Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Fiqih Ibadah Siliwangi, S.Ag, M.H.I

“PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH”

Oleh:
Kelompok 6

Zhafirijan Persada NPM : 20.11.1163

Suhendra Abdi Kurniawan NPM : 20.11.1128

Taufiq Hidayat NPM : 20.111079

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA


FAKULTAS SYARIAH
2020
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
3. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Haji ......................................................................................................... 2
2. Umrah ..................................................................................................... 8
3. Perbedaan Haji dan Umrah ..................................................................... 8
BAB III PENUTUP
Simpulan .................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum wr.wb
Syukur alhamdulilah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur
kepada Allah Swt. yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga kita mampu
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya, alhamdulillah.Kedua kalinya shalawat dan salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad saw. yang telah
merombak umat manusia dari masa kebodohan menuju masa yang berpikir sesuai
dengan anjuran Al-Qur’an dan Hadist. Karena berkat anugerah serta kasih sayang
beliau jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fiqih Ibadah ini. Yang
kami beri judul “PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH” ini.

Adapun tentang ini insya allah telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan para dosen yang telah mengajarkan dan
membimbing kami, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan ini khususnya
dosen pengampu kami pada mata kuliah Fiqih Ibadah yaitu (Siliwangi, S.Ag,
M.H.I) Terlepas dari semua itu, kami berharap semoga ini dapat menambah
pengetahuan para pembaca, untuk kedepan dapat memperbaiki atau menambah isi
agar menjadi lebih baik lagi.

Akhirnya tiada satu kata yang kami dapat berikan sebagai imbalan selain
mengucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Dengan segala kesederhanaan tulisan ini, kami
tetap mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Martapura, Desember 2020

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Setiap orang Islam tentu mendambakan untuk pada suatu ketika dapat
pergi menunaikan ibadah haji ketanah suci Makkah, di mana pelaksaannya
adalah tiap tahun, untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Bagi umat
Islam yang bermukim disekitar tanah Arab, pergi memunaikan ibadah haji
mungkin tidak menjadi kendala atau masalah, tetapi bagi umat Islam yang
berada di Asia Tenggara, Cina, Jepang, dan lain-lain, perjalanan ke Makkah
merupakan penggembaraan yang mengagumkan. Berbagai cara ditempuh,
dengan kapal laut yang memakan waktu berminggu-minggu, berjalan kaki
atau naik kendaraan darat yang memakan waktu berbulan-bulan. Sekarang,
dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan makin lancarnya
transpotasi, kemudahan sudah banyak didapatkan. Dahulu, kisah perjalanan
narik dan tak habis-habis untuk di ungkapkan.
Makalah ini akan menjelaskan secara detail tentang haji dan umroh yang akan
di ungkap dalam mata kuliah fiqh ibadah.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan haji dan tahapan haji?
b. Apa yang di maksud dengan umrah dan tahapan umrah?
c. Apa perbedaan Haji dan Umrah?

3. Tujuan
a. Dapat menjelaskan yang di maksud dengan haji dan tahapan haji.
b. Dapat menjelaskan yang di maksud dengan haji dan tahapan umrah.
d. Untuk mengetahui perbedaan Haji dan Umrah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Haji

Haji(al-hajj) dalam bahasa arab adalah (al-qassdu), yaitu menyengaja atau


menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj adalah sengaja mengunjungi ka’bah
untuk melakukan ibadah tertentu.1 Haji adalah berkunjung ke baitullah
(ka’bah) untuk beribadah kepada Alloh dengan syarat-syarta dan rukun-rukun
serta beberapa kewajiban tertentu dalam waktu tertentu. Ibadah Haji
termasuk rukun Islam ke lima, yang diwajibkan sekali seumur hidup
berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan sunnah,seperti:
Ayat.
‫سبِيلا‬
َ ‫ع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس حِ ج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫علَى الن‬ ِ ّ ِ ‫ِيم َو َمن دَ َخلَه َكانَ آمِ نا ا َو‬
َ ‫ِل‬ َ ‫فِي ِه آيَات بَيِّـنَات َّمقَام إِب َْراه‬
﴾٩٧﴿ َ‫ع ِن ْال َعالَمِين‬ َ ‫َو َمن َكف ََر فَإِ َّن هللا‬
َ ‫غنِي‬
Artinya: (Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.)

Hadits:
‫ اَلدّ ِْره ََم‬،‫علَيْـ ِه ْم َما أَ ْنفَقوا‬ َ ‫ا َ ْلحجَّاج َو ْالع َّمار َو ْفد هللاِ يعْطِ ْي ِه ْم َما‬
ِ ‫ َويَ ْست‬،‫سـأَلوا‬
َ َ‫َـجيـْب لَهـ ْم َما د‬
َ ‫ َوي ْخلِف‬،‫ع ْوا‬
﴾‫ ﴿رواه البـيهقى‬.‫ف أ َ ْلف‬ َ ‫أ َ ْل‬
“Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan ‘umrah adalah tamu-tamu
Allah, Allah memberi kepada mereka apa yang mereka minta, dan Dia
mengabulkan semua do’a mereka; kemudian Dia akan mengganti semua harta
yang mereka belanjakan untuknya, satu dirham menjadi sejuta dirham.” [HR.
Baihaqi]
1. SYARAT HAJI

1
Lahmuddin Nasution, fiqh 1, Logos wacana ilmu dan pemikiran. Hlm.207

2
a. Islam
b. Baligh
c. Akil
d. Merdeka (bukan hamba sahaya)
e. Istitha’ana(mampu).

2. RUKUN HAJI
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan
selama dalam masa melaksanakan ibadah haji. Satu saja rukun-rukun itu
tertinggal maka ibadah haji menjadi tidak sah. Adapun rukunnya:
a. Ihram
b. Wukuf di Arafah
c. Thawaf (thawaf ifadah)
d. Sa’i (lari-lari kecil)
e. Tahallul (Mencukur rambut kepala)
f. Tertib

3. TAHAPAN HAJI
1) Miqat
secara harfiah berarti batas, yaitu garis demarkasi (garis batas anatara
boleh dan tidak boleh) atau perintah mulai dari berhenti, yaitu waktu
kapan mulai menyatakan niat dan maksud melintasi batas antara tanah
biasa dan tanah suci. Miqat haji:
1. Miqat zamani adalah batas waktu melaksanakan haji. Menurut jumhur
ulama, miqat zamani mulai tanggal 1 syawwal sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah.
2. Miqat Makani adalah batas tempat untuk mulai ihram haji atau umrah.
Lima Tempat Miqat Makani.2
• Zulhulaifah (abyar ‘ali atau bir ali) tempat ini menjadi miqat
makani bagi jemaah haji yang dating dari arah Madinah.

2
Nasaruddin Umar, haji&umrah, Jakarta,ichtiar baru van hoeve, 2009. Hlm. 7

3
• Al-Juhfah (Rabigh) tempat ini menjadi miqat makani bagi jamaah
haji yang datang dari Syam (suriah, palestina, yordania, libanon).
• Yalamlam sebuah gunung di sebelah selatan Mekah. Tempat ini
menjadi Miqat makani bagi jemaah haji yang dating dari arah
(yaman, Pakistan, india, Indonesia, Malaysia dan cina)
• Qarnul Manazil (qarn as-Sa’alib)sebuah gunung di timur kota
Mekah. Tempat ini menjadi miqat makani bagi jamaah haji yang
datang arah Nejd (Arab Saudi Timur ), uni emirat arab, Bahrain,
dan kuwait.
• Zatu’irqin (Iraq) sebuah tempat di sebelah timur Mekah. Tempat ini
menjadi miqat makani bagi jamaah haji yang datang dari Irak dan
Iran daerah Timur lainnya.
2) Ihram
Secara bahasa, ihram berarti mengikat atau menahan diri dari larangan-
larangan yang sebelumnya di perbolehkan. Dalam fikih, ihram berarti niat
memulai mengerjakan Ibadah haji atau umrah.
Ada tiga macam ihram:3
a. Ihram untuk haji ifrad (al-ifrad), yakni melakukan ihram untuk
mengerjakan ibadah haji dahulu. Umrah dilakukan setelah
selesai mengerjakan ibadah haji.
b. Ihram untuk haji Tamatuk (at-tamattu’), yaitu niat melakukan
umrah saja. Haji dilaksakan setelahnya.
c. Ihram untuk haji qiran (al-qiran), yakni melaksanakan ibadah
haji dan umrah sekaligus.
• Sunnah Ihram
Sunnah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, dan rambut
kemaluan; mandi, melakukan shalat sunnah ihram dua rakaat (sebelum
ihram), dan membaca talbiah, shalawat serta istighfar (setelah ihram).
• Pakaian Ihram

3
Ibid,. hlm. 8

4
Bagi pria, pakaian ihram adalah memakai dua helai kain yang satu
diselendangkan di kedua bahu (bagian atas) dan satunya dijadikan sarung.
Kain ihram disunnahkan berwarna putih bagi pria. Bagi wanita, memakai
busana muslimah, yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka
dan kedua tangan dari pergelangan sampai ujung jari (kaffain).
Larangan Selama Ihram4
o Pria
• Memakai baju dan celana/sarung (yang terjahit)
• Menutup kepala yang melekat.
• Memakai khuf (sepatu yang kulitnya menutup dua mata kaki), kaos
kaki.
o Wanita
• Bersarung tangan.
• Menutup muka (memakai cadar atau masker)
• Mengenakan pakaian yang transparan dan ketat.

o Bagi pria dan wanita


- Memekai wangi-wangian kecuali yang sudah dipakai di badan
sebelum niat ihram
▪ Memotong kuku
▪ Mencukur atau mencabut rambut badan
▪ Memburu binatang buruan darat yang liar dan boleh dimakan
▪ Membunuh dan menganiaya binatang buruan darat dengan cara
apapun.
▪ Memakan daging buruan.
▪ Nikah, menikahkan dan menjadi saksi nikah.
▪ Bercumbu atau bersetubuh.
▪ Mencaci, bertengkar, atau mengucapkan kata-kata kotor.
▪ Berbuat fasik.

4
Ibid., hlm. 10

5
3) THAWAF
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah. Adapun Syarat Thawaf:5
▪ Tertutup aurat
▪ Suci daripada hadas dan najis
▪ Ka’bah hendaklah di sebelah kiri ketika thawaf.
▪ Permulaan thawaf dari hajar aswad
▪ Thawaf hendaklah dilakukan tujuh kali
Jenis Thawaf
· Qudum( selamat datang ) merupakan penghormatan kepada Baitullah.
· Ifadah dilakukan setelah wukuf di Arafah. Dan wajib dilaksanakan.
· Wada’ (perpisahan) merupakan penghormtan akhir kepada Baitullah.
· Umrah thawaf yang dilaksanakan dengan niat Ibadah umrah.
4) SA’I
Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara dua bukit Shafa dan Marwah.
Syarat-syaratnya:
• Hendaklah di mulai dari bukit shafa dan disudahi di bukit marwah
• Hendaklah sa’I itu tujuh kali
• Waktu sa’I hendaklah sesudah thawaf.
5) WUQUF
Wuquf di Arafah merupakan salah satu rukun haji yang paling utama, tanpa
wukuf di Arafah haji tidak sah.[6] Dalam bahasa arab artinya berdiri atau
berada di tempat itu.
6) BERMALAM DI MUZDALIFAH
Yaitu, bermalam/istirahat di Muzdalifah pada malam tanggal 10 zulhijah
setalah wukuf di arafah dimulai sejak magrib sampai terbit fajar. Keadaan
jemaah di Muzdalifah walaupun sesaat setelah lewat tengah malam sudah
mencukupi dan sah mabitnya.
7) MELEMPAR JUMRAH

5
Sulaiman Rasyid, Fiqih islam. Attahiriyah Jakarta cet.17 1954 hal.245-246

6
Para ulama sepakat bahwa lemparan jumrah aqbah dilakukan pada hari
qurban (10 dzulhijjah) setelah matahari terbit hingga matahari condong
kebarat adalah sah.
Syarat melontar jumrah:
· Melontar dengan tujuh batu
· Menertibkan tiga jumrah
· Yang dilontarkan hendaklah batu
8) BERCUKUR
Jumhur ulama sepakat bahwa bercukur (al-halq), atau memotong rambut (al-
taqsir) trmasuk bagian dari ibdah (nusuk) haji, bahkan merupakan salah satu
rukunnya menurut pendapat yang kuat di dalam mazhab Syafi’i. ketentuan ini
berlaku bagi laki-laki, sedangkan wanita hanya dituntut memotong rambut
mereka saja, dan tidak dibenarkan bercukur

9) TAHALLUL
Tahallul menurut bahasa artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”.
Dengan demikian tahalul adalah keadaan seseorang yang telah
dihalalkan(dibolehkan) melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang pada
waktu berihram haji.[11]
10) BERMALAM DI MINA
Berdasarkan perbuatan Nabi ini, para ulama mengatakan bahwa bermalam di
mina hukumnya wajib. Jadi orang yang haji itu wajib berada di mona pada
malam-malam hari tasyriq.
11) TARTIB
Berarti melakukan rukun-rukun haji itu sesuai dengan urutan yang
semestinya. Ihram mesti di kerjakan sebelum melakukan yang lainnya, wuquf
harus lebih dahulu sebelum thawaf ibadah, dan thawaf mesti lebih dahulu dari
sa’I kecuali sa’I telah dikerjakan setelah thawaf qudum.

7
B. Umrah

Hukum ‘umrah, Fardhu ‘Ain, atas tiap-tiap orang laki-laki ataau perempuan,
sekali seumur hidup, seperti haji. Rukun ‘umrah ada lima
a. Ihram serta berniat
b. Thawaf
c. Sa’i
d. Bercukur sekurang-kurangnya memotong tiga helai rambut.
e. Menertibkan antara empat rukun yang tersebut.

C. Perbedaan Haji dan Umrah

Persyarataan kewajibannya sama dengan haji tetapi pelaksanaanya berbeda


dalam hal:
1. Haji hanya dapat dilaksakan pada waktu dan bulan-bulan tertentu,
sedangkan umrah dapat dilakukan setiap waktu sepanjang tahun.
2. Wukuf yang merupakan salah satu rukun dalam haji, tidak dikerjakan
pada pelaksanaan umrah. Jadi, rukun umrah itu hanya ihram, thawaf,
sa’I, bercukur atau memotong rambut dan tartib.

8
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Haji adalah berkunjung ke baitullah (ka’bah) untuk beribadah
kepada Alloh dengan syarat-syarta dan rukun-rukun serta beberapa
kewajiban tertentu dalam waktu tertentu.
Hukum umrah , Fardhu ‘Ain, atas tiap-tiap orang laki-laki ataau
perempuan, sekali seumur hidup
Perbedaan haji dengan umroh, Persyarataan kewajibannya sama
dengan haji tetapi pelaksanaanya berbeda dalam hal:
• Haji hanya dapat dilaksakan pada waktu dan bulan-bulan tertentu,
sedangkan umrah dapat dilakukan setiap waktu sepanjang tahun.
• Wuquf yang merupakan salah satu rukun dalam haji, tidak
dikerjakan pada pelaksanaan umrah. Jadi, rukun umrah itu hanya
ihram, thawaf, sa’I, bercukur atau memotong rambut dan tartib.

9
DAFTAR PUSTAKA
As-Siddiqie, Hasbi. 1954. Kuliah Ibadah. Jakarta: Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah. 1992. Haji Ibadah Yang Unik. Jakarta: Yayasan Pendidikan
Islam “Ruhama ”.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid. Pustaka AMANI.
Jakarta.Cet II ,2002
Nasution, Lahmiddin. 1995. Fiqh 1. Logos Wacana Ilmu Dan Pemikiran Umar,
Nasarudin. 2010. Haji & Umroh. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Attahiriyah Jakarta Cet.17 1954

10

Anda mungkin juga menyukai