Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

BANK SYARIAH

Disusun Oleh

Winda Rahmawati

202130003

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Tahun 2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah saya
terima, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan
bagi saya dalam penyusunan MAKALAH Bank Syariah. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang
selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh
setelah mengikuti pembelajaran Bank dan Lembaga Keuangan juga dari sumber
informasi lain. Kami selaku penyusun hanya memiliki sebatas ilmu yang bisa saya
sajikan, sebagai tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan.
Saya menyadari bahwa pengetahuan dan pemahaman kami tentang
makalah ini menjadikan keterbatasan saya pula untuk memberikan penjabaran
yang lebih dalam tentang Bank Syariah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
tugas ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen yang
telah membimbing dalam penyusunan makalah Bank Syariah.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan penulisan..............................................................................................6

BAB II........................................................................................................................7

PEMBAHASAN.........................................................................................................7

A. Sejarah Singkat Bank Syariah.........................................................................7

B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.....................................................9

C. Produk Bank Syariah....................................................................................12

D. Penilaian Kesehatan pada Bank Syariah.....................................................18

E. Pengertian Bank Syariah..............................................................................22

F. Fungsi Bank Syariah......................................................................................24

G. Prinsip Bank Syariah.....................................................................................24

BAB III.....................................................................................................................29

KESIMPULAN.........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Syariah merupakan lembaga keungan layaknya Bank
Konvensional tetapi menggunakan prinsip syariah yaitu keadilan,
keseimbangan dan kemaslahatan. Kegiatan utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat umum dalam bentuk pinjaman
atau kredit. Dalam dunia perbankan, selain bank umum atau bank
konvensional, terdapat juga bank syariah yang banyak berkembang di
indonesia. Dalam bank konvensional penentuan harga selalu didasarkan
dengan bunga, sedangkan bank syariah didasarkan pada konsep Islam
yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil baik untung maupun rugi. Tujuan
utama Bank Syariah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari
segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-
Sunnah.
Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah ini bersumber dari
adanya riba yang secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Diantara ayat-ayat tentang dilarangnya riba, salah satunya terdapat pada
surat Al- Baqarah ayat 275 yang menjelaskan bahwa seseorang yang
memakan riba diancam dengan neraka sebagai hukumannya.
Perbankan syariah sebagai bagian dari perbankan nasional telah
menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Berkembanya bank
syariah di indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syaiah
pertama yang berdiri pada tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun

4
1992. Perbankan syariah adalah salah satu bank yang mampu bertahan
pada
masa krisis moneter yang pernah di alami oleh Indonesia pada tahun 1998
telah menginspirasi tumbuh pesatnya perbankan syariah.
Perbankan syariah sebagai bagian dari perbankan nasional telah
menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Berkembanya bank
syariah di indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syaiah
pertama yang berdiri pada tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun
1992. Perbankan syariah adalah salah satu bank yang mampu bertahan
pada Masa krisis moneter yang pernah di alami oleh Indonesia pada tahun
1998 telah menginspirasi tumbuh pesatnya perbankan syariah.
Perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat setelah
lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU ini
terdapat perubahan yang memberikan peluang yang besar dan landasan
hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah serta
memberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan jaringan
perbankan syariah antara lain melalui izin pembukaan Kantor cabang
Syariah (KCS) oleh bank konvensional.2 Undang-undang No. 10 tahun
1998 disempurnakan kembali dengan diberlakukannya Undang-Undang No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah singkat Perbankan Syariah/Bank Syariah

5
2. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
3. Produk Bank Syariah
4. Penilaian Kesehatan Pada Bank Syariah
5. Pengertian Bank Syariah
6. Fungsi Bank Syariah
7. Prinsip Bank Syariah

C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan secara singkat mengenai sejarah Bank Syariah
2. Menjelaskan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
3. Menjelaskan apa saja produk pada Bank Syariah
4. Menjelaskan Penilaian kesehatan pada Bank Syariah
5. Menjelaskan beberapa pengertian dari bank Syariah menurut para
ahli
6. Menjelaskan beberapa fungsi bank syariah
7. Menjelaskan prinsip bank syariah

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Bank Syariah


Sejarah, awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali
dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940- an.
Kemudian di Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It
Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala
kecil.
Di Uni Emirat Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic
BankKemudian di Kuwait pada tahun 1977 berdiri Kuwait Finance House
yang beroperasi tanpa bunga. Selanjutnya kembali di Mesir pada tahun
1978 berdiri Bank Syariah yang diberi nama Faisal Islamic BankLangkah ini
kemudian diikuti oleh Islamic International Bank for Invesment and
Development Bank.
Di Siprus tahun 1983 berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris. Kemudian
di Malaysia Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam
Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera
Muamalah.
Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada
tahun 1983 sejak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam.
Kemudian di Turki negara yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun
1984 yaitu dengan hadirnya Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance
Institution dan mulai beroperasi tahun 1985.
Salah satu negara pelopor utama dalam melaksanakan sistem per-
bankan syariah secara nasional adalah Pakistan. Pemerintah Pakistan
mengkonversi seluruh sistem perbankan di negaranya pada tahun 1985

7
menjadi sistem perbankan syariah. Sebelumnya pada tahun 1979 beberapa
institusi keuangan terbesar di Pakistan telah menghapus sistem bunga dan
mulai tahun itu juga pemerintah Pakistan mensosiali- sasikan pinjaman
tanpa bunga, terutama kepada petani dan nelayan
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif
baru, yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk
mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada 18-20 Agustus 1990Namun, diskusi tentang Bank
Syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal
tahun 1980.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim per-
bankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini
ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki
puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di
Indonesia khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini
juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri
(BSM)Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari bank
konvensional yang sudah ada, seperti, Bank BNI, Bank IFIdan BPD
JabarBank-Bank Syariah lain yang direncanakan akan membuka cabang
adalah BRI, Bank Niaga, dan Bank Bukopin.
Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh
masyarakat Muslim, tetapi juga bank milik non-Muslim. Saat ini Bank Islam
sudah tersebar di berbagai negara-negara Muslim dan non- Muslim, baik di
benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan

8
keuangan dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan Citibank telah
membuka cabang yang berdasarkan syariah

B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia


Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke IndonesiaPada awal periode 1980-an, diskusi mengenai
bank syariah se- bagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh
yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja,
MDawam RahardjoA.M. SaefuddinMAmien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji
coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkanDi antaranya adalah
Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di
Jakarta juga dibentuk lem- baga serupa dalam bentuk koperasiyakni
Koperasi Ridho Gusti.
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di
Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga
Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya
tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan
amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank
Islam di Indonesia.
Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
I. PT Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim
Perbankan MUI tersebut di atas. Akte Pendirian PT Bank Muamalat
Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada saat
penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian
saham sebanyak Rp84 miliar.

9
Pada tanggal 3 November 1991dalam acara silaturahmi
Presiden di Istana Bogordapat dipenuhi dengan total komitmen
modal disetor awal sebesar Rp106.126.382.000,00Dengan modal
awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia
mulai beroperasi. Hingga September 1999Bank Muamalat Indonesia
telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar.23 Pada awal
pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini
belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang
menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai "bank
dengan sistem bagi hasil"; tidak terdapat rincian landasan hukum
syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan, Hal ini sangat
jelas tecermin dari UU No7 Tahun 1992, di mana pembahasan
perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu
dan merupakan "sisipan" belaka.

II. Era Reformasi dan Perbankan Syariah


Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai
dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam
undang-undang ter- sebut diatur dengan rinci landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah. Undang-undang ter- juga memberikan arahan
bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau
bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat
perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam
bidang perbankan syaria. para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin
menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam

10
institusinya. Sebagian lainnya bahkan be- rencana mengkonversi diri
sepenuhnya menjadi bank syariah. Hal demikian diantisipasi oleh
Bank Indonesia dengan mengadakan "Pelatihan Perbankan Syariah"
bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian, terutama
aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP (Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan, akuntansi, riset,
dan moneter.
a) Bank Umum Syariah
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik
pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada
prinsip syariah. Secara strukturalBSM berasal dari Bank Susila
Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan di lingkup
Bank Mandiri (ex BDN)yang kemudian dikonversikan menjadi
bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan
proses konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerja
sama dengan Tazkia Institute, terutama dalam bidang
pelatihan dan pendampingan konversi.
Sebagai salah satu bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang
memiliki aset ratusan triliun dan networking yang sangat luas,
BSM memiliki beberapa keunggulan komparatif dibanding
pendahulunya. Demikian juga perkem- bangan politik terakhir
di Aceh menjadi blessing in disguise bagi BSM. Hal ini karena
BSM akan menyerahkan seluruh cabang Bank Mandiri di Aceh
kepada BSM untuk dikelola secara syariah. Langkah besar ini
jelas akan menggelem- bungkan aset BSM dari posisi pada
akhir tahun 1999 sejumlah Rp 400.000.000000,00 (empat
ratus miliar rupiah) menjadi di atas 2 hingga 3 triliunPerkem-
bangan ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah cabang
BSM, yaitu dari 8 menjadi lebih dari 20 buah.

11
b) Cabang Syariah dari Bank Konvensional
Satu perkembangan lain perbankan syariah di Indonesia
pascareformasi adalah diperkenankannya konversi cabang
bank umum konvensional menjadi cabang syariah
Beberapa bank yang sudah dan akan membuka cabang
syariah diantaranya:
1. Bank IFI (membuka cabang syariah pada 28 Juni 1999)
2. Bank Niaga (akan membuka cabang Syariah)
3. Bank BNI’46 (telah membuka lima cabang syariah)
4. Bank BTN (akan membuka cabang syariah)
5. Bank Mega (akan mengkonversikan satu bank
konvensional anak perusahaan menjadi bank syariah)
6. Bank BRI (akan membuka cabang syariah)
7. Bank Bukopin (tengah melakukan program konversi
untuk cabang Aceh)
8. BPD JABAR (telah membuka cabang syariah di
Bandung)
9. BPD Aceh (tengah menyiapkan SDM untuk konversi
cabang

Catatan: data per November 2000

C. Produk Bank Syariah


Sama seperti halnya dengan bank konvensional, Bank Syariah juga
menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja
bedanya dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga,
baik terhadap harga jual maupun harga belinyaProduk-produk yang
ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam mem- berikan
pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis prodak Bank Syariah
yang ditawarkan adalah sebagai berikut

12
1. Al – Wadi’ah (simpanan)
Al-wadi'ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank
Syariah Prinsip Al-wadi'ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima
sim- panan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanahSi
penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan
kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan.
Akan tetapi, dewasa ini agar uang yang dititipkan tidak me nganggur
begitu saja, oleh si penyimpan uang titipan tersebut (Bank Syariah)
digunakan untuk kegiatan perekonomianTentu saja penggunaan
uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik uang
dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan
mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian, prinsip
yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-dhamanah (tanga
penanggung)Mengacu pada prinsip yad adh-dhamanah bank
sebagai penerima dana dapat memanfaatkan dana titipan seperti
simpanan giro dan tabungan, dan deposito berjangka untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan kepentingan negara.
Yang terpenting dalam hal ini si penyimpan bertanggung jawab atas
segala kehilangan dan kerusakan yang menimpa uang tersebut.
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah
pihak bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan
uang, namun sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus
ditanggung oleh bank. Sebagai imbalan kepada pemilik dana di
samping jaminan keamanan uangnya juga akan memperoleh fasilitas

13
lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro wadiah. Artinya bank
tidak dilarang untuk memberikan jasa atas pemakaian uangnya
berupa insentif atau bonus, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih
dulu baik nominal maupun persentase dan ini murni merupakan
kebijakan bank sebagai pengguna uangPemberian jasa berupa
insentif atau bonus biasanya digunakan istilah nisbah atau bagi hasil
antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada
nasabah yang memiliki dana rata- rata minimal yang telah ditetapkan.

2. Pembiayaan dengan Bagi Hasil


Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan
istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam Bank Syariah untuk
penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika
dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga
yang dibe- bankan, maka dalam Bank Syariah tidak ada istilah
bunga, tetapi Bank Syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip
bagi hasil dalam Bank Syariah yang diterapkan dalam pembiayaan
dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu:

a. Al – Musyarakah
Al-Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing
pihak mem- berikan dana atau amal dengan kesepakatan
bahwa keuntungan atau risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Dalam praktik perbankan al-
Musyarakah diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek.
Nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.
Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan

14
untuk bank setelah ter- lebih dulu mengembalikan dana yang
dipakai nasabahAl-Musyarakah dapat pula dilakukan untuk
kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal
ventura.
b. Al – Mudharabah
Al-Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak,
di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak
lain men- jadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut
kesepakatan yang ditu- angkan dalam kontrak. Apabila rugi,
maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat dari kalalaian si pengelola. Apabila kerugian
diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang
bertanggung jawab.
Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam dua jenis, yaitu
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyah.
Pengertian mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama
antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih
luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha
dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyah
merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana
pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah
bisnis.
Dalam dunia perbankan al-Mudharabah biasanya
diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan
seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan
mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka
seperti tabungan haji atau tabungan kurbanDana juga dapat
dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang
dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

15
c. Al – Muza’arah
Al-Muza'arah merupakan kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarapPemilik lahan
menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk
pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil
panenDalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk
pembiayaan bidang platation atas dasar bagi hasil panen.
Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan
pupuk. Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga,
dan waktu. Keun- tungan diperoleh dari hasil panen dengan
imbalan yang telah disepakati
d. Al – Musaqah
Pengertian al-Musaqah adalah bagian dari al-Muza'arah, yaitu
peng- garap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan
mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil
panen pertanian. Jadi tetap dalam kontek adalah kerja sama
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap.

3. Bai’al – Murabahah
Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga
pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini
penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli
ditam- bah keuntungan yang diinginkannya. Sebagai contoh harga
pokok barang "Gunung Pelawan" Rp100.000,-. Keuntungan yang
diharapkan adalah sebesar Rp5.000,-, sehingga harga jualnya
Rp105.000,-. Kegi- atan Bai'al-Murabahah ini baru dilakukan setelah
ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan

16
pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah
pada pembiayaan produk barang- barang investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan
nama L/C.

4. Bai’ as – Salam
Bai'as-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip
yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas
dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk
uang.

5. Bai’ Al – Istihna’
Bai' al-Istihnaadalah bentuk khusus dari akad Bai'as-Salam,
oleh karena itu, ketentuan dalam Bai' al-Istihna' mengikuti ketentuan
dan aturan Bai'as-Salam. Pengertian Bai' al-Istihna' adalah kontrak
penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang)Kedua
belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang
harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan
tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka
atau secara angsuran per bulan atau di belakang.

6. Al – Ijarah (leasing)
Al-ljarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya
kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.

17
7. Al – Wakalah (amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian
atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini
harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi
mandat.

8. Al – Kafalah (garansi)
Pengertian al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam
dunia perbankan da- par dilakukan dalam hal pembiayaan dengan
jaminan seseorang

9. Al – Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau
dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada
lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan
kegiatan anjak piutang atau factoring.

10. Ar – Rahn
Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik si
pemin jam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

D. Penilaian Kesehatan pada Bank Syariah


Penilaian kesehatan bank, di samping dilakukan untuk bank kon-
vensional, juga dilakukan untuk Bank Syariah baik untuk bank umum

18
syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai
dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yans bersifat
dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem peni laian tingkat
kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat
memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kon disi saat ini dan
mendatang.
Penilaian kesehatan Bank Syariah dilakukan berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24
Januari 2007. Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur, Bank Indonesia Siti
Chalimah Fadjrijah menjelaskan bahwa pene- rapan ini dilakukan dengan
memperkirakan produk dan jasa perbankan syariah ke depan kian beragam
dan kompleks sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat.
Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko Bank
Syariah, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat kesehatan bank
tersebut. Dalam penilaian ting- kat kesehatan, Bank Syariah telah
memasukkan risiko yang melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang
merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko.
Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank secara triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain:
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas asset (asset quality)
3. Rentabilitas (earning)
4. Likuiditas (liquidity)
5. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)
6. Dan manajemen (management)

Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor


finansial (permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas

19
terhadap risiko pasar) dihitung secara kuantitatif dan kua- litatif dengan
mempertimbangkan unsur judgment.

Khusus untuk tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) aturan


baru yang mulai berlaku 4 Desember 2007, yaitu Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor 9/17/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah mengatur penilaian
tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian di antaranya:

1. Permodalan (capital)
2. FaktorKualitas asset (asset quality)
3. Faktor Rentabilitas (earning)
4. Dan factor Likuiditas (liquidity) atau factor keuangan dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif.
5. Penilaian atas komponen dari factor manajemen yang dilakukan
secara kualitatif

Rincian penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

1. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan


mempertimbangkan indikator pendukung dan/atau
pembanding yang relevan.
2. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor keuangan terdiri
dari peringkat 1, 2, 3, 4, dan 5
3. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor manajemen
terdiri dari peringkat A, B, C dan D
4. Proses penilaian peringkat faktor keuangan dilakukan dengan
pembobotan atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas
aset,rentabilitas, dan likuiditas.

20
5. Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan
peni- laian peringkat faktor manajemen, ditetapkan peringkat
komposit merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat
kesehatan bank.
6. Proses penilaian peringkat komposit dilaksanakan melalui
peng- gabungan atas peringkat faktor keuangan dan peringkat
mana- jemen menggunakan tabel konversi dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgment.

Kemudian, untuk menentukan Peringkat Komposit yang merupa kan


peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan sebagai
berikut.

No Peringkat Keterangan
1. Komposit 1 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang
sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan
usaha yang sangat baik
2. Komposit 2 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang
baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang
baik
3. Komposit 3 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang
cukup baik sebagai hasil dari pengelolaan
usaha yang cukup baik
4. Komposit 4 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang
kurang baik sebagai akibat dari pengelolaan
usaha yang kurang baik
5. Komposit 5 Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang
tidak baik sebagai akibat dari pengelolaan
usaha yang tidak baik.

21
Dengan kata lain, setiap komposit memberikan penilaian terhadap kondisi
kesehatan bank berikut ini.

1. Peringkat Komposit 1; mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi


tingkat kesehatan yang sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan
usaha yang sangat baik.
2. Peringkat Komposit 2. mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang baik sebagai hasil pengelolaan usaha yang
baik.
3. Peringkat Komposit 3; mencerminkan bahwa bank memiliki kon- disi
tingkat kesehatan yang cukup baik sebagai hasil pengelolaan usaha
yang cukup baik.
4. Peringkat Komposit 4; mencerminkan bahwa bank memiliki kon- disi
tingkat kesehatan yang kurang baik sebagai akibat pengelolaan
usaha yang kurang baik.
5. Peringkat Komposit 5; mencerminkan bahwa Bank memiliki kondisi
tingkat kesehatan yang tidak baik sebagai akibat pengelolaan usaha
yang tidak baik.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) wajib melakukan peng- hitungan


rasio-rasio keuangan yang terkait dengan penilaian Tingkat Kesehatan
BPRS secara triwulanan, untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September,
dan Desember.

E. Pengertian Bank Syariah


Ditinjau dari segi penentuan harga produk bank, bank syariah sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip kovensional. Bank syariah
menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dengan penyimpan dana atau dengan pembiayaan usaha maupun kegiatan
perbankan lainnya. Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya

22
bank penghimpunan dana maupun penyaluran dananya, memberikan dan
mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam
persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Sementara itu,
bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya bank penghimpunan
dana maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasilPertama kali yang
harus dipahami betul oleh seluruh masyarakat Indonesia adalah bahwa
bank berdasarkan prinsip bank syariah atau bagi hasil bukanlah perbankan
Arab sebagaimana diinterpretasikan oleh banyak pihak. Bank syariah
merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam. Maksudnya, bahwa dalam praktiknya bank syariah bersifat
umum artinya negara dapat melakukan dan memiliki bank berdasarkan
syariah atau bagi hasil.
Berikut beberapa pengertian bank syariah menurut para ahli
1. Menurut SiamatDahlam, bank syariah merupakan bank yang
menjalankan usaha perbankan dengan berdasar ataupun
memperhatikan prinsip – prinsip syariah yang tertuang di
dalam Al-Qur’an dan Hadist.
2. Menurut Scahik, pengertian bank syariah adalah suatu bentuk
dari bank modern yang berlandaskan hukum-hukum agama
Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan islam
dengan jalan menggunakan konsep bagi hasil dan bagi resiko
sebagai sistem utama dan menghapuskan sistem keuangan
yang dilandasi dengan anggapan kepastian keuntungan yang
telah ditentukan sebelumnya
3. Menurut Sudarsono, bank syariah merupakan salah satu
lembaga keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-
jasa perbankan lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan

23
peredaran uang yang beroperasi dengan berdasarkan prinsip-
prinsip agama islam atau pun prinsip syariah
4. Menurut Perwataatmadja, pengertian bank syariah adalah
bank yang beroperasi dengan mengikuti prinsip-prinsip
syariah ataupun islami yang tata cara pelaksanaannya
didasarkan pada ketentuan Al – Qur’an dan Hadist.

F. Fungsi Bank Syariah


1. Penghimpun Dana
Sama seperti halnya bank umum, bank syariah memiliki
fungsi utama sebagai penghimpun dana dari masyarakat. Bedanya,
jika pada bank konvensional si penabung mendapatkan balas jasa
berupa bunga, di bank syariah penabung akan mendapatkan balas
jasa berupa bagi hasil.
2. Penyalur Dana
Fungsi utama bank syariah yang kedua adalah sebagai
penyalur dana. Dana yang telah dihimpun dari nasabah, nantinya
akan disalurkan kembali kepada nasabah lainnya dengan sistem bagi
hasil.
3. Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Fungsi bank syariah yang ketiga adalah sebagai pemberi
layanan jasa perbankan. Dalam hal ini, bank syariah berfungsi
sebagai pemberi layanan jasa seperti jasa transfer, pemindah
bukuan, jasa tarikan tunai, dan jasa – jasa perbankan lainnya.

G. Prinsip Bank Syariah


Prinsip bank syariah atau bagi hasil adalah sebagai berikut.

24
1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan oleh bank kepada
masyarakat sehubungan dengan penggunaan dana masyarakat yang
dipercayakan kepadanya.
2. Menetapkan imbalan yang akan diterima oleh bank sehubungan
dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan, baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.
3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya
yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.

Pengertian prinsip bagi hasil dalam penyediaan dana kepada masyarakat


dalam bentuk pembiayaan sebagaimana disebutkan di atas termasuk
kegiatan bagi hasilSelanjutnya, pengertian secara umum dari bank syariah
atau bank Islam adalah bank yang dalam menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam yaitu dengan
mengacu kepada Alquran dan hadis. Maksudnya, bahwa dalam
menjalankan operasinya harus mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islami yaitu
menjauhi praktik-praktik yang mengandung unsur-unsur riba dan melakukan
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Sementara itu, untuk kegiatan usaha berdasarkan Alquran dan hadis yaitu
dalam melaksanakan kegiatan operasional harus mengikuti larangan dan
perintah yang terdapat dalam Alquran dan sunah Rasul Muhammad Saw.
Adapun penekanan pelarangan tersebut terutama yang berkaitan dengan
praktik bank yang dapat menimbulkan ribaAdapun pelarangan riba
didasarkan atas firman Allah Swt. dalam Alquran berikut ini.

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melakukan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan

25
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba). maka baginya apa telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (Al- Baqarah: 275).

Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan


konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana,
membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip
hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi
perbankan tersebut.

1. Perniagaan atas barang-barang yang haram.


2. Bunga
3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja
4. Ketidakjelasan dan manipulatif.

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional sebagai berikut

No Bank Konvensional Bank Syariah


1. Sistem Bunga Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan
dan fee
2. Bebas Nilai Berinvestasi pada usaha yang halal
3. Profit Oriented Profit dan falah oriented
4. Hubungan debit – kreditur Pola hubungan kemitraan
5. Besarannya tetap Besaran bagi hasil berubah-ubah
tergantung daripada kinerja usaha
6. Tidak ada lembaga sejenis Ada dewan pengawas syariah

26
Menurut Afzalur Rahman dalam bukunya yang berjudul Islamic Doctrine on and
Insurance (1980) berpendapat bahwa tujuan dari prinsip perbankan syariah yaitu
membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai
dengan syariah dalam sistem ekonominya

Dalam perbankan syariah sering menjadi bahan pertanyaan dan selalu


dibandingkan dengan sistem bunga dalam Perbankan konvensional. Untuk
penjelasan perbandingan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.

No Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil


1. Penentuan suku bunga dibuat Penentuan besarnya risiko dibuat pada
pada saat akad dengan saat akad dengan berpedoman pada
pedoman harus selalu kemungkinan untung dan rugi.
menguntungkan pihak bank.
2. Pembayaran bunga tetap Bagi hasil tergantung kepada keuntungan
sebagaimana telah dijanjikan proyek yang dijalankan. Apabila proyek itu
tanpa pertimbangan proyek tidak memperoleh keuntungan, maka
yang dijalankan oleh pihak kerugian akan ditanggung bersama oleh
nasabah untung atau rugi. kedua belah pihak.
3. Besarnya persentase Besarnya rasio atau nisbah bagi hasil
berdasarkan pada jumlah berdasarkan jumlah keuntungan yang
uang atau modal yang diperoleh.
dipinjamkan.
4. Eksistensi bunga diragukan Tidak ada agama yang meragukan
kehalalannya oleh semua keabsahan bagi hasil.
agama termasuk agama
Islam.
5. Tidak tergantung kepada Tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah

27
kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai
pembayaran bunga tidak dengan peningkata Jumlah pendapatan.
mengikat meskipun jumlah
keuntungan berlipat ganda
saat keadaan ekonomi sedang
baik.

28
BAB III
KESIMPULAN

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam


berpengaruh ke IndonesiaPada awal periode 1980-an, diskusi mengenai
bank syariah se- bagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh
yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja,
MDawam RahardjoA.M. SaefuddinMAmien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji
coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkanDi antaranya adalah
Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di
Jakarta juga dibentuk lem- baga serupa dalam bentuk koperasiyakni
Koperasi Ridho Gusti.

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya


berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah memiliki tujuan yang sama
seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat
menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan
dana, membiayai kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai. Untuk
mendapatkan keuntungan tersebut, bank syariah juga tak boleh kalah
dengan bank konvensional dalam memberikan pelayanan kepada
nasabahnya. Sama seperti halnya dengan bank konvensional, Bank Syariah
juga menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja
bedanya dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga,
baik terhadap harga jual maupun harga belinyaProduk-produk yang
ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam mem- berikan
pelayanan kepada nasabahnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, (Ed.keenam) Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2015

Muhammad Syai’I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001

Kuras Purba, Manajemen perbankan, Bandung: Yramaa Widya, 2019

Hasan, sultoni, Bank Syariah Di dunia Internasional , Jurnal Eksyar, vol. 07 No. 02
Desember 2020: 35-51

Nur, Suhartatik, determinan financing to deposit ratio  perbankan syariah di


indonesia (2008-2012), Vol 1 No 4 Tahun 2013
Aminoel, akbar, Sejarah lahirnya bank syariah serta praktek di dunia perbankan,
Vol 1 No. 2 tahun 2018

30

Anda mungkin juga menyukai