MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
yang dibina oleh Drs. Mohammad Hari, M.Si.
Oleh
Dhea Prisnawati 150413603001
Dwiki Luthfanusa A. 130413615031
Imayudha Asepta F. 150413603006
Muhammad Afif 130413615005
Ghiffari Akbar P 140413602997
1
disektor industri asuransi dikenal pula dengan asuransi berdasarkan prinsip
syariah islam. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, makalah dengan
judul “Sistem Perbankan Syariah dalam Indonesia” perlu dibahas lebih lanjut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Selanjutnya, dengan inisiatif beberapa pihak temasuk Presiden Soeharto saat itu,
pendirian bank syariah pertama, PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), diresmikan
dengan modal disetor berasal dari umat Islam sebesar Rp106 miliar. Kantor-
kantor cabang BMI saat ini telah tersebar ke beberapa Ibukota Provinsi di Jawa
dan di luar Jawa.
Jumlah bank berdasarkan prinsip syariah, baik bank umum syariah, bank
umum koversional yang membuka cabang syariah, maupun BPR syariah semakin
bertambah sejalan dengan semakin meningkatnya minat dan kesadaran
masyarakat terhadap produk syariah. Sejalan dengan perkembangn perbankan
syariah, pendirian Asuransi Tafakul yang menerpkan sistem asurnsi berdasarkan
prinsip syariah juga ikut memainkan sistem keuangan Indonesia sejak tahun 1991.
Sosialisasi konsep bisnis syariah semakin gencar dijalankan dengan
dibentuknya Dewan Syariah Nasional (DSN), sebuah badan di bawah badan
oranisasi MUI. Badan ini berwenang mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan
pelaksanaan bisnis syariah Indonesia.
Selnjutnya, dari sisi perbankan, pemerintah dan Bank Indonesia telah
mengantisipasi pertumbuhan bisnis syariah ini dengan mengaturnya dalam UU
NO.7 Tahun 1992 tentng perbankan, yang saat ini telah diubah dengan UU No. 10
Tahun 1998.
a. PBI No.6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
b. PBI No.6/17/PBI/2004 Tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah.
c. PBI No.5/9/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif bagi Bank Syariah.
d. PBI No.5/3/PBI/2003, 4 Februari 2003 tentang Fasilitas Pembiyaan Jangka
Pelaksanaan kegiatan perbankan syariah secara teknis juga diatur oleh bank
Indonesia melalui beberapa peraturan antra lain: Pendek bagi Bank Syariah.
e. PBI No.5/7/PBI/2003 19 Mei 2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi
Bank Syariah.
Sejak digulirkannya sistem perbankan syariah pada awal tahun 1990 an,
sudah terdapat dua bank yang beroprasi penuh sebagai bank syariah yaitu PT.
4
Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri. Disamping itu, terdapat
tujuh bank konvensional yang memiliki unit syariah. Untuk melayani, mendorong,
menangani perbankan syariah. Oleh karena itu, untuk mengembangkan perbankan
syariah tersebut perlu diikut sertakan unsure-unsur yang dapat membantu
perkembangan sistem perbankan syariah antara lain banker syariah, paran ahli
ekonomi, hokum dan perbankan Islam, serta para ulama. Bank syariah merupakan
suatu bentuk sistem perbankan yang mengkuti ketentuan syariah islam, yang
bersumber dasri Hadis dan Al Qur’an. Oleh karena itu, sistem perbankan ini
bersifat universal. Artinya, negara manapun dapat melakukan dan mengadopsi
sistem perbankan syariah dalam hal :
a. Penetapan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungna
dengan penggunaan dana masyarakat yang diperayakan kepadanya.
b. Penetapan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyeiaan dana
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi
maupun modal kerja.
c. Penetapan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim
dilakukan oleh bank syariah.
5
a. QS. Al Baqarah: 275
b. QS. Al Baqarah: 278 - 278
c. QS. Ali Imran: 130
Beberapa fatwa yang mendukung tentang hokum riba dan pengharaman
bunga dari semua jenis pinjaman antara lain : (sanarto Zulkifli.2003).
a. Organisasi Konferensi Islam (keputusan No. 10 Majelis Majma’ riqhi Islamy,
Konferensi OKI II, tanggal 22 – 28 Desember 1985).
b. Rabithah Al-Alam Islam (keputusan No.6 sidang ke-9, mekkah, 12-19 Rajab
1406 H).
c. Majelis Ulama Indonesia, Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia, Jakarta,
16 Desember 2003 mengeluarkan fatwa mengenai bunga adalah riba.
6
seeleksi administratif dan wawancara sebagai salah satu pilar dalam menciptakan
good corporate governance di dunia perbankan.
7
b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga
negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.
Sedangkan kepemilikan yang berasal dari warga negara asing dan atau baan
hukum asing setinggi-tingginya sebesar 99% dari modal disetor Bank.
Sementara kepemilikan Bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya
adalah sebesar modal bersih sendiri dari badan hukum yang bersangkutan. Dana
yang digunakan dalam rangka kepemilikan Bank dilarang bersumber dari:
a. Pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan
atau pihak lain.
b. Sumber yang diharamkan menurut prinsip Syariah, termasuk dari dan
untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
8
2.3 Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional dibentuk tahun 1997 dan merupakan lembaga
otonom dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). DSN bertugas
menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk
usaha bank, asuransi, dan reksa dana. Anggota DSN terdiri dari ulama, praktisi,
dan pakar dalam bidang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah.
Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun. DSN
memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam
kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah.
DSN merupakan satu-satunya badan yang mempunyai kewenangan
mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah,
serta mengawasi fatwa yagn dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di
Indonesia. Di samping itu, DSN juga mempunyai beberapa kewenangan, yaitu
sebagai berikut :
a. Memberikan atau mencabut rekomendari nama-nama yang akan duduk
sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu lembaga
keuangan syariah, termasuk bank, asuransi dan reksa dana.
b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga kuangan
syariah dan mendari dasar tindakan hukum pihak terkait.
c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM.
d. Memberikan Peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
e. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila peringatan tidak diindahkan.
Untuk melaksanakan tugas sehari-hari dibentuk Badan Pelaksana Harian,
dipimpin oleh seorang ketua dan sekretaris serta beberapa orang anggota. Tugas-
tugas Dewan Syariah Nasional antara lain sebagai berikut :
a. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah islam.
9
b. Menyusun panduan produk syariah yang bersumber hukum Islam yang
dijadikan dasar pengawasan bagi DPS lembaga-lembaga keuangan syariah
c. Memeri rekomendasi para ulama yang ditugaskan menjadi DPS lembaga
keuangan syariah.
d. Meneliti dan memberi fatwa terhadap produk perkembangan lembaga
keuangan syariah.
10
Berdasarkan persyaratan diatas maka tugas, wewenang dan tanggung jawab
seorang anggota DPS antara lain meliputi :
a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap
fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
b. Menilai aspek syariah dalam pedoman operasional, dan produk keluaran bank
c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional Bank
secara keseluruhan dalam laporan publikasi Bank Syariah
d. Mengkaji produk jasa baru tanpa fatwa untuk dimintakan fatwa pada DSN
e. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap
6 bulan kepada Direksi komisaris, DSN, dan Bank Indonesia.
11
2.3.3 Dewan Direksi Dewan Pengawas
Calon anggota Direksi atau dewan Komisaris wajib memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya
oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Sebelum dimintakan
persetujuan dari Bank Indonesia, penetapan calon anggota Direksi atau dewan
Komisaris wajib dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan perundangan-
undangan yang berlaku. Bank Syariah wajib mengajukan calon anggota DPS
untuk memperoleh persetujuan Bank Indoenesia, dan Penetapan DSN sebelum
diangkat dan menduduki jabatannya.
12
pejabat satu tingkat di bawah direksi. Secara umum tugas UUS mencakup
beberapa hal, yaitu :
a. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah
b. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana
yang bersumber dari kantor-kantor cabang syariah
c. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah
d. Melaksanakan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah.
13
sebaiknya dalam tahap awal pengangkatan pimpinan unit usaha syariah dan
pimpinan kantor cabang syariah beragama Islam.
14
c. Manfaat yang diperoleh pemilik dana adalah fasilitas-fasilitas pelayanan giro
dan tabungan. Misalnya buku cek, biliyet giro, buku tabungan, kartu ATM.
d. Pada dasarnya bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana
e. Bank membuat akad pembukaan rekening bank dapat mengenakan biaya
administrasi. Untuk menghindari riba, maka biaya administrasi harus
dinyatakan dengan nominal, bukan persentase.
f. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
tetap berlaku selama tidak bertentangan prinsip syariah.
15
atau pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah dalam melaksanakan operasinya
secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 4 kelompok sebagai berikut :
1. Prinsip jual beli (Bai’)
2. Prinsip bagi hasil
3. Prinsip sewa menyewa (Ijarah)
4. Prinsip pinja-meminjam berdasarkan akad qardh
a. Bai’ al-Murabahah
Bai’ al-Murabahah pada dasarnya adalah transaksi jual beli barang dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang oleh
nasabahnya, bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi barang
yang dipesan atau dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual kembali barang
tersebut kepada nasibah dengan memperoleh marjin keuntungan yang disepakati.
Umumnya nasabah memilih metode pembayaran secara cicilan.
3. Bayar
SUPPLIER 4. Terima
Barang
PENJUAL
5. Beli
6. Kirim
16
Prinsip murabahah banyak diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang
investasi. Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan menyerupai
kredit investasi pada bank konvensional. Skema murabahah sangat berguna bagi
seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tapi kekurangan dana. Ia
meminta kepada bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan membayar
sesuai dengan kemampuan keuangannya. Harga jual pada pemesanan adalah
harga pokok ditambah marjin keuntungan yang disepakati. Kesepakatan harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal
selama berlakunya akad.
b. Bai’ as-Salam
Bai’ as-Salam adalah pembelian suatu barang yang penyerahaannya
(delivery) dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka
secara tunai. Bai’ as-Salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan pada
pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau
industri lainnya. Barang yang dibeli harus diketahui secara jelas jenis, macam,
ukuran, mutu, da jumlahnya. Harga jual yang disepakati harus dicantumkan dalam
akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Apabila barang atau hasil
produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka penjual atau
produsen harus bertanggung jawab dengan cara mengembalikan dana yang telah
diterimanya atau mengganti dengan barang yang sesuai pesanan.
NASABAH
PEMBELI
PENJUAL 4. Kirim Pesanan
Mengingat bank tidak memproduksi atau memiliki persediaan atas barang yang
dibeli atau dipesan nasabah, maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan
akad as-salam dengan pihak lain yakni pemasok. Misalnya bulog, pedagang pasar
17
induk, atau rekaman lain. Mekanisme transaksi as-salam seperti ini disebut
dengan Paralel as-Salam.Dalam bai’ as-salam kesepakatan antara pembeli dan
penjual meliputi harga, ukuran, kuantitas, kualitas, dan yang paling penting adalah
harga yang dibayar dimuka secara tunai. Di samping itu transaksi as-salam lebih
cenderung bersifat suka sama suka.
c. Bai’ al-Istishna’
Bai’ al-istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka. Baik dilakukan dengan cara
tunai, cicil, atau ditangguhkan. Untuk melaksanakan skim Bai’ al-istishna kontrak
dilakukan ditempat pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Prinsip bai’
al-istishna hampir sama dengan bai’ as-salam, namun dalam istishna pembayaran
dapat dilakukan dimuka, dicicil, atau ditangguhkan. Sementara dalam skim as-
salam dilakukan secara tunai.
Harga jual yang telah disepakati dicatumkan dalam akad istishna dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan criteria pesanan
dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung oleh nasabah. Dalam pelaksanaan istishna dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Pihak produsen ditentukan bank dan pihak produsen ditentukan nasabah.
b. Pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus ditentukan dimuka
dalam akad, berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
NASABAH
KONSUMEN PRODUSEN
(PEMBELI) Wakil & Pesanan
1. Pesan Beli
18
2. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip bagi hasil. Bagi hasil
atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari empat
jenis akad, yaitu al-Mudharabah, al-Musyarakah, al-Muzara’ah, dan al-Musaqah.
Namun yang paling banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah adalah
dua prinsip bagi hasil al-Mudharabah dan al-Musyarakah.
A. Al-Musyarakah
Antonio Syafi’i dalam siamat (2005) mendefenisikan al-Musyarakah secara
singkat namun jelas yaitu, akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau
keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
Bank Indonesia mendefinisikan al-Musyarakah sebagai suatu perjanjian
diantara pihak para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka
pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik
dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Musyarakah dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut. Modal yang disetor bisa berupa uang, barang
perdagangan (trading asset), property, equipment atau gible asset (seperti hak
paten da goodwill), dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Semua modal digabung untuk dijadikan modal proyek al-musyarakah dan dikelola
bersama-sama.
PROYEK/
USAHA
KEUNTUNGAN
19
Pemilik modal yang dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak
boleh melakukan tindakan:
a. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin dari pemilik
modal lainnya
c. Memberi pinjaman kepada pihak lain
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan digantikan oleh pihak
lain. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
a. Menarik diri dari perserikatan
b. Meninggal dunia
c. Menjadi tidak cakap hokum
Dalam hal di mana pemilik modal sepakat untuk menunjuk pihak ketiga
sebagai pengelola proyek (wakil) maka ada dua perjanjian yang berlaku.
Perjanjian pertama yaitu perjanjian musyarakah antar pemilik modal. perjajian
kedua adalah perjanjian mudharabah atau murabahah yaitu antara pemilik modal
dengan pengelola proyek (wakil). Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek
serta jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan, sedangkan kerugian dibagi dengan kontribusi modal. Proyek yang
akan dijalankan harus disebutkan di dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati. Prinsip
musyarakah dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Syirkah al ‘Inan
Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing-
masing pihak menyerahkan bagian/porsi modal dan ikut aktif dalam usaha.
b. Syirkah Mufawadhah
Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing-
masing pihak menyerahkan bagian modal yang jumlahnya sama besar dan
ikut berpartisipasi dalam pekerjaan.
c. Syirkah A’maal
Yaitu perjanjian kerjasama dua pihak atau lebih memiliki keahlian atau
profesi sama untuk menyelesaikan pekerjaan dimana keuntungan dibagi
bersama.
20
d. Syirkah Wujuh
Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
memiliki reputasi dan kredibilitas (kepercayan) dalam melakukan suatu
usaha.
e. Syirkah al-Mudharabah
Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih di mana pihak satunya
menyediakan dana dan pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian.
B. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak
atau lebih di mana salah satu pihak menyediakan tenaga atau keahlian. Antonio
Syafi’i mendefinisikan al-mudharabah sebagai suatu perjanjian kerjasama antara
dua pihak di mana pihak pertama (pemilik modal) menyediakan seluruh
kebutuhan modal. sedangka pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
yang diperoleh akan dibagi berdasarkan perjanjian atau kesepakatan. Sebaliknya
apabila usaha mengalami kerugian yang disebakan buka karena kesalahan atau
kelalaian pihak pengelola, kerugian tersebut merupakan tanggung jawab pemilik
modal.
PERJANJIAN BAGI
HASIL
MUDHARIB BANK
Keahlian
Keterampilan
PROYEK/USAHA MODAL
100%
Nisbah Nisbah
X% Y%
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
Pengembalian
modal pokok
MODAL
21
a. Al-Mudharabah Muthlaqah
Merupakan bentuk mudharabah antara shahibul mal (pemilik modal) dan
mudharib (bank). Di mana pemilik modal memberikan hak atau kekuasaan
yang sangat besar kepada bank untuk melakukan bisnis.
b. Al-Mudharabah Muqayyadah
Jenis al-mudharabah muqayyadah ini sangat berbeda dengan muthqlaqah.
Sifat kontrak kerjasama antara pemilik modal dan bank memberikan batasan
kepada bank dalam melaksanakan bisnisnya. Karena ada pembatasan maka
bagi bank dalam menjalankan usahanya harus mengikuti ketentuan tersebut.
A. MILIK
PENJUAL OBJEK NASABAH
SUPPLIER SEWA
3. Sewa
Beli
2. Beli Objek B. MILIK
1. Butuh Objek
Sewa
Sewa
BANK
SYARIAH
22
4. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Al-Qardh
Bank Indonesia mendefinisikan Al-Qardh sebagai penyediaan dana atau
tagihan antara Bank Syariah dengan pihak peminjam melakukan pembayaran
sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Safi’i
Antonio memberikan pengertian al-qardh seebagai pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dengan kata lain qardh berarti
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
23
a. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas risiko sendiri dari surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
(underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah.
b. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan.
c. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah.
d. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah.
e. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga diterbitkan dan
perhitungan dengan antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah.
f. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.
g. Melakukan kegiatan penitipan, termasuk penatausahaannya untuk
kepentingan pihak berdasrakan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.
h. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip syariah.
i. Meberikan fasilitas garansi bank berdasarakn prinsip bank syariah.
j. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berprinsipkan syariah
k. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.
l. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui
oleh Bank Indoensia dan mendapatkan fatwa DSN.
m. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf.
n. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, berprinsipkan syariah seperti sewa guna usaha modal
ventura, perusahaan efek, asuransi, lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan.
o. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip
syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan, syarat harus
menarik kembali pernyataanya dengan ketentuan sebegaimana ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
p. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah. Sesuai dengan ketentuan dalam perundang-
undangan dana pensiun yang berlaku.
24
q. Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai
penerimaan dana sosial, antara lain dalam bentuk zakat, shadaqah, waqaf,
dan hibah. Kemudian menyalurkannya sesuai syariah atas nama bank
syariah atau lembaga amil zakat bank yang ditunjukan oleh pemerintah.
r. Melakukan penempatan yaitu penanaman dana bank syariah lainnya dan
atau BPR berdasarkan prinsip syariah, antara lain dalam bentuk giro dan
atau tabungan Wadiah, deposito berjangka dan tabungan Mudharahah,
Pembiayaan yang diberikan. Sertifikat Investasi Mudharahah antar bank
(Sertifikat IMA) dan bentuk-bentuk penempatan lainnyua berdasarkan
prinsip syariah.
25
Objek usaha yang pembatasan jenis usaha Jenis usaha harus sesuai
dibiayai sepanjang bankable syariah
Kedudukan sistem Pembayaran Imbalan
Pengenaan bunga sifatnya
bungan berdasarkan berdasar bagi hasil
haram
prinsip syariah adalah halal.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem syariah ini diyakini mampu menjadi sistem alternatif untuk
mengembalikan ekonomi Indonesia. Selain produk perbankan syariah,
produk-produk keuangan syariah lainnya sudah memasuki sector
perekonomian di berbagai negara, antara lain produk pasar modal syariah
(oblogasi syariah), reksa dana syariah, indeks syriah, dan disektor industri
asuransi dikenal pula dengan asuransi berdasarkan prinsip syariah islam.
2. Bank syariah merupakan suatu bentuk sistem perbankan yang mengkuti
ketentuan syariah islam, yang bersumber dasri Hadis dan Al Qur’an. Oleh
karena itu, sistem perbankan ini bersifat universal. Artinya, negara manapun
dapat melakukan dan mengadopsi sistem perbankan syariah.
3. Kegiatan usaha bank secara umum menuntut adanya profesionalisme yang
tinggi guna mendukung proses pengambilan keputusan dan pengendalian
risiko usaha sekecil mungkin. Sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya,
sumber daya manusia perbangkan syariah selain harus mempunyai
kemampuan teknis di bidang perbankan, juga dituntut untuk memiliki
pengetahuan mengenai ketentuan dan prinsip syariah secara baik, serta
memiliki akhlak dan moral yang islami.
4. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No:62/24/PBI/2004 tanggal 14
Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, kegiatan usaha bank syariah dapat dibedakan,
yaitu: a. penghimpun dana (funding) b. penyaluran dana atau pembiayaan
(financing) c. penyedia jasa-jasa pelayanan perbankan (bank services).
5. Bank Syariah dapat pula melakukan kegiatan usaha lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia antara lain :
a. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip syariah.
b. Meberikan fasilitas garansi bank berdasarakan prinsip bank syariah.
c. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berprinsipkan
syariah.
27
DAFTAR PUSTAKA
28