Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INDUSTRI HALAL I

“LEMBAGA BANK SYARI’AH”

Dosen Pebimbing:
Robbah Khunaifih, S.H.I., M.E

Disusun Oleh :
Nabilah Anisatuz Zahroh (2118229001)

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM KANJENG


SEPUH GRESIK
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah resume ini guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Mu’amalah
Kotemporer, dengan judul "Lembaga Bank Syari’ah".

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Robbah Khunaifi,


S.H.I., M.E selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dalam
pengerjaan tugas makalah ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gresik, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan Syariah.
Bank Syariah, atau biasa disebut Islamic Bank di negara lain, berbeda dengan bank
konvensional pada umumnya. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang
digunakan. Kalau bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi
berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini didasarkan pada
keyakinan bahwa bunga mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam. Menurut
pandangan Islam, di dalam sistem bunga terdapat unsur ketidakadilan karena pemilik dana
mewajibkan peminjam untuk membayar lebih dari pada yang dipinjam tanpa memperhatikan
apakah peminjam menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Sebaliknya, sistem
bagi hasil yang digunakan bank syariah merupakan sistem ketika peminjam dan yang
meminjamkan berbagi dalam risiko dan keuntungan dengan pembagian sesuai kesepakatan.
Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Lebih jauh lagi, apabila dilihat
dari perspektif ekonomi, bank syariah dapat pula didefinisikan sebagai sebuah lembaga
intermediasi yang mengalirkan investasi publik secara optimal (dengan kewajiban zakat dan
larangan riba) yang bersifat produktif (dengan larangan judi), serta dijalankan sesuai nilai,
etika, moral, dan prinsip Islam.
Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal 1990-an dengan berdirinya
Bank Muamalat Indonesia. Secara perlahan bank syariah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
agama Islam yang dianutnya, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba,
kegiatan yang bersifat spekulatif yang nonproduktif yang serupa dengan perjudian,
ketidakjelasan, dan pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi, serta keharusan
penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara Syariah.
Namun demikian, perkembangan bank syariah yang pesat baru terasa semenjak era
reformasi pada akhir 1990-an, setelah pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen
besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah, khususnya
sejak perubahan undang-undang perbankan dengan UU No. 10 tahun 3 1998. Berbagai
kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut perluasan jumlah kantor dan operasi bank-bank
syariah untuk meningkatkan sisi penawaran, tetapi juga menyangkut pengembangan
pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan sisi permintaan. Perkembangan
yang pesat terutama tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi
izin untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun izin kepada bank konvensional untuk
mendirikan suatu unit usaha syariah (UUS).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapatlah penulisan memfokuskan masalah dari
penulisan yang ingin di kaji, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan bank syari’ah?
2. Bagaimana sejarah berdirinya bank syari’ah?
3. Apa fungsi bank syari’ah?
4. Apa saja tujuan dan jenis-jenis bank syari’ah?
5. Apa saja ciri-ciri bank syari’ah?
6. Kelebihan dan kekurangan bank syari’ah?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dan sasaran dalam penulisan ini, diantaranya:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan bank syari’ah
2. Mengetahui sejarah bank syari’ah
3. Mengetahui fungsi bank syari’ah
4. Memahami tujuan dan jenis-jenis bank syari’ah
5. Mengetahui ciri-ciri bank syari’ah
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bank syari’ah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syari’ah

Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas
dasar prinsip syariah.

Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan
uang, dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan
fungsi perbankan melakukan hal – hal yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan
konvesional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan prinsip bunga. Bank
konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank
konvnsionaldapat digolonglan sebagai transaksi ribawi. Setelah mengetahui pengertian bank
syariah secara umum, berikut ini ada sejumlah pengertian bank syariah menurut para ahli. Ini
penjelasannya:

a. Sudarsono
Pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan negara yang memberikan kredit
dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.
b. Perwataatmadja
Pengertian bank syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Alquran dan Hadis.
c. Schaik
Pengertian bank syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan pada
hukum Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan Islam dengan
menggunakan konsep bagi risiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem
keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan
sebelumnya.
B. Sejarah Bank Syari’ah

Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1963 sebagai pilot project dalam bentuk
bank tabungan pedesan di kota kecil Mit Ghamr, Mesir. Percobaan berikutnya terjadi di
Pakistan pada tahun 1965 dalam bentuk bank koperasi. Setelah itu, gerakan bank syariah
mulai hidup kembali pada pertengahan tahun 1970-an. Berdirinya Islamic Development Bank
pada 20 Oktober 1975, yang merupakan lembaga keuangan internasional Islam multilateral,
mengawali periode ini dengan memicu bermunculannya bank syariah penuh di berbagai
negara, seperti Dubai Islamic Bank di Dubai (Maret 1975), Faisal Islamic Bank di Mesir dan
Sudan (1977), dan Kuwait Finance House di Kuwait (1977). Sampai saat ini lebih dari 200
bank dan lembaga keuangan syariah beroperasi di 70 negara muslim dan nonmuslim yang
total portofolionya sekitar $200 milyar (Algauod dan Lewis, 2001; dan Siddiqui, 2004).

Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal 1990-an dengan berdirinya
Bank Muamalat Indonesia. Secara perlahan bank syariah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
agama Islam yang dianutnya, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba,
kegiatan yang bersifat spekulatif yang nonproduktif yang serupa dengan perjudian,
ketidakjelasan, dan pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi, serta keharusan
penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara Syariah.

C. Fungsi Bank Syari’ah

Berikut ini terdapat beberapa fungsi bank syariah, yaitu:

1. Fungsi Manajer Investasi

Fungsi ini dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana
mudharabah yang bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal)
dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyalur yang produktif, sehingga dana
yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah
dan pemilik dana.

2. Fungsi Investor

Dalam penyaluran dana bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana).
Penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang
produktif dengan resiko minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Produk investasi
diantaranya adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, ijarah.

3. Fungsi Sosial

Dalam menjalankan fungsi sosialnya ada 2 instrumen, yaitu adalah instrumen zakat,
infaq, sedekah dan wakaf (ziswaf) dan instrumen qaradhul hasan yang berfungsi
menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infaq atau
sedekah.

4. Fungsi Jasa Keuangan

Memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee,


letter of credit, dll.

D. Tujuan Bank Syari’ah

Terdapat beberapa tujuan bank syariah, berikut ini penjelasannya:

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi untuk muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang
berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di mana jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amamt besar antara pemilik
modal dengan pihak membutuhkan dana.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka peluang berusaha yang
lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang
produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menaggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program


utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam
mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol
kebersamaannya dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan consumen, program
pengembangan moda kerja, dan program pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas ini bank syariah akan
mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan oleh inflasi dan menghindari
persaiangan yang tidak sehat antara lembaga keungan.

6. Untuk menyalamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.

E. Jenis – Jenis Bank Syari’ah

1. Bank Umum  Syariah (BUS)


Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.

Contoh BUS diantaranya adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank
BRI Syariah, dan lainnya.

2. Unit Usaha Syariah (UUS)


Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat
Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang
dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah.

Contoh UUS diantaranya adalah Bank BTN Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Permata
Syariah, dan lainnya.

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Contoh BPRS diantaranya adalah BPRS Harta Insan Karimah (HIK), BPRS AsSalam, dan
lainnya.
F. Ciri-Ciri Bank Syari’ah

1. Tidak ada bunga Sebagian besar ulama telah sepakat bahwa bunga bank adalah riba,
sedangkan riba adalah hal yang diharamkan di dalam agama Islam.

2. Menerapkan prinsip bagi hasil Bank syariah menerapkan pembagian hasil usaha antara
pihak pemilik modal dan pengelola. Dalam segi produk, ada dua macam pembiayaan yang
menerapkan prinsip bagi hasil.

 Musyarakah Transaksi musyarakah melibatkan dua belah pihak yang bekerja sama
untuk meningkatkan nilai aset mereka secara bersama-sama. Keuntungan dan
kerugian akan dibagi berdasarkan besarnya modal dari masing-masing pihak.
 Mudharabah Transaksi mudharabah melibatkan dua belah pihak, yaitu pemilik modal
dan pengelola, yang saling bekerja sama dengan perjanjian pembagian keuntungan.

Bedanya dari musyarakah adalah transaksi mudharabah menggunakan modal dari satu
pihak saja. Sedangkan pada transaksi musyarakah, modalnya berasal dari kedua pihak.

3. Mengutamakan keadilan dalam bertransaksi Operasional bank syariah selalu mengikuti


prinsip keadilan, yang dimaksud dengan adil dalam bertransaksi adalah:

 Pembagian keuntungan selalu berdasarkan penjualan riil sesuai kontribusi serta risiko
dari masing-masing pihak.
 Dalam bertransaksi, bank syariah melakukan transparansi laporan keuangan secara
terbuka kepada nasabah.
 Bank syariah menjunjung tinggi prinsip rahmatan lil alamin, artinya pihak bank tidak
membeda-bedakan nasabah, baik dari segi suku, agama, ras, dan golongan.

4. Menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan Kegiatan spekulatif artinya


transaksi yang mengandung ketidakjelasan, contohnya adalah aktivitas yang mengandung
unsur maisir dan gharar.

5. Investasi yang beretika Bank syariah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
investasi, namun harus dilakukan dengan akad mudharabah atau akad lainnya yang tidak
bertentangan dengan Islam.

6. Mengutamakan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan Dalam bank syariah, hubungan


antara bank dan nasabah adalah kemitraan.
G. Kelebihan dan Kekurangan Bank Syri’ah

Berikut ini kelebihan dan kekurangan menabung di Bank Syari’ah :

a. Kelebihan Menabung di Bank Syari’ah


1. Akad Sesuai Akidah Dalam Islam
sebagai seorang muslim tentu seseorang selalu berusaha untuk menjalankan
kehidupan sesuai dengan syariat islam. Termasuk dalam kegiatan menabung, bank
syariah memberikan fasilitas kegiatan transaksi yang sesuai dan tidak melenceng dari
ajaran Islam.
Akad yang ada di bank syariah cukup beragam sehingga bisa disesuaikan
dengan kebutuhan dari nasabah. Akad yang dipakai dalam bank syariah antara lain
adalah sebagai berikut:
 Akad Wadiah, yaitu akad penitipan dalam bentuk uang atau barang antara
pihak yang memiliki uang dan barang dengan pihak yang diberikan
kepercayaan untuk menjaga keselamatan dan keamanan barang.
 Akad Mudharabah, akad yang kedua ini adalah akad bagi hasil dimana
nasabah mempercayakan uangnya untuk dikelola oleh pihak bank syariah.
Biasanya uang ini nanti akan dipakai usaha dengan catatan jika usaha berhasil
keuntungan akan dibagi sesuai kontrak, sementara jika usaha gagal, uang yang
dipunya nasabah harus kembali dalam keadaan dan jumlah yang utuh.
 Qardh, adalah akad pinjaman kepada nasabah dengan aturan bahwa nasabah
harus mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah disepakati di awal.
2. Bebas Biaya Administrasi
Di bank syariah nasabah tidak perlu khawatir akan dibebani biaya administrasi
setiap bulannya seperti di bank konvensional. Sebabnya adalah karena di bank syariah
tidak ada biaya administrasi, sekalipun nasabah yang bersangkutan memiliki jumlah
saldo yang minimum.
3. Tidak Ada Bunga, Adanya Adalah Sistem Bagi Hasil
Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam transaksinya, melainkan sistem
bagi hasil yang sesuai dengan syariat islam. Bank syariah menetapkan bagi hasil yang
besarannya disesuaikan oleh besarnya pendapatan bank.
4. Tersedia Produk-Produk Yang Tidak Dimiliki Oleh Bank Konvensional
Satu hal lagi kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah, yaitu adanya produk-produk
khusus yang tidak dimiliki oleh bank konvensional. Produk-produk itu antara lain
adalah tabungan haji dan umrah, tabungan qurban, wakaf hingga deposito syariah.

b. Kekurangan Menabung di Bank Syari’ah


selain punya berbagai kelebihan yang beragam, di satu sisi bank syariah juga
memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh bank syariah
diantaranya :
1. Rawan Terhadap Yang Beritikad Tidak Baik
Menurut asumsi dari Karnaen Perwataatmadja dan M Syafi’I Antonio
bahwasanya bank syariah terlalu berprasangka baik terhadap seluruh nasabahnya. Hal
ini bisa dikatakan bahwa di bank syariah besar kemungkinannya akan ada masuknya
nasabah yang tidak jujur dan punya itikad tidak baik.
2. Jumlah Bank Yang Masih Sedikit
Di Indonesia jumlah bank syariah yang ada belum bisa dibandingkan dengan
jumlah bank konvensional. Begitu pula dengan tempat penarikan ATM Juga masih
sedikit sehingga bisa menyulitkan bagi para nasabah bank syariah.
3. Sistem Bagi Hasil Membutuhkan Perhitungan Yang Rumit
sebagai bank yang berasaskan keadilan, bank syariah memerlukan
penghitungan yang rumit dan butuh ketelitian tinggi. Kekeliruan dalam penghitungan
pada suatu proyek akan menghasilkan kerugian yang lebih besar dibanding dengan
bank konvensional.
4. Pinjam Uang Di Bank Syariah Mahal
Peminjaman uang bank syariah lebih mahal dibanding bank konvensional
adalah karena market share bank syariah di Indonesia masih sangat rendah. Sebagai
perbandingan terbaru bahwa market share bank Syariah adalah 6% sedangkan bank
konvensional masih di angka 95%.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bank Syari’ah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
2. Sejarah Bank Syari’ah Di Indonesia telah muncul semenjak awal 1990-an
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia.
3. Fungsi Bank Syari’ah :
a. Fungsi Manajer Investasi
b. Fungsi Investor
c. Fungsi Sosial
d. Fungsi Jasa Keuangan
4. Tujuan Bank Syari’ah salah satunya adalah Mengarahkan kegiatan ekonomi
untuk muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau
perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan).
5. Jenis-Jenis Bank Syari’ah
a. Bank Umum Syari’ah (BUS)
b. Unit Usaha Syari’ah (UUS)
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS)
6. Ciri-Ciri Bank Syariah salah satunya adalah Mengutamakan keadilan dalam
bertransaksi Operasional bank syariah selalu mengikuti prinsip keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai