Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Dosen : Isnandha, SE., MM

Disusun Oleh :
1. Sidik Purnawan 2161201460
2. M. Fajar Shodiq 2161201431
3. Umarul Faruq 2161201594

Kelas D-D-CPT Manajemen Sarjana Desa

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
JAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “
Perkembangan Perbankan Syariah “ ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi Tugas dari mata kuliah
“Bank dan Lembaga Keuangan Lainya” selain itu juga bertujuan untuk dapat
menambah pengetahuan dan memberikan wawasan kepada pembacanya.
Dan kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan berkontribusi dalam pembuatan makalah ini baik secara materi maupun ide
dan pemikiran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan seperti
manusia yang pada hakekatnya tidak luput dari kesalahan dan kami mohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki dalam pembuatan makalah ini agar menjadi
lebih baik. .

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 24 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….1


KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………... 2
DAFTAR ISI ………..……………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN….…………………………………………...….……….4
A Latar Belakang ….…………………………………………………...……....4
B Rumusan Masalah………………………....……………………….…...……...5
C Tujuan Pembahasan….…………………………………………….…..………5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum…….....……………………………………….6
2.2 Mekanisme Bank Konvensional.………………………………………...…..11
2.3 Mekanisme Bank Syariah……………...………………………….………... 14
2.4 Struktur Organisasi Perbankan…….……………………………………….. 26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………... 28
3.2 Daftar Pustaka……………………………………………………………... 29

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan Syari’ah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini
didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam
dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-
usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi
makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islami dll), di mana hal ini tidak
dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.
Bank syariah sebenarnya berlaku untuk semua orang atau Universal. Syari’ah
itu sendiri hanyalah sebuah prinsip atau sistem yang sesuai dengan aturan atau ajaran
Islam. Siapa saja dapat memanfaatkan jasa keuangan bank syariah.
Ketika krisis moneter melanda Indonesia, 1997, sistem Syari’ah telah
memberikan manfaat bagi banyak kalangan. Tentunya Anda ingat, pada saat itu, suku
bunga pinjaman melambung tinggi hingga puluhan persen. Akibatnya, banyak dari
kalangan usaha yang tidak mampu membayar. Tapi, fenomena ini tidak berlaku bagi
pelaku usaha yang menggunakan dana dari bank syariah. Para pengusaha tersebut
tidak perlu membayar bunga sampai puluhan persen, mereka cukup berbagi hasil
dengan bank syariah. Penentuan persentasi bagi hasil dilakukan di awal pengambilan
pinjaman.
Pengembangan sistem perbankan Syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan
yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara Bersama-sama, sistem
perbankan Syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung
mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah dari Perbankan syariah
2. Apa manfaat dari Penggunaan dana Bank Syariah
3. Bagaimana Pengembangan sistem Perbankan Syariah di indonesia

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui materi tentang Pengertian dan dasar Hukum Perbankan
Syariah
b. Untuk mengetahui materi tentang Mekanisme Bank Konvensional
c. Untuk mengetahui materi tentang Mekanisme Bank Syariah.
d. Untuk mengetahui materi tentang Struktur Organisasi Perbankan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PERBANKAN SYARIAH

1. PENGERTIAN BANK SYARIAH


Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah Islam, yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al Qur’an dan Hadits. Makna bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah bank yang
dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan Syariah Islam khususnya
yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tatacara
bermuamalat dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-
unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil
dan pembiayaan perdagangan.
Bank yang tata cara operasinya mengacu kepada Al Qur’an dan Hadits
adalah bank yang tata cara beroperasinya itu mengikuti perintah dan larangan
yang tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits. Sesuai dengan perintah dan
larangan itu maka yang dijauhi adalah praktik-praktik usaha yang dilakukan di
zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi
tidak dilarang oleh beliau .
Di dalam mengoperasionalkan bank syariah agar tidak menyimpang
dari tuntunan syariah maka pada setiap bank syariah hanya diangkat manager
dan pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah Islam,
selain itu dibentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
operasional bank dari sudut syariahnya.

a. Sejarah Perbankan Syariah


Perbankan Syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa
menggunakan embel-embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang
berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis.
Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah
bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit
Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967,
dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-
bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar

6
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung
dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan
para penabung.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun
1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi
Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar
pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa
finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan
secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada Syari’ah Islam.
Di belahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis
Islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai
Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic
Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik,
Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden,
dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation
yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan
ibadah haji.
Di Indonesia pelopor perbankan Syariah adalah Bank Muamalat
Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini
sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002
dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di
Indonesia telah di atur dalam undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan dan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank syariah Mandiri dan Bank Mega
Syari’ah. Sementara itu Bank Umum yang telah memiliki unit usaha
Syari’ah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank
Negara Indonesia (Persero), Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bank
swasta nasional: Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Tbk).
b. Produk Bank Syariah
Produk perbankan Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Produk Penyaluran dana,
Produk penyaluran dana dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang
dibedakan berdasar tujuan penggunaannya:
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang,
dilakukan dengan prinsip jual beli.

7
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa.
c. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan
guna mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi
hasil.
2) Produk Penghimpunan dana
3) Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada
nasabahnya.

c. Prinsip /Hukum Perbankan Syariah


Beberapa prinsip/hukum yang dianut oleh sistem perbankan
Syariah antara lain:
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang
hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak
memiliki nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak
diharamkan dalam Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan Syariah.
d. Peran Bank Syariah
Secara khusus peran bank syariah secara nyata dapat terwujud
dalam aspek-aspek berikut :
1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.
Di samping itu, bank syariah perlu mencontoh keberhasilan sekret
dagang Islam, kemudian ditarik keberhasilannya untuk masa kini
(nasionalis, demokratis, religius, ekonomis).
2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan.
Artinya, pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi misi
ekonomi kerakyatab dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme
operasi yang transparan.
3. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi dibank syariah
tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang
diberikan kepada investor. Oleh karena itu nasabah pembiayaan akan
memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank

8
konvensional. Di samping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan
bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena
itu, pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi
kepada bank syariah
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank
syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat
Dengan demikian spekulasi dapat ditekan.
5. Mendorong pemerataan pendapat artinya bank syariah bukan hanya
mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana
Zakat,

e. Tujuan Bank Syariah


Tujuan perbankan syariah adalah sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi untuk bermuamalah secara Islam.
Muāmalah disini yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktek-praktek riba atau usaha/perdadagangan lain yang
mengandung unsur gharar (tipuan), karena jenis usaha tersebut selain
dilarang oleh agama islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekonomi umat.
2. Menciptakan keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan
yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan.
3. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan membuka peluang
berusaha yang lebih besar kepada mereka yang tidak bermodal yang di
arahkan pada usaha-usaha produktif untuk membangun kemandirian
(wirausaha).
4. Membantu menaggulangi/mengentaskan kemiskinan melalui
pembinaan usaha produktif, pedagang perentara, pembinaan
konsumen, pengembangan modal dan pengembangan usaha.
5. Turut menjaga kestabilan ekonomi/moneter, dengan aktivitas
perbankan syariah yang sesuai dengan konsep Islam (Syariah) seperti
menghindarkan inflasi dengan tidak menerapkan system bunga,
menghindarkan persaingan yang tidak sehat dengan menanggulangi
kemandirian lembaga Perbankan Syariah.
6. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank
Konvensional.22

9
2. LANDASAN HUKUM BANK SYARIAH
Landasan hukum perbankan Syariah di Indonesia, antara lain:
a. Allah menghalalkan jual-beli–mengharamkan riba (Q.S 2:275).
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
b. Jual-beli boleh dilakukan dengan penyerahan tangguh (Q.S 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan ndaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang
lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.”
c. Ummat Islam mengajarkan ta’awun (QS5:2) dan menghindari iktinaz (Q.S
9:34)

10
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
d. Hampir semua pekerjaan muamalah adalah mubah kecuali ada dalil yang
melarangnya (ushul fiqih)
e. UU 21 Tahun 2008

B. MEKANISME BANK KONVENSIONAL

1. Definisi

Definisi Konvensional adalah ilmu yang mempelajari perilaku


manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang tak terbatas menggunakan
faktor-faktor produksi yang terbatas. Masalah utama ekonomi adalah
kelangkaan (scarcity) dan pilihan (choices). Konvensional berasal dari kata
convention (konvensi, pertemuan), jadi bank konvensional adalah bank yang
mekanisme operasinya berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam
suatu konvensi.
Pengertian Bank Umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998:
“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip Syari’ah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.“
2. Fungsi Bank Umum

Fungsi -fungsi Bank Umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa
pentingnya keberadaan Bank Umum dalam perekonomian modern, yaitu:

a. Penciptaan uang Uang yang diciptakan Bank Umum adalah uang giral,
yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring).
Kemampuan Bank Umum menciptakan uang giral menyebabkan possisi
dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

11
b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Fungsi lain dari Bank
Umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran.

c. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat Dana yang paling banyak


dihimpun oleh Bank Umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana
simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional Bank Umum juga sangat


dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.
Kesulitankesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter
masing-masing negara. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-
pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan
lebih mudah, cepat, dan murah.

e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga Penyimpanan barang-barang


berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh
bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang
sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit
box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.

f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya


oleh Bank Umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat
membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui ATM, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa
bank.

3. Jenis Kegiatan Bank Konvensional


1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:
a) Simpanan Giro (Demand deposit)
b) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
c) Simpanan Deposito (Time Deposit)
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:

12
a) Kredit Investasi
b) Kredit Modal Kerja
c) Kredit Perdagangan
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:
a) Transfer (Kiriman Uang)
b) Inkaso (Collection)
c) Kliring (Clearing) d) Safe Deposit Bo dll
Dalam kegiatan bank konvensional terdapat dua macam bunga:
a. bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di
bank, seperti jasa giro, bunga tabungan, atau bunga deposito. Bagi pihak
bank bunga simpanan merupakan harga beli.
b. Bunga pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh peminjam kepada bank, seperti bunga
kredit. Bagi pihak bank, bunga pinjaman merupakan harga jual.

4. Tujuan bank Konvensional


Tujuan bank yaitu sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

5. Mekanisme Kerja

13
Pada periode 2002-2006, perbankan konvensional cukup berhasil
dalam menghasilkan pendapatan (income) hal ini tidak terlepas dari
beragamnya jasa dan produk yang diberikan oleh perbankan konvensional,
seperti pelayanan e-banking, internet-banking, phone-banking, sms-banking,
dan produk lainnya. Sebaliknya, tenaga kerja (labor) selalu menjadi input
yang paling tidak efisien. Hal ini tidak terlepas dari sifat industry jasa di mana
modal terpentingnya adalah sumber daya manusia yang ahli dan
berpengalaman. Lebih jauh lagi, simpanan (deposit) meningkat, namun
penyaluran kredit (financing) menurun. Salah satu faktor penyebabnya adalah
tingginya suku bunga (policy rate) pada masa itu yang lebih tinggi daripada
suku bunga pinjaman, sehingga bank konvensional cenderung berperilaku
untuk menempatkan dananya pada SBI daripada menyalurkan kredit. Hal ini
tercermin dari LDR perbankan konvensional yang relative rendah
dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis, dan posisi SBI pun cenderung
menunjukkan peningkatan. Bank konvensional tidak perlu menyalurkan kredit
untuk menghasilkan profit.

C. MEKANISME BANK SYARIAH


Mekanisme oprasional bank syariah adalah dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan


deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.
1.) Prinsip wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda
dengan wadia'ah amanah. Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu,
dalam hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :


Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak
milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana  tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk
menarik dana masyarakat tapi tiak boleh diperjanjikan di muka.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain
yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

14
Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek,
bilyet giro, dan debit card.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan
penggantibiaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-
benar terjadi.
Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan tetap berlaku selama tidak bertenatangan dengan prinsip
syariah.
2.) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan
atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan
terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan
mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan
nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk
melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh
atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada
pemilik dana, ada usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab
Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan
berjangka dari deposito berjangka.

Gambar Skema penyaluran dan penghimpunan dana

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak


penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah

15
Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak
memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apadana
yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan
penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya
diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki
kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis
manapun yang diperkirakan menguntungnkan.
Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan
produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis
penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dana deposito
mudharabah.

Ketentuan umum dalam produk ini adalah:


1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah
dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian
keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari
penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka
hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan
atau penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito
mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda
penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh
penabung sesuia dengan perjanjian yang disepakati, namun
tidak diperkenankan mengalami saldo negative.
Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang
diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sma
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah
dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat
akad baru.
4) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan
deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
b. Mudharabah Muqayyadah
1) Mudharabah Muqayyadah on balance sheet
Jenis mudharabah on balance sheet ini merupakan
simpanan khusus (Restricted Investment) dimana pemilik
dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan digunakan

16
untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad
tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai
berikut:
a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang
mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.
b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana
mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan
dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yan dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai
kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam
akad.
c) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari
rekening lainnya.
d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan
sertitifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito
kepada deposan.
2) Mudharabah Muqayyadah of balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana  usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus daipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana
usaha).
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
a) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti
simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari
rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos
tersendiri dalam rekening administrative.
b) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung
kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
c) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua
pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha
berlaku nisbah bagi hasil.

17
 Gambar skema pembiayaan Mudharabah Muqayyadah of balance
sheet

b.    Penyaluran dana


Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1)    Prinsip jual Beli (Ba'i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai
berikut:

a)     Pembiayaan murabahah


Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai
murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan),
adalah transaksi jual belil di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (marjin)
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli
dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya
akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara
pembayran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi
ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan.

18
gambar Skema pembiayaan murabahah
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.
Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan
barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan
kepad bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah
atau nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga
jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari
nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya
secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya
secara cicilan.
Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:
1) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya
secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan
jumlahnya. Misalnya jual beli 100kg mangga harum manis
kualitas "A" dengan harga Rp. 5000/kg, akan diserahkan pada
panen dua bulan mendatang.
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai
akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab
dengan cara antara lain mengambilkan dana yang telah
diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan
pesanan.
2) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau
dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka
dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada
pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang
pasar induk atau rekanan. Mekanisme seperti ini disebut
sebagai paralel salam.
c)    Pembiayaan Istishna'

19
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna' pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna' dalam Bank
Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi
barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan
jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam
akad Istishna' dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan
harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.

Gambar Skema pembiayaan istishna


2)    Prinsip Sewa (jarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinnya. Bila pada jual-beli
objek transaksinya adalah barang pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa.

Gambar skema pembiayaan Ijarah

20
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada
awal perjanjian.
3)    Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi
hasil adalah sebagai berikut:
a)     Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang
bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading
asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill),
kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi
(credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai
dengan uang. Dengan meragkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Gambar  Skema Pembiayaan Musyarakah

21
Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:
1) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyawarah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha
yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal
dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak
boleh melakukan tindkan seperti:
2) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
3) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainnya.
4) Memberi pinjaman kepada pihak lain.
5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama
apabila:
- Menarik diri dari perserikatan
- Meninggal dunia
- Menjadi tidak cakap hukum
6) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi
sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
7) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer
dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah
adalah bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal
dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-
maal dalam manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan,
mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk
setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai
wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan
cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan
atau salah satu di anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya

22
berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal
dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih
berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut
tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya
masing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk kepentingan
bersama dan setiap usaha dari masingn-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan
betul-betul akan merusak ajaran islam.

Gambar Skema Pembiayaan Mudharabah


Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah
sebagai berikut:
1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang
atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas,
tahapannya dan disepakati bersama.
2) Hasil  dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan cara, yakni:
Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada
setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik
modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian
dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan dana.
3) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha
nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya
tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran
kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.

c. Produk Jasa Perbankan Lainnya

Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana


bank syariah menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi
utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan.

23
1) Wakalah.
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan,
pendelegasian atau pemberian mandat. Yakni bank diberikan
mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu perkara sesuai
dengan amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan,
wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa dari
lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak
lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya
melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan dalam
waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil
harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Bank dan
nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus
cakap hukum.

2) Kafalah.
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain
kafalah berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang
dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain
sebagai penjamin (QS. Yusuf 12:72).
Secara teknis perbankan, kafalah merupakan jasa
penjaminan nasabah dimana bank bertindak sebagai penjamin
(kafil) sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin
(makfullah). Prinsip syariah ini sebagai dasar layanan bank
garansi, yaitu penjaminan pembayaran atas suatu kewajiban
pembayaran.
Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai
jaminan. Atas dana tersebut bank dapat memperlakukannya
denagn prinsip wadiah. Dalam hal ini bank mendapatkan
imbalan atas jasa yang diberikan.
3) Sharf.
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan
dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini
penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama
berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu
juga (transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot
adalah : today, tomorrow, dan spot.

24
Bank syariah tidak melayani transaksi forward, swap,
dan option yang dalam transaksinya diterapkan hedging
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Karena transaksi ini
penyerahannya dilakukan pada masa yang akan datang dan
mengandung unsur spekulasi.
4) Qardh.
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan,
qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah
yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana
talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman
yang bersifat konsumtif.
Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa
ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan
secara angsuran atau sekaligus. Bank dapat meminta jaminan
atas pinjaman ini kepada peminjam (QS al-Hadid 57:11).
5) Rahn.
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau
gadai. Biasanya akad yang digunakan adalah akad qardh wal
ijarah, yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah
yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga
barang jaminan yang diserahkan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu
milik nasabah sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau
sebagian piutangnya; harus jelas ukuran, sifat, dan nilainya
ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai namun
tidak boleh dimanfaatkan bank.
6) Hiwalah
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang.
Dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya
untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan utang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang
akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan

25
pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berhutang. Katakanlah
seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada
pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena
kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta bank
untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek.
7) Ijarah
Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk
produk pembiayaan, yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip
dasar pada jasa perbankan lainnya, antara lain layanan
penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank
mendapat imbalan sewa atas jasa tersebut.
8) Al-Wadiah
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk
tabungan, termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan
jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank
mendapatkan imbalan atas jasa tersebut

D. STRUKTUR ORGANISASI PERBANKAN SYARIAH

Struktur Organisasi Bank Syariah adalah sebagai berikut:

26
Struktur Kelembagaan Bank Syariah

Struktur Organisasi Bank Syariah Indonesia

27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah:
1. Produk perbankan Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Produk Penyaluran dana,
Produk penyaluran dana dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan
berdasar tujuan penggunaannya:
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan
dengan prinsip jual beli.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa.
3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
b. Produk Penghimpunan dana
c. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada
nasabahnya.
2. Kegiatan Perbankan Konvensional terdiri dari:
a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:
a) Simpanan Giro (Demand deposit)
b) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
c) Simpanan Deposito (Time Deposit)
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:
a) Kredit Investasi
b) Kredit Modal Kerja
c) Kredit Perdagangan
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:
a) Transfer (Kiriman Uang)
b) Inkaso (Collection)
c) Kliring (Clearing) d) Safe Deposit Bo dll
3. Kegiatan Perbankan Syariah terdiri dari:
a. Penghimpunan Dana
1) Prinsip wadi'ah
2) Prinsip Mudharabah
b. Penyaluran dana

28
1)    Prinsip jual Beli (Ba'i)
a) Pembiayaan Muradhabaah
b) Pembiayaan Salam
c) Pembiayaan Istishna'
2)    Prinsip Sewa (jarah)
3)    Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
a)     Pembiayaan musyarakah
b) Pembiayaan Mudharabah
c. Produk Jasa Perbankan Lainnya
1) Wakalah.
2) Kafalah.
3) Sharf.
4) Qardh.
5) Rahn.
6) Hiwalah
7) Ijarah
8) Al-Wadiah

B. DAFTAR PUSTAKA
Sehendi, , Hendi, Fiqih Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002
Perwataatmaja, Karnaen dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1992
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution (Ed), Current Issue Lembaga
Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2009
Ratna, Mengenal Produk Perbankan Syariah,
http://edratna.wordpress.com/2007/06/26/mengenal-produk-perbankan-syariah-1/,
diunggah pada 9 Februari 2011
Wilarjo, Setia Budi, Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia, Value Addad, vol. 2 No. 1 September 2004-Maret 2005
Abdullah, Ma’ruf, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah Di
Indonesia, Antasari Press, Banjarmasin, 2006
Otoritas Jasa Keeuangan, Konsep Operasional Perbankan Syariah,
https://www.ojk.go.id.id/kanal/syariah/tentang-syariaah/[ages/PBS-dan-
kelembagaan.aspx, diakses 27 Nopember 2022

29
30

Anda mungkin juga menyukai