Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN KOPERASI SYARIAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tehnik Perhitungan Bagi Hasil Dan Margin

Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Zainal Abidin, M.E.I.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Wahyu Eka Darman (21383021048)

Silviya Rohmah (21383022123)

Sri Hartatik (21383022125)

KELAS D

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

MARET 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-
Nya dan sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, serta keluarga,
sahabat dan pengikutnya.

Alhamdulillah, atas izin dan pertolongan dari Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang telah diberikan
dengan judul “Pengelolaan Koperasi Syariah” sesuai waktu yang telah ditentukan.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H.Zainal
Abidin, M.E.I selaku dosen mata kuliah Tehnik Perhitungan Bagi Hasil Dan Margin yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan tentang Pengelolaan
Koperasi Syariah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis berharap agar semua pengetahuan dan pengalaman yang telah kami peroleh
selama penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun sendiri.
Penulis menyadari pasti banyak kekurangan dan kelemahan yang terdapat di dalam makalah
ini. Untuk itu, kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca.

Pamekasan, 02 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Koperasi Syariah ............................................................................................................... 3


B. Tujuan, Fungsi, Dan Landasan Koperasi Syariah .................................................. 4
C. Jenis-Jenis Koperasi Di Indonesia ..................................................................................... 7
D. Prinsip Operasional ........................................................................................................... 10
E. Produk-Produk Koperasi Syariah ............................................................................... 13
F. Hubungan Shohibul Maal, Mudharib, Dan Partner ............................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 18

B. Saran .................................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi merupakan sebuah badan usaha yang memiliki anggota dan setiap
orangnya memliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang memiliki prinsip
koperasi dan berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas kekeluargaan yang
tercantum pada Undang Undang Nomor 25 tahun 1992.
Secara umum prinsip operasional koperasi adalah membantu kesejahteraan
para anggota dalam bentuk gotong royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah
menyimpang dari sudut pandang syariah yaitu bersifat gotong royong dan kolektif
dalam membangun kemandirian hidup. Melalui hal inilah, perlu adanya proses
internalisasi terhadap pola pemikiran tata cara pengelolaan, produk-produk, dan
hukum yang diberlakukan harus sesuai dengan syariah. Dengan kata lain koperasi
syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui pendekatan
yang sesuai dengan syariat islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu


permasalahan yang akan dibahas pada penulisan ini,sebagai berikut :
1. Apa pengertian koperasi syariah?
2. Apa saja tujuan, fungsi dan landasan koperasi syariah?
3. Apa saja jenis-jenis koperasi di Indonesia?
4. Apa saja prinsip operasional?
5. Apa saja produk-produk koperasi syariah?
6. Bagaimana hubungan shohibul maal, mudharib, dan partner?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian koperasi syariah.
2. Untuk mengetahui tujuan, fungsi dan landasan koperasi syariah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis koperasi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui prinsip operasional.

1
5. Untuk mengetahui produk-produk koperasi syariah.
6. Untuk mengetahui hubungan shohibul maal, mudharib, dan partner.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa Inggris), yang berarti adalah
kerja sama. Sedangkan menurut istilah,Koperasi adalah suatu perkumpulan yang
dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para
anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan bertujuan memajukan tingkat hidup
bersama yang dijalankan dengan prinsip syariah. 1
Menurut Masjfuk Zuhdi,yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu
perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang- orang atau badan hukum
yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota atas dasar suka rela secara kekeluargaan.
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-
quran dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha
koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah. Apabila
koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,maka
koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir, dan gharar. 2
Koperasi syariah didirikan dengan konsep syirkah al-mufawadhoh
merupakan kerjasama antara beberapa orang, dan setiap anggota berpartisipasi
dalam usaha dengan beban yang seimbang. Masing-masing anggota menganggung
hak dan kewajiban satu sama lain, tidak diperkenankan satu anggota menanamkan
modal lebih besar dan penghasilan yang lebih banyak dari anggota lain. Usaha
koperasi syariah meliputi kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayib)
serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan tidak riba. Untuk menjalankan

1
Ahmad Ifham Slihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2010), 423.
2
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 292.

3
fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam
sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3
B. Tujuan, Fungsi Dan Landasan Koperasi Syariah
Tujuan utama kopersi syariah yakni memajukan kesejahteraan anggotanya
sesuai dengan norma dan moral syariah yang ada, yaitu dengan cara halal dan
meninggalkan perbuatan yang haram. Koperasi syariah berfungsi untuk melakukan
dua hal penting, yaitu tahsil, yakni mengamankan manfaat dan ibqa, yaitu mencegah
kerusakan atau cedera seperti yang diarahkan oleh Pemberi Hukum. Maslahah di sisi
lain adalah perangkat hukum yang digunakan dalam teori hukum Islam untuk
mempromosikan kepentingan publik dan mencegah kejahatan sosial atau korupsi.
Koperasi syariah memiliki tujuan untuk mensejahterakan perekonomian
anggota sesuai dengan aturan dan akhlak syariah, menjalin keadilan dan
persaudaraan sesama anggota, serta membagi pendapatan dan kekayaan antar
anggota secara merata berdasarkan kontribusi yang diberikan. Memahami bahwa
manusia hanya memiliki pemahaman yang kreatif dan menikmati kebebasan
pribadinya dalam kesejahteraan sosial untuk taat kepada Tuhan, meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, terutama seluruh lapisan masyarakat, dan berkontribusi
pada terwujudnya tatanan ekonomi yang berkeadilan sesuai dengan ajaran Islam. 4
Dengan tujuan yang sudah diatur dalam hukum syariat Islam, maka koperasi
syariah sudah seharusnya memperhatikan bagaimana harta itu bisa dimanfaatkan
tidak hanya untuk kebutuhan individu, tapi juga bisa menjadi manfaat untuk
masyarakat seluruhnya.
Dengan tujuan yang sudah diatur dalam hukum syariat Islam, maka koperasi
syariah sudah seharusnya memperhatikan bagaimana harta itu bisa dimanfaatkan tidak
hanya untuk kebutuhan individu, tapi juga bisa menjadi manfaat untuk masyarakat
seluruhnya.
Fungsi dari koperasi syariah sebagai berikut: 5
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

3
Ibid, 425.
4
Warno dan Sri Wiranti Setiyanti, “Konsistensi Penerapan Sak Syariah pada Koperasi Syariah”, Jurnal
Stie Semarang, VOL 6, No. 2, (Januari, 2014), 101.

5
Zaenudin A. Naufal, Fikh Muamalah Klasik & Kontemporer, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 152.

4
anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi
lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen
(istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam
dan prinsip-prinsip syariah islam.
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan
dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu
bekerjasama melakukan kontrol terhadap koperasi secaraefektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
Landasan Hukum Koperasi Syariah Sebagai Berikut :
Landasan koperasi syariah:

1. Berlandaskan pancasila dan UUD 1945.

2. Berazazkan kekeluargaan.

3. Berlandaskan syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunah dengan


saling tolong menolong dan menguatkan. Contoh ayat Al-quran
sebagai berikut:

 Berdasarkan (Q.S. An-nisa 29)

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku

5
dengan suka sama- suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu".
 Berdasarkan (Q.S. Al-Baqoroh 275)

Artinya : "Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak


dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekaldi dalamnya."

 Berdasarkan (Q.S. Al-Maidah 1)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad

6
itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang
akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya". 6
C. Jenis-Jenis Koperasi Di Indonesia
Di Indonesia, koperasi merupakan penggerak ekonomi rakyat dengan usaha
bersama para anggota. Koperasi bertujuan menjadikan kehedupan anggota menjadi
lebih bermanfaat dan lebih baikterutama dari segi ekonominya. Koperasi dibedakan
menjadi tiga macam koperasi, yakni koperasi berdasarkan atas usahanya, koperasi
dengan dasar keanggotaan, dan koperasi atas dasartingkatnya. Berikut
penjelasannya: 7
1. Koperasai atas dasar usahanya
Koperasi atas dasar usahanya dibedakan menjadi empat jenis koperasi,
yakni:
a. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi ini merupakan sebuah koperasi dengan usaha tunggal yang
bertujuan untuk mengumpulkan tabungan anggotanya beserta memberikan
pinjaman. Anggota yang menabung akan menerima biaya layanan, dan
peminjam harus menerima layanan tersebut, pembayaran pinjaman
dilakukan dengan cara mencicil.Jumlah layanan yang diberikan kepada
penyimapan dan peminjam ditentukan dalamrapat anggota. Koperasi simpan
pinjam ini dapat dikatakan dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
b. Koperasi Serba Guna (KSU)
Koperasi multifungsi adalah koperasi yang terdiri dari berbagai jenis
usaha. Misalnya menyediakan simpan pinjam dan jasa, menjual produk hasil
produksi anggota, dan unit toko untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
anggota, komunitas, dan unit telepon.

6
Ibid, 155.
7
Abdulah Safe’i, “Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Keduduka dan Peranannya Dalam Pemberdayaan
Ekonomi kerakyatan”, Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1 (2014), 56.

7
c. Koperasi Konsumsi

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya memenuhi


kebutuhan sehari-hari anggotanya. Kebutuhan tersebut antara lain
kebutuhan pangan, sandang, dan perabot rumah tangga. Barang yang
ditawarkan lebih murah dibanding toko lain.
d. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah sejenis koperasi yang bidang usahanya
memproduksi barang dan menjual hasil produksi secara berkelompok yang
merupakan hasil produksi dari anggota koperasi. Anggota yang memiliki
usaha dapat memberikan produk kepada koperasi, dan melalui koperasi,
anggota dapat memperoleh pendanaan dan bantuan pemasaran.
Ada berbagai koperasi produksi. Misalnya koperasi produksi petani,
koperasi produksi ternak, koperasi produksi pengrajin, dan lain sebagainya.
Koperasi produksi membantu anggotanya menghadapi kesulitan bisnis.
Misalnya, koperasi bisa membantu menyediakan bahan baku kerajinan
tangan, memberi petani bibit dan pupuk, dan lain sebagainya. Selain itu,
anggota yang bekerja sama bersama-sama mencari solusi atas masalah.
Koperasi produksi juga menampung hasil usaha anggotanya. Karenanya,
anggota tidak mengalami kesulitan dalam menjual produknya. Anggota
koperasi produksi di sektor pertanian dapat menjual beras, jagung, kacang-
kacangan, kedelai, dan hasil bumi lainnya kepada koperasi. Peternak dan
pengrajin yang sama.
2. Koperasi atas dasar keanggotaan
Dilihat dari anggotanya, ada beberapa bentuk koperasi, antara lain
Koperasi Petani, Koperasi Pensiunan, Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI), Koperasi Sekolah, Koperasi Warga (KUD), dan Koperasi Pasar
(Koppas), antara lain:
a. Koperasi Petani

Anggota koperasi adalah petani, buruh tani dan orang-orang yang terlibat
dalam operasi pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan terkait
pertanian, seperti konsultasi pertanian, pembelian benih berkualitas,
pemberian pupuk, obat-obatan, dll.
b. Koperasi Pensiunan

8
Berbeda dengan koperasi pertanian yang terdiri dari petani, koperasi
pensiun terdiri dari para pensiunan PNS. Koperasi bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan memenuhi kebutuhannya.
c. Koperasi Karyawan Republik Indonesia (KPRI)
Berbeda dengan sebelumnya. Koperasi beranggotakan pegawai
negeri sipil dengan pegawai pusat dan daerah. Sebelum KPRI, koperasi itu
bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). Tujuan utama KPRI adalah
meningkatkan kesejahteraan PNS (anggota). KPRI dapat dibentuk dalam
lingkup suatu departemen atau lembaga.
d. Koperasi sekolah
Koperasi sekolah beranggotakan komunitas sekolah yaitu guru,
karyawan dan siswa. Koperasi sekolah menjalankan kegiatan usaha untuk
memenuhi kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis,
makanan, dll. Keberadaan koperasi sekolah tidak hanya sebagai kegiatan
ekonomi, tetapi juga sebagai sarana pendidikan bagi peserta didik, meliputi
pembinaan kepemimpinan, pembinaan tanggung jawab, pembinaan
kejujuran, pembinaan lingkungan, dan kegiatan pembelajaran berorganisasi
dalam bentuk usaha bersama. Koperasi sekolah dikelola oleh siswa,
sehingga dapat mewujudkan tujuan koperasi sebagai media pendidikan.
e. Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi unit desa adalah koperasi yang anggotanya adalah
masyarakat desa. Koperasi tersebut menjalankan kegiatan komersial di
bidang ekonomi terutama yang berkaitan dengan pertanian atau perikanan
(nelayan).

Beberapa bisnis KUD meliputi:


1) Mengalokasikan sarana produksi pertanian, seperti penyediaan pupuk,
pestisida, bibit, peralatan pertanian dan pemberian pelatihan teknologi
pertanian.
2) Memberikan saran teknis kepada petani dengan petugas penyuluh
lapangan. Di tingkat daerah dan provinsi, terdapat Pusat Kerja Sama
Unit Desa (PUSKUD) yang misinya memberikan pembinaan kepada
KUD-KUD. Di tingkat pusat, ada Koperasi Induk Unit Desa (INKUD)
yang bertugas melakukan pembinaan kepada PUSKUD di seluruh

9
Indonesia.
f. Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi terdiri dari pedagang pasar. Biasanya para pedagang di
setiap pasar mendirikan koperasi untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan kegiatan para pedagang tersebut. Misalnya modal dan penawaran
komoditas. Di tingkat daerah atau provinsi terdapat Pusat Kerjasama Pasar
(Puskoppas) yang bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap koperasi
pasar di daerah binaan.
3. Koperasi atas dasar tingkatannya
Berdasarkan tingkatan koperasi dapat dibedakan sebagai berikut: 8
a. Koperasi primer
Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan minimal 20
orang anggota koperasi.
b. Koperasi sekunder
Koperasi sekunder adalah koperasi yang anggotanya beberapa
koperasi. Koperasi tersebut meliputi:
• Koperasi Pusat
Pusat Koperasi adalah koperasi yang anggotanya sekurang-
kurangnya terdiri dari lima koperasi besar dan berada di suatu daerah
/ kota.
• Koperasi Gabungan
Koperasi gabungan adalah koperasi yang anggotanya paling
sedikit ada di tiga pusat koperasi. Wilayahnya mencakup satu atau
lebih provinsi.
• Koperasi Induk
Koperasi Induk adalah koperasi yang anggotanya paling
sedikit tiga perkumpulan koperasi.
D. Prinsip Operasional
Meskipun UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah telah di
keluarkan namun Indonesia masih menganut dual banking system (dua sistem
perbankan) secara co- existance. Dua sistem perbankan itu adalah bank umum dan
bank berdasarkan bagi hasil (yang secara implisit mengakui sistem perbankan
8
Ibid, 58.

10
berdasarkan prinsip Islam).
Bank syariah dapat dilakukan melalui 1) bank umum syariah; 2) bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS); 3) Islamic windows; dan 4) office channeling.
Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.' Bentuk hukum yang diperkenankan adalah perseroan terbatas/PT,
koperasi atau perusahaan daerah dengan modal disetor sekurang- kurangnya satu
triliun rupiah.
Bank perkreditan rakyat syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukumnya dapat berupa perseroan terbatas,
koperasi atau perusahaan daerah. 9
Operasional Bank Islam didasarkan kepada prinsip jual-beli dan bagi hasil
sesuai dengan syariah Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 10
1. Al-Wadiah
Yaitu perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang) dengan penyimpan
(termasuk bank) di mana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan
menjaga keselamatan barang dan atau uang yang dititipkan kepadanya. Jadi, al-
Wadiah ini meru- pakan titipan murni yang dipercayakan oleh pemiliknya.
Terdapat dua jenis al-Wadiah:

a) Al-Wadiah Amanah
Pihak penyimpan tidak bertanggung jawab terhadap keru- sakan atau
kehilangan barang yang disimpan, yang tidak diakibatkan oleh perbuatan atau
kelalaian penyimpan.
b) Al-Wadiah Dhamanah
Pihak penyimpan dengan atau tanpa izin pemilik dapat memanfaatkan
barang yang dititipkan dan bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan
barang yang disimpan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan barang tersebut menjadi hak penyimpan.
2. Al-Mudharabah

9
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah (Bogor: Galia Indonesia, 2009), 50.
10
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 31.

11
Yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha
(enterpreneur). Di mana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu
proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan
pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut
dalam pengelolaan usaha, tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan
pengawasan. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian
tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila kerugian
tersebut terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan oleh pengusaha.
Syarat-syarat mudharabah adalah: 11
a) Modal A
1) Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal
berbentuk barang maka barang tersebut harus dihargakan dengan harga
semasa dalam uang yang beredar (atau sejenisnya).
2) Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
3) Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya
melakukan usaha.
b) Keuntungan
1) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam persentase dari
keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti.
2) Kesepakatan rasio persentase harus dicapai melalui negosiasi dan
dituangkan dalam kontrak.
3) Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah Mudharib
mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal kepada Rab Al’mal.
3. Al-Musyarakah
Yaitu perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang
atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi
sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak tersebut, yang tidak harus sama
dengan pangsa modal masing-masing pihak. Dalam hal terjadi kerugian, maka
pembagian kerugian dilakukan sesuai pangsa modal masing-masing.

Dalam menjalankan usahanya, koperasi ini memiliki beberap perinsip yang


sesuai dengan konsep syariah. Adapun beberapa prinsip koperasi syariah adalah

11
Ibid, 34.

12
sebagai berikut: 12
1. Kekayaan merupakan amanah dari Allah SWT dan tidak bisa di miliki
sepenuhnyaoleh siapapun secara mutlak.
2. Setiap manusia berhak dan diberi kebebasan untuk bermuamalah selama hal
tersebutsesuai dengan ketentuan syariah.
3. Umat manusia adalah khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi ini.
4. Menjunjung tinggi keadilan, serta menolak semua yang berhubungan dengan
ribawidan pemusatan sumber ekonomi pada sekelompok orang.
E. Produk-Produk Koperasi Syariah

Macam jenis produk penghimpunan dana dan penyaluran dana oleh

lembaga keuangan syariah sebagai berikut:

1. Produk penghimpunan dana (funding)


Pelayanan jasa simpanan atau tabungan yang diselenggarakan adalah bentuk
simpanan/tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu tertentu dalam
pernyertaan dan penarikannya.
2. Produk penyaluran dana (Financing)
Sesuai dengan sifat dan fungsi koperasi, maka sumber dana yang diperoleh
haruslah disalurkan kepada anggota maupun calon anggota. Sifat penyaluran
dananya ada yang komersil adapula sebagai pengembanfungsi sosial. Penyaluran
dana koperasi syariah berdasarkan pada unit kerjanaya baik unit sektor Riil
maupun Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS).
3. Pelayanan Jasa (Services)

Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut: 13

a. Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah), transaksi pengalihan utang

piutang.

b. Gadai (Rahn), untuk memberikan jaminan pembayaran kembali

kepada koperasi syariah dalam memberikan pembiayaan.

12
Ninik Widyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: PT Bina Adi Aksara, 2003), 5.

13
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), 172.

13
c. Al-Qardh, pinjaman kebaikan, untuk digunakan membantu keuangan

anggota secara cepat dan berjangka pendek. 14

d. Wakalah, penyerahan atau pelimpahan kekuasaan oleh seseorang

kepada yang lain dalam hal yang diwakilkan. Wakalah juga berarti

perlindungan, pencukupan, tanggungan. Jasa ini timbul dari hasil

pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan anggotanya dimana anggota

mewakilkan urusan tersebut kepada koperasi seperti contohnya:

pengurusan SIM, STNK.

e. Kafalah, berarti penjaminan, pengertian yang dimaksud dalam

Koperasi Syariah adalah penjaminan yang dilakukan Koperasi

Syariah kepada anggotanya dengan tujuan mendapatkan fasilitas

dari pihak lain dan anggota memberikan imbalan dalam bentuk

fee/ujroh.

F. Hubungan Shohibul Maal, Mudharib, Dan Partner


Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara 2 (dua) pihak, di mana
pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shaibul mal) yang menyediakan
seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha atau
mudharib. 15 Secara teknis, mudharabah adalah kemitraan laba, dimana satu pihak
(rabbul mal) menyediakan modal dan pihak yang lain (mudharib) menyediakan
tenaga kerja. 16 Beberapa ahli fiqih, seperti para ulama Hanafi dan Hanbali,
menggunakan istilah mudharabah, sedangkan para ulama Maliki dan Syafi’i
menggunakan istilah qiradh.
Prinsip mudharabah adalah bagian dari produk perbankan syariah yang
unik, karena memiliki perbedaan filosofis antara sistem perbankan konvensional
dengan perbankan syariah yang menganut prinsip bagi keuntungan atau

14
Ibid, 174.
15
Chasanah Novambar Andiyansari, Akad Mudharabah Dalam Perspektif Fikih an Perbankan Syari’ah, Jurnal
Pendidikan Dan Agama Islam, Vol. 3, No. 2 (Juli, 2020), 43.
16
Ibid.

14
kerugian. 17 Prinsip bagi hasil dikenal sebagai profit and loss sharing, dimana
ketika mudharib mendapatkan hasil dari pengembangan modal usaha dari shaibul
mal maka keuntungan yang didapat dibagi sesaui dengan perjanjian. Begitu pula
dengan kerugian, maka antara mudharib dengan shaibul mal sama-sama
menanggung. Konsep inilah yang diusung oleh syariah bawasannya skim
mudharabah ini menerapkan sistem kerjasama berbasis keadilan.
Mudharabah saat ini merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan
syari’ah untuk memobilisasi dana masyarakat dan untuk menyediakan berbagai
fasilitas, seperti fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. Menurut Quardhawi
seperti dikutip oleh Arifin dan Sa’diyah, Mudharabah dengan dasar profit and loss
sharing principle merupakan salah satu alternatif yang tepat bagi lembaga keuangan
syari’ah yang menghindari sistem bunga (interest free) yang oleh sebagian ulama
dianggap sama dengan riba yang diharamkan. 18
Secara umum, Mudharabah merupakan fiducial contrak atau pengaturan
dimana shahibul mal mempercayakan modal kepada mudharib yang bekerja untuk
mengelola modal tersebut dan sebelumnya telah disepakati bersama dalam hal
pembagian keuntungan. 19 Mudharabah merupakan salah satu bentuk dari prinsip
syarikah atau musyarakah (bagi hasil) yang mengandung substansi perjanjian
kemitraan atau kerjasama antara pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola modal
(mudharib) dengan pembagian keuntungan yang disepakati bersama. Syarikah
atau musyarakah dapat diartikan sebagai akad kerja sama usaha patungan antara (dua)
pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu usaha yang dinilai halal
dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati bersama pada saat membuat akadnya. Adapun syarikah atau musyarakah
merupakan salah satu instrumen yang digunakan perbankan Islam dalam
menyediakan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal (equity participation). 20

17
Khudori Ibrahim, Penerapan Prinsip Mudharabah Dalam Perbankan Syariah, Jurnal ius, Vol II, No. 4
(April, 2014), 42.

18
Arifin dan Sa’diyah, Mudharabah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syariah, Jurnal equilibrium, Vol 1, No. 2
(Desember 2013), 304.
19
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 23.
20
Ibid, 24.

15
Secara umum, berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib,
mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah

muqayyadah. Pembagian jenis mudharabah tersebut memberikan konsekuensi sendiri-


sendiri bagi para pihak. Dimana dalam mudharabah mutlaqah, mudharib memiliki
kewenangan penuh dalam hal pengelolaan modal, berbeda bila dibandingkan dengan
mudharabah muqayyadah, dimana shahibul maal juga memiliki kewenangan untuk
menentukan pengelolaan modal.21
Secara teknis, dalam pelaksanaan mudharabah, shahibul maal belum tentu
mendapatkan keuntungan dari pengelolaan modal yang dilakukan oleh mudharib,
karena mudharib dalam mengelola modal tersebut belum tentu mendapatkan
keuntungan, bisa jadi mudharib mengalami kerugian. Dalam hal mudharib mengalami
kerugian dalam pengelolaannya, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik
modal (shahibul maal) selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola.
Apabila kerugian tersebut diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.22
Sehingga manakala terjadi kerugian dalam pengelolaan dana tersebut, nasabah
(shahibul maal) akan kehilangan sebagian imbalan dan keuntungan dari pengelolaan
dana yang dituangkan dalam bentuk mudharabah.
Dilihat dari teknis pelaksanaan mudharabah tersebut, shahibul maal
seolah-olah menjadi pihak yang selalu dirugikan bila terjadi kerugian dalarn
pengelolaan modal, karena kerugian yang timbul dari pengelolaan yang dilakukan
mudharib tidak ditanggung secara bersama- sama akan tetapi hanya menjadi
tanggungan shahibul maal. 23 Selain itu rumusan konsepsi bahwa pihak pengelola ikut
bertanggung jawab terhadap kerugian dalam hal adanya kesalahan mudharib
merupakan konsepsi yang kabur karena sangatlah sulit bagi shahibul maal untuk
mengetahui sebab dari kerugian dalam pengelolaan modal yang diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian mudharib selaku pengelola modal, karena dalam
pelaksanaan mudharabah tersebut, shahibul maal tidak mempunyai kewenangan untuk
ikut andil dalam pengelolaan modal. Disini terlihat, bahwa dalam pelaksanaan

21
Ibid, 25.
22
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 95.
23
Isnaini, “Pelaksanaan Jaminan Pembiayaan Mudharabah Di Bank Syariah”, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial, Vol 11, No. 2 (Desember, 2019), 229.

16
mudharabah tidak terdapat keadilan yang seimbang antara shahibul maal (Nasabah
Pemilik Dana) dan mudharib (Bank Pengelola) ketika terjadi kerugian dalam
pengelolaan modal yang dilakukan oleh mudharib.
Dari uraian di atas mengenai pelaksanaan mudharabah, terlihat bahwa
perkembangan produk mudharabah tersebut memiliki berbagai risiko dan implikasi
hukum yang ditimbulkan, diantaranya adalah tema sentral mengenai bagaimana bentuk
hubungan hukum antara nasabah dengan bank pengelola dan bagaimana perlindungan
hukum bagi nasabah pemilik dana dalam produk mudharabah pada bank syariah.
Sedangkan bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin
hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang
dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema
pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini
dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara
periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah
mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan)
yang menjadi bagian bank. 24

24
Ibid, 161.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran
dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi
yang menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.
Tujuan utama kopersi syariah yakni memajukan kesejahteraan anggotanya
sesuai dengan norma dan moral syariah yang ada, yaitu dengan cara halal dan
meninggalkan perbuatan yang haram. Koperasi syariah berfungsi untuk melakukan
dua hal penting, yaitu tahsil, yakni mengamankan manfaat dan ibqa, yaitu mencegah
kerusakan atau cedera seperti yang diarahkan oleh Pemberi Hukum.
Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja
tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan
partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema
pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah (trust financing).
B. Saran
Semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita dapat mengerti
akan pengelolaan koperasi syariah. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus mampu
memahami dan menelaah berbagai kesalahan yang tidak sesuai dengan aturan.
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun kami butuhkan dari teman-teman ataupun Dosen Pengampu mata
kuliah Tehnik Perhitungan Bagi Hasil Dan Margin.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andiyansari, Chasanah Novambar. Akad Mudharabah Dalam Perspektif Fikih an Perbankan


Syari’ah. Jurnal Pendidikan Dan Agama Islam. Vol. 3, No. 2. Juli, 2020.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press. 2001.

Arifin dan Sa’diyah. Mudharabah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syariah. Jurnal
equilibrium. Vol 1, No. 2. Desember 2013.

Ibrahim, Khudori. Penerapan Prinsip Mudharabah Dalam Perbankan Syariah. Jurnal ius. Vol
II, No. 4. April, 2014.

Isnaini. “Pelaksanaan Jaminan Pembiayaan Mudharabah Di Bank Syariah”. Jurnal


Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Vol 11, No. 2. Desember, 2019.

Naufal, Zaenudin A. Fikh Muamalah Klasik & Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.
2012.

Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press. 2004.

Safe’i Abdulah. “Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Keduduka dan Peranannya Dalam
Pemberdayaan Ekonomi kerakyatan”. Media Syari’ah. Vol. 14, No. 1. 2014.

Slihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2010.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002.

Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah. Bogor: Galia Indonesia. 2009.

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada. 2004.

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika. 2002.

Warno dan Sri Wiranti Setiyanti. “Konsistensi Penerapan Sak Syariah pada Koperasi
Syariah”. Jurnal Stie Semarang.VOL 6, No. 2. Januari, 2014.

Widyanti, Ninik. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT Bina Adi Aksara. 2003.

19

Anda mungkin juga menyukai