Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam (muslim world) lainnya, menginginkan sistem perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat di terapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing). Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerap-an dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini. Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Penyajian informasi semacam itu penting bagi proses pem-buatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan memiliki dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam memberi-kan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.
1

Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat. Tetapi tidak setiap individu mampu menginvestasikan tabungannya secara langsung. Karenanya, bank Islam memainkan peran penting dengan bertindak sebagai sarana untuk menarik tabungan para individu dan menginvestasikan tabungan-tabungan ini untuk kepentingan individu dan masyarakat. Islam secara jelas mendorong investasi dan perputaran dana. Ketika Islam mewajibkan zakat, ia mengharuskan bahwa harta harus diinvestasikan. Jika tidak, akan habis oleh zakat pada periode tertentu. Diriwayatkan bahwa Nabi berkata: "Perdagangkanlah harta anak yatim itu jika tidak ingin habis termakan zakat." (H.R. Thabrani) Hadits ini menjelaskan, bahwa sekalipun anak yatim itu masih kecil, tetapi kalau harta warisannya memenuhi nishab, maka wajib dipenuhi zakatnya. Untuk itu, wali yatim wajib mengeluarkan atas nama si Yatim (kaya) yang berada dalam perwaliannya. Bila si wali mendiamkan saja harta tersebut, maka setiap tahun akan terpotong zakat. Oleh karena itu, Rasulullah r menghimbau untuk memutarkan-nya dengan baik dan feasible, sehingga diharapkan ada keuntungan. Jika terdapat keuntungan, maka zakatnya tidak lagi dari asal pokok tetapi dari penambahan keuntungan. Dengan demikian, harta anak yatim bertambah dan tidak berkurang. Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya melalui bank Islam, perlu disadari bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu percaya bahwa bank Islam mampu merealisasikan tujuan-tujuan investasinya. Ketiadaan kepercayaan pada ke-mampuan bank Islam untuk berinvestasi secara efisien dan penuh kepatuhan kepada syariah Islam, menyebabkan banyak individu yang menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam. Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan informasi yang meyakinkan nasabah terhadap kemam-puan bank Islam dalam mencapai tujuannya. Di antara sumber-sumber informasi yang penting adalah laporan keuangan dari bank Islam yang disiapkan sesuai dengan standar yang dapat diterapkan pada bank Islam. Untuk mengembangkan standar tersebut, penting untuk mendefinisikan tujuan dan konsep akuntansi keuangan bank Islam terlebih dahulu. Dalam hal, ini tidak ada salahnya untuk mulai mengembangkannya dari standar akuntansi keuangan bank yang ada, tentu saja

dengan berbagai perubahan dan modifikasi. Syarat-nya, standar yang telah ada tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam. Sekarang, saatnya kita membuktikan bahwa dengan sistem perbankan syariah kita dapat menghilangkan wabah negative spread keuntungan minus dari dunia perbankan. Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama untuk memberi pengantar bagi sejarah perkembangan Bank Islam di Indonesia dengan pembahasan pokok menyangkut perkembangan teoritis, kelembagaan dan hukum positif mengenai Perbankan Islam. Namun mengingat perbankan Islam bukan merupakan fenomena khas Indonesia serta

perkembangannya tidak mungkin terjadi tanpa pengaruh dunia luar, maka bab sebelumnya akan membahas perkembangan perbankan Islam secara umum di luar Indonesia dan secara internasional.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang penulisan karya tulis ini, penulis mengindentifikasikan masalah sebagai berikut : a. Apa pengertian bank syariah? b. Apa dasar-dasar hukum bank syariah? c. Bagaimana sejarah awal kelahiran bank syariah? d. Bagaimana perkembangan bank syariah di berbagai Negara dan di Indonesia? e. Apa perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta bagaimana perbandingan antara keduanya? f. Bagaimana menabung di bank syariah? g. Bagaimana aspek akuntansi dalam perbankan islam?

C. Tujuan Dari rumusan masalah penulisan karya tulis ini,penulis memaparkan tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah,sebagai berikut: a. Mengetaui apa itu pengertian bank syariah. b. Mengetahui apa dasar-dasar hukum bank syariah. c. Mengetahui sejarah awal kelahiran bank syariah. d. Mengetahui perkembangan bank syariah di berbagai Negara dan di Indonesia. e. Mengetahui perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta perbandingan antara keduanya. f. Mengetahui bagaimana menabung di bank syariah. g. Mengetahui aspek akuntansi dalam perbankan islam.

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah terdiri atas dua kata , yaitu Bank dan Syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keungan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi bank syariah. Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba ), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan ( gharar ). Bank Syariah berarti bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tata cara Islam yang mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.

b. Dasar Hukum Bank Syariah Bank syariah secara yuridis normative dan yuridis empiris diakui keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang undangan di Indonesia, diantaranya, Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Undang Undang No. 10 tentang Perubahan atas Undang Undang No.7 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang Undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh Ibu kota provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan
5

beberapa bank konvensional dan lembaga keungan lainnya membuka unit usaha syariah (bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya). Pengakuan secara yuridis dimaksud, memberi peluang tumbuh dan berkembang secara luas kegiatan

usaha perbankan syariah,termasuk memberi kesempatan kepada bank umum (konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.Kebiasaandan/atau tradisi hukum di Indonesia dalam membuat rancangan undang-undang di zaman orde Lama dan di awal orde baru tidak pernah terdengar kata syariah. Kata syariah itu baru muncul ketika rancangan undangundang perbankan diusulkan menjadi undang-udang di zaman akhir orde baru dan di awal zaman reformasi. Hal ini menunjukkan bahwa pihak eksekutif dan legislative memahami aspirasi penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sehingga menyiapkan perangkat hukum yang berkaitan dengan persoalan hukum perbankan dan produkproduknya.Hukum perbankan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah baru hadir pada tahun 1992 di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat berdiri tahun 1992 sampai 1998 masih menjadi pemain tunggal dalam dunia perbankan yang menggunakan prinsip syariah dan ditambah 78 BPR Syariah di Indonesia.

c. Awal Kelahiran Perbankan Syariah Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan reinaissance islam modern : neorevivalis dan modernis. tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslim untuk menadasari segenap aspek kehidupan ekonomi berlandaskan Al-qur'an dan As-sunnah. Penerapan sistem keuangan profit n loss sharing pertama kali tercatat di Pakistan dan Malaysia pada tahun 1960-an. Upaya ini merupakan upaya mengelola dana Jemaah haji secara non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr apada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Sejak bermula dari 2 rintisan awal yang sederhana itu, Bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisis Prof. Khursid Ahmad dan laporan Internasional Association of Islamis Bank, hingga akhir tahun 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan islam yang beroprasi di seluruh dunia, baik di negara negara berpenduduk muslim, maupun di Eropa, Australia maupun di Amerika.
6

Banyak nama besar lembaga keuangan bertaraf Internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase-Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang dan subsidiories yang berdasarkan syariah. 1) Mit Ghamr Bank Rintisan perbankan syariah mulai berkembang di Mesir pada dekade 1960-an dan beroprasi sebagai rural-social Bank (Bila di Indonesia semacam lembaga keuangan unit desa) di sepanjang delta Sungai Nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroprasi di Pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem financial dan ekonomi islam. 2) Islamic Development Bank Pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan pada Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank Syariah. Proposal tersebut disebut Studi Tentang Pendirian bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (Internasional Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Bank), dikaji para ahli dari delapan belas negara islam.Proposal tersebut antara lain mengusulkan : Mengatur transaksi komersial antara Negara Islam. Mengatur institusi pembangunan dan investasi. Merusmuskan masalah transfer, kriling, serta settlement antar bank sentral di Negara Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi islam yang terpadu. Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral syraiah di negara islam. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara islam dalam hal pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja islam. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat. Mengatur kelebihan liquiditas bank-bank sentarl negara islam. 3) Islamic Research and Training Institude IDB (Islamic Development Bank) juga membantu mendirikan bank-bank islam di berbagai negara. Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah. Istitusi ini membangun sebuah institusi riset dan pelatihan un tuk pengembangan penelitian dan pelatihan
7

ekonomi islam, baik dalam bidang perbankan maupun keuangan. Secara umum lembaga ini disingkat IRTI (Islamic research and Training Institute). d. Perkembangan bank-bank syariah di berbagai Negara 1. Pakistan Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal juli 1979, sistim bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi, yaitu: National Investment (unit trust), House Building Finance (pembiayaan sektor perumahan) dan mutual fund of the investment corporation of Pakistan (kerjasama investasi). Pada tahun 1979-80, pemerintah mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan. Pada tahun 1981, seiring diberlakukannya undang-undang perusahaan mudharabah dan murabahah , mulailah beroperasi 7000 cabang bank komersial nasional diseluruh Pakistan dengan mengunakan sistim bagi hasil. Pada awal tahun 1985, seluruh sistim perbankan pakistan dikonversi dengan sistim yang baru, yaitu sistim perbankan syariah. 2. Mesir Bank syariah pertama yang didirikan di Mesir adalah Faisal Islamic Bank. Bank ini mulai beroperasi pada bulan Maret 1978, dan berhasil membukukan hasil mengesankan dengan total asset sekitar 2 milyar dolar AS pada 1986 dan tingkat keuntungan sekitar 106 juta dolar AS. Selain Faisal Islamic Bank for Investment dan Development yang beroperasi dengan mengunakan instrument keuangan Islam dan menyediakan jaringan yang luas. Bank ini beroperasi, baik sebagai bank investasi (investment Bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial (commercial bank).

3. Siprus Faisal Islamic Bank of Kibris (siprus) mulai beroperasi pada maret 1983 dan mendirikan Faisal Islamic Investment Corporation yang memiliki 2 cabang di Siprus dan 1 cabang di Istanbul. Dalam sepuluh bulan awal beroperasinya, bank tersebut telah melakukan pembiayaan dengan skema murabahah senilai sekitar TL 450 juta (TL atau Turkey Lira, mata uang Turki).

Bank ini juga melakukan pembiayaan dengan skema musyarakah dan mudharabah, dengan tingkat keuntungan yang bersaing dengan bank non syariah. Kehadiran bank Islam di Siprus telah mengerakan masyarakat untuk menabung, bank ini beroperasi dengan mendatangi desa-desa, pabrik dan sekolah dengan mengunakan kantor kas (mobil) keliling untuk mengumpulkan tabungan masyarakat. Selain kegiatan-kegiatan diatas, mereka juga mengelola dana-dana lainnya seperti al qardhul hasan dan zakat. 4. Kuwait Kuwait Finance House didirikan pada tahun 1977 dan sejak awal beroperasi dengan sistim tanpa bunga. Institusi ini memiliki 8 cabang di Kuwait, dan telah menunjukkan perkembangan yang cepat. Selama 2 tahun saja, yaitu 1980 1982, dana masyarakat yang terkumpul meningkat dari sekitar KD 149 juta menjadi KD 474 juta. Pada akhir tahun 1985, total aset mencapai KD 803 juta dan tingkat keuntungan bersih mencapai KD 17 juta. 5. Bahrain Massaf Faisal al Islami Bahrain mulai beroperasi pada Desember 1982. Akhir 1985, total asset telah mencapai 677 juta dolar AS dengan keuntungan sebesar 2,6 juta dolar. 6. Uni Emirat Arab Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor bank syariah. Didirikan pada tahun 1975 investasinya meliputi bidang perumahan. Proyek-proyek industri, dan aktivitas komersial. Selama beberapa tahun, para nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional. 7. Malaysia Lembaga keuangan syariah di Malaysia telah muncul sejak 1969 dan telah berevolusi sebagai komponen yang viable dan kompetitif dari sistim keuangan secara keseluruhan. Strategi yang diambil, dengan dukungan penuh dari pemerintah, adalah mengembangkan sistim keuangan Islam yang menyeluruh yang beroperasi berdampingan dengan sistim konvensional, terutama infrastruktur perbankan syariah, assuransi syariah, dan pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) syariah. Intradependency dari komponen struktural ini menciptakan enabling environment bagi sistim keuangan untuk beroperasi secara efisien.
9

Kesimpulannya, dalam mengembangkan sistim keuangan syariah, pemerintah Malaysia menempuh pragmatic and gradual approach, mengembangkan sistim yang menyeluruh, dan memberikan komitment yang kuat untuk memastikan keberhasilannya. Sistim keuangan Islam harus didukung oleh enabling infrastruktur keuangan Islam dalam bentuk pengembangan institusional, kerangka regulasi, dan kerangka legal dan syariah. 8. Iran Perkembangan bank syariah di Iran di mulai sejak Januari 1984 berdasarkan ketentuan /undang-undang yang disetujui pemerintah pada bulan agustus 1983. sebelum undang-undang tersebut dikeluarkan sebenarnya telah terjadi transaksi sebesar lebih dari 100 milyar rial yang diadministrasikan sesuai dengan sistim syariah. Hingga bulan oktober 1983, sebanyak 20.000 karyawan bank di Iran telah mengikuti pelatihan sistim perbankan syariAH. 9. Turki Baru pada tahun 1984, pemerintah Turki memberikan izin kepada Daar al Maal al Islami (DMI) untuk mendirikan bank yang beroperasi berdasarkan bagi hasil. Hal ini karena menurut ketentuan Bank sentral Turki, bank syariah diatur dalam satu yurisdiksi khusus. Setelah DMI berdiri, pada bulan desember 1984 didirikan pula Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi pada bulan april 1985. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Latar Belakang Bank Syariah Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekononii Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, AM. Saefuddin, M. Arnim Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitut Tamwil Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
10

Agustus 1990 menyclenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. PT.Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut diatas.Akte pendirian PT Bank Muammalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991.Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp.84 miliar. Pada tanggal 3 November 1991,dalam acara silaturahmi Presiden di Istana Bogor,dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp.106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 mei 1992, Bank Muammalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muammalat indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta,Bandung,semarang,Surabaya,Balikpapan dan Makasar. Namun yang perlu diketahui pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan Bank Syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dari tatanan Industri Perbankan Nasional. Landasan hukum operasi yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikatagorikan sebagai Bank dengan Sistem Bagi Hasil karena tidak terdapat landasan hukum Syariah secara rinci serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan bank. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No. 7 Tahun 1992 yang menyimpulkan bahwa pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas dan merupakan sisipan belaka. Era reformasi dan perbankan syariah Pada Era Reformasi dengan disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998 perkembangan Perbankan Syariah mulai membaik pasalnya dalam UU tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan

11

arahan bagi Bank Konvensional untuk membuka cabang Syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank Syariah. Hal tersebut ternyata direspon secara antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian Bank Konvensional tersebut ingin mengembangkan institusinya dalam membuka divisi atau cabang Syariah. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi Bank Syariah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan Pelatihan Perbankan Syariah bagi para pejabat Bank Indonesia dari seluruh bagian perbankan, terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), Kredit, Pengawasan, Akuntansi, Riset, dan Moneter. a) Bank Umum Syariah Pelopor kedua Bank Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri merupakan Bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasional pada Prinsip Syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan di lingkungan Bank Mandiri yang kemudian dikonversikan menjadi Bank Syariah secara utuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi Bank Syariah BSM menjalin kerjasama dengan Tazkia Institute terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan konversi. Sebagai salah satu Bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang memiliki aset ratusan triliun dan networking yang sangat luas, Bank Syariah Mandiri memiliki beberapa keunggulan komparatif dibandingkan pendahulunya.

Demikian juga perkembangan politik terakhir di Aceh menjadi blessing in disguise bagi Bank Syariah Mandiri. Hal ini karena Bank Syariah Mandiri menyerahkan seluruh cabang Bank Mandiri yang ada di Aceh kepada Bank Syariah Mandiri untuk dikelola secara Sistem Syariah. Hal ini jelas akan meningkatkan secara pesat aset Bank Syariah Mandiri dari posisi pada akhir tahun 1999 sejumlah Rp 400 miliar menjadi di atas 2 hingga 3 triliun. Perkembangan ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah cabang Bank Syariah Mandiri dari 8 cabang menjadi 20 cabang.
12

b) Cabang Syariah dari Bank Konvensional Setelah terbentuknya Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri dan antusias masyarakat terhadap adanya Bank yang memakai Sistem Islam. Maka berbagai Bank Konvensional lainnya mengikuti jejak untuk membuka cabang Bank Syariah di institusinya. Dibawah ini adalah data pada November tahun 2000 yang menjelaskan peningkatan perkembangan Bank Syariah di Indonesia,diantaranya: 1) Bank IFI membuka cabang Syariah pada 28 Juni 1999. 2) Bank Niaga (akan membuka cabang syariah) 3) Bank BNI telah membuka 5 cabang Syariah. 4) Bank BTN akan membuka cabang Bank Syariah. 5) Bank Mega akan mengkonversi satu anak Bank Konvensionalnya menjadi Bank Syariah. 6) Bank BRI telah membuka cabang Syariah. 7) Bank BUKOPIN telah melakukan konversi menjadi Bank Syariah di cabang Aceh. 8) BPD JABAR telah membuka cabang Syariah di Bandung. 9) BPD Aceh tengah menyiapkan SDM untuk konversi cabang Syariah.

e. Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum untuk memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Disamping itu, antara bank syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan yang sangat prinsipil, yakni menyangkut akad-akad yang ditetapkan, aspek legalitas, struktur organisasi, bidang usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. 1. Akad dan aspek legalitas Di dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekwensi duniawi dan ukrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Di dalam perbankan syariah, apabila pihak-pihak yang melakukan akad atau transaksi melanggar kesepakatan / perjanjian yang telah disepakati dan ditandatangani, maka konsekwensi
13

hukum yang akan diterima tidak hanya ketika hidup di dunia saja tetapi juga kelak di hari kiamat. Semua hal dan pihak-pihak, baik barang, jasa maupun pelaku-pelaku yang terlibat dalam setiap akad transaksi perbankan syariah harus memenuhi ketentuanketentuan syariah sebagai berikut: a) Rukun: penjual, pembeli, barang, harga, akad (ijab-qabul / transaksi). b) Syarat-syarat: Barang dan jasa harus halal. Karena itu segala bentuk akad / transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal / haram demi syariah. Harga barang dan jasa harus jelas. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi. Barang yang menjadi obyek transaksi harus sepenuhnya dalam kepemilikan yang sah. Tidak diperbolehkan oleh syariah melakukan akad / transaksi jual beli atas barang atau sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai, seperti yang terjadi pada transaksi short sale di pasar modal. 2. Lembaga Penyelesaian Sengketa Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. 3. StrukturOrganisasi Bank syariah diperkenankan untuk memiliki struktur organisasi yang sama dengan bank konvensional, misalnya adanya dewan komisaris dan direksi. Namun, di sisi lain terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara struktur organisasi yang dimiliki
14

bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan yang mendasar itu adalah bahwa di dalam struktur organisasi perbankan syariah harus ada Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas pendapat atau opini yang dikemukakan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Struktur organisasi tersebut terbagi atas: 1) Dewan Pengawas Syariah (DPS) Fungsi utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah sehari-hari agar selalu sesuai dengan petunjuk dan ketentuan-ketentuan syariat Islam. Hal ini, karena akad / transaksi yang berlaku di dalam sistem perbankan syariah sangat berbeda dengan akad / transaksi yang berlaku di dalam perbankan konvensional. Dalam kaitan ini, dalam sistem perbankan syariah diperlukan garis-garis panduan (guidelines) yang berbeda pula dengan sistem perbankan konvensional. Garis panduan ini disusun dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dalam pada itu, Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya setiap tahun) bahwa bank syariah yang diawasi telah berjalan sesuai atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Pernyataan DPS ini disampaikan dalam buku laporan tahunan (annual raport) bank yang bersangkutan. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah meneliti dan membuat rekomendasi atas produk baru bank syariah yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai penyaring pertama atas produk yang telah diteliti dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. 2) Dewan Syariah Nasional (DSN) Dewan Syariah Nasional (DSN) dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil rekomendasi dari Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonomi di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dipimpin oleh Ketua Umum MUI dan seorang sekertaris (ex-officio). Kegiatan

15

sehari-hari Dewan Syariah Nasional (DSN) ini dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan sekertaris serta beberapa anggota. Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariat Islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi perbankan syariah, tetapi juga mengawasi lembaga-lembaga keuangan syariah lain, seperti asuransi, reksadana, modal ventura dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah yang terdapat di setiap lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar acuan dalam pengembangan produk-produknya. Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan rekomendasi kepada para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu lembaga keuangan syariah tertentu. Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah yang dipandang telah menyimpang dari garis panduan perbankan syariah dan petunjuk syariat Islam. Hal ini dilakukan setelah menerima dan mendapat laporan dari Dewan Pengawas Syariah lembaga keuangan atau perbankan syariah yang bersangkutan. Jika lembaga keuangan atau perbankan syariah tersebut tidak mengindahkan teguran yang diberikan, Dewan Syariah Nasional dapat mengusulkan kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, untuk memberikan saksi hukum yang berlaku agar lembaga keuangan atau perbankan syariah tersebut tidak melakukan tindakantindakan yang lebih jauh dari ketentuan dan petunjuk syariah. 4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Perbankan Syariah. Di dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari ketentuan dan petunjuk syariah. Karena itu, bank syariah tidak diperkenankan membiayai bisnis dan usaha yang diharamkan oleh syariah. Lembaga keuangan syariah dan perbankan syariah tidak akan memperhatikan permohonan pembiayaan dari suatu usaha atau bisnis sebelum mendapatkan kejelasan dan kepastian akan beberapa hal pokok sebagai berikut: 1) Apakah obyek pembiayaan itu halah atau haram?
16

2) Apakah proyek yang akan dibiayai itu menimbulkan madharat atau tidak? 3) Apakah proyek yang akan didanai berkaitan dengan perbuatan zina / asusila lainnya? 4) Apakah proyek itu berkaitan dengan perjudian? 5) Apakah proyek yang akan dibiyai itu berkaitan dengan pembuatan senjata ilegal? 6) Apakah proyek itu dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung atau tidak langsung? 5. Lingkungan Kerja Dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutuf muslim yang baik. Disamping itu karyawan bank syariah harus skillful dan profesional dan mampu melakukan tugas-tugas teamwork. Selain itu, cara perpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga.

17

Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut. Bank Syariah 1. Melakukan investasi-investasi yang 1. halal saja. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil 2. Memakai perangkat bunga Besarnya disepakati pada waktu Bank Konvesional Investasi yang halal dan haram.

Besarnya disepakati pada waktu akad dengan berpedoman

kepada akad dengan asumsi akan selalu untung Besarny presentase didasarkan pada jumlah modal yang dipinjamkan Bunga dapat mengambang dan besarnya naik turun Pembayaran bunga besarnya tetap

kemungkinan untung rugi. Besar rasio didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Rasio tidak berubah selama akad masih berlaku Kerugian ditanggung bersama

Jumlah pembagian laba meningkat tanpa pertimbangan untung rugi sesuai dengan peningkatan keuntungan Eksistensi tidak ada Jumlah bunga tidak meningkat

yang sekalipun keuntungan meningkat Eksistensi bunga diragukan Profit oriented

meragukan keabsahan bagi hasil. 3. Berorientasi pada keuntungan (profit 3. oriented) dan kemakmuran dan

kebahagian dunia akhirat 4. Hubungan dengan nasabah dalam 4. bentuk hubungan kemitraan. 5. Penghimpunan dan penyaluran dana 5. harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur. Tidak terdapat dewan sejenis

18

f. Menabung di Bank Syariah Menabung adalah tindakan yag dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk mnghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Quran terdapat ayatayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik. 1. Al-Quran

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (an-Nisaa`: 9)

Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil.Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. (al-Baqarah: 266)

19

Kedua ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya. Salah satunya adalah dengan menabung. 2. Al-Hadist Dalam hadist Nabi saw. banyak disebutkan tentang sikap hemat ini. Nabi saw. memuji sikap hemat sebagai suatu sikap yang diwariskan oleh para nabi sebelumnya, seperti yang dikatakan beliau, Sikap yang baik, penuh kasih sayang, dan berlaku hemat adalah sebagian dari dua puluh empat bagian kenabian. (HR Tirmidzi) Dalam hadist lain, Nabi saw. berkata bahwa berlaku hemat (ekonomis) adalah hal yang diperlukan untuk menjaga kehidupan. Berlaku hemat adalah setengah dari penghidupan. (HR Baihaqi) Hadist lain menunjukkan bahwa berlaku hemat merupakan cermin dari tingkat pendidikan seseorang, seperti yang dikatakan oleh Nabi saw., Termasuk dari kefaqihan seseorang adalah berhematnya dalam penghidupan. (HR Ahmad) Nabi saw. bahkan mengajarkan sikap hemat ini sebagai kiat untuk mengantisipasi kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu. Sabda beliau, Tidak akan kekurangan bagi orang yang berlaku hemat. (HR Ahmad) Memilih Antara Wadiah Dan Mudharabah Berdasarkan Undang- undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang dipersamakan dengan itu.Adapun tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip syariah.Seseorang yang ingin menabung di Bank Syariah dapat memilih antara akad al- wadiah atau al mudharabah. Jenis peoduknya antara lain : 1) Giro. Pada umumnya bank syariah menggunakan akad al- wadiah pada rekening giro. Dalam fiqih muamalah, wadiah dibagi menjadi 2 macam: wadiah yad al- amanah yaitu akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan. Biasanya diterapkan bank pada titipan murni. Dalam
20

hal ini bank hanya bertanggung jawab atas kondisi barang (uang) yang dititpkan. Adapun wadiah yad adh- dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai bukan fisik dari uang yang dititipkan. Bank syariah menggunkan akad ini untuk rekening giro. Karena sifatnya sebagai titipan yang bisa diambil sewaktu- waktu, pada prinsipnya giro berdasarkan wadiah ini tidak mendapatkan keuntungan, bahkan seharusnya nasabah membayar kepada bank karena ia telah menugasnya untuk menyimpan supaya aman. Tidak menutup kemungkinan bank dapat memberikan semacam bonus kepada para pemegang giro. Bonus ini tidak boleh diperjanjikan dimuka karena jika dilakukan akan sama dengan bunga. 2) Tabungan. Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadiah dan mudharabah. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh- dhamanah.Dalam hal ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikanya kapan saja pemiliknya menghendaki. Disisi lain bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil pengunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan dimuka yang merupakan kebijakan bank syariah semata yang bersifat sukarela. Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Diamana bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Mudharabah mempunyai 2 bentuk yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Perbedaan keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang
21

diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola harta. Mudharabah mutlaqah yaitu mudharabah yang sifatnya mutlak dimana shahib al-mal tidak menetapkan syaratsyarat tertentu kepada si mudharib. Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu shahib al-mal boleh menetapkan syarat- syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian yang syarat- syarat tersebut harus dipenuhi oleh si mudharib, apabila mudharib melanggarnya ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul. Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip- prinsip sebagai berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shohibul mal dan mudharib. Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup. 3) Deposito. Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib. Penerapan mudhrabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat diantara keduanya. Misalnya akad mudhrabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waktu itu merupakan salah satu sifat deposito bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari dan seterusnya Perbedaan Antara Menabung di Bank Syariah dan di Bank Konvensional Sepintas,secara teknis fisik, menabung di bank syariah dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena baik bank syariah maupun bank konvensional di haruskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum.Akan tetapi, jika diamati secara mendalam, terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Perbedaan pertama terletak pada akad. Pada bank syariah,semua transaksi harus berdasarkan akad yang di benarkan oleh syariah.Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah.pada bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan, maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun perjanjian titipan ini tidak mengikuti prinsip manapun dalam muaamalah syariah, misalnya wadiah. karena, salah satu penyimpangan diantaranya menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.
22

Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang di berikan. Pada bank konvensional menggunakan konsep biaya(cost concept)untuk menghitung keuntungan.Artinya,bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos yang harus dibayar olah bank.Karena itu,bank harus menjual kepada nasabah lainnya(peminjam) dengan biaya(bunga) yang lebih tinggi.perbedaan keduanya disebut spread.jika bunga yang dibebankan kepada yang dibebanan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang harus di bayar kepada nasabah penabung,bank mendapatkan spreadpostif. Jika bunga yang diterimadari si peminjam lebih rendah,terjadi spreadnegatif bagi bank.Bank harus menetupnya dengan keuntungan yang dimiliki sebelumnya.Jika tidaj ada,ia harus menanggulanginya dengan modal.Bank syariah menggunakan profit sharing,artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan.keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan tersebut dibagi dua,untuk bank dan untuk nasabah,berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan dimuka(biasanya terdapat dalam formulir pembukaan rekening yang berdasarkan mudhorobah). Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/pembiayaan.Para penabung di bank konvensional tidak sadar bahwa uang yang ditabungnya diputarkan kepada semua bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut.bahkan sering terjadi dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek grup oerusahaan tersebut.celakanya,kredit itu diberikan tanpa memandang apakah jumlahnya melebihi batas maksimum pemberian kredit(BMPK)ataukah tidak.Akibatnya,ketika krisis datang dan kredi-kreit itu bermasalah, bank sulit mendapatkan pengembalian dana darinya. Adapun dalam bank syariah,penyaluran dana simpanan dari masyarakat dibatasi oleh dua prinsip dasar,yaitu prinsip syariah dan prinsip keuntungan.Artinya, pembiayaan yang mau diberikan diberikan harus mengikuti kriteria-kriteria syariah,disamping pertimbangan-pertimbangan keuntungan.Misalnya, pembiayaan-pembiayaan (kredit) harus kepada bisnis yang halal,tidak bolehkepada perusahaan atau bisnis yang memproduksi makanan atau minuman yang diharamkan,perjudian,pornografi,dan bisnis lain yang tidak esuai dengan syariah.karena itu,menabung di bank syariah relatif lebih aman ditinjau dari perspektip islam karena akan mendapatkan keuntunganyang didapat daribisnis yang halal.

23

Perbedaan Antaramelakukan pinjaman/kredit di Bank Syariah dan di bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada bunga.dalam bank konvensional terdapat bunga terhadap modal yang di pinjamkan,sedangkan dalam bank syariah tidak demikian.tetapi, risiko pinjaman yang di berikan bank syariah sangat tinggi terhadap bank itu sendiri karna ia dianggap pemmbiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.

g. Aspek Akuntansi Dalam Perbankan Islam (Accounting Aspect) Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank Islam dimulai pada tahun 1987. Sedikitnya lima volume telah terkumpul dan tersimpan di perpustakaan Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank (IDB). Studi itu telah mendorong pembentukan Acounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (Organisasi Akuntansi Keuangan untuk Bank dan Lembaga Keuangan Islam) yang didaftarkan sebagai organisasi nirlaba di Bahrain pada tahun 1411 H (1991). Sejak didirikan, organisasi ini terus mengembang-kan standar keuangan melalui pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak Lanjut. Pendekatan dan Fungsi 1. Pendekatan yang digunakan: a) Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan sebelumnya dengan prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan. Sangat dimungkinkan seseorang akan menentang penerapan konsep-konsep itu, misalnya yang berkaitan dengan definisi karakteristik informasi akuntansi yang bermanfaat seperti relevansi dan realibilitas. b) Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan konvensional tetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep semacam itu ditolak atau dimodifikasi secukupnya untuk mematuhi syariah supaya membuatnya bermanfaat. Contoh dari konsep ini adalah nilai waktu dari uang (time value of money) sebagai sifat pengukuran. c) Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek tertentu dari akuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik) kepada cara bertransaksi bisnis
24

yang Islami. Contohnya, konsep yang dikembangkan berdasarkan hukum-hukum yang mendefinisikan risiko dan balasan yang dikaitkan dengan transaksi bisnis, serta terjadinya biaya dan perolehan keuntungan. 2. Fungsi Bank-bank Islam Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (kedu-niaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi tran-saksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal ini adalah aspek yang paling terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah, yaitu pelarangan riba dan persepsi uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan kewajiban. Uang bukanlah komoditas. Dengan demikian, uang tidak me-miliki nilai waktu, kecuali nilai barang yang ditukar melalui penggunaan uang sesuai dengan syariah. Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas dasar konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah Islam, yaitu "keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko." Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudhara-bah, yaitu salah satu bentuk kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi) dan penyedia usaha (bank). Dalam melaksanakan usaha berdasarkan mudharabah, bank menyatakan kemauannya menerima dana untuk diinvestasikan atas nama pemiliknya, membagi keuntungan berdasarkan per-sentase yang disepakati sebelumnya, serta memberitahukan bahwa kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana selama kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian atau pelanggaran kontrak.Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:

25

a) Manajemen Investasi Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini ber-dasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan inves-tasi dana dari pihak lain) menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara bank tidak ikut menanggungnya. b) Investasi Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditem-patkan pada dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Di antara contohnya adalah kontrak al murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai as salam, bai al ishtisna, al ijarah, dan lain-lain. Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah). Rekening investasi tidak terbatas (general investment) Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank Islam untuk menginvestasikan dananya dengan cara yang dianggap paling baik dan feasible, tanpa menerapkan pembatasan jenis, waktu dan bidang usaha investasi. Dalam skema ini bank Islam dapat mencampurkan dana pemegang rekening investasi dengan dananya sendiri (modal) atau dengan dana lain yang berhak dipakai oleh bank Islam (misalnya rekening koran). Pemegang rekening investasi dan bank Islam umumnya berpartisipasi dalam keuntungan dari dana yang diinvestasikan. Rekening investasi terbatas (restricted investment) Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal jenis, bidang, dan waktu bank meng-investasikan dananya. Lebih jauh lagi, bank Islam dapat dibatasi dari mencampurkan dananya sendiri dengan dana

26

rekening investasi terbatas untuk tujuan investasi. Bahkan bisa saja ada pembatasan lain yang diterapkan pemegang rekening investasi. Sebagai contoh, pemegang rekening investasi dapat meminta bank Islam untuk tidak menginvestasikan dananya dalam bidang pertanian dan peternakan. Bisa juga pe-megang rekening investasi meminta bank Islam itu sendiri yang melaksanakan investasi, bukan melalui pihak ketiga. c) Jasa-Jasa Keuangan Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa ke-uangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya. d) Jasa Sosial Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam me-laksanakan jasa sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. Definisi Pernyataan Keuangan Secara umum, pernyataan keuangan untuk bank Islam dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pernyataan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank Islam itu dari masalah investasinya, apakah ekonomi atau sosial. Mekanisme investasi yang diguna-kan terbatas hanya kepada beberapa cara yang dibolehkan syariah. Karenanya, pernyataan keuangan meliputi: a) Pernyataan posisi keuangan b) Pernyataan pendapatan c) Pernyataan aliran kas d) Pernyataan laba ditahan atau pernyataan perubahan pada saham pemilik 2. Sebuah pernyataan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi terbatas, yang dikelola oleh bank Islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan kontrak
27

mudharabah atau kontrak perwakilan. Pernyataan semacam ini akan dirujuk sebagai "Pernyataan Perubahan dalam Investasi Terbatas". 3. Pernyataan keuangan yang menggambarkan peran bank Islam sebagai fiduciary dari dana yang tersedia untuk jasa sosial ketika jasa semacam itu diberikan melalui dana terpisah. a) Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial. b) Pernyataan sumber dan penggunaan dana qardh Definisi Unsur-Unsur Dasar Pernyataan Keuangan 1. Pernyataan posisi keuangan a. Asset Asset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan asset yang lain, yang haknya didapat oleh bank Islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai sebuah asset pada pernyataan posisi keuangan bank Islam, asset itu harus memiliki karakter tambahan berikut: 1) Dapat diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitas yang wajar. 2) Tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban yang tidak dapat diukur atau hak bagi pihak lain. 3) Bank Islam harus mendapatkan hak untuk menahan, menggunakan, atau mengelola aset itu. b. Liabilitas Liabilitas adalah kewajiban yang berjalan untuk me-mindahkan aset, meneruskan penggunaannya, atau menyediakan jasa bagi pihak lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai sebuah liabilitas pada pernyataan posisi keuangan bank Islam, liabilitas itu harus memiliki karakter tambahan berikut: 1) Bank Islam harus memiliki kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban bank Islam tidak boleh saling bergantung (reciprocal) dengan kewajiban pihak lain kepada bank. 2) Kewajiban bank Islam harus bisa diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitas yang wajar.
28

3) Kewajiban bank Islam harus bisa dipenuhi melalui pemindahan satu atau lebih aset bank Islam kepada pihak lain, meneruskan kepada pihak lain akan penggunaan aset bank Islam untuk suatu periode, atau menyediakan jasa pihak lain. c. Porsi pemegang rekening investasi tak terbatas Rekening investasi tak terbatas merujuk kepada dana-dana yang diterima bank Islam dari individu-individu atau lainnya dengan dasar bahwa bank Islam akan memiliki hak untuk menggunakan dan menginvestasikan dana-dana itu tanpa pembatasan. Bank Islam dengan demikian juga berhak mencampurkan dana yang diinvestasikan itu dengan modalnya sendiri. Keuntungan atau kerugian suatu investasi usaha dibagi secara proporsional setelah bank Islam menerima bagian keuntungan/kerugiannya sebagai mudharib. d. Saham pemilik Saham pemilik merujuk kepada jumlah yang tersisa pa-da tanggal pernyataan posisi keuangan dari aset bank Islam sesudah dikurangi kewajiban, porsi pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya, serta pendapatan yang dilarang (nonhalal), jika ada. Itu sebabnya saham pemilik terkadang dirujuk sebagai "the owner residual interest". 2. Pernyataan pendapatan a. Pendapatan Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas. b. Biaya Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas, termasuk pemberian jasa. c. Keuntungan
29

Keuntungan adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari memegang aset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntungan juga bisa diperoleh dari pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau pemegang pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya. d. Kerugian Kerugian adalah penurunan bersih dari aset bersih seba-gai akibat dari memegang aset yang mengalami penurunan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pen-dapatan. Kerugian juga bisa terjadi akibat pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya. e. Keuntungan pada rekening investasi tak terbatas dan yang setaranya f. Keuntungan bersih (kerugian bersih) 3. Pernyataan perubahan dalam saham pemilik atau pernyataan laba ditahan a. Pernyataan perubahan dalam saham pemilik b. Pernyataan laba ditahan 4. Pernyataan aliran kas a. Kas dan setara kas b. Aliran kas dari transaksi c. Aliran kas dari aktivitas investasi d. Aliran kas dari aktivitas pembiayaan 5. Pernyataan perubahan dalam investasi terbatas dan setaranya a. Investasi terbatas b. Simpanan dan penarikan oleh pemegang rekening investasi terbatas dan ekuivalensinya c. Keuntungan (kerugian) investasi sebelum bagian ke-untungan manajer investasi sebagai seorang mudharib, atau kompensasi sebagai wakil (agen) investasi. d. Bagian manajer investasi dalam keuntungan investasi terbatas sebagai seorang mudharib atau kompensasi sebagai manajer investasi
30

6. Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sosial a. Sumber dana zakat dan dana sosial b. Penggunaan dana zakat dan dana sosial c. Saldo dana zakat dan dana sosial 7. Pernyataan sumber dan penggunaan dana dalam qardh a. Qardh b. Sumber dana dalam qardh c. Penggunaan dana dalam qardh d. Saldo dana dalam qardh Asumsi-Asumsi Akuntansi 1. Konsep satuan akuntansi 2. Konsep keberlanjutan (going concern) 3. Konsep periode 4. Stabilitas daya beli satuan uang Konsep Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi 1. Definisi pengakuan dan pengukuran akuntansi 2. Pengakuan akuntansi a. Pengakuan pendapatan b. Pengakuan biaya c. Pengakuan laba dan rugi d. Pengakuan laba dan rugi investasi terbatas 3. Konsep pengukuran akuntansi a. Konsep kesesuaian (matching) b. Sifat-sifat pengukuran c. Sifat-sifat yang harus diukur d. Nilai setara kas yang diperkirakan akan direalisasi atau dibayar e. Revaluasi aset, liabilitas, dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansi f. Penerapan aset, liabilitas, dan investasi terbatas g. Sifat pengukuran alternatif kepada nilai setara kas. Karakteristik Kualitatif serta Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansi 1. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
31

a. Arti karakteristik kualitatif informasi akuntansi b. Relevansi c. Reliabilitas Representasi keyakinan Objektivitas Netralitas d. Dapat dibandingkan e. Konsistensi f. Dapat dimengerti 2. Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansi a. Materialitas b. Biaya informasi c. Pembukaan

32

BAB III PENUTUP

D. Kesimpulan Bank Syariah dibuat dengan tujuan utama agar umat muslim mampu menjalankan roda ekonomi secara Islami, walaupun begitu tidak hanya orang Islam saja yang bisa menggunakan jasa bank ini, orang non-muslim pun bisa. Produk dalam bank syariah diciptakan berdasarkan nilai- nilai Islam yang mengandung keadilan. Hadirnya bank syariah mengobati rasa haus masyarakat Islam di Indonesia yang menginginkan mediator ekonomi yang berbasis Islam sehingga masyara kat bisa terhindar dari riba yang dalam Islam termasuk dosa besar. Tetapi tidak semua bank syariah di Indonesia 100% berdasarkan pada syariah Islam. Bank syariah di Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi. Hal ini ditunjukan dengan akselerasi pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk itu, penerapan strategi yang tepat dalam menciptakan pangsa pasar yang lebih besar bagi perbankan syariah adalah hal yang sangat perlu dilakukan. Fenomena perkembangan bank syariah ini harus diimbangi dengan kualitas dan fasilitas yang memadai, seperti kinerja bank syariah sangat penting diperlukan bagi para investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan, karena informasi kinerja perusahaan baik itu dari kinerja keuangan dan manajemen dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor/nasabah dalam memilih investasi pada suatu perbankan syariah. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

33

E. Saran Bank Syariah Mandiri diharapkan bisa membenahi produk-produk yang dinilai kurang memenuhi syariah Islam, sehingga lebih memprioritaskan kemurnian Islam mengingat tujuan berdirinya bank syariah agar umat Islam mampu menjalankan Islam secara kaffah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran penting dan strategis dalam penerapan prinsip syariah di perbankan syariah. DPS bertanggungjawab untuk memastikan semua produk dan prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip syariah. Peran DPS diharapkan lebih optimal dalam menjalankan pengawasan syariah terhadap operasional Bank Syariah Mandiri. Diharapkan DPS mampu lebih teliti dalam menelaah produk-produk yang akan dirilis oleh Bank Syariah Mandiri tersebut.

34

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, 2008.,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta : Cetakan I, Sinar Grafika. Antonio, Muhammad SyafiI, 2001, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Cetakan I,Gema Insani.

35

Anda mungkin juga menyukai