Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Lembaga
Keuangan
Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
Bank

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
FEB S1.Akuntansi Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.

Abstract Kompetensi
Dalam bab ini dibahas tentang lembaga Agar mahasiswa dapat memahami
keuangan syariah bank. lembaga keuangan syariah bank.
Pengertian Bank Syariah

Dalam Al-Quran, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika

yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,

manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebut dengan jelas,

seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai’ (Jual beli), dayn (utang

dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh

peran tertentu dalam ekonomi.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan

masalah uang sebagai dagangan utamanya.

Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas antara lain:

1. Pemindahan uang

2. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran

3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang

6. Memberi kredit

7. Memberi jaminan kredit

2019 Lembaga Keuangan Syariah


2 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam

pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and

Auditing Organization for Islamic Financial Institution), Sebagai berikut :

1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dpercayakan kepadanya.

3. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana

lazimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas

keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan

dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat

serta dana-dana sosial lainnya.

Jenis dan Usaha Bank Syariah

Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

1. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai

bank devisa dan bank nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat

2019 Lembaga Keuangan Syariah


3 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata

uang asing secara keseluruhan, seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar

negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.

2. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari

kantor pusat bank umum konvesional yang berfungsi sebagai kantor pusat

induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah, atau unit kerja dikantor cabang dari suatu bank yang

berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang

pembantu syariah dan / umum konvensional bersangkutan. UUS dapat

berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk

hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan /

atau badan hukum Indonesia, pemerintahan daerah, atau kemitraan antara

WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.

2019 Lembaga Keuangan Syariah


4 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Operasional Bank Syariah

1. System operasional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana

dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema

investasi maupun skema titipan. Dalam penghimpunan dana dengan skema

investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul mall), bank syariah berperan

sebagai penglola dana atau bias disebut dengan mudharib. Adapun pada

penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai

penerima titipan.

2. Dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada

berbagai pihakl, antara lain mitra investasi, pengelola investasi, pembeli

barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah.

Pada saat dana disalurkan dalam bentuk nvestasi, bank syariah berperan

sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli,

bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam

kegiatan pengadaan objek sewa, berpean sebagai pemberi sewa.

3. Dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya

menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli

dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari

instrument penyaluran dana lain yang dibolehkan.

4. Pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan

kepada nasabah pemilik dana atau penitip dana. Penyaluran dana kepada

pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati.

Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersikap sukarela

2019 Lembaga Keuangan Syariah


5 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah

bonus.

5. Selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dana penyaluran, bank syariah

dalam system operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan

seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya.

Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik

dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa

tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi.

Dengan demikian , sistem operasional bank syariah dapat disimpulkan terdiri

atas sistem penghimpunan, sistem penyaluran dana yang dihimpuni, dan sistem

penyedian jasa keuangan. Jika dibandingkan dengan antara sistem operasional

bank syariah dengan sistem operasional bank konvensional, perbedaannya terletak

pada mekanisme pemerolehan keuntungan pada pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana bank.

2019 Lembaga Keuangan Syariah


6 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perkembangan Bank Syariah

Bank syariah pertama, meskipun praktiknya telah dilaksanakan sejak masa

awal Islam, diawali dengan berdirinya sebuah bank tabungan lokal yang beroperasi

tanpa bunga, di Desa Mit Ghamir yang berlokasi di tepi Sungai Nil pada tahun 1963

oleh Dr.Abdul Hamid an-Naggar. Meskipun beberapa tahun kemudian ditutup,

namun telah mengilhami diadakannya Konferensi Ekonomi Islam pertama di Makkah

pada tahun 1975.

Di Indonesia, perkembangan bank syariah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahun 1980

Muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT

Salman di Bandung dan Korporasi Ridho Gusti.

2. Tahun 1990

Lokakarya MUI di mana para peserta sepakat mendirikan bank yariah di

Indonesia.

3. Tahun 1992

Pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank Muamalah

Indonesia mulai beroperasi. Kemunculan BMI ini kemudian diikuti dengan

lahirnya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang Mengakomodasi

Perbankan dengan prinsip Bagi Hasil Baik Bank Umum maupun BPRS.

4. Tahun 1998

Keluar UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 yang

mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta

memperkenankan bank konvensioanal membuka kantor cabang syariah.

2019 Lembaga Keuangan Syariah


7 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Tahun 1999

Keluar UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang mengakomodasi

kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah, di mana BI bertanggung

jawab terhadap pengaturan dan pengawasan bank komersial termasuk bank

syariah. BI dapat menetapkan kebijakan moneter dengan menggunakan

prinsip syariah. Pada tahun ini dibuka kantor cabang bank syariah untuk

pertama kali.

6. Tahun 2000

BI mengeluarkan regulasi operasional dan kelembagaan bank syariah, di

mana BI menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah.

Pengembangan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia (SWBI) sebagai instrument Pasar Uang Syariah.

7. Tahun 2001

Pendirian unit kerja Biro Perbankan Syariah di Bank Indonesia untuk

menangani perbankan syariah.

8. Tahun 2002

Peraturan BI No.4/1/2002 mengenai pengenalan pembuktian bersih cabang

syariah yang merupakan penyempurnaan jaringan kantor cabang syariah.

9. Tahun 2004

Keluar UU No. 3 tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 23 tahun 1999

tentang Bank Indonesia yang makin mempertegas penetapan kebijakan

moneter dengan yang dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan prinsip

syariah. Belakangan UU No. 23 tahun 1999 di ubah dengan Peraturan

Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008. Di samping itu

BI juga menyiapkan standarisasi akad, tingkat kesehatan, dan Lembaga

2019 Lembaga Keuangan Syariah


8 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pinjaman Simpanan. Di tahun ini juga terjadi perubahan Biro Perbankan

Syariah menjadi Direktorat Perbankan Syariah di Bank Indonesia.

10. Tahun 2005

Di era UU No. 10/1998 secara teknis mengenai produk mengacu pada BI

No.7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi

Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, yang

kemudian sudah diganti dengan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah salam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

11. Tahun 2006

Pemberian layanan syariah juga semakin dipermudah dengan dikenalkannya

konsep office chaneling, yakni semacam counter layanan syariah yang

terdapat dikantor cabang/kantor cabang pembantu bank konvensional yang

sudah memiliki UUS. Hal demikian ditemukan dalam PBI NO. 8/3/PBI/2006

tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank

Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

oleh Bank Umum Konvensional. Produk bank syariah terdiri dari produk

penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana (lending), jasa

(services), dan produk di bidang sosial.

12. Tahun 2008

Pada tanggal 16 Juli 2008 UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

disahkan yang memberikan landasan hukum industry perbankan syariah

nasional dan diharapkan mendorong perkembangan bank syariah yang

selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh lebih dari 65% per tahun, namun

pasarnya (maket share) secara nasional masih dibawah 5%. Undang-undang

2019 Lembaga Keuangan Syariah


9 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini mengatur secara khsus mengenai perbankan syariah, baik secara

kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa lembaga hukum baru

dikenalkan dalam UU No. 21/2008, antara lain menyangkut pemisahan (spin

off) UUS baik secara sukarela maupun wajib dan komite Perbankan Syariah.

Terdapat beberapa Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang diamanatkan oleh

UU NO. 21/2008.

13. Tahun 2011

Pmbentukan Otoritas Jasa Keuangan yang secara bertahap beralih menjadi

pengatur dan pengawas Lembaga Keuangan di Indonesia. Untuk industry

pasar modal dan industry keuangan nonbank pengalihan dilakukan pada

tanggal 31 Desember 2012, sedangkan untuk industri perbankan pada

tanggal 31 Desember 2013, untuk Lembaga Keangan Mikro pada tahun 2015.

14. Tahun 2015

Menurut Statistik Perbankan Syariah OJK per Juni 2015, ada 12 bank umum

syariah dan 22 UUS di Indonesia dengan total jaringan kantor sebanyak

2.460 unit, terdiri dari 593 kantor cabang, 1.622 kantor cabang pembantu dan

245 kantor kas. Sementara, UUS didukung oleh 1.900 layanan syariah. Total

asset mencapai Rp 272,3 triliun.

2019 Lembaga Keuangan Syariah


10 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Soemitra, Andri. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.


Medan:Kencana
Sudarsono, Heri. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia
Yaya,Rizal. Martawireja,Aji Erlangga. Abdurahim, Ahim. 2014. Akuntansi
Perbankan Syariah. Jakarta:Salemba Empat

2019 Lembaga Keuangan Syariah


11 Shinta Melzatia, S.E., M.Ak.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai