Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang berpengaruh
besar pada perekonomian dalam masyarakat di suatu negara. Bank sebagai
lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi berbagai pihak, baik perusahaan
swasta maupun perorangan dan badan-badan pemerintah untuk menyimpan
dananya. Melalui kegiatan pengkreditan dan berbagai jasa yang diberikan,
bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme
pembayaran bagi semua sektor perekonomian. sehingga sering dengan
berjalannya waktu, bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi
masyarakat di suatu negara.
Dalam masyarakat telah dikenal dua macam bentuk perbankan yaitu
bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional berlandaskan sistem
operasional umum yang berbasis keuntungan pada nilai suku bunga.
Sedangkan bank syariah berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah yang
tertuang dalam Al Quran Al Hadits dan ijtihad para ulama.
Diantara manfaat dari pendirian bank syariah adalah sebagai
pelengkap keberadaan bank konvensional, bank Syariah digunakan sebagai
alternatif transaksi perbankan konvensional, yang kedua adalah sebagai
pengakomodasi kelompok masyarakat yang antipasti terhadap dunia
perbankan konvensional, dan yang terakhir sebagai salah satu usaha
peningkatan mobilisasi dana masyarakat.
Lebih jauh lagi kami akan membahas sistem operasional bank syariah
untuk lebih mengetahui apa saja definisi, asas dan tujuan bank syariah, sistem
operasional bank syariah, prinsip-prinsip dalam bank syariah, serta larangan
bagi bank syariah.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan definisi, asas dan tujuan bank syariah?
2. Bagaimana sistem operasional bank syariah?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam penghimpunan dana bank syariah?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam penyaluran dana bank syariah?
5. Apa saja larangan bagi bank syariah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami defisini, asas dan tujuan bank syariah
2. Mengetahui dan memahami sistem operasional bank syariah
3. Mengetahui dan memahami prinsip penghimpunan dana bank syariah
4. Mengetahui dan memahami prinsip penyaluran dana bank syariah
5. Mengetahui dan memahami larangan bagi bank syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi, Asas dan Tujuan Bank Syariah


1. Definisi Bank Syariah
Definisi Perbankan Syariah dapat diartikan sebagai suatu system
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan system ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk
memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal:
usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media
yang tidak islami, dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh system
perbankan konvensional.
Definisi Bank Syariah menurut para ahli, perlu diketahui bahwa secara
umum Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran
dan peredaran uang (Kuncoro, 2002). Kehadiran bank syariah menjadi salah
satu implementasi dari ekonomi Syariah.
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah disebutkan
bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Berikut penjelasan  menyangkut Pengertian atau Definisi Bank Syariah
menurut para ahli:

 Sudarsono (2004), mendefinisikan Bank Syariah sebagai suatu lembaga


keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah.

3
 Siamat, Dahlan (2004), menguraikan pengertian Bank Syariah merupakan
bank yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip hokum
atau syariah dengan selalu mengacu pada Al-Quran dan Al-Hadist 
 Schaik (2001), Bank Islam atau Bank Syariah merupakan bentuk dari bank
modern yang berdasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada
abad pertama Islam, bank ini menggunakan konsep berbagi resiko sebagai
suatu metode utama dan meniadakan system keuangan berdasarkan kepastian
atau keuntungan yang telah di tentukan sebelumnya.
 Muh. Syafe'i Antonio dan Perwataatmadja (1992) membagi pengertian terkait
hal ini dalam 2 pengertian :

1) Pertama, Bank Islam adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-


prinsip syari’ah Islam.
2) Kedua, Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.

Dari penjelasan kedua definisi ini, disimpulkan bahwa bank syariah


merupakan bank yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah,
yakni tata cara beroperasinya mengacu pada aturan Al-Quran dan Hadits.

Ciri-ciri umum Bank Syariah adalah sebagai berikut :

 Beban biaya yang telah disepakati pada waktu melakukan akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya fleksibel atau
tidaklah kaku dan dapat ditawar dalam batas-batas yang masih wajar.
 Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai pernyataan dana pada
proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
sehingga bagi  penyimpan tidaklah dijanjikan imbalan yang pasti (fixed
return). 

4
 Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran
harus selalu dihindarkan. Karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang
meskipun utang hingga batas waktu perjanjian telah jatuh tempo atau
berakhir. 
 Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan
berdasarkan keuntungan yang pasti (Fixed Return) yang ditetapkan dimuka.
Bank Syariah menerapkan system berdasarkan atas modal untuk jenis kontrak
al mudharabah dan al musyarakah dengan system bagi hasil (Profit and
losery) yang tergantung pada besarnya keuntungan.
 Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata
uang yang sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi
mata uang itu dalam memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam
bentuk tunai melainkan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang selama
pembiayaan, barang tersebut milik bank.
 Adanya Dewan Syari'ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut Syariah.
Bank Syariah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana
istilah tersebut tercantum dalam fiqih Islam.
 Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa suatu beban murni yang
bersifa tsosial, dimana nasabah tidaklah berkewajiban untuk mengembalikan
pembiayaan (al-qordulhasal) .
 Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah, artinya berkewajiban
menjaga dan ikut bertanggung jawab atas keamanan dana yang sudah
dititipkan dan memiliki kesiapan sewaktu-waktu apabila dana ditarik kembali
sesuai dengan perjanjian. Lebih lanjut berkaitan dengan ini dapat membaca
fungsi bank syariah.

2. Asas Perbankan Syariah

Perbankan syariah, di bentuk tentunya mengacu pada undang-undang


perbankan yang berlaku sehingga tercapai tujuan dan fungsi yang seharusnya.

5
MenurutUndang-Undang Perbankan syariah yaitu Undang-Undang RI No 21
Tahun 2008 BAB II tentang asas perbankan syariah di jelaskan sebagai
berikut :

 Pasal 2

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan


prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian.

 Pasal 3

Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan


nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraanrakyat

 Pasal 4

 Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat.
 Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk
lembaga Baitul Mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah atau dana social lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat
 Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif)
 Pelaksanaan fungsisosial sebagaiman dimaksud pada peraturan ayat 2 dan
ayat 3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6
3. Tujuan Bank Islam Syariah
Perbankan syariah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 UU
Perbankan syariah, bertujuan “Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat”. Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksannaan
pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang pada prinsip
syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah)” (Pasal 3 UU
Perbankan syariah dan Penjelasannya).
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah
riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan
salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang
sangat menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah
mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan
system bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori
ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi,
alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme
perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan.
Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan riba
dalam transaksi keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275).
Dalam system bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali
bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga
(Zaenul Arifin, 2002: 39-40).
Setelah di dalam perjalanan sejarah bank- bank yang telah ada (bank
konvesional) dirasakan mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya
menjembatani antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, maka dibentuklah bank – bank Islam dengan tujuan –
tujuan sebagai berikut :
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islami
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktek riba atau jenis perdagangan yang mengandung unsure gharar

7
2) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank non–Islam
(konvesional) yang menyebabkan ummat Islam berada di bawah  kekuasaan
bank.
3) Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan
keuntungan yang sah menurut islam.
4) Menghindari bunga bank uang yang dilaksanakan bank konvesional.
5) Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis,
berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
6) Menghindari Al Iktinaz yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya
menganggur dan tidak berputar.
7) Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang
pada umumnya merupakan program utama dari negara–negara yang sedang
berkembang.
8) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi.
9) Menjaga kestabilan ekonomi/ moneter pemerintah.
10) Berkembangnya lembaga bank dan system perbankan yang sehat berdasarkan
efisiensi dan keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat
sehingga menggalakkan usaha–usaha ekonomi masyarakat banyak dengan
antara lain memperluas jaringan lembaga lembaga keuangan perbankan.
11) Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan Islam menurut syariah
Islam dapat beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank dengan
system lain.
Bank syariah didasarkan pada Al – Qur’an dan Hadist sebagai
pedoman hidup umat Islam. Filosofi dan dasar Perbankan Syariah meliputi 3
aspek, yaitu produktif, adil, dan memiliki akhlak atau moralitas usaha.
Produktif berarti harta yang dipergunakan untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan. Karenanya harta juga tidak boleh menganggur dan
diperkenankan memperoleh laba. Sedangkan adil berarti dilarangnya riba dan
diharuskan melakukan pembagian hasil dan risiko.

8
B. Sistem Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya
di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem
operasional tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional
didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan
investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana
disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan
deposito.
Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan
pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi
nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri
atas:
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung
menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga
dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan
menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya
tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana
lainnya.

9
Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam
perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-
syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad
yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah.
Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan
bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai
penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank.
Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai
investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari
bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi
bank seperti halnya pada bank konvensional.

2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)


Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan
tiga model, yaitu:
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan
menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan
istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama

10
dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,
maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di
bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan
mudharabah. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan
pola hiwalah, rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.

C. Prinsip-prinsip Dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah


Dalam produk penghimpuna dana terdapat prinsip yang digunakan, yaitu:
1. Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardhl, di mana
nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak
sebagai peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.
b. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin Penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain
disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
c. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan
pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang
sebenar-benarnya terjadi.
d. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

11
Prinsip wadi’ah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan
menjadi dua jenis yaitu: (1) Wadi’ah Yad-amanah dan (2) Wadi'ah yad
dhamanah. Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dalam
prinsip wadiah diperhatikan dalam gambar 1.1 dan 1.2 berikut.
Gambar 1.1
Skema kerja prinsip al- Wadi’ah Yad-amanah

2. Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak
sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudhari. Dana ini digunakan
bank untuk melakukan pembayaran akad jual-beli maupun syirkah. Jika
terjadi kerugian maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang
terjadi.Rukun mudharabah (1) Ada pemilik dana, (2) Ada usaha yang
dihasilkan, (3) Ada nisbah yang, (4) Ada Ijab Kabul. Aplikasi prinsip
mudharabah (1) Tabungan berjangka, (2) Deposito berjangka.

Berdasarkan Kewenangan Prinsip Mudharabah


a. Mudharabah mutlaqah

12
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan
prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
dana yang dihimpun.
Ketentuan umum:
1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisab dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau
pembagian keuntungan secara Resiko yang dapat ditimbulkan
dari penyimpanan dana yang ditentukan dalam akad.
2) Untuk tabungan mudharabah bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan. untuk deposito
mudharabah, bank wajib pemberian sertifikat atau tanda
penyimpanan deposito kepada deposan.
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat untuk
menemukan sesuatu dengan perjanjian yang disepakati namun
tidak diperkenankan mengalami saldo negative.
4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati Deposito yang
diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama
seperti deposito baru Tetapi bila akad sudah dicantumkan
perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan
deposito atau tabungan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan syariah
b. Mudharabah Muqayyadah Pada Neraca (On Balance Sheet)
Transaksi Mudharabah Muqayyadah on Balance adalah
transaksi dimana pemilik dana shahibul maal memberikan syarat-
syarat tertentu kepada bank syariah pada saat menginvestasikan
dananya kepada mudharib.

13
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus yang
terikat (restricted investment) dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
Karakteristik jenis simpanan ini:
1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank.
2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah atau cara tata cara pemberitahuan keuntungan.
3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti
simpanan khusus bank wajib memisahkan dana dari rekening
lain.
4) Untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat
atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.

c. Mudharabah Muqayyadah Diluar Neraca (Off Balance Sheet)


Transaksi mudharabah muqayyadah off Balance adalah
transaksi dimana pemilik dana shahibul maal meminta kepada
bank syariah untuk dicarikan mudharib dengan persyaratan tertentu
pada saat menginvestasikan dananya kemudian setelah ketemu
mudharib yang diinginkan oleh shahibul maal Maka shahibul maal
langsung berhubungan dengan mudharib tersebut.
Jenis mudharabah ini merupakan Penyaluran dana mudharabah
langsung kepada pelaksanaan usahanya, di mana bank bertindak
sebagai perantara yang menentukan atau mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang Harus dipatuhi oleh bank
dalam mencari kegiatan usaha akan dibiayai dan pelaksana
usahanya.
Karakteristiknya:

14
1) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
smpanan khusus.
2) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainya.
3) Rekening khusus dicatat dalam pos tersendiri dalam rekening
administratif.
4) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung
kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
5) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
6) Antara pemilik dana dan pelaksanaan usaha berlaku nisbah bagi
hasil.
Prinsip mudharabah dalam produk bank syariah dapat
dikembangkan untuk jenis produk giro tabungan maupun deposito
gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan prinsip
mudharabah diperlihatkan pada gambar 1.3

D. Produk Penyaluran dana


Produk Penyaluran dana ini di Bank Syariah dapat dikembangkan dengan
tiga model, yaitu: (1) Transaksi pembiayaan yang bertujuan untuk memiliki
barang dilakukan dengan prinsip jual beli, (2) Transaksi pembiayaan yang
ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa, (3)
Transaksi pembiayaan ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditunjukkan
guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
1. Prinsip jual beli

15
Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola:
a. Dilakukan untuk transfer of property.
b. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi harga jual
barang.
Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
1) Pembiayaan murabahah (dari kata ribhu = keuntungan). Bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan
segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh. Skema untuk
pembiayaan murabahah diperlihatkan pada gambar 1.4 sebagai
berikut ini:

2) Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai, barang


diserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah sebagai
penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
Ketentuan umum dalam bai’ As-salam
a) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara
jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
b) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai
dengan akad nasabah harus bertanggung jawab.
c) Mengingatkan bahwa tidak menjadikan barang yang dibeli
atau dipesan sebagai persediaan, maka bank dimungkinkan
melakukan akad salam pada pihak ketiga (pembeli kedua).

16
Mekanisme operasional Bai as-salam diperlihatkan pada gambar
1.5.
Gambar 1.5
Skema kerja prinsip bai’ as-salam

3) Istishna. Jual beli Seperti akad salam namun pembayarannya


dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna
ditetapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum:
a) Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
b) Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad
dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
c) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani maka seluruh
biaya tambahan tetap ditanggung nasabah .
Mekanisme operasional baik al-istishna dapat diperlihatkan
pada gambar 1.6 berikut:
Gambarr 1.6
Skema kerja prinsip al-murabahah

2. Prinsip sewa (ijarah)

17
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
Mekanisme operasional ijarah dapat diperhatikan pada gambar
1.7.
Gambar 1.7
Skema kerja prinsip ijarah

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
dikenal ijarah muntahiya bittamlik (sewa yang dilakukan dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati
pada awal perjanjian.
Mekanisme operasional ijarah muntahiya bittamlik dapat
diperlihatkan pada gambar 1.8
gambar 1.8
skema kerja prinsip Ijarah muntahiyah bittamlik

3. Prinsip bagi hasil (syirkah)

18
Prinsip bagi hasil untuk produksi pembiayaan di Bank Syariah
dioperasionalkan dengan pola-pola berikut:
a. Musyarakah adalah jasa sama adalah kerjasama dalam suatu
usaha oleh dua pihak.
Ketentuan umum dan akad musyarakah adalah sebagai berikut:
1) Semua model disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama.
2) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
3) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
masyarakat tidak boleh melakukan tindakan seperti:
a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
b) Menjalankan proyek masyarakat dengan pihak lain tanpa
izin pemilik modal lainya.
c) Memberi pinjaman kepada pihak lain.
d) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
Ijinkan oleh pihak lain.
e) Setiap pemilik modal dianggap berakhir kerjasama
apabila. Menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia,
menjadi tidak cakap hukum.
f) Biaya yang ditimbulkan dalam pelaksanaan proyek ini dan
jangka waktu yang harus diketahui persamaan
g) proyek yang akan dijalankan harus disebut dalam akad
mekanisme operasional musyarakah dapat diperhatikan pada
gambar 1.9
Gambar 1.9
skema kerja prinsip Al musyarakah

19
b. Mudharabah kerjasama dengan masa shahibul maal memberikan
dana 100% mudharib yang memiliki keahlian. ketentuan umum
yang dilakukan dalam akad mudharabah adalah:
1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang
atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas
tahapannya dan disepakati bersama.
2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
a) Hasil harus dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad,
pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku
pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali
akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti
penyelewengan, kecurigaan, dan penyalahgunaan dana.
b) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau
usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja
misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda
pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi
administrasi.
Mekanisme operasional mukharabah dapat diperhatikan
pada gambar 1.10
Gambar 1.10

20
skema kerja prinsip mudharabah

c. mudharabah muqayyadah, pada dasarnya sama dengan ketentuan


di atas. Perbedaannya hanya terletak pada pembatasan
penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik modal.

E. Larangan Bagi Bank Syariah


Kegiatan Usaha Yang Dilarang Untuk Bank Syariah
Pelaksanaan kegiatan usaha dalam dunia perbankan syariah tentu
diatur sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan usaha yang dilakukan bank
syariah tentu harus sesuai dengan prinsip syariah. Didalam undang-undang
perbankan syariah, terdapat peraturan yang menjelaskan kegiatan usaha yang
dilarang dilakukan oleh Bank Syariah serta Unit Usaha Syariah.

Larangan Bagi Bank Syariah

Menurut undang-undang perbankan syariah nomor 21 Tahun 2008


Pasal 24 ayat 1, inilah kegiatan yang dilarang dilakukan oleh Bank Syariah:

1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah


2. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal
3. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat 1 huruf (b) dan huruf (c).
Pasal 20 ayat 1 berbunyi :
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;

21
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau
lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya.
4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi syariah.

22
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Perbankan Syariah dapat diartikan sebagai suatu system perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Tujuan perbankan syariah
didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun
non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275). Pada sistem operasi bank syariah,
pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Prinsip-prinsip
dalam penghimpunan dana bank syariah meliputi: Prinsip Wadi’ah dan
Prinsip Mudharabah. Sedangkan dalam prinsip penyaluran dana meliputi:
Prinsip jual beli, Prinsip sewa (ijarah), dan Prinsip bagi hasil (syirkah).
Larangan Bagi Bank Syariah telah tercantum dalam undang-undang
perbankan syariah nomor 21 Tahun 2008 Pasal 24 ayat 1.

B. SARAN
Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih
kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank syariah dan masih banyak
lagi. Tetapi seiring dengan waktu semua kekurangan yang dimilikinya, bank
syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi dan bahkan
menghilangkan semua kekurangan tersebut. Itu semua menjadi tugas kita
bersama-sama baik itu pemerintah maupun masyarakat luas. Walaupun
Negara kita ini bukanlah 100% Islam, akan tetapi bagi umat nonmuslim untuk
menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah (islam) membawa
rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan
karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.

23
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah edisi revisi. Jakarta.


Selembar Empat.

http://budiawan121.blogspot.com/2012/06/sistem-operasional-bank-
syariah.html?m=1

file:///D:/Documents/Downloads/UU_21_08_Syariah.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai