Anda di halaman 1dari 14

RESUME

Produk Dan Jasa Pebankan Syariah


“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Manajemen
Perbankan Syari’ah”

Disusun Oleh :
Andriawan

Dosen Pengampu :
Dr. Hesi Eka Puteri, S.E, M.Si

PRORAM PASCASARJANA EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2023M/1445 H
PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH

A. Produk Penghimpunan Dana


Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan
dan deposito. Perinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah :
1. Produk Tabungan
Berdasarkan Undang-Undang No 10 tahun 1992 tentang
perbankan, yang dimaksud tabungan adalah simpanan dana yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang sudah disepakati, dan tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
atau alat lainnya yamg dipersamakan dengan itu. adapun yang
dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan tabungan ynag dibenarkan
adalah tabungan yang berdasarkan prinsip-prinsip mudharabah dan
wadiah.
a. Tabungan Mudharabah
Tabungan Mudharabah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan aka d mudharabah. Mudharabah mempunyai dua
bentuk, yaitu5:
1) Mudharabah mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah merupakan keadaan shahibul maal
maal memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola
(mudharib) untuk menggunakan dana modal dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan
2) mudharabah muqayyadah,
Mudharabah Muqayyadah merupakan keadaan pemilik
modal (shahibul maal) menentukan syarat dan pembatasan kepada
pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu,
tempat, jenis usaha dan sebagainya
Perbedaan utama di antara keduanya terletak pada ada atau
tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank
dalam mengelola hartanya. Bank syariah dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah
dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, bank syariah juga memiliki
sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank
harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat
kesalahan atau kelalaiannya.
2. Produk Giro
a. Giro Wadiah
Giro Wadiah merupakan simpanan berdasarkan akad wadiah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindahbukuan, dan terhadap titipan tersebut tidak dipersyaratkan
imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela (‘athaya). Simpanan
yang ada di Giro Wadiah adalah titipan murni yang setiap saat dapat
diambil jika pemiliknya menghendaki.
Bank Islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk
rekening wadi’ah. Dalam hal ini bank Islam menggunakan prinsip
wadiah yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus
menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadiah. Dana
tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank
berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan
tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik
kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian atau seluruhnya.
Adapun Wadi’ah ini terbagi 2 yaitu :
1) Wadiah Yad Amanah
Wadiah yad-amanah, titipan dimana titipan tidak boleh

memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh


penitip.

Pada skema giro wadiah yad amanah dapat disimpulkan bahwa:


Bank sebagai penerima titipan boleh memanfaatkan dana untuk usaha
produktif yang menghasilkan. Keuntungan atau kerugian dari
penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan
pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai
suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh dijanjikan
di awal.
2) Wadi’ah yad dhamanah
Wadiah yad-dhamanah adalah titipan dimana barang titipan selama
belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima
titipan.

b. Giro Mudharabah
Yang dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Giro mudharabah
merupakan instrumen penghimpunan dana melalui produk giro yang
menggunakan akad mudhrabah.
Mudharabah mempunyai 2 bentuk, yakni mudharabah mutlaqoh
dan mudharabah muayaddah, yang perbedaan utama di antara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan
pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi
tempat, waktu, maupun objek investasinya. Dalam hal ini, bank syariah
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak lain.
Rekening giro mudharabah ini hanya bisa dimiliki oleh para
pengusaha yang memiliki aliran keuangannya rutin cuma beberapa
kali saja dalam kurun waktu tertentu. Karena dalam akad
mudharabah jangka waktu investasi harus jelas, agar perhitungan bagi
hasilnya lebih mudah dilakukan oleh bank syariah selaku pihak
pengelola dana yang dinvestasikan oleh nasabah.
3. Produk Deposito
Selain produk tabungan dan giro pada penghimpunan dana juga ada
produk deposito. Deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah
dengan bank. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
13/POJK.03/2021 Tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum,
mendefenisikan deposito Syariah sebagai Simpanan berdasarkan akad
Mudharabah atau investasi dana berdasarkan akad Mudharabah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad
antara nasabah penyimpan dan Bank. Deposito syariah yang dilakukan
Bank Syariah berjalan dengan menganut prinsip Islam.
B. Produk Pembiayaan Bank Syariah
1. Pembianyaan Bagi Hasil
a. Pembianyaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Aplikasi pembiayaan musyarakah di perbankan syariah biasanya
digunakan untuk modal kerja atau investasi, dimana dana dari bank
merupakan pertisipasi modal bank dalam usaha yang dikelola oleh nasabah,
dan bank berhak ikut serta dalam mengelola usaha. Musyarokah digunakan
oleh ummat Islam untuk sebuah transaksi perkongsian dalam bisnis. Praktek
musyarokah ini diperbolehkan oleh syariatObyek akad dari musyarakah
adalah modal, kerja dan keuntungan dan kerugian. Modal yang diberikan
harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Jika modal
berbentuk aset, maka harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan
disepakati oleh para mitra. Dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan.
Secara akad, Musyarakah dibagi atas 5 macam yaitu Syirkah al-
’inan, Syirkah Mufawadhah, Syirkah Abdan atau a’maal, Syirkah Wujuh,
Syirkah mudharabah.

b. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam
produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk
kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak
pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di
anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.

2. Pembinayaan Jual Beli


a. Pembianyaan Mudharabah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah
saja. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual
belil di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin). Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu
dilakukan dengan cara pembayran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal).
Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara
pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.

b. Pembianyaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara
tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak
sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini
mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga,
dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal
ini bank menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan
talangan (bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya
secara cicilan.
c. Pembianyaan Istishna’
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna'
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang
pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria
pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh
biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
3. Pembianyaan Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak

pada objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang

pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

4. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa Beli (Ijarah Muntahiyyah Bit Tamlik)

Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ini merupakan salah satu akad


pembiayaan yang terdapat dibank Syariah sebagai bentuk konstruksi perjanjian
sewa beli melalui pendekatan maqashid asy-syari’ah. Secara prinsip,
implementasi IMBT di bank syariah terjadi karena adanya kebutuhan transaksi
perbankan yang membutuhkan adanya kontruksi sewa beli di perbankan
syariah. Implementasi Akad ini di bank Syariah mesti sejalan dengan prinsip-
prinsip Syariah yang sudah diatur oleh DSN MUI agar tidak keluar dari koridor
syariahnya. IMBT merupakan akad sewa yang hampir sama dengan akad ijarah.
yang membedakannya adalah IMBT diakhiri dengan kepemilikan barang
ditangan si penyewa. Jadi, Sifat permindahan kepemilikan inilah yang
membedakan dengan ijarah biasa. Dalam pelaksanaannya beberapa kritikan
diarahkan pada penerapan akad ini seperti masih terdapatnya subtansi hukum
maupun praktiknya yang dipandang tidak sejalan dengan prinsipprinsip syariah,
antara lain: (1) janji pemindahan hak milik objek akad dalam fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) tentang wa’d (janji) yang mewajibkan untuk
memenuhi janji. (2) Penyelesaian pembayaran musta’jir wanprestasi dengan
cara membebankan seluruh sisa ujrah hingga akhir masa sewa dalam Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah (KHES) maupun dalam praktik perbankan syariah
tidak sesuai dengan hukum ijarah dan tidak sejalan asas kemaslahatan. (3)
Review ujrah oleh Bank yang hanya diterapkan terhadap kenaikan ujrah dan
tidak diterapkan terhadap penurunan ujrah bertentangan dengan asas
keseimbangan (tawazun) dan asas keadilan (‘adalah).

Gambar skema pembiayaan IMBT

Ilustrasi Perhitungan Praktek Ijarah dan IMBT di Bank Syariah: Bapak


Naufal adalah seorang pengusaha di bidang pariwisata di Kota Bukittinggi. Seiring
dengan makin tingginya permintaan terhadap pariwisata ke Bukittinggi, Bapak
Naufal ingin menambah armada Bus Pariwisata sebanyak 8 unit lagi. Permohonan
pembiayaan diajukan ke Bank Syariah untuk membiayai pembelian atas 8 unit Bus
Pariwisata tersebut dengan menggunakan akad Ijarah IMBT. Harga mobil tersebut
sebesar Rp.180.000.000 perunit. Kebijakan penyusutan aktiva tetap untuk jenis
mobil itu ditetapkan masa ekonomisnya selama 5 tahun. Bank Syariah ingin
menyewakan mobil tersebut dengan return setara 20%.

Jangka waktu sewa selama 2 tahun, Pembayaran sewa bulanan atas mobil tersebut
sebesar Rp.35.000.000 perbulan. Total yang harus dibayar Bapak Naufal dalam 2
tahun sebesar Rp.840.000.000. Bank syariah Setelah sewa berakhir maka bus
pariwisata tersebut menjadi milik Bapak Naufal.

C. Jenis - jenis Produk Jasa Bank Syariah


1. Wakalah

Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau


pemberian mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk
melaksanakan suatu perkara sesuai dengan amanah/permintaan nasabah. Secara
teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa dari
lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil,
dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya melaksanakan urusan dengan batas
kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang
diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Bank dan
nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
2. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggungjawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai
penjamin (QS. Yusuf 12:72).
Secara teknis perbankan, kafalah merupakan jasa penjaminan nasabah
dimana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) sedangkan nasabah sebagai
pihak yang dijamin (makfullah). Prinsip syariah ini sebagai dasar layanan bank
garansi, yaitu penjaminan pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran.
Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah
dana untuk fasilitas ini sebagai jaminan. Atas dana tersebut bank dapat
memperlakukannya denagn prinsip wadiah. Dalam hal ini bank mendapatkan
imbalan atas jasa yang diberikan.
3. Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip
sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan
pada waktu yang sama berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada
saat itu juga (transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot
adalah: today, tomorrow, dan spot. Bank syariah tidak melayani
transaksi forward, swap, dan option yang dalam transaksinya diterapkan
hedging sebagaimana telah dijelaskan di atas. Karena transaksi ini
penyerahannya dilakukan pada masa yang akan datang dan mengandung unsur
spekulasi.
4. Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman
dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak,
seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang
bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan
keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Bank dapat meminta jaminan atas pinjaman ini kepada peminjam (QS al-Hadid
57:11).
5. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya
akad yang digunakan adalah akad qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian
pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar
bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu milik nasabah
sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya; harus jelas ukuran, sifat,
dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai namun tidak
boleh dimanfaatkan bank.
6. Hiwalah
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik
perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk
membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan utang. Untuk
mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan
penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi
antara yang memindahkan piutang dengan yang berhutang. Katakanlah
seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik proyek
yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan
likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan
menerima pembayaran dari pemilik proyek.
7. Ijarah
Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk pembiayaan,
yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa perbankan lainnya, antara
lain layanan penyewaan kotak simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank
mendapat imbalan sewa atas jasa tersebut.
8. Al-Wadiah
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk tabungan,
termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana administrasi
dokumen (custodian). Bank mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.
D. Emprical Issue
Pertumbuhan perekonomian melalui industri keuangan syaraiah yan padda
khususnya yaitu melalui perbankan syariah, dapat kita lihat melalui data yang telah
di publish di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengalami kenaikan melalui
pendanaan di bank syariah. Data tahunan OJK bulan Juni 2023 menunjukkan
pergerakan dana pihak ketiga pada tabungan dana tabungan wadiah (giro dan
wadiah) bank umum pada tahun 2020 hingga tahun 2023. Pada tahun 2020 sebesar
74.468 dan sedikit meningkat menjadi 74.997 pada tahun 2021 dan pada tahun
2022 sebesar 78.670 in. Juni-September naik menjadi 81.566 dan turun menjadi
80.795 pada bulan Oktober lalu naik menjadi 306 pada tahun 2021 hingga 2021.
terjadi penurunan pada bulan Januari-Juni dibandingkan bulan Desember 2022,
namun evolusi tiap bulannya berbeda-beda.
Berdasarkan data OJK yang dipublikasikan pada bulan Juni 2023,
pembiayaan pihak ketiga non bank sebesar 76,36% pada tahun 2020, data tersebut
turun menjadi 70,12% pada tahun 2021 akibat pandemi COVID-19, namun
perbankan syariah tidak berhenti begitu saja. Coba saja tingkatkan pendanaannya.
Hal ini dibuktikan dengan akumulasi data tahun berikutnya, 2022, yang meningkat
sebesar 73,95 persen menjadi 77,19 persen pada bulan Juni hingga November,
namun mengalami penurunan sebesar 75,15 persen pada bulan Desember. Pada
tahun 2023, pada 3 bulan pertama, besaran pembiayaan pihak ketiga bervariasi
sebesar 76,48% dan meningkat relatif signifikan pada bulan Mei dan Juni sebesar
78,29% dan 81,25%.

Anda mungkin juga menyukai