Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan bagian dari sebuah sistem keuangan dan sistem pembayaran

suatu negara, bahkan pada era globalisasi ini, bank sudah menjadi sebuah sistem

keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka

begitu suatu bank memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter

negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakat. Oleh karena

itu, eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi

juga oleh masyarakat nasional dan global.

Bank adalah lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada

kepercayaan mutlak dari nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-jasa lain

yang dilakukan mereka melalui bank pada khususnya dan dari masyarakat luas

pada umumnya. Oleh karena itu, bank sangat berkepentingan agar kadar

kepercayaan masyarakat, yang sudah maupun yang akan menyimpan dana,

maupun yang telah atau akan menggunakan jasa-jasa bank lainnya terpelihara

dengan baik dalam tingkat yang tinggi, mengingat bank adalah bagian dari sistem-

sistem tersebut. Adapaun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur

yang paling pokok dari eksistensi suatu bank sehingga terpeliharanya kepercayaan

masyarakat kepada perbankan adalah kepentingan masyarakat banyak.

Sebagaimana diketahui, salah satu faktor untuk memelihara dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada
2

umumnya ialah kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya

adalah menyangkut dapat atau tidaknya bank dipercaya oleh nasabah yang

menyimpan dana dan menggunakan jasa-jasa lainnya dari bank tersebut untuk

tidak mengungkapkan keadaan keuangan dan transaksi nasabah serta keadaan lain

dari nasabah yang bersangkutan kepada pihak lain. Dengan kata lain tergantung

kepada kemampuan bank itu untuk menjunjung tinggi dan mematuhi dengan

teguh rahasia bank.

Seiring dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank maka

perbankan pun mulai meningkatkan eksistensinya untuk menarik kepercayaan

masyarakat yaitu denga berdirinya perbankan syari’ah.

Dimana pendirian lembaga-lembaga keuangan syari’ah didasari dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan semua ketentuan

pelaksanaannya baik berupa peraturan pemerintah, keputusan Mentri Keuangan,

dan edaran Bank Indonesia, dimana lembaga syari’ah ini menggunakan sistem

bagi hasil.

Bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang berbasis syari’ah islam. Secara

makro bank syari’ah memosisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung

dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Di satu sisi bank

syari’ah mendorong dan mengajak masyarakat untuk ikut aktif berinvestasi

melalui berbagai produknya, sedangkan disisi lain bank syari’ah aktif untuk

melakukan investasi di masyarakat. Selain itu, secara mikro bank syari’ah

merupakan lembaga keuangan yang menjamin seluruh aktivitas operasinya,


3

termasuk produk dan jasa keuangan yang ditawarkan, telah sesuai dengan prinsip

syari’ah.

Sistem perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 (diubah

dengan UU No.10 Tahun 1998) tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia

terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua

jenis bank tersebut melaksanakan kegiatan konvensional atau syari’ah. Hal ini

berarti bahwa Indonesia menganut sistem perbankan ganda (Dual banking

system), yaitu ketika bank konvensiaonal dan syari’ah beroperasi berdampingan.

Semenjak itu, bank syari’ah mulai tumbuh pesat di Indonesia dalam bentuk umum

syari’ah (Full fledge islamick bank), unit usaha syari’ah (bank konvensional yang

membuka cabang syari’ah), dan office chenneling (gerai syari’ah di kantor bank

konvensional). ( Atang Abd. Hakim, 2011: 94).

Bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Oleh karena itu, usaha

bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan barang

dagangan utamnya. (Ensiklopedia Hukum Islam, 2001:194)

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syari’ah merupakan lembaga yang

berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui kegiatan

aktivitas usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syari’ah,

yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
4

penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syari’ah yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat,

bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti

perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),

bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan penggunaan uang sebagai

alat tukar. Sebagaiman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 275 :

            

                 

                 

 

Artinya :

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan

syari’ah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan Rasulullah SAW. yaitu shiddiq,

amanah, tabligh, dan fathonah. (Ascarya, 2008:V)


5

Dimana cara operasional bank syari’ah ini pada hakekatnya sama saja dengan

bank konvensional biasa, yang berbeda hanyalah masalah bagi hasil dan produk

yang menurut syariat islam tidak dibenarkan. Bank syari’ah memang tidak

menggunakan konsep bunga dalam operasionalnya tetapi bukan berarti tidak

menggunakan beban biaya kepada konsumen yang menikmati layanan jasanya

beban tetap ada tapi cara perhitungannya tidak seperti bunga pada bank

konvensional. Hal ini karena dalam bank konvensional biasanya menggunakan

intrumen bunga (bunga perbankan) dalam perhitungannya bank syari’ah

menggunakan instrumen bagi hasil.

Prinsip perbankan islam adalah keseimbangan antara sektor riil dan sektor

moneter sehingga pertumbuhan pembiayaan yang dikeluarkan perbankan syari’ah

tidak boleh lepas dari pertumbuhan pembiayaan sektor riil yang dibiayainya.

Sehingga pada saat perekonomian lesu maka yield yang diterima perbankan

syari’ah akan menurun yang pada akhirnya return yang dibagi hasilkan akan

menurun. Sebaliknya pada saat perekonomian boming maka penerimaan yang

diterima perbankan syari’ah akan meningkat dan pada gilirannya return yang

dibagi hasilkan terhadap nasabah akan meningkat pula. Dengan kata lain

keberhasilan kinerja perbankan syari’ah akan sangat ditentukan oleh keberhasilan

kinerja sektor riil, bukan sebaliknya. Dalam pandangan islam uang hanyalah alat

tukar dan bukan merupakan barang komoditi, islam tidak mengenal time value of

money tetapi economical value of time. Dengan kata lain yang berharga dalam

pandangan islam adalah waktu bukan uang.


6

Sistem perbankan syari’ah merupakan perbankan yang sangat manusiawi yang

berupaya meningkatkan perekonomian, yang dalam penyaluran kreditnya

menggunakan sistem bagi hasil. Dimana dalam konsep bagi hasil perhitungan jasa

yang digunakan perbankan syari’ah dimulai pada saat nasabah (penerimaan

kredit) memperoleh keuntungan dan apabila pengguna kredit tidak mendapat

keuntungan pihak perbankan tidak berhak membebankan biaya kepada

krediturnya.

Istilah bank syari’ah adalah khas Indonesia yang tidak dijumpai di negara lain.

Di tempat lain, lembaga ini disebut “Bank Islam” (Islamic Bank). Di Indonesia,

term bank islam telah mengalami kontekstualosasi sehingga muncul nama Bank

Syari’ah.

Lembaga keuangan Islam dalam wujud Bank Syari’ah merupakan sub sistem

dari sistem ekonomi islam. Pada masa Nabi, model-model transaksi seperti

menghimpun dana umat, pinjam meminjam uang dan barang, penyaluran dana

kepada masyarakat ditangani oleh lembaga keuangan.

Dalam bank syari’ah sumber dana berasal dari modal inti (core capital) dan

dana pihak ketiga yang terdiri dari dana titipan (wadi’ah).

Prinsip-prinsip dan tatanan ekonomi yang berlandaskan syari’ah islam

merupakan suatu kebutuhan sekaligus suatu keharusan, hal ini didasarkan pada

keyakinan umat yang kuat bahwa Islam adalah ajaran yang tidak hanya mengatur

ibadah mahdhah dan muamalah saja, tetapi mengatur juga kehidupan sosial

ekonomi.
7

Diera globalisasi saat ini perbankan syari’ah sebagai lembaga atau industri

yang bergerak dibidang jasa keuangan dituntut untuk selalu meningkatkan

kualitasnya, baik kualitas jasa layanan maupun kualitas produk jasa yang

dipasarkannya pada halayak. Hal ini penting seiring dengan kesadaran masyarakat

terhadap jasa pelayanan yang didapatkan sebagai konsekwensi logis dari

persaingan pemasaran produk dan jenis yang sama. Pada awalnya kualitas

dianggap hanya menjadi tanggung jawab para manajer produksi dan operator

pembuat produk dan pelayanan.

Bertitik tolak dari pentingnya manjemen pada dunia perbankan syari’ah

sebagai lembaga keuangan islam, maka sejauh mana perbankan syari’ah mampu

untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan pada masyarakat guna

memenangkan persaingan pada industri sejenis dalam meningkatkan pendapatan

perbankan syari’ah yang akhirnya meningkatkan perekonomian umat.

Dalam hal ini semangat untuk meningkatkan kualitas perbankan syari’ah

disemaikan pula oleh PT. BPRS PNM Al-Ma’soem

Keberadaan BPRS Al-Masoem melalui mottonya Meraih Sukses Bersama

Kemaslahatan Umat harus terus dukembangkan, melalui motto tersebut BPRS

terus mengembangkan sayapnya melalui pembukaan layanan kantor kas maupun

pembukaan kantor cabang sampai akhir Desember 2011 BPRS PNM Al-Masoem

telah membuka 4 (empat) kantor cabang dan 2 (dua) kantor kas. Yaitu pada bulan:

 2003 beroperasinya Kantror Kas Cipacing Jatinangor

 Juli 2006 beroperasinya Kantor Cabang Majalaya


8

 Agustus 2007 beroperasinya Kantor Cabang Jatiwangi

 Maret 2008 beroperasinya Kantor Cabang Kopo

 September 2009 beroperasinya Kantor Cabang Arcamanik

 Juni 2011 beroperasinya Kantor Kas Ciwidey

Komitmen yang kuat dari para shareholdes untuk mengembangkan

perbangkan ini melalui visinya yaitu “Menjalankan Muamalah dalam Perbankan

berdasarkan Syariat Islam” serta keberadaannya mampu meningkatkan kualitas

kehidupan ekonomi ummat. Terbukti dengan komitmen yang kuat dari para

pemilik untuk tetap menjaga agar posisi ratio Capital Adequacy Ratio (CAR)

bank berada pada kisaran di atas 8%, dan posisi akhir desember 2011 CAR BPRS

sebesar 28,8%.

Kinerja PT. BPRS PNM Al-Ma’soem :

 Dalam usia yang ke 17 tahun, berdasarkan penilaian bank Indonesia 13

tahun berturut-turut BPRS PNM Al-Masoem memperoleh predikat tingkat

kesehatan dengan predikat SEHAT

 Sejak tahun 2001, laporan keuangan BPRS PNM Al-Masoem selalui di

audit oleh kantor akuntansi independent dan diperoleh hasil yang

memuaskan dengan predikat sehat, serta opini laporan keuangan

menyajikan secara wajar dalam semua hal yang materil, posisi laporan

keuangan, laporan laba rugi, serta laporan arus kas sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku umum.

 Sebagai BPRS rujukan tempat melakukan studi banding BPRS baik dalam

hal operasional maupun dalam hal pembiayaan.


9

 Sebagai projek PT. Permodalan Nasional Madani dalam hal

pengembangan SOP (Sistem Operasional dan Prosedur), dan

pengembangan IT LKM/S

 Sebagai mitra terpercaya lingkage program dan PT. PNM (Persero), dan

lembaga keuangan lainnya baik bank maupun non bank. (BPRS Al-

Ma’soem, 2007 :12-13)

Maka dari itu manajemen operasional perbankan syari’ah merupakan sebuah

langkah dalam meningkatkan kualitas sebuah bank dalam mengelola dana nasabah

dan memberikan kepuasan pelanggan atau nasabah dengan hasil yang dicapai.

Maka dari itu bagaimana manajemen operasional perbankkan syari’ah yang cocok

yang berbasis sistem ekonomi islam tersebut.

Untuk itu guna mengetahui bagaimana manajemen operasional perbankan

syari’ah yang relepan diterapkan dalam sistem perbankan syari’ah, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang operasional perbankan syari’ah.

Dalam rangka membatasi ruang lingkup permasalahan, penelitian ini diberi judul

FUNGSI MANAJEMEN SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARI’AH

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK DAN LAYANAN (Studi

Deskriptif Terhadap Penerapan Fungsi Manajemen pada PT. BPRS PNM Al-

Ma’soem Jalan Rancaekek No. 01 Desa Dangdeur Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung)

B. Rumusan Masalah

Melihat penomena PT. BPRS PNM Al-Ma’soem yang telah menerapkan

standar manajemen operasional dalam setiap produk dan layanannya terhadap


10

nasabah. Maka penulis mencoba merumuskan permasalahan penelitian tersebut

sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan operasional PT. BPRS PNM Al-Ma’soem dalam

meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap nasabah?

2. Bagaimana pengorganisasian operasional PT. BPRS PNM Al-Ma’soem

dalam meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap nasabah?

3. Bagaimana implementasi operasional PT. BPRS PNM Al-Ma’soem dalam

meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap nasabah?

4. Bagaimana pengendalian atau pengawasan operasional PT. BPRS PNM

Al-Ma’soem dalam meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap

nasabah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan data-data yang dijadikan rujukan dan sandaran referensi

dalam penelitian skripsi penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui perencanaan operasional PT. BPRS PNM Al-Ma’soem

dalam meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap nasabah?

b. Mengetahui pengorganisasian operasional PT. BPRS PNM Al-

Ma’soem Karimah dalam meningkatan kualitas produk dan layanan

terhadap nasabah?

c. Mengetahui implementasi operasional PT. BPRS PNM Al-Ma’soem

dalam meningkatan kualitas produk dan layanan terhadap nasabah?


11

d. Mengetahui pengendalian atau pengawasan operasional PT. BPRS

PNM Al-Ma’soem dalam meningkatan kualitas produk dan layanan

terhadap nasabah?

2. Kegunaan Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

informasi dan keilmuan tentang fungsi manajemen sistem operasional

perbankan syari’ah dalam meningkatkan kualitas produk dan layanan. Dimana

perbankan syari’ah merupakan salah satu kajian keilmuan jurusan manajemen

dakwah. Adapun secara khusus penulis mengharapkan hasil penelitian ini

dapat dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga terkait diantaranya :

a. Jurusan Manajemen Dakwah

1) Sebagai upaya untuk menambah khazanah keilmuan tentang

perbankan syari’ah sebagai salah satu kajian studi jurusan manajemen

dakwah yaitu dalam matakuliah manajemen keuangan islam

2) Untuk menambah khazanah informasi dan keilmuan tentang

pentingnya manajemen dalam sistem perbankan islam

b. Dunia Perbankan Syari’ah

1) Sebagai acuan tentang pentingnya fungsi manajemen secara praktis

dalam meningkatkan produk dan layanan dalam kehidupan sistem

perbankan syari’ah

2) Sebagai acuan tentang pentingnya perbaikan produk jasa dan

pelayanan yang mengacu kepada pemenuhan kebutuhan dan kepuasan


12

pelanggan atau nasabah dengan mengacu kepada sistem operasional

perbankan syari’ah.

D. Kerangka Berpikir

Mengetahui dan memaknai istilah dalam penelitian sangat penting untuk

menghindari kesalahan pemahaman dalam mengungkapkan makna yang

terkandung di dalamnya guna menghindari sikap verbalistik. Adapun makna-

makna istilah yang terkandung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Istilah manajemen sering di dekatkan dengan istilah administrasi, karena

memang anatara manajemen dengan administrasi mempunyai lahan yang sama

dan hanya berbeda dalam pembagian tugasnya. Apabila administrasi berbicara

tentang hal-hal yang makro maka manajemen berbicara tentang hal-hal yang

mikro. Artinya, ruang lingkup administrasi lebih luas sedangkan manajemen agak

terbatas. Dalam formulasi yang konkret dapat digambarkan bahwa administrasi

menentukan arah kebijakan suatu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu

organisasi, sedangkan manajemen mempunyai tugas mengatur bagaimana cara

dan langkah serta usaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut para ahli, pengertian manajemen dapat dikemukakan sebagai berikut :

Buchari Zainun “ Manajemen adalah penggunaan efektif dari pada sumber-

sumber tenaga manusia serta bahan-bahan material lainnya dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditentukan itu”. ( Khatib Pahlawan Kayo, 2007: 16)

Tom Degenaars, expert PBB yang diperbantukan pada lembaga Adminitrasi

Negara RI, (1978-1979) “Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses yang


13

berhubungan dengan bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan

yang jelas yang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber tenaga

manusia dan bukan manusia. ( Khatib Pahlawan Kayo, 2007: 17)

Adapun teori manajemen yang lain menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan fungsi-fungsi manajemen

itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang

diinginkan. Menurut Melayu Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Malayu S.P.

Hasibuan, 2006:1)

G.R. Terry manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. (Malayu

S.P. Hasibuan, 2006: 2)

Mengenai fungsi-fungsi manajemen terdapat banyak sekali pandangan-

pandangan yang berbeda-beda satu sama lain. Dalam hal ini peneliti mengambil

pandangan dari George R. Terry yang merumuskan fungsi-fungsi manajemen

yang disingkat POAC, yakni :

1. Perencanaan (Planning)
14

Mengenai perencanaan ini dapat diberikan beberapa pengertian.

Perencanaan ialah perencanaan tentang apa yang akan dicapai, yang

kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan

dituju. Perencanaan merupakan persiapan-persiapan dari pada pelaksanaan

suatu tujuan. (Soekarno, 1980:66)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan

pengaturanbermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, bagaimana keuangannya dan fasilitas-fasilitasnya. (Malayu S.P.

Hasibuan, 2006 : 40)

3. Implementasi atau pengarahan (Actuating)

Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama

dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. (Malayu Hasibuan, 2006 : 41)

4. Pengendalian atau pengawasan (Controling)

Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan

kerja, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-

tujuan dapat terselenggara. (Malayu S.P. Hasibuan, 2006 : 41)

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usaha. Sedangkan bank adalah salah satu badan usaha finansial yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (Herman Darmawi, 2011 : 1).


15

Istilah bank berasal dari bahasa Italy berasal dari kata “banco” yang berarti

kepingan papan atau tempat buku atau sejenis meja, kemudian arti itu diperluas

menjadi meja tempat pertukaran uang yang digunakan oleh para pemberi

pinjaman dan para pedagang paluta di Eropa untuk memamerkan uang dan

kekayaan mereka dari sinilah timbulnya istilah bank.

Syari’ah adalah kata bahasa arab yang secara harfiyahnya berarti jalan yang

ditempuh atau garis yang mesti lalui. Secara terminologi, definisi syaria’ah adalah

peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan pokok-pokoknya dan

dibebankan kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syari’ah ini

diambil oleh orang islam sebagai penghubung diantaranya Allah dan di antaranya

dengan manusia (Syeikh Mahmud Syaltut dalam Karim, 2010:7)

Bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Oleh karena itu, usaha

bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan barang

dagangan utamnya. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan

komoditas antara lain :

1. Memindahkan uang

2. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran

3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Memberi dan menjual cek. (Ensiklopedia Hukum Islam, 2001:194)


16

Adapun produk, jasa dan akad Perbankan syari’ah adalah sebagai beriku:

PRODUK DAN JASA


PERBANKAN SYARI’AH

PENGHIMPUNAN PENYALURAN JASA


DANA DANA

PEMBIAYAAN PINJAMAN WAKAFAH

HAWALAH
GIRO DEPOSITO TABUNGAN

RAHN

JUAL SEWA BAGI QARDH


WAKALAH
BELI HASI
L

WADI’AH MUDHARABAH MUDHARABAH MURABAHAH IJARAH MUDHARABAH

MUDHARABAH
WADI’AH SALAM IJARAH MUSYARAKAH
MUNTAHIYA
ISTISHNA BITTAMLIK

Gambar1.1 Produk dan Jasa, serta Akad Bank Syari’ah

Seperti dapat dilihat dalam bagan diatas, produk perbankan syari’ah dapat dibagi

menjadi tiga yaitu :

1. Produk penghimpunan dana

2. Produk penyaluran dana

3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada

nasabah. (Sri Indah Nikensari, 2012 : 127).


17

Membahas tentang persoalan perbankan syari’ah pada dasarnya bersumber

pada konsep uang dalam islam. Sebab bisnis perbankan tidak akan lepas dari

persoalan uang. Di dalam ajaran islam, uang dipandang sebagai alat tukar bukan

suatu barang komoditi diterimanya uang dengan maksud melenyapkan ketidak

adilan, ketidak jujuran dan penghisapan dalam ekonomi dan tukar menukar.

Dalam konsep ekonomi, tukar menukar islam jauh-jauh hari telah melarang

adanya riba bunga bank dalam pandangan islam hukumnya haram, karena bunga

bank merupakan instrumen penting dalam dunia perbankan.

Perbankan syari’ah merupakan lembaga keuangan ekonomi yang bersyariatkan

islam sekaligus sebagai sarana dakwah islamiyah yang mencoba menjawab

tantangan dakwah islamiyah tersebut khususnya dalam bidang ekonomi. Hal ini

didasarkan kepada realitas kehidupan yang ada bahwa sistem ekonomi yang ada

saat ini merupakan sistem ekonomi kafitalis yang penuh dengan riba sementara

ajaran islam sangat melarang adanya riba dalam kehidupan umat sebagaimana

dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275 :

             

                

                 

.  

Artinya :
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
18

(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Pentingnya evaluasi produk dan perluasan pelayanan guna memenuhi

kebutuhan dan kepuasan pelanggan mutlak diperlukan. Untuk itu perlu adanya

inovasi dan reorentasi produk jasa dan pelayanan guna pemenuhan kebutuhan

pelanggan tersebut. Namun disisi lain konsep inovasi dan reorentasi produk jasa

dan pelayanan guna memenuhi kebutuhan pelanggan (costumer servis) dalam

sistem perbankan syari’ah tidak boleh keluar dari nilai-nilai ilahiyah yang menjadi

basik dan nilai khasan perbankan syari’ah sebagai perbankan islam.

Adapun sistem operasional perbankan syari’ah sekaligus sebagai produk jasa

dan pelayanan yang ditawarkan syari’ah adalah sebagai berikut :

1. Sistem penghimpunan dana bank syari’ah (Pendanaan)

 Modal atau Giro

 Titipan atau Tabungan

 Investasi Deposito (Muhammad Syafi’i Antoni, 2001 : 146)

2. Sistem pembiayaan bank syari’ah

 Pembiayaan Produktif

 Pembiayaan Konsumtif. (Muhammad Syafi’i Antoni, 2001 : 160)

Secara garis besar sistem operasional perbankan syari’ah dapat di lihat pada

gambar di bawah :
19

Pendanaan Pembiayaan

Bonus/Bagi hasil
Giro dan Trade
Tabungan Financing

Depositor/
Pool Dana Kreditor/
Investor Fase Based
Pengusa
ha

Deposito/ Investment
Investasi Financing
Bagi Hasil

BANK ISLAM

Gambar 1.2 Oprasi Bank Syari’ah

E. Langkah-langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah PT. BPRS

PNM Al-Ma’soem Jalan Rancaekek No 1 Desa Dangdeur Kecamatan

Rancaekek Kabupaten Bandung.

2. Metode penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu

suatu metode yang digunakan untuk penyelidikan yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang suatu keadaan, gejala atau

suatu kegiatan. (Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2007 : 87).


20

Untuk membahas fungsi manajemen dalam sistem operasional perbankan

syari’ah diperlukan sejumlah data kualitatif dan teknik pengumpulan bahan.

Data tersebut diperlukan untuk memberi nilai keilmiahan dari karangan ilmiah

ini.

3. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ilmiah ini adalah jenis data kualitatif. Jenis

data kualitatif adalah data deskriftif yang digambar dengan kata-kata atau

kalimat-kalimat yang diperlukan menurut kategorisasi untuk memperoleh

kesimpulan.

Adapun jenis data yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam

penelitian ini adalah berupa data teori tentang fungsi manajemen sistem

operasional perbankan syaria’ah dalam meningkatkan kualitas produk dan

layanan yang dilaksanakan pada PT. BPRS PNM Al-Ma’soem dalam tataran

praktek. Data tersebut dikumpulkan berupa arsip, buku atau tulisan, dokument

resmi dan hasil wawancara.

4. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data utama atau sesuai dengan objek

kajian penelitian ini. Sumber data primer yang dijadikan rujukan dalam

penelitian ini adalah hasil observasi, dokumen resmi dan wawancara dengan

pihak manajemen. Adapun dalam hal ini orang yang diminta datanya

diantaranya pimpinan dan staf atau pihak manajemen PT. BPRS Al-Ma’soem.
21

Adapun sumber data sekunder adalah makalah-makalah, koran-koran,

majalah, dokumen resmi dan arsip pribadi yang berkenaan dengan penerapan

fungsi manajemen dalam perbankan syari’ah, buku-buku yang berkenaan

dengan teori-teori ekonomi islam, perbankan konvensional, manajemen dan

lain-lain yang menunjang pada pembahasan masalah penelitian ini.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan langkah-langkah

sebgai berikut:

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti, dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. (Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2007 : 87). Taknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk memperoleh informasi

mengenai kondisi objektif lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

yang dilakukan secara langsung. Wawancara dilaksanakan dengan maksud

untuk mendapatkan informasi atau data yang berhubungan dengan

permasalahan-permasalahan yang diteliti dan mendapatkan jawaban yang

diharapkan. (Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2007 : 88).

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan atau studi dokumenter, merupakan suatu proses

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,


22

baik dokumen tertulis, arsip, surat-surat, majalah, surat kabar, jurnal, dan

laporan penelitian. (Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2007: 88). Dokumen-

dokumen yang dihimpun, dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus

masalah. Studi kepustakaan bertujuan untuk menunjang dan memperkuat hasil

penelitian.

6. Analisis data

Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan

kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antara data

yang spesifik tentang hubungan antar peubah. (Cik Hasan Basri, 2001: 66).

Dalam hal ini penulis mencoba beberapa langkah-langkah penganalisaan

data antara lain : Pertama membuat kategorisasi-kategorisasi permasalahan

manajemen perbankan syari’ah secara umum kemudian diperkecil kepada

permasalahan manajemen secara khusus atau sebaliknya langkah kedua

mencari penyebeb lahirnya permasalahan-permasalahan perbankan syari’ah

tersebut. Dan langkah ketiga adalah penafsiran terhadap hasil pembahasan data

penelitian, sehingga dapat diperoleh jawaban terhadap masalah-masalah

penelitian yang diajukan.

Anda mungkin juga menyukai