Anda di halaman 1dari 7

Dosen : Dr. ZAINUDDIN, S.

AG,SH,MH

TUGAS 9 RMK IDI / TEORI EKONOMI ISLAM TENTANG


“ PENYALURAN DANA PADA BANK SYARIAH “

OLEH:

SITI NURHAYANI

02320190002

B5 IDI / TEORI EKONOMI ISLAM

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIFESITAS MUSLIM INDONESIA

2020/2021
TUGAS 9 RMK “ PENYALURAN DANA PAD BANK SYARIAH “

A. Pengertian Perbankan Syariah

Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan


konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi (penyaluran), dari nasabah
pemilik dana (shahibul mal) dengan nasabah yang membutuhkan dana. Namun,
nasabah dana dalam bank syariah diperlakukan sebagai investor dan/atau
penitip dana. Dana tersebut disalurkan perbankan syariah kepada nasabah
pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal kerja)
maupun konsumtif. Dari pembiayaan tersebut, bank syariah akan memperoleh
bagi hasil/marjin yang merupakan pendapatan bagi bank syariah. Jadi, nasabah
pembiayaan akan membayar pokok + bagi hasil/marjin kepada bank syariah.
Pokok akan dikembalikan sepenuhnya kepada nasabah dana sedangkan bagi
hasil/marjin akan dibagi hasilkan antara bank syariah dan nasabah dana, sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati. Artinya dalam bank syariah, dana dari
nasabah pendanaan harus di’usahakan’ terlebih dahulu untuk menghasilkan
pendapatan. Pendapatan itulah yang akan dibagi hasilkan untuk keuntungan
bank syariah dan nasabah dana.

B. Proses Pembiayaan Yang Dilakukan Pada Bank Syari’ah


Sebelum kita masuk kepada proses pembiayaan pada Bank Syari’ah sebaiknya kita
mengkaji terlebih dahulu operasionalisasi sistem syari’ah, dalam sebuah lembaga
keuangan. Bila kita perhatikan sebenarnya tampak jelas bahwa keberadaan
lembaga keuangan dalam Islam adalah vital karena kegiatan bisnis dan roda
ekonomi tidak akan berjalan tanpanya. Untuk mendapatkan persepsi yang jelas
tentang konsep Islam dalam lembaga keuangan khususnya bank, berikut ini adalah
uraian tentang prinsip operasional dan produk perbankan Islam. Prinsip simpanan
murni adalah Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank
Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk Al Wadiah. Fasilitas Al Wadiah biasa diberikan
untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan
deposito. Dalam dunia perbankan konvensional Al Wadiah identik dengan giro.
Sistem Bagi Hasil ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini
dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan
nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah
Mudharabah dan Musyarakah. Lebih jauh prinsip Mudharabah dapat dipergunakan
sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun
pembiayaan, sementara musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. Prinsip jual
beli dan margin keuntungan ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata
cara jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-up). Produk Bank
Syari’ah dan BPR Syari’ah pada sistem operasi Bank Syari’ah, pemilik dana
menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi
dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan :
1. Giro Wadi’ah Dana nasabah
yang dititipkan di bank. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan
berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh
bank. Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan
“kebijaksanaan” bank. Sunggguhpun demikian nominalnya diupayakan
sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif.
2. Tabungan Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah akan dikelola bank, untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan
kesepakatan bersama.
3. Deposito Investasi Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu
yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan
kesepakatan bersama.
4. Tabungan Haji Mudharabah
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada saat nasabah akan
menunaikan ibadah haji, atau pada kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan
perjanjian nasabah. Merupakan simpanan dengan memperoleh imbalan bagi
hasil (mudharabah).
5. Tabungan Qurban Simpanan
pihak ketiga yang dihimpunkan untuk ibadah qurban dengan penarikan
dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan ibadah qurban, atau atas
kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Juga merupakan simpanan
yang akan memperoleh imbalan bagi hasil (Mudharabah).

C. Pembiayaan/Penyaluran
dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah, musyarakah dsb.
a) Murabahah
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok
pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang
disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual sudah
disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu
pembiayaan. Skema ini juga banyak dipergunakan BSB dalam pembiayaan modal
kerja atau investasi yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank
syariah menggunakan skema murabahah.
b) Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan
kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap
bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka. Ijarah berasal dari bahasa
Arab yang memiliki makna imbalan, atau upah sewa/jasa. Istilah “Ijarah” pada
umumnya digunakan dalam perbankan Syariah . Secara makna dan konteksnya
dalam perbankan, Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan
pembayaran biaya sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang
tersebut. Singkat kata Ijarah berarti menyewa suatu tanpa maksud memilikinya.
c) Istishna
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang
yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai
pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar
pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran
pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode,
melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah
memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.
d) Mudharabah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi. Mudharabah dapat diartikan
sebagai akar kerjasama usaha antara dua pihak, yaitu antara pengelola usaha
yang disebut sebagai mudharib dan pihak memiliki modal disebut sebagai
shahibul maal. Melalui pembiayaan ini, pemberi modal memperoleh bagi hasil
secara terus menerus selama usaha masih berjalan. Besar keuntungan yang
diperoleh dibagi atas dasar kesepakatan yang telah ditentukan di kontrak awal.
Jenis mudharabah
Akad mudharabah dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi transaksi, yaitu:

 Mudharabah Mutlaqah: Usaha diajukan oleh mudharib kepada shahibul maal.


Dalam akad ini, pemberi modal tidak menentukan jenis usaha apa yang akan
dilakukan, dan hanya memberikan modal usaha. Nantinya pemberi modal
akan menerima nisbah bagi hasil dari usaha yang berjalan.
 mudharabah mugayyadah : Usaha ditentukan oleh pemberi modal (shahibul
maal), sedangkan pihak yang menerima pembiayaan (mudharib) hanya
sebagai pengelola yang menjalankan usaha.

e) Musyarakah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).
Musyarakah adalah bentuk pembiayaan dengan skema bagi hasil (syirkah),
dimana Bank menempatkan dana sebagai modal untuk usaha nasabah, dan
selanjutnya Bank dan Nasabah akan melakukan bagi hasil atas usaha sesuai
nisbah yang disepakati pada jangka waktu tertantu. Dengan skema Musyarakah,
anda dapat memanfaatkan pembiayaan ini untuk investasi atau modal kerja baik
jangka pendek maupun jangka panjang dengan fleksibilitas pembayaran. Fasilitas
pembiayaan ini dapat digunakan untuk membiayai suatu project maupun
membiayai kebutuhan pengadaan barang investasi atau modal kerja usaha.
Dalam skema pembiayaan ini, Nasabah wajib menyerahkan laporan usaha
(realisasi sales/pendapatan) kepada bank untuk menentukan bagi hasil atas
usaha.

DAFTAR PUSTAKA
Ais Chatamarrasjid, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta,
2006. Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah Wacana Ulama dan
Cendekiawan, Tazkia Institute, Jakarta,1999. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, Edisi 2, Ekonesia, FE-UII, Yogyakarta, 2003. Kasmir, Bank &
Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. ______,
Manajemen Perbankan, PT. Radja Grafindo, Jakarta, 2002. Muhamad, M. Syafi’I
Antonio, M. Akhyar Adnan, Iwan Triyuwono, Muhammad, Dumairy, Bank Syari’ah,
Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman, Ekonosia, Yogyakarta,
2004. Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002. Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, STIE
YKPN, Yogyakarta, 1997. Usman Rachmadi, Aspek-aspek hukum Perbankan di
Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Dosen : Dr. ZAINUDDIN, S.AG,SH,MH

NAMA: SITI NURHAYANI

KELAS : B5 IDI/ TEORI EKONOMI ISLAM

NIM : 02320190002

JURUSAN : AKUNTANSI

Anda mungkin juga menyukai