
5. Maslahat, bermanfaat dan bermanfaat bagi seluruh aspek
kehidupan      
6. Variatif, produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah,
tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis
bagi hasil, jual-beli dan sewa, sampai kepada produk jasa
kustodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (kartu debit,
biaya syariah ).      
7. Fasilitas, penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
wakaf, dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile
banking, internet banking dan interkoneksi antarbank syariah

b. Unit Usaha Syariah (UUS)


Suatu unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional
(BUK) yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari sutau bank yang berkedudukan di luar
negri yang melaksanakan kegiatan secara konvensional yang bekerja
Sebagai Kantor dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah.
Kegiatan UUS Meliputi :

5
- Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro,
Tabungan, atau Bentuk lainnya.
- Menghimpun dala dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau Bentuk Lainnya.
- Mengalirkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad
Murabahah, dan akad lainnya.
- Mengalirkan pembiayaan berdasarkan akad Murabahah, akad
Salam, akad Istishna, dan akad lainnya.

Bank – bank yang memiliki Unit Usaha Syariah adalah :


- Bank Danamon Indonesia, Tbk
- Bank Permata, Tbk
- Bank Maybank Indonesia, Tbk
- Bank Sinarmas
- Dll

2. Perbedaan
BUS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, sedangkan UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank
umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang syariah atau unit syariah. Baik BUS maupun UUS dapat berusaha
sebagai Bank Devisa atau Non-Devisa. Perbedaan BUS dan UUS terletak
pada bentuk badan usaha, dimana BUS setingkat dengan bank umum
konvensional, sedangkan UUS berada tepat satu tingkat dibawah direksi
bank umum konvensional didalam bank umum konvensional yang
bersangkutan. Perbedaan ini membuat BUS dan UUS mempunyai
wewenang yang berbeda dalam menentukan arah kebijakan bank. Dalam
BUS penentuan kebijakan ditentukan sendiri oleh bank syariah yang
bersangkutan, sedangkan UUS kebijakan ditentukan oleh bank umum
konvensional dimana UUS berada. Hal ini kemudian dapat berdampak

6
pada kinerja BUS dan UUS. Beberapa penelitian sebelumnya,
menyatakan bahwa BUS lebih efisien daripada UUS.

E. Sidur dan Operasional BUS


Aspek operasional bank diklasifikasikan pada manajemen operasional dan
prinsip operasional. Pada manajemen operasional, bank akan dibagi pada
bank dengan manajemen operasional bank umum (BU) dan bank
perkreditan/pembiayaan rakyat (BPR Klasifikasi manajemen operasional
secara sederhana didasarkan pada core capital (modal inti) pada saat pertama
bank tersebut didirikan3

Setalah kategori bank terbentuk sebagai bank umum atau bank perkreditan
rakyat, maka bank tersebut pada awal pendirian dapat diklasifikasikan lagi
pada operasional yang berprinsip pada Bank Konvensional (BK) atau prinsip
Bank Syariah (BS).

Penekanan klasifikasi bank syariah terletak pada prinsip operasional yang


didasarkan pada spek syariah sebagaimana yang telah diatur dalam undang-
undang perbankan dan peraturan lainnya seperti Peraturan Bank Indonesia
(PBI) dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).

Prinsip operasional syariah yang lahir dari pendiriannya, terdapat bank


syariah dengan satu atap dari pusat sampai cabang yang disebut Bank Umum
Syariah (BUS).

Terdapat pula bank dengan prinsip operasional syariah yang


dikembangkan dari atap konvensional disebut Unit Usaha Syari’ah (UUS),
bank syariah yang merupakan dampak dari kebijakan double windows system
of banking dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan.

F. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


3
Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik(Yogyakarta: Teras, 2012). Hlm. 75.

7
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan
yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan
yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan
berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan
produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan
dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang
memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka
diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin signifikan.

8
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi
perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan
perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis
lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem
Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah
merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana
strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.

9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Lembaga Keuangan Syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang
prinsip operasinya berdasarkan pada prinsip – prinsip syariah islamiah. Lembaga
Keuangan Syariah harus memenuhi dua unsur yaitu unsur syariah dan unsur
legalitas operasi sebagai lembaga keuangan.
Bank Umum Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik itu
penghimpunan dana maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
prinsip-prinsip dasar syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama dari bank
syariah berdasarkan prinsip syariah yaitu hukum islam yang bersumber pada Al-
Qur'an dan Hadits yang melarang melakukan riba dan melakukan investasi pada
usaha-usaha yang digolongkan haram.
Suatu unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional (BUK) yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari sutau
bank yang berkedudukan di luar negri yang melaksanakan kegiatan secara
konvensional yang bekerja Sebagai Kantor dari kantor cabang syariah dan atau
unit syariah.

10
DAFTAR PUSTAKA

- Abdul Ghofur Anshory, 2009, Hukum Perbankan Syariah, PT Rafika


Aditama: Bandung, Hal 2
- Kasmi. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 24
- Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik(Yogyakarta:
Teras, 2012). Hlm. 75.
- Ghazali Djoni,Hukum Perbankan, (Jakarta : Sinar Grafika,
2010). Hal.66
- Djumhana Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia,(Bandung : PT
Citra Aditya Bakti, 2012). hal. 34
- Ib.it, hal. 45
- Djoni S. Gozali, Rachmadi Usman, (Hukum Pebankan. Jakarta:Sinar
Grafika,2012). Hal. 65
- Ib.it, hal. 67
- Ib.it hal. 69
- Hasibuan. H. Malayu SP. Dasar-Dasar Perbankan. (Jakarta: PT Bumi
Aksara.2009). Hal 96
- Fatwa Dewan Syariah Nasional No.12/DSN-MUI/IV/2000
- Huda,  Nurul, dkk, 2010, Lembaga Keuangan Islam, prenada media
group, Jakarta.
- Ismail, 2016, Perbankan Syariah, Prenada Media Group, Jakarta.
- Muhamad, 2014,  Manajemen Keuangan Syariah, analsis fiqh dan
keuangan UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
- Syafe’i,  Rachmat, 2000 Fiqih Muamalah, CV Pustaka Setia, Bandung.
- Trisadini dan shomad, 2015, Transaksi Bank Syariah, PT. Bumi Aksara,
Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai