Disusun Oleh :
Andriawan
Dosen Pengampu :
Dr. Hesi Eka Puteri, S.E, M.Si
2023M/1445 H
PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH
b. Giro Mudharabah
Yang dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Giro mudharabah
merupakan instrumen penghimpunan dana melalui produk giro yang
menggunakan akad mudhrabah.
Mudharabah mempunyai 2 bentuk, yakni mudharabah mutlaqoh
dan mudharabah muayaddah, yang perbedaan utama di antara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan
pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi
tempat, waktu, maupun objek investasinya. Dalam hal ini, bank syariah
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak lain.
Rekening giro mudharabah ini hanya bisa dimiliki oleh para
pengusaha yang memiliki aliran keuangannya rutin cuma beberapa
kali saja dalam kurun waktu tertentu. Karena dalam akad
mudharabah jangka waktu investasi harus jelas, agar perhitungan bagi
hasilnya lebih mudah dilakukan oleh bank syariah selaku pihak
pengelola dana yang dinvestasikan oleh nasabah.
3. Produk Deposito
Selain produk tabungan dan giro pada penghimpunan dana juga ada
produk deposito. Deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah
dengan bank. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
13/POJK.03/2021 Tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum,
mendefenisikan deposito Syariah sebagai Simpanan berdasarkan akad
Mudharabah atau investasi dana berdasarkan akad Mudharabah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad
antara nasabah penyimpan dan Bank. Deposito syariah yang dilakukan
Bank Syariah berjalan dengan menganut prinsip Islam.
B. Produk Pembiayaan Bank Syariah
1. Pembianyaan Bagi Hasil
a. Pembianyaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Aplikasi pembiayaan musyarakah di perbankan syariah biasanya
digunakan untuk modal kerja atau investasi, dimana dana dari bank
merupakan pertisipasi modal bank dalam usaha yang dikelola oleh nasabah,
dan bank berhak ikut serta dalam mengelola usaha. Musyarokah digunakan
oleh ummat Islam untuk sebuah transaksi perkongsian dalam bisnis. Praktek
musyarokah ini diperbolehkan oleh syariatObyek akad dari musyarakah
adalah modal, kerja dan keuntungan dan kerugian. Modal yang diberikan
harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Jika modal
berbentuk aset, maka harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan
disepakati oleh para mitra. Dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan.
Secara akad, Musyarakah dibagi atas 5 macam yaitu Syirkah al-
’inan, Syirkah Mufawadhah, Syirkah Abdan atau a’maal, Syirkah Wujuh,
Syirkah mudharabah.
b. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam
produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk
kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak
pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di
anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
b. Pembianyaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara
tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak
sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini
mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga,
dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal
ini bank menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan
talangan (bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya
secara cicilan.
c. Pembianyaan Istishna’
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna'
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang
pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria
pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh
biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
3. Pembianyaan Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang
Jangka waktu sewa selama 2 tahun, Pembayaran sewa bulanan atas mobil tersebut
sebesar Rp.35.000.000 perbulan. Total yang harus dibayar Bapak Naufal dalam 2
tahun sebesar Rp.840.000.000. Bank syariah Setelah sewa berakhir maka bus
pariwisata tersebut menjadi milik Bapak Naufal.