DAFTAR ISI…………….………………………………………………………1
ABSTRAK……………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..16
3.2 Saran……………………………………………………………………….....17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18
1
ABSTRAK
2
dalam pembiayaan perbankan syariah hari ini. Pendekatan ini diarahkan untuk
menganalisis sistem bagi hasil sebagaimana yang diaspirasikan dalam ekonomi
dan perbankanIslam. Berdasarkan penelitian ini, bank-bank syariah akan
menghadapi (1) risiko-risiko bank, minus bunga, antara lain (tidak terbatas
hanya): risiko risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, reputasi,
stratejik, dan kepatuhan; dan (2) risiko-risiko unik yang terdiri dari (disamping
risiko-risiko bank) investasi ekuitas dan risiko tingkat return.
BAB I
3
PENDAHULUAN
Mekanisme penghitungan bagi hasil menurut ekonomi islam idealnya ada dua
macam:
1. Profit sharing atau bagi hasil, di mana total pendapatan usaha dikurangi biaya
operasional untuk mendapatkan profit alias keuntungan bersih. Atau
4
2. Revenue sharing, yaitu laba berdasarkan total pendapatan usaha sebelum
dikurangi biaya operasional alias pendapatan kotornya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga
belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami., termasuk
dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.
1.Al-wadi’ah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.Penerima
simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak
bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan
selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu
meminta izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang
menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian
prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-dhamanah (tangan
penanggung).
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan
pada produk rekening giro. Wadh’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah.
Dalam wadi’ah amanah harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi,
sedangkan dhamanah yang dititipi (bank) boleh memanfaatkan harta titipan
7
tersebut. Implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimanan nasabah
meminjamkan uang kepada bank. Pemilik dana tidak mendapat imbalan tapi
insentif yang tidak diperjanjikan. Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul
maal) dengan deposan (mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar
30%, nisbah 40%:60% untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk
simpanan deposito.
2.Pembiayaan Dengan Bagi Hasil
a.Al-musyarakah(Partisipasi Modal)
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengankesepakatan.Al-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan
dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank
sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan
dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu
mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan
untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.
b.Al-mudharabah
Pengertian Mudharabah dapat didefinisikan sebagai sebuah akad atau perjanjian
diantara dua belah pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal (shahib al-
mal atau al-mal), memercayakan kepada pihak kedua atau pihak lain (pengusaha),
untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Apabila mengalami kerugian maka
akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola, maka sipengelolalah yang bertanggug jawab.Dan didalam prktiknya
mudharabah terbagi menjadi 2 yaitu:
a) mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak
lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi
usaha dan daerah bisnis.
b) mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di
mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk
8
pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan
haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan
deposito spesial yang dititipkan.
Dan keistmewaan dari sebuah mudharabah adalah pada peran ganda dari
mudharib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mudharib adalah wakil dari
rabb al- mal dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada harta mudharabah.
Mudharib kemudian menjadi mitra dari rabb al-mal ketika ada keuntungan.
c.Al-muzara’ah
Pengertian AI-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap
untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang
plantation atas dasar bagi hasil panen.
Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan
penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan diperoleh dari
hasil panen dengan imbalan yang telah disepakati.
d.Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza’arah yaitu penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari
persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.
3.Bai’alMurabahah
Pengertian Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus
terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan
yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang “X” Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharap-
kan adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan
Bai’al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli,
9
baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai’al-
Murabahah pada pembiayaan produk barang-barang investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
4.Bai’as-Salam
Bai’as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus
diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal
pembayaran harus dalam bentuk uang.
5.Bai’alIstishna’
Bai’ Al istishna’ merupakan bentuk khusus dari akad Bai’assalam, oleh karena itu
ketentuan dalam Bai` Al istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as-salam.
Pengertian Bai’ Al istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau
sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat
dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau
secara angsuran perbulan atau di belakang.
6.Al-Ijarah(Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan
leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
7.Al-Wakalah(Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
8.Al-Kafalah(Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.
10
9.Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang
dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal
dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.
10.Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti
jaminan utang atau gadai.
Dari sejarah diatas maka secara tidak langsung menunjuk bahwa penduduk
Mekkah (pra Islam) telah mengetahui metode penggunaan harta (uang), yaitu
pertama: menyerahkan harta kepada orang untuk diniagakan (commendan) dan
mendapatkan pembagian keuntungan dari hasil peniagaan tersebut. Kedua,
11
memberikan harta tersebut dengan atas dasar riba (usury).Kemudian setelah Islam
datang, maka segala prinsip-prinsip yang berlaku pada saat itu dan bertentangan
dengan syariah harus diubah, dan semenjak itulah parasahabat mulai mengerti
pentingnya aturan tersebut. Salah satu contoh adalah az-Zubair bin al Awwam,
yaitu beliau adalah salah seorang yang dipercaya Rasul untuk sebagai tempat
penyimpanan uang , namun Zubair menolak menerima uang simpanan tersebut.
Zubair mensyaratkan bahwa dirinya mau menerima uang simpanan apabila uang
tersebut bisa digunakan olehnya (diterima sebagai pemberian pembiayaan) bukan
hanya sekedar tempat penyimpanan. Kemudian Zubair juga memberikan secure
guarantee kepada setiap pemilik modal bahwa uang tersebut akan aman apabila
tidak digunakan olehnya namun akan mengalami pengurangan atau kerugian
apabila digunakan; begitu pula halnya apabila uang tersebut dijadikan sebagai
modal pembiayaan maka dana tesebut dijamin oleh sipeminjam (bukan
oleh Zubair).
12
1988-1989, lahirlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terutama di Pulau Jawa
sebagai jawaban atas wacana ini. Namun kurang menggema karena keterbatasan
kemampuan baik pemodal maupun manajemen sehingga tidak mampu
berkembang sebagaimana diharapkan. Waktu terus berjalan, akhirnya awal tahun
1991 Majelis Ulama Indonesia memprakarsai lahirnya sebuah bank yang berbasis
syariah, dan didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yaitu
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dengan lahirnya Bank Muamalat, maka umat
Islam sudah mempunyai suatu wadah yang sesuai dengan keinginan dimana bank
yang bebas riba. Masyarakat waktu itu sangat antusias untuk menabung bahkan
non muslim pun ikut tergiur dan sampai saat ini Bank Muamalat Indonesia telah
menjadi bank syariah nomor satu di Indonesia.
Melihat tingkat pertumbuhan bank dengan sistim syariah dan prospek yang sangat
menjanjikan untuk masa akan datang, banyak bank-bank konvensional tertarik
menjalankan sistim syariah. Diantaranya Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI,
Permata Bank, dan lain-lain. Ini sungguh sangat menggembirakan karena sistim
perbankan syariah lebih menjanjikan kesejahteraan dan stabilitas pasar. Beda
dengan sistim bank konvensional yang selalu tergantung tingkat bunga pasar.
Bank syariah bukan hanya diperuntukkan buat umat Islam saja tetapi terbuka
untuk umum, karena yang beda hanya sistim. Namun untuk saat ini bank sistim
syariah tidak 100% dapat dikatakan murni syariah. Masih banyak hal-hal yang
belum jelas dalam proses pelaksaannya, misalnya bank syariah sangat
menentukan besarnya agunan untuk suatu kredit, yang seharusnya ini tidak terjadi
tetapi harus didasarkan bahwa tingkat kepercayaan bank kepada nasabah. Bank
dalam menyalurkan kredit harus membina dan mendidik nasabah sehingga
nasabah dan bank menjadi satu kesatuan untuk mencapai kesejahteraan. Bila ini
yang dipraktekkan maka banyak umat Islam yang mampu untuk berusaha dan
mandiri. Sekarang umat Islam hanya bisa menikmati tempat menabung tanpa riba
namun tidak banyak yang mampu memanfaatkan fasilitas bank yang tersedia
karena terkendala agunan.
13
Suatu kenyataan bahwa walaupun MUI telah mengeluarkan fatwa haram
terhadap bunga bank, masih banyak umat Islam yang bersikap apriori atau nyantai
dalam menanggapi fatwa tersebut. Sebagai bukti pada kenyataan di atas adalah
tidak terjadinya rush (penarikan dana besar-besaran) pada bank-bank
konvensional pasca fatwa tersebut dikeluarkan. Kini saatnya kita introspeksi diri
terhadap muamalah yang selama ini kita lakukan dengan bank konvensional.
Marilah kita mengenal sebagian konsep Islam tentang keuangan yakni Bank
Syariah.
Mekanisme penghitungan bagi hasil menurut ekonomi islam idealnya ada dua
macam:
1. Profit sharing atau bagi hasil, di mana total pendapatan usaha dikurangi biaya
operasional untuk mendapatkan profit alias keuntungan bersih. Atau
Nah, perbankan syariah melakukan perhitungan bagi hasil dengan cara profit
sharing, yaitu membagi keuntungan bersih dari usaha atau investasi yang sudah
dijalankan. Besarnya keuntungan untuk pihak bank dan nasabah sudah diputuskan
saat akad akan ditandatangani. Jadi tidak ada kebingungan dan cek cok lagi saat
bisnis atau usaha selesai dijalankan. Dalam menjalankan aktifitasnya, perbankan
syariah memiliki tiga macam akad atau perjanjian yang ujungnya menuju
pembagian keuntungan dengan nasabahnya.
1. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah yaitu akad kerja sama usaha antara nasabah dan bank, di mana
nasabah akan memberikan modal untuk usaha, sementara bank menjadi pihak
14
penyelenggara atau yang melakukan investasi atau usaha. Dalam akad itu akan
dijelaskan secara rinci berapa bagian Keuntungan yang akan diperoleh masing-
masing pihak, yaitu bank dan nasabah. Termasuk juga perjanjian kalau terjadi
kerugian. Biasanya kerugian yang dilakukan nasabah akan ditanggung oleh
nasabah itu sendiri, sementara jika bank yang melakukan kesalahan, maka yang
akan bertanggung jawab adalah pihak bank. Jadi, dalam hal ini, kedua pihak bisa
dibilang sama-sama enak. Akad ini biasanya dilakukan dalam deposito syariah, di
mana bank akan mengunakan dana deposito itu untuk investasi atau usaha. Tentu
saja, investasi atau bisnis usaha yang dilakukan tidak boleh melanggar aturan
syariat Islam.
2. Akad Musyarakah
Akad Musyarakah merupakan perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu. Baik bank atau pihak yang terlibat sama-sama
mengeluarkan modal dengan porsi yang sama dan akan menanggung risiko secara
bersama-sama juga. Dalam cara kerja bank konvensional, akad musyarakah ini
masuk dalam kredit modal kerja, di mana perbankan syariah akan memberikan
kredit. Hanya bedanya, bank konvensional akan menetapkan jumlah suku bunga
tertentu, sementara bank syariah mendapat pembagian keuntungan sebagaimana
yang sudah disepakati. Perbedaan lainnya yaitu bila bank konvensional tidak akan
rugi karena pinjaman itu harus dikembalikan berikut bunga, bank syariah masih
memiliki kemungkinan merugi bila kerja sama usaha itu gagal.
3. Akad Murabahah
Prinsip akad yang terakhir ini adalah berdasarkan aktivitas jual beli barang dengan
tambahan keuntungan untuk bank syariah yang disepakati kedua belah pihak.
Misalnya bank membeli tanah dengan harga Rp 100 juta dan akan menjualnya
lagi dengan harga Rp 120 juta kepada pembelinya. Baik bank dan pembelinya
sama-sama setuju dengan tambahan keuntungan yang didapat bank yaitu Rp
20.000.000. Pihak pembeli akan mencicil seharga Rp 120 juta itu ke bank dengan
cicilan tetap hingga tenor pinjamannya habis.
15
Akad Murabahah ini sering dilakukan untuk perjanjian penggunaan produk Kredit
Pembelian Rumah, properti, tanah, kendaraan bermotor, tempat usaha dan lain-
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Dan masih banyak lagi. Tapi
jangan khawatir, karena seiring dengan waktu semua kekurangan yang
dimilikinya, bank syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi dan bahkan
menghilangkan semua kekurangan itu. Itu semua menjadi tugas kita bersama-
sama baik itu pemerintah maupun masyarakat luas. Walaupun Negara kita ini
bukanlah 100% Islam, tapi jangan khawatir bagi umat nonmuslim untuk
menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah (islam) membawa rahmat
untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan karena itu
ekonomi Islam bersifat inklusif.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahtugasmu.blogspot.com/2015/09/perbankan-syariah.html
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-perbankan-
syariah.html
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/12/contoh-skripsi-perbankan-
syariah.html
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-istilah-bagi-hasil-nisbah-
perbankan-syariah
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-undang/Pages/
undang-undang-nomor-21-tahun-2008-tentang-perbankan-syariah.aspx
18