Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Bank Syariah
DI SUSUN OLEH :
Kelompok III
DOSEN PENGAMPU:
Rozi Andriani, SE.Sy,M.E.
EKONOMI SYARIAH F
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2020
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan banyak terima kepada semua pihak yang ikut serta
dalam menyelesaikan makalah ini terutama kepada Ibu Rozi Andriani,
SE.Sy,M.E. Di dalam pembahasan makalah kali ini bertajuk seperti yang tertera di
Cover,yaitu Sistem Operasional Bank Syariah. dengan itu penulis berfokus dalam
materi seperti yang akan penulis bahas nanti. Makalah yang tersusun ini sebagai
tugas Kelompok mata kuliah Akuntansi Bank Syariah, dengan berbekal apa yang
ada dalam Referensi yang ada.
Selanjutnya Penulis menyadari bahwa makalah yang Penulis buat ini
bukanlah sesuatu yang terjadi begitu sempurna, masih banyak kekurangan yang
memang itu adalah dari penulis sendiri, penulis memohon untuk diberikan
kritikan atau saran yang bersifat membangun agar nantinya menjadi penyempurna
bagi penulis untuk menyusun makalah lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Wassalam..
Tim Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bank syariah yang di dasarkan kepada konsep dan prinsip ekonomi
Islam merupakan suatu invosi dalam sistim perbankan internasiona,
meskipun telah lama menjadi wacana pada kalangan public dan para ilmuan
muslim maupun non muslim, namun pendirian institusi bank Islam secara
konvenfersal dan formal belum lama terwujud salah satu terbesar di negara-
negara arap, di Indonesia bank Islam pertama adalah bank Muamalat
indonesia (BMi). Dalam kaitan ini, terdapat dua hal yang mendorong eksistensi
dalam perkembangan Sistem operasi bank syariah, adalah munculnya
keinginan dan kebutuhaan masyarakat serta keunggulan dan kelebihaan yang
di miliki bank syariah.
3
2. Rumusan Masalah
a. Apa Defenisi, Asas, dan Tujuan Bank Syariah ?
b. Apa Fungsi Bank Syariah ?
c. Apa saja Kegiatan Usaha dalam Bank Syariah ?
d. Bagaimana Prinsip-Prinsip Dalam Bank Syariah ?
3. Tujuan
a. Mengetahui apa itu Defenisi, Asas, dan Tujuan Bank Syariah.
b. Mengetahui Fungsi Bank Syariah.
c. Mengetahui Kegiatan Usaha dalam Bank Syariah.
d. Mengetahui Bagaimana Prinsip-Prinsip Dalam Bank Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
4
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.3
2. Asas Bank Syariah
Asas Bank Syariah ditetapkan dalam UU NO.21 Tahun 2008 BAB
II Pasal 2, yaitu : “Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan
prinsip kehati-hatian.”4
3. Tujuan Bank Syariah
Tujuan Bank Syariah ditetapkan dalam UU No.21 Tahun 2008
BAB II Pasal 3, yaitu : “Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.”5
3
Ascarya dan Diana Yumanita. Bank Syariah : Gambaran Umum. (Jakarta : PUSAT
PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA, 2005) h. 1
4
Republik Indonesia. UU NO.21 Tahun 2008 h.6
5
Ibid, h.7
5
beli valuta asing), dan lain-lain. Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk
wadi'ah yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan
dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, sebagai badan
sosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial
untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan sadaqah (ZIS), serta
penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan).6
6
Ascarya & Diana Yumanita. Bank Syariah : Gambaran Umum. (Jakarta : PUSAT
PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA, 2005) h.13-
14
7
Ibid, h. 14
6
2. Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian
(maysir);
3. Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar);
4. Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil); dan
5. Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
Secara singkat empat prinsip pertama biasa disebut anti MAGHRIB
(maysir, gharar, riba, dan bathil).8
7
Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga
(riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam,
terutama mudharabah (bagi hasil) dan wadi’ah (titipan). Sumber dana
bank syariah selain dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari
modal disetor sehingga secara keseluruhan sumber dana bank syariah
dapat dibagi menjadi:
1. Modal;
2. Rekening Giro;
3. Rekening Tabungan;
4. Rekening Investasi Umum;
5. Rekening Investasi Khusus; dan
6. Obligasi Syariah.10
1. Modal
Bagian besar dari sumber dana bank syariah berasal dari modal
karena bank syariah pada dasarnya adalah sistem Islam yang
berorientasi modal. Rasio yang kecil dari modal terhadap total sumber
dana terbukti bukan merupakan praktek yang baik dari bank. Bank
syariah lebih baik menghindar dari masalah kurangnya kecukupan
modal sejak awal. Hal ini merupakan hal yang tidak sehat yang terjadi
di perbankan konvensional (Chapra, 1985). Modal merupakan dana
yang diserahkan oleh para pemilik (owner) sebagai bagian
keikutsertaannya dalam usaha bank syariah. Sebagai buktinya, pemilik
akan menerima sejumlah saham sesuai dengan porsi keikutsertaannya.
Setiap tahun pemegang saham akan mendapatkan bagian bagi hasil
usaha dalam bentuk dividen. Bentuk penyertaan modal dapat
dilakukan dengan musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity
participation.11
10
Ascarya & Diana Yumanita. Bank Syariah : Gambaran Umum. (Jakarta : PUSAT
PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA, 2005) h.15
11
Ibid, h.15-16
8
2. Rekening Giro
Rekening Giro adalah rekening simpanan Dana pada Bank yang
dapat menerima dana setoran dan atau ditarik Nasabah dengan
menggunakan Cek, Bilyet Giro atau media penarikan lain yang
memenuhi ketentuan yang berlaku pada Bank.12
Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk
rekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahan
pemakaiannya dengan prinsip al-wadi’ah yad-dhamanah (singkatnya
wadi'ah) atau titipan. Wadi’ah merupakan perjanjian perwakilan untuk
tujuan melindungi harta seseorang. Dalam hal ini, bank dapat
mempergunakan dana nasabah selama tidak ditarik, sementara bank
memberikan garansi bahwa nasabah dapat menarik dananya sewaktu-
waktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank,
seperti cek, kartu ATM, dan sebagainya tanpa biaya. Dana yang
terhimpun dalam rekening giro tidak dapat digunakan bank untuk
pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek, tetapi
dapat digunakan bank untuk kebutuhan likuiditas bank dan untuk
transaksi jangka pendek. Keuntungan yang diperoleh bank dari
penggunaan dana ini menjadi milik bank.13
3. Rekening Tabungan
Tabungan adalah salah satu jenis rekening simpanan Dana pada
Bank yang dapat disetor dan atau ditarik Nasabah dengan
menggunakan slip setoran dan atau slip penarikan atau media lain yang
memenuhi ketentuan bank.14
Bank Syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk
rekening tabungan (savings account) untuk keamanan dan kemudahan
pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidak sefleksibel rekening giro
https://www.permatabank.com/sites/default/files/2019-10/Syarat%20dan%20Ketentuan
12
9
karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Prinsip yang
digunakan dapat berupa:
i) Wadi’ah, atau titipan; ii) Qardh, atau pinjaman kebajikan; atau
iii) Mudharabah, atau bagi hasil.
Ada sedikit perbedaan antara wadi'ah yang digunakan untuk
rekening tabungan dan wadi’ah yang digunakan untuk rekening giro.
Dalam wadi'ah untuk rekening tabungan, bank dapat memberikan
bonus kepada nasabah dari keuntungan yang diperoleh bank karena
bank lebih leluasa untuk menggunakan dana ini untuk tujuan
mendapatkan keuntungan.15
4. Rekening Investasi Umum
Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada
umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum
(general investment account) dengan prinsip mudharabah al-
muthlaqah. Investasi umum ini sering disebut juga sebagai investasi
tidak terikat. Nasabah rekening investasi lebih bertujuan untuk mencari
keuntungan daripada untuk mengamankan uangnya. Dalam
mudharabah al-muthlaqah, bank sebagai mudharib mempunyai
kebebasan mutlak dalam pengelolaan investasinya. Jangka waktu
investasi dan bagi hasil disepakati bersama. Apabila bank
menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan awal.
Apabila bank mengalami kerugian, bukan karena kelalaian bank,
kerugian ditanggung oleh nasabah deposan sebagai shahibul maal.
Deposan dapat menarik dananya dengan pemberitahuan terlebih
dahulu.16
5. Rekening Investasi Khusus
Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkan
rekening investasi khusus (special investment account) kepada nasabah
15
Ascarya & Diana Yumanita. Bank Syariah : Gambaran Umum. (Jakarta : PUSAT
PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA,
2005) h. 17
16
Ibid, h. 18
10
yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang
disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah
al-muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai
investasi terikat. Rekening investasi khusus ini biasanya ditujukan
kepada para nasabah/investor besar dan institusi. Dalam mudharabah
al-muqayyadah bank menginvestasikan dana nasabah ke dalam proyek
tertentu yang diinginkan nasabah. Jangka waktu investasi dan bagi
hasil disepakati bersama dan hasilnya langsung berkaitan dengan
keberhasilan proyek investasi yang dipilih.17
6. Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada
investor (pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee
serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.18
Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan alternatif sumber dana
berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan
untuk pembiayaan pembiayaan berjangka panjang. Obligasi syariah ini
dapat menggunakan beberapa prinsip yang dibolehkan syariah, seperti
mudharabah (prinsip bagi hasil) dan ijarah (prinsip sewa).19
11
1. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
adalah sebagai berikut:
a) Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
b) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama suatu usaha antara dua pihak
di mana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak kedua ('am il, mudharib,
nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha
dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang disepakati dalam
kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib ai-mal.22
12
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual.
a) Pembiayaan murabahah
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika
telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam
perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan
secara tangguh/cicilan.23
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu, 24
Bank bertindak sebagai pembeli, sedangkan Nasabah sebagai
23
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-Operasional-
PBS.aspx diakses pada 20/10/2020 diakses pada 20/10/2020 pukul 20:44
24
FATWA DSN NO: 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam h.1
13
penjual. Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.25
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan
kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah
atau nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual
yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah
ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai
biasanya disebut dengan pembiayaan talangan (bridging
financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan.26
c) Pembiayaan Istishna’
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat,
shani’).27 Istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi
barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan
jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam
akad Istishna' dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan
harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.28
3. Prinsip Ijarah
Akad Ijarah adalah akad sewa antara mu’jir (Pemberi sewa)
dengan musta’jir (Penyewa) atau antara musta’jir dengan ajir unruk
mempertukarkan manfa’ah dan ujrah, baik berupa manfaat barang
maupun jasa.29
25
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-Operasional-
PBS.aspx diakses pada 20/10/2020 diakses pada 20/10/2020pukul 20:53
26
ibid
27
FATWA DSN NO: 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishna’ h.1
28
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-Operasional-
PBS.aspx diakses pada 20/10/2020 pukul 20:59
29
FATWA DSN NO: 1 1 2/DSN-MUYIX/2017 Tentang Akad Ijarah h.3
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.
Asas Dan Tujuan dari Bank Syariah Tercantum Dalam UU NO.21 Tahun
2008 BAB II Pasal 2 yaitu : “Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-
hatian.” BAB II Pasal 3, yaitu : “Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Bank syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha
(tamwil) dan badan sosial (maal). Didalam kegiatan Usahanya Bank syariah
merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam
segala operasinya, baik dalam pengerahan dananya maupun dalam penyaluran
dananya (dalam perbankan syariah penyaluran dana biasa disebut dengan
pembiayaan). Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian
pembiayaan pada bank syariah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil.
Selain prinsip bagi hasil, bank syariah juga mempunyai alternatif penghimpunan
dana dan pemberian pembiayaan nonbagi hasil.
B. Saran
15
Dalam penulisan Makalah ini, penulis menyadari banyak terdapat
kekurangan baik dalam segi pembahasan dan referensi buku. Penulis
mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun serta dapat dipertanggungjawabkan mengenai pembahasan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Website :
https://www.permatabank.com/sites/default/files/2019-10/Syarat%20dan
%20Ketentuan%20Umum_10.pdf diakses pada 20/10/2020 pukul 19:46
16
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum.aspx. Diakses pada
tanggal 20/10/2020 jam 18:33
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Prinsip-dan-
Konsep-PB-Syariah.aspx diaskses pada 20/10/2020 pukul 19:11
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-
Operasional-PBS.aspx diakses pada 20/10/2020 diakses pada 20/10/2020 pukul
20:26
17