Anda di halaman 1dari 22

SISTEM BANK SYARIAH

(KONSEP OPERASIONAL DAN PENGEMBANGAN


PRODUK BANK SYARIAH)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Manajemen Perbankan Syariah

OLEH:
KELOMPOK 3
1. SOMAT HIDAYAT (2140100092)
2. ZUYA LEURENZA SIAGIAN (2140100085)
3. CHARISZA HUTRIA (2140100108)
4. IHSAN HAQQUL YAQIN RITONGA (2140100100)

DOSEN PENGAMPU:
NANDO FARIZAL, M.E

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SYHADA PADANGSIDIMPUAN
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. yang telah
melimpahkan rahmad-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah dengan judul “SISTEM
BANK SYARIAH (KONSEP OPERASIONAL DAN PENGEMBANGAN PRODUK
BANK SYARIAH)”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun
dari berbagai pihak. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dunia perkuliahan.

Padangsidimpuan, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHUUAN.............................................................................iii
Latar Belakang.................................................................................iii
Rumusan Masalah............................................................................iv
Tujuan Penulisan..............................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................1
Konsep Opersional Bank Syariah......................................................1
Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah..................................6
Akad Produk Bank syariah................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................16


Kesimpulan......................................................................................16
Saran................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHUUAN

A. Latar Belakang
Bank syariah adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem operasinya
berdasarkan pada syariah Islam. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memberikan
sebuah produk berupa jasa, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, bank juga
mengikuti konsep produk jasa yang diberikan. Dalam berientasi pada produk perbankan yaitu
memfokuskan dalam pembuatan produk yang baik dan perbanikannya terus menerus karena
konsumen menyukai produk yang memberikan kualitas dan prestasi yang paling baik. Sejarah
berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil (lebih dikenal dengan Istilah Bank Syariah)
didasarkan pada dua alasan utama yaitu :
1. Adanya pandangan bahwa bunga bank (interest) pada bank konvensional Hukumnya
haram karena termasuk kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan Saja oleh Islam tapi
juga oleh agama Samawi lainnya.
2. Dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai Melanggar
norma keadilan.
Kelahiran Bank Syariah di Indonesia sendiri didorong oleh adanya keinginan
Masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpandangan bunga bank
Merupakan hal yang haram. Walaupun demikian, sebenarnya prinsip bagi hasil dalam Dalam
lembaga keuangan telah dikenal secara luas baik di negara Islam maupun non Islam.
Dengan adanya Bank Syariah yang Beroperasi atas dasar bagi hasil Diharapkan agar
kebutuhan masyarakat Muslim Indonesia akan pelayanan jasa Perbankan yang sesuai dengan
prinsip Syariat Islam dapat dipenuhi, sekaligus Lebih menggerakkan potensi ekonomi Dan
partisipasi masyarakat Islam secara Bulat dan totalitas dalam pembangunan Masyarakat
Indonesia. Bank Syariah melakukan Kegiatan operasinal perbankan dengan Cara
menghimpun dan menyalurkan Dana masyarakat, sebagaimana halnya Bank konvensional.
Dalam menghimpun Dana, bank syariah menerima simpanan Dalam bentuk giro, deposito
berjangka, Tabungan dan penerimaan dana lainnya, Sedangkan dalam menyalurkan dana
Bank Syariah juga melakukan kegiatan Pembiayaan. Bagi Bank Syariah juga Melakukan
kegiatan perbankan Sebagaimana yang ditetapkan bagi Bank Perkreditan Rakyat
konvensional.

iii
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Opersional Bank Syariah ?
2. Bagaimana Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah ?
3. Apa Saja Akad Produk Bank syariah ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Konsep Operasional Bank Syariah
2. Mengetahui Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah
3. Mengetahui Akad Produk Bank Syariah

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Operasional Bank Syariah


1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.
A) Prinsip Wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah
amanah. Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad dhamanah,
pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia
boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.1

B) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah
seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan
nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan
mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi dua yaitu:
- Mudharabah mutlaqah Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan
persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apadana yang disimpannya itu hendak
disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan
1
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasionalPBS.aspx

1
dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh
untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang diperkirakan
menguntungnkan.
- Mudharabah Muqayyadah Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(Restricted Investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis
tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan
untuk nasabah tertentu.

2. Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu:2
1) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli,
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa,
3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
4)Pembiayaan dengan akad pelengkap

A) Prinsip jual Beli (Ba'i)


Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
Pembiayaan Murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana
bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan (marjin)

2
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasionalPBS.aspx

2
Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

Pembiayaan Istishna'
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna'
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.

B) Prinsip Sewa (jarah)


Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah
objek transaksinya adalah jasa.3

C) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah
sebagai berikut:
Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersamasama. Semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-
sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa
dana, barang perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship),
3
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasionalPBS.aspx

3
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness)
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan meragkum
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa.

Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara
dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati
dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan
sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara
tertentu untuk menciptakan laba optimal. 4

3. Produk Jasa Perbankan Lainnya


Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana bank syariah
menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi utamanya sebagai lembaga
intermediasi keuangan.
a) Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu
perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan, wakalah
adalah akad pemberi wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi
mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya
melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu.

b) Kafalah

4
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasionalPBS.aspx

4
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin (QS. Yusuf
12:72).

c) Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada waktu
yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu juga
(transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today, tomorrow,
dan spot. Bank syariah tidak melayani transaksi forward, swap, dan option yang
dalam transaksinya diterapkan hedging sebagaimana telah dijelaskan di atas. Karena
transaksi ini penyerahannya dilakukan pada masa yang akan datang dan mengandung
unsur spekulasi.5

d) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari
bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana
talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif.

e) Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara sederhana
rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya akad yang digunakan adalah akad
qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang
disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.

f) Hiwalah

5
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasionalPBS.aspx

5
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik
perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan utang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank
perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran
transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berhutang.

g) Ijarah
Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan, yaitu
sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa perbankan lainnya, antara lain layanan
penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank mendapat imbalan
sewa atas jasa tersebut. h) Al-Wadiah Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah
produk tabungan, termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana
administrasi dokumen (custodian). Bank mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.

B. Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah


Strategi pengembangan produk merupakan bagian dari strategi korporasi
(corporate Strategy). Dalam strategi pengembangan produk terdapat potensi
keuntungan maupun risiko dari aktivitas pengembangan produk, dan banyak faktor
yang menyebabkan suatu organisasi mempertimbangkan melakukan pengembangan
produk baru. Hampir seluruh organisasi menemukan bahwa pendekatan strategi
manajerial pada aktivitas pengembangan produk baru Akan meningkatkan peluang
keberhasilan serta meminimasi biaya dan risiko.6
Pada saat ini, pasar perbankan secara umum diidentifikasi mengarah kepada
permintaan Terhadap layanan pinjaman cepat seperti kredit tanpa agunan dan kredit
skala kecil (mikro). Hal yang sama terjadi pada perbankan syariah disebabkan target
pasar yang sama dan adanya Kecenderungan replikasi produk (product mirroring)
perbankan syariah dari perbankan Konvensional. Hal semacam ini dapat
menyebabkan peningkatan pembiayaan yang bersifat Konsumtif.
Maka dari itu diperlukan produk penyeimbang yang mendukung sektor
produktif. Selain itu, produk yang meningkatkan kebersamaan bank dan nasabah juga
6
Mukhlisin, Ahmad, and Aan Suhendri. "Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah Di
Indonesia." JES (Jurnal Ekonomi Syariah) 3.2 (2018).

6
perlu dikaji dan dikembangkan, agar core product perbankan syariah yang merupakan
sharing economics Tetap dapat dipertahankan. Untuk keperluan tersebut, kajian
mengenai produk bagi hasil, yaitu musyarakah mutanaqisah dan mudarabah
muqayyadah harus giat dilaksanakan. Tentu saja Upaya pengkajian seperti ini mesti
melibatkan semua pihak, termasuk di dalamnya industri Dan lembaga pendukung.
Momentum ini tepat karena bertepatan dengan upaya dari Pemerintah menyediakan
perumahan murah bagi masyarakat.
Dewan Pengawas Syariah yang berperan sebagai pengawas, juga berperan
sebagai Advisor, yaitu pemberi nasehat, inspirasi, pemikiran, saran serta konsultasi
untuk Pengembangan produk dan jasa yang inovatif untuk persaingan global. Sebagai
marketer, yaitu menjadi mitra strategis untuk peningkatan kuantitas dan kualitas
industri LKS melalui komunikasi massa untuk memberikan motivasi, penjelasan dan
edukasi publik sebagai Penyiapan SDM, dan peran strategis lainnya dalam bentuk
hubungan kemasyarakatan (public realitiship).
Sebagai supporter, yaitu pemberi berbagai support dan dukungan baik
Networking, pemikiran, motivasi, doa dan lainnya untuk pengembangan perbankan
dan Ekonomi syariah. Sebagai player, yaitu sebagai pemain dan pelaku ekonomi
syariah baik Sebagai pemilik, pengelola, nasabah penyimpan/investor maupun
mitra/nasabah penyaluran Dan pembiayaan. Adanya bank syariah banyak memberikan
pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh Pembiayaan yang tidak hanya bergantung
pada satu jenis bank dengan produk-produknya, tetapi masyarakat bebas memilih
lembaga dan produk mana yang paling sesuai dengan Kapasitas yang dimiliki dan
kondisi usaha yang dijalankan.7
Jika bank syariah mampu Membaca potensi wilayah dan kebutuhan penduduk
tersebut telah dimiliki perbankan syariah, Maka pengembangan produk perbankan
syariah menjadi satu keniscayaan bagi bank syariah Yang ada di wilayah terseterjadi
tidak terlepas dari dukungan Dewan Penasehat Syariah (DPS) yang harus aktif dan
inovatif serta berada pada masingmasing bank yang ada di daerah.

C. Akad Produk Bank Syariah

7
Mukhlisin, Ahmad, and Aan Suhendri. "Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah Di
Indonesia." JES (Jurnal Ekonomi Syariah) 3.2 (2018).

7
Akad yang umumnya digunakan oleh bank syariah dalam operasinya terutama
diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (tijarah) dan sebagian dari kegiatan
tolong-menolong (tabarru), sesuai dengan Ilmu fiqh muamalah yang membagi akad
menjadi dua bagian apabila dilihat dari ada atau tidaknya kompensasi yaitu akad
tabarru dan juga akad tijarah. Penjelasan kedua akad ini sebagai berikut dibawah ini.8
1. Akad Tabarru’
a) Pengertian Akad Tabarru’
Akad tabarru’ yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong sesama dan
murni semata-mata mengharap ridha dan pahala dari Allah SWT, sama sekali tidak
ada unsur mencari return, ataupun suatu motif. Yang termasuk katagori akad jenis
ini diantaranya adalah Hibah, Ibra, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn dan Qirad.
Selain itu menurut penyusun Eksiklopedi Islam termasuk juga dalam kategori akad
Tabarru seperti Wadi’ah, Hadiah, hal ini karena tiga hal tersebut merupakan bentuk
amal perbuatan baik dalam membantu sesama, oleh karena itu dikatakan bahwa akad
tabarru’ adalah suatu transaksi yang tidak berorientasi komersial atau non profit
oriented. Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut notfor profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada
hakekatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad
tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.
Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak
mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ dari
Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikan, pihak yang berbuat kebaikan
tersebut boleh meminta kepada counter part-nya untuk sekadar menutupi biaya
(cover the cost) yang dikeluarkannya untuk melakukan akad tabarru’ tersebut, tanpa
sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’ adalah
qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadiah, hibah, waqf, sedekah, hadiah.
Pada hakekatnya, akad tabarru’ adalah akad melakukan kebaikan yang
mengharapkan balasan dari Allah SWT semata. Itu sebabnya akad ini tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan komersil. Konsekuensi logisnya, bila akad
tabarru’ dengan mengambil keuntungan mengambil komersil, maka ia bukan lagi
akad tabarru’ ia akan menjadi akad tijarah. Bila seseorang ingin tetap menjadikan
akad itu tetap menjadi akad tabarru’, maka ia tidak boleh mengambil manfaat
8
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

8
(keuntungan komersil) dari akad tabarru’ tersebut. Tentu saja ia tidak berkewajiban
menanggung biaya yang timbul dari pelaksanaan akad tabarru’, artinya, ia boleh
meminta pengganti biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan akad tabarru’.
Seperti kalimat “memerah susu kambing sekedar untuk biaya memelihara
kambingnya”, merupakan ungkapan yang dikutip dari hadist ketika menerangkan
bagaimana akad maksud dari akad rahn yang merupakan salah satu jenis dari akad
tabarru’ .

b) Bentuk Umum Akad Tabarru’


Pada dasarnya, akad tabarru ini adalah memberikan sesuatu (giving
something) atau meminjamkan sesuatu (lending something). Bila akadnya adalah
meminjamkan sesuatu, maka objek peminjamanya dapat berupa uang (lending
money) atau jasa kita (lending yourself). Dengan demikian, kita mempunyai tiga
bentuk umum tabarru, yakni :
- Meminjamkan uang ( lending money)
- Meminjamkan jasa kita ( lending yourself )
- Memberikan sesuatu ( giving something)9

c) Macam-macam Akad Tabarru’ Serta Aplikasinya Dalam Perbankan Syariah


Al-Qardh
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam
literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’ atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial.
Qard adalah meminjamkan harta (uang) kepada orang lain tanpa mengharap
imbalan. Secara syariah peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok
pinjamannya dan pemberi pinjaman dilarang untuk meminta imbalan dalam bentuk
apapun, meskipun demikian syariah tidak melarang peminjam untuk memberi
imbalan kepada pemberi pinjaman sesuai dengan keikhlasannya serta tidak terpaksa.
Aplikasinya dalam operasional perbankan akad qardh ini biasanya diterapkan
sebagai hal berikut:

9
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

9
a) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu.
b) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
c) Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus
yaitu al qardh al-hasan.10

Rahn
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah jaminan utang atau gadai. Aplikasinya dalam
perbankan kontrak rahn ini dipakai dalam dua hal berikut yaitu:
a) Sebagai produk pelengkap
b) Sebagai produk tersendiri

Al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan
pemindahan beban dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan
muhal‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang. Dalam praktek
perbankan syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat
ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan timbul, bank perlu
melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi
antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang. Katakanlah seorang
supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik proyek yang akan
dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia
10
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

10
meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima pembayaran
dari pemilik proyek tersebut.

Al-Wakalah
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat. Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai attafwidh. Contoh
kalimat “aku serahkan urusanku kepada Allah” kalimat menyerahkan urusan berarti
mewakili dalam pengertian istilah tersebut. Aplikasi wakalah dalam konteks akad
tabarru’ dalam perbankan syari’ah berbentuk jasa pelayanan, dimana bank syari’ah
memberikan jasa wakalah, sebagai wakil dari nasabah sebagai pemberi kuasa
(muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil).
Dalam hal ini bank akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasanya
tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi wakil untuk melakukan pembayaran
tagihan listrik atau telpon kepada perusahaan listrik atau perusahaan telpon.11

Wadi’ah
Wadi’ah adalah akad antara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan
(wadi’) untuk menjaga harta/modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk
keamanan harta. Wadi’ah sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Wadiah Yad Dhamanah - wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan
barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat kala sipemilik
menghendakinya.
b. Wadiah Yad Amanah - wadiah di mana si penerima titipan tidak bertanggung
jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini
bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara
titipan tersebut.

Al-Kafalah
Al Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tangung jawab seseorang

11
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

11
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai pemimpin.
Adapun Jenis alKafalah antara lain:
a) Kafalah bin Nafs
b) Kafalah bil-Maal
c) Kafalah bit Taslim
d) Kafalah al-Munjazah
e) Kafalah al-Muallaqah12

Hibah, Waqf dan Shadaqah


o Hibah
Pengertian Hibah adalah pemilikan terhadap sesuatu pada masa hidup tanpa
meminta ganti. Hibah tidak sah kecuali dengan adanya ijab dari orang yang
memberikan, tetapi untuk sahnya hibah tersebut menurut Imam Qudamah dari Umar
bahwa sahnya hibah itu tidak disyaratkan pernyataan qabul dari si penerima hadiah.
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu
penghibah masih hidup juga. Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a. Hibah barang
b. Hibah manfaat
o Waqf/Wakaf
Waqaf/Wakaf adalah menahan suatu benda yang kekal abadi secara fisik
zatnya serta dapat digunakan untuk sesuatu yang benar dan bermanfaat. Contoh
wakaf yaitu seperti mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan lahan makam
penduduk setempat, wakaf bagunan untuk dijadikan masjid, dan lain-lain. Harta
wakaf dalam dioperasikan sebagai pembangunan ekonomi umat Islam kerana ia
memiliki beberapa ciri berikut:
a. Keunikan wakaf pada konsep pemisahan di antara hak pemilikan dan faedah
penggunaannya.
b. Wakaf adalah sedekah berterusan yaitu bukan saja membolehkan wakif mendapat
pahala berterusan, tetapi penerima mendapat faedah berterusan.
c. Penggunaan harta wakaf adalah untuk kebajikan dan perkaraperkara yang
diharuskan oleh Syara’.
o Shadaqah
12
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

12
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala
semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh
sadaqah attatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela). Di dalam Alquran
banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa
memberikan sedekah.13

2. Akad Tijari/Tijarah
a) Pengertian dan Pembagian Akad Tijarah
Berbeda dengan akad tabarru’, maka akad tijarah/mu’awadah (compensation
contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction.
Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat
komersil. Didalam perbankan terdapat Akad/kontrak dalam transaksi tijarah, dibagi
menjadi dua yaitu Natural.
Certainty Contract (NCC) dan Natural Uncertainty Contract (NUC). Natural
Certainty Contract (NCC) adalah kontrak yang dilakukan dengan menentukan secara
pasti nilai nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian. Natural Uncertainty
Contracts (NUC) adalah kontrak yang dilakukan tidak dengan menyepakati nominal
keuntungan yang akan diterima melainkan menyepakati nisbah bagi hasil yang akan
diterima sehingga tidak ada kepastian nilai nominal yang akan diterima karena
tergantung pada keuntungan usaha. ketidakpastian dapat terjadi pada empat hal,
yaitu dalam pertukaran, dalam hasil permainan, dalam bisnis atau investasi, dan
dalam risiko murni.

3. Akad Jual Beli


a. Bai’ naqdan adalah jual beli biasa yang dilakukan secara tunai. Dalam jual beli ini
bahwa baik uang maupun barang diserahkan di muka pada saat yang bersamaan,
yakni di awal transaksi (tunai).
b. Bai’ muajjal adalah jual beli dengan cara cicilan. Pada jenis ini barang diserahkan
di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode selanjutnya.

13
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

13
Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode hutang, atau dapat
juga dilakukan secara sekaligus di akhir periode.
c. Murabahah adalah jual beli dimana besarnya keuntungan secara terbuka dapat
diketahui oleh penjual dan pembeli.
d. Salam adalah akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga
lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
e. Istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (Pembeli,
Mustashni’) dan penjual (Pembuat, shani’).

4. Akad Sewa-Menyewa
a. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah Ijarah yang membuka kemungkinan
perpindahan kepemilikan atas objek ijarahnya pada akhir periode.
c. Ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan kepada kinerja objek
yang disewa /diupah.14

5. Natural Uncertainty Contracts (NUC)


Natural Uncertainty Contracts (NUC) adalah kontrak yang dilakukan tidak
dengan menyepakati nominal keuntungan yang akan diterima melainkan
menyepakati nisbah bagi hasil yang akan diterima sehingga tidak ada kepastian nilai
nominal yang akan diterima karena tergantung pada keuntungan usaha. Sedangkan
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Prinsip ini mengharuskan
pemanfaatan dana pada bank syariah menggunakan dana yang dimohon untuk usaha
produktif.
Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya
(baik real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini,
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Karena itu kontrak ini tidak
memberikan kepastian pendapatan (return) baik dari segi jumlah (amount) maupun
waktu (timing)-nya.
14
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

14
Pada NUC, tingkat return-nya bisa positif, negatif, atau nol. Yang termasuk
dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrakkontrak investasi ini
secara “sunnatullah” (by their nature) tidak menawarkan return yang tetap dan pasti.
Jadi sifatnya tidak “fixed and predetermined”. Natural Uncertainty Contracts ini
dapat diterangkan pula dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori
percampuran (the theory of venture).15

15
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar produk operasional bank Syari’ah dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok, yaitu :
Produk penghimpunan dana ( Funding )
Produk Penyaluran dana atau pembiayaan ( Lending )
Produk jasa ( Service )
Akad yang umumnya digunakan oleh bank syariah dalam operasinya terutama
diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (tijarah) dan sebagian dari kegiatan tolong-
menolong (tabarru), sesuai dengan Ilmu fiqh muamalah yang membagi akad menjadi dua
bagian apabila dilihat dari ada atau tidaknya kompensasi yaitu akad tabarru dan juga akad
tijarah.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, diharapkan kita mampu memahami lebih jauh tentang
Konsep Operasional Dan Pengembangan Produk Bank Syariah lebih dalam lagi walaupun
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak lagi
selain dari makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-
operasionalPBS.aspx

Kambali, M. (2021). Produk Operasionalisasi Bank Syariah. Al-Iqtishod, IX(1), 19-35.

Mukhlisin, Ahmad, and Aan Suhendri. "Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah Di
Indonesia." JES (Jurnal Ekonomi Syariah) 3.2 (2018).

Sugiatni, Evi; Azizah, Fithri; Ramadaeni, Nurfitri. Pengembangan Produk Perbankan


Syariah. 2022.

Rachmadi Usman, S. H. Aspek hukum perbankan syariah di Indonesia. Sinar Grafika, 2022.

Andrianto, Andrianto, and Muhammad Anang Firmansyah. "Manajemen Bank Syariah:


Implementansi Teori dan Praktek." (2019).

Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.

17

Anda mungkin juga menyukai