Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu Negara, semakin meningkat pula permintaan
atau kebutuhan pendaruan dalam kehidupan baik keperluan individu maupun kelompok, namun dana
dari pemerintah yang berupa APBN sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan perdanaan tersebut,
karena itu pihak pemerintah menggandeng pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam membiayai
sector tersebut guna membagun potensi ekonomi yang lebih baik. Pihak yang di maksudkan adalan
pihak bank yang memiliki fungsi tersebut, dan kita sebagai umat musim guna untuk memenuhi
kebutuhan perdanaan dan menyimpan dana tentu saja kita akan memilih suntu lembaga yang segala
kegiatannya tidak dilarang dalam islam, dan yang paling cocok adalah bank syariah.

Dalam rangka melayani masyarakat, terutama masyarakat muslim, bank syariah menyediakan berbagai
macam produk perbankanproduk perbankan syariah tersebut sudah tentu barang islami termasuk
dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana,dan produk yang berkaitan dengan
jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.

B. Rurmasan Masalah.

1. Apa saja produk penghimpunan dana?

2. Apa saja produk penyaluran dana?

3. Apa saja produk jasa perbankan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui produk penghimpunan dana

2. Untuk mengetahui produk penyakıran dana.

3. Untuk mengetahui produk jasa perbankan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Produk Penghimpunan Dana

Pada prinsipnya penghimpun dana yang di lakukan oleh pertankan syariah hampir sama dengan
perbankan konvesional artinya dalam sistem perbankan syariah dikenal produk-produk berupa giro
(demmad deposit), tabungan (saving deposit), deposito (time deposit) sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat. Dengan demikian produk penghimpun dara yang ada dalam sistem
perbankan syariah terdiri dari (1) Giro: Giro wadiah dan Giro madharabah (2) Tabungan: tabungan
wadiah dan tabungan madharabah (3) deposito: deposito mudharabah.

1. Giro Syari'ah

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, blyet
giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Nasabah yang
memiliki simpanan giro akan memperoleh nomor rekening. Jadi, giro merupakan dana yang disimpan di
bank pada rekening giro sebagai titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa Nomor 01/DSN-MUI/V1/2000
yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan syariah adalah giro berdasarkan prinsip wadiah dan
mudharabah.

a. Giro Wadials

Yang dimaksud giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni
yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendak. Dalam kaitannya dengan produk

https://www.kompasiana.comvnuriyatukgibtiyah/produk-penghimpunan-dana-bank- syariah 57453be7


611512117c62 diakses pada 09/10/2017

giro, Bank Syariah menerapkan prinsip wadinh yad dłumanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip
yang menberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang
titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk
mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan
pengelolaan dana tersebut. Namun demikian, Bank Syariah diperkenankan memberikan insentif berupa
bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya.

Ketentuan umarn giro berdasarkan wadiah yaitu

✔Bersifat titipan

Titipan bisa diambil kapan saja (on call)

Tidak ada imbalan yung disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela
dari pihak bank.

Karakteristik dari giro wadiah antara lain:

Harus dikembalikan utah seperti semula sehingga tidak boleh overdarfi

✔Dapat dikenakan biaya titipan

✔Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya menetapkan saldo
minimum

✔Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku.

Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan yang berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan syariah

✔ Dana wadiah hanya dapat digunakan sejin penitip

b. Giro Mudharabah

Yang dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yung dijalankan berdasarkan akad mudharabah.
Mudharabah mempunyai das bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan madharabah moxqayadalı, yang
perbedaan utama dauntara keduanya terletak pada ada atau tidaknya

Wirose. Penghingunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta Grusindo. 2005), hal. 20.

persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelolah hartanya, baik dari sisi tempat,
waktu, maupun objek investasinya. Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai madharib (pengelolah
dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mul (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah serta mengembankannya, termasuk melakukan akad madharabah dengan pihak hin.
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Disamping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH
bagi hasil giro modharabah dibebankan langsung ke rekening giro madharabah pada saat perhitungan
bagi hasil

2. Tabungan Syari'ah

Tabungan adalah simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.

Para ahli perbankan tempo dulu memberikan pengertian tabungan merupakan simpanan sementara,
maksudnya simpanan untuk menunggu apakah investasi, untuk keperluan sehari-hari atau konsumsi
yang dapat ditarik sewaktu-waktu dalam bentuk giro.

Bank syari'ah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadhi'ah dan modharabah.

a. Tabungan wadiah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murmi
yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.

Antonio, M. S. (2001). Bank Syari'ah, Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani.

Berkaitan dengan produk tabungan wadish, Bank Syariah menggunakan akad wadiah yad adh-
dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank Syariah
untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang tiripannya, sedangkan Bank Syariah
bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggamakan atau
menanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap
keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki Di sisi
lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau
barang tersebut.

Dari pembahasan diatas, dapat disarikan beberapa ketentuan unam tabungan wadiah sebagai berikut:

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.

> Keuntungan atau kerugian dari penyakran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau
tanggungan bank. sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak
diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening

b. Tabungan mudharabah

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu

Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya menggunakan akad
mudharabah pada dasarnya

Drs. H. Karnaen Perwataatmadja, M., & H. Muhammad Syafi'i Antonio, M. (1992). Αρα dan Bagaimana
Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi Mudlarabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi
untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari
pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad madharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana
syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

c. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menuna
perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan
Syariah nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan
adalah deposito berdasarkan prinsip madharabah.

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal
(pemlik modal dan) bank bertindak sebagai madharib (pengelola). Berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh pilzak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:

a) Mudharabah mutlaqah

Dalam deposito Mudharabah mutlaqah, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan
tertentu kepada Bank syariah dalam mengelola investasinya. Dengan kata lain, bank syariah mempunyai
hak kebebasan dalam menginvestasikan dana madharabah malaqah ini keberbagai sector bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

b) Mudharabah muqayyadah

Berbeda halnya dengan deposito Mudharabah Mutlaqah, dalam deposito Mudharabah Muqayyadah,
pemilik dana memberika batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola
investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objekinvestasinya. Dengan kata lain
bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana ini
keberbagai sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

Ketentuan tentang deposito Syariah:

Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak
sebagai mudharib atau pengelola.

Dalam kapasitasnya sebagai malharib, bank dapat melakuka berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya madharabah
dengan pihak lain.

Modala harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk turai dan bukan piutang

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangakan dalam akad pembukaan
rekening.

B. Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di Bank Syari'ah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu
Transaksi pembiayaan yang di tujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip
jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan-pembiayaan murobahah, salam, dan istisna".

Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (jarah).
Transaksi jarah dilandasi

Drs. Ismail, M.A. (2011) Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana.

adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip jarah sama dengan prinsip jual beli, naman
perbedaanya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,
maka pada jarah obyek transaksinya jasa.

Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil

Penyaluran dana pada bank syariah dilakukan dengan berbagai cara yang masing-masing memiliki
prinsip akad yang berbeda pula, antara lain:
a. Ba'l (Jual Beli)

Ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, Yaitu:

Ba'l Murabahah, yaitu transaksi jual beli dimana bank mendapat sejumlah keuntungan sebagai penjual
dan nasabah sebagai pembel

Ba'l Salam, yaitu transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada sehingga barang yang menjadi objek
diserahkan secara tangguh dalam hal ini bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual

Ba'l Istisna, yaitu sama dengan salam hanya saja dalam pembayaranya bank membayar dengan
beberapa kali pembayaran

b. Ijarah (Sewa)

Secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada
akhir masa sewanya dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya salam mas sewa
akan dijual belikan antara bank dan nasabahyang menyewa (ljarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang
dikuti dengan berpindahnya kepemilikan).

Sulhan, Manajemen Bank (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 149.

c. Syirkah

Syirkah adalah produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Syirkah ini
terdiri atas:

Al-Musyarokah, merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil Dalam kera sama ini para pihak secara
bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk menjadi
modal proyek kerja sama untuk dikelola bersama-sama pula.

Al-Mudharabah, merupakan bentuk spesifik dari masyarokah. Dalam madharabah salah satu pihak
berfungsi sebagai shokhibul mal (pemilik modal) dan pihak lain berpera sebagai mudharib (pengelola).
d. Akad Pelengkap

Untuk memudahkan pelaksanaan pembiayaan diperkakan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan
untuk mengganti biaya-baya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Akad pelengkap terdiri alas:

Hiwalah, adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah, fasilitas hiwalah
lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya,
sedangkan bank mendapatkan ganti biaya atas jasa.

Rahm, biasa dikenal dengan gadai. Tujuan dari akad ini adalah memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

Qardh, adalah pinjaman uang. Pink bank memberikan sejumlah

pinjaman uang kepada nasabah dengan pelarasan yang ditentukan. Wakalah, adalah pelimpahan
kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan.
pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dll.

Kafalah, adalah bank yang ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank
dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana unhak fasilitas ini sebagai ralm.

Bank dapat juga menerima uang tersebut dengan prinsip wadiah, bank mendapatkan biaya pengganti
atas jasa yang diberikan.

C. Produk Jasa Perbankan

Bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengn mendapatkan
imbakan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut natara hin berupa:

Sharf (Jual beli valuta asing), islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada matauang yag sejenis
mauun yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang sama
(spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valta asing ini

ljarah (xewa), sebagaimana telah dielaskan seperi diatas bahwa Secara prinsip jarah ini sama dengan jual
beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya salam mas sewa akan dijual belikan antara bank
dan nasabahyang menyewa (Tjarah muntahhiyah bistamlik/sewa yang dikuti dengan berpindahnya
kepemilikan).
Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring Jasa transfer dan kliring sudah biasa dindustri
perbankan. Jasa ini mempermudah transaksi yang dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan
dengan bank lain. Atas jasa ini, bank mengenakan

biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri Pengaaman ATM bersama dengın bank lain

Penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan bak nasabah bank tersebut maupun
nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan, Imbalan yang diterima bank biasanya
berupa biaya pertransaksi

Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan yang memudahkan
nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang
telah bekerja sama dengan pihak lain dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian
produk-produk tertentu, seperti pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelan voucher
telepon pra bayar, premi asuransi dan angsuran pinjaman/ hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh
keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank dengan pihak
lain tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Produk penghimpunan dana pada perbankan syariah antara laine

Giro Wadiah

Giro Mudharabah

Tabungan Wadi'ah
Tabungan Mudharabah

Deposito Mudharabah

2. Produk penyaluran dana pada perbankan syariah antara lain

a. Ba'l (Jual Beli

b. Ijarah (Sewa)

c. Syirkah

d. Akad Pelengkap

3. Produk jasa perbankan antara lain:

Sharf (Jual beli valuta asing)

Ijarah (sewa)

Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring

Penggunaan ATM bersama dengan bank lain

Pembayaran dan pembelian beberapa produk vin bank

B. Saran

Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman seun agar makalah ini dapat dibuat
dengan lebih baik lagi. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir
dari makalah adalah daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai