Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEP DASAR PRODUK BANK SYARIAH


(Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Dana Bank Syariah)
DosenPengampu:
Iva Faizah, S.E.I.,M.E
Penyusun
Kelompok 3
Dina Yovitaria 1851020323
Ega Ainayah 1851020362
Fadilla Ramadhani 1851020366
Griselda Zerlinda 1851020207

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank syraiah dalam menjalakan usahanya tidak dapat


dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk
dan operasionalnya. Konsep dasar syriah akan dijadikan pijakan
dalam mengembangkan produk bank syariah. Bank syariah
atau bank islam di Indonesia disebut bank syariah merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi memeperlancar mekanisme
ekonomi disektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi,
jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai deengan nilai-
nilai Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar operasionalisasi sistem syariah ?
2. Apa saja prinsip-prinsip dasar operasional bank syariah ?
3. Apa saja produk yang terdapat pada bank syariah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar operasionalisasi
bank syariah.
2. Untuk Untuk menegetahui konsep dasar operasinalisasi
system syriah.
3. mengetahui produk yang terdapat pada bank syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Operasionalisasi Sistem Syariah

Kerangka kegiatan muamalat secara garis besara dapat


dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : politi, social, dan
ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil tiga turunan lagi, yaitu :
konsumsi, simpanan, dan investasi. Berbeda dengan system
lainnya, Islam mengajarakan pola konsumsi yang moderat
( tengeh-tengah) tidak berlebihan tidak juga keterlaluan. Lebih
jauh dengan tegas Al-Qur’an (surat Al-Isra ayat 27) melarang
terjadinya perbuatan tabdzir :

ً ‫الش ْي َط ُان ِل َر ِب ّ ِه َك ُف‬


‫ور ا‬ َّ ‫َّن الْ ُم َب ِّذ ِر َين اَك ن ُوا ْخ َو َان‬
ِ ‫الش َي‬
َّ ‫اط ِني ۖ َو اَك َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.

Doktrin Al-Quran ini secara ekonomi dapat diartikan


mendororng terpupuknya surplus konsumen dalam bentuk
simpanan, untuk dihimpun, kmudian dipergunakan dalam
membiayai investasi, baik perdaganagn (trade), produk
(manufacture), dan jasa service).Dalam konteks inilah
kehadiran lembaga keungan mutlak adanya (dahrurah), karena
ini bertindak sebagai intermediate antara unit supplay dengan
unit demand. Keberadaan lembaga keungan dalam Islam
adalah vital karena kegiatan bsnis dan roa ekonomi tidak akan
berjalan tanpanya.1

B. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syariah

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan


syariah islam tersebut ditentukan oleh hubungan aqad yang
terdiri dari lima konsep dasar aqad. Bersumber dari kelima
konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga
keungan bank syraiah dan lembaga keungan bukan bank
syariah untukdi operasionalakan. Kelima konsep dasar tersebut
adalah: system simpanan, bagi hasil, margin keuntungan, sewa,
dan fee (jasa).2

1. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)


Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan
oleh Bnaka Syariah untuk memeberikan kesempatan kepada
pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dala
bentuk al-Wadi’ah. Fasilitas al-Wadi’ah biasa diberikan untuk
tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti
halnya giro dan tabungan. Dalam dunia perbankan
konveensioanal al-Wadi’ah indentik dengan giro.
2. Bagi Hasil (Syirkah)

System ini dalah suatu system yang meliputi tata cara


pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dabna. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi
antara bank dengan penyimapan dana, maupun anatara
dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk ynag

Muhammad, Lembaga Keuangan Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 2000.


1

2
Lihat Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,
Yogyakarta: UII Press, 2000.
berdasarkan prinsip ini dalah mudharabah dan musyrakah.
Lebih jauah prinsip mudahrabah dapat diganakan sebagai
dasar baik untu produk pendanaaan (tabungan dan depositi)
maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak
untuk pembiayaan.

3. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)


Prinsip ini merupakan suatu sitem yang menerapakna tata
cara jual beli, dimana banak akana memebeliterlebih dahulu
barang yang dibututhkan atau mengangkat nasabah sebagai
agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank.,
kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
Implikasinya dapat berupa mudhrabah, salam, dan ishtisna.
4. Prinsip Sewa (al-Ijaraha)

Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Ijarah sewa murni, seperti halnya penyewaa traktor dan


alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam teknis
perbankan, banl dapat memebeli daulu equipment yang
dibutuhkan nasabah kemudian meyewakan dalam waktu
dan hanya yang telah disepakati nasbah
b. Bai al-takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik,
merupakan penggabungan sewa dengan beli, dimana si
pneyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada
akhir masa sewa (financial lease).
5. Prinsip Fee/jasa (al-Ajr walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang


diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini
antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa transfer, dll.
Secara syariah prinsip ini didasarakan pada konsep al-ajr
walumullah.3

C. Produk-produk Bank Syariah

Pada system operasi bank syariah, pemilik dana


menanamkan uangnya di banak tidak dengan motif
mendspstksn bunga, tetapi dalam rangka mendapatakan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal
usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai
kesepakatan.

Secara garis besar produk operasional bank syariah dapat


diuraikan sebegai berikut :

1. Produk Penghimpunan Dana Banak Syariah

Pelayanan jasa simpanan /tabungan berupa


simpanan/tabungan yang diselenggarakana dalah bentuk
simpanan/tabungan yang terikat dan tidak terinkat atas
jagka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan
dan penarikannya. Berkaitan dengan itu, jenis
simpanan/tabungan yang dikumpulkan oeh bank syariah
sangat bergam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan
yang dimiliki simpanan tersebut. Adapun adanya akad yang
mendasari berlakunya simpanan, tabungan dan deposito di
bank syriah adalah akad mudharabah dan wadi’ah.

a. Simpanan/tabungan wadiah, adalah transaksi penitipan


dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana
tau barang dengan kewajiban bagi pihak yang
menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang

Ibid., Hal 93
3
sewaktu-waktu. Simpanan tabungan yang berakad
wadiah terbagi ,menjadi dua :
1. Wadi’ah amanah, berupa titipan dana zkata, infaq, dan
shdaqah.
2. Wadi’ah Yadhomanah, titipan ii aka mendapatkan
bonus dari bank syriah, jika bank tersebut mendapat
keuntungan atas usahanya.
b. Simpanan/ tabungan mudharabah, adalaha simpanan/
tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan
penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian
yang telah disepkati sebelumnya. Pada simpanan
mudhrabah tidak diberikan Bunga sebagai pembentukan
laba bagi bank syriah tetapi diberikan bagi hasil.
c. Deposito mudharabah, adalah simpanana masyarakata di
bank syriah yang pengambilannya sesuai waktu yang
telah ditetapkan oleh bany syariah. Variasi depositi
mudharabah ini diklasifikasikan kedalamdeposito :
1bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

2. Penyaluran Dana/ Pembiayaan


a. Prinsip jual beli (Ba’i)
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan
kepemilikan barang. Keuntungan bank disebutkan
didepan dan termasuk harga dari harga yang dijual.
Terdapat tiga jenis jual beli dalam pembiayaan konsumtif,
modal kerja dan nvestasi dalam bank syariah, yaitu:
1) Ba’i Al-Murabahah: jual beli dengan harga asal
ditambah keuntungan yang disepakati antara pihak
bank dengan nasabah, dalam hal ini bank
menyebutkan harga baranag kepada nasaabah yang
kemudian bank memeberikan laba dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kesepakatan.
2) Ba.i As-salam: Dalam jual beli ini nasabah sebagai
pembeli dan pemesan memeberikan uangnya
ditempat akad sesuai dengan harga barang yang
dipesan dan sifat barang telah disebutkan sebelumnya.
Uangnya yang tadi diserahkan menjadi tanggungan
bank sebagai penerima pesanan dan pembayran
dilakukan dengan segera.
3) Ba’I Al-Istishna”: Merupakan bagian dari Ba’I as-saalam
namun Ba’I al-Istishna’ bias digunakan dalam bidang
manufaktur. Seluruh ketentuan Ba’I Al-Istishna’
mengikuti Ba’I As-salam namun pembayaran dapat
dilakukan beberapa kali pembayaran.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah dalah kesepakatan pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melauli sewa tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa. Dalam hal ini bank
manyewakan peralatan kepada nasabah dengan biaya
yang telah ditetapkan secara pasti sebelumnya.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Dalam prinsip bagi hasil terdapt dua macam produk yaitu:
1) Musyrakah: adalah salah stu produk bank syariah yang
mana terdapat dua pihak lebih yang bekerja sama
untuk meningkatkan asset yang dimiliki bersama
dimana seluruh pihak memadukan sumber daya yang
mereka iliki baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud. Dalam hal ini seluruh pihak yang bekerja
sama memeberikan kontribusi yang dimiliki baik itu
dana, barang, skill, ataupun asset-aset laninnya.
2) Mudarabah: Mudharabah dalah kerja sama dua orang
atau lebih di man pemilik modal memeberikan
kepercayaan sejumlah modal kepada pengelola
dengan perjanjian pembagian ntung. Perbedaan yang
mendasar antara mudharabah dan musyarakah adalah
kontribusi atas manajemen dan keungan pada
musyarakah diberikan dan dimiliki dua orang tau lebih,
sedangkan mudharabah modal hanya dimiliki satu
pihak saja.

Anda mungkin juga menyukai