EKONOMI KOPERASI
KOPERASI SYARIAH
Dosen Pengampu :
Hj. Siti Nurul Khaerani, MM
Disusun Oleh :
KELOMPOK XIII
1. Yuan Dwi Patricia (190501077)
2. Umi Atika Lailatil Munawarah (190501053)
3. M. Syarif Hidayatullah (190501025)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji dan puncak kekaguman serta keagungan hanya tertuju
kepada Allah SWT. Sudah tak terhitung nikmat Allah SWT. yang telah dianugerahkan
oleh-Nya kepada kita, mulai dari nikmat bernafas hingga merasakan betapa berhargainya
nafas itu (sakit). Lantunan sholawat dan seruan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada makhluk agung termasyhur, manusia pilihan-Nya. Dialah Rasulullah SAW.
Atas pertolongan dan kasih sayang-Nyalah sehingga kami dapat meyelesaikan
penyusunan makalah. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah “Ekonomi Koperasi” di Universitas Islam Negeri Mataram (UIN).
Makalah ini kami susun bertujuan untuk mempelajari dan melengkapi tugas yang
diberikan kepada kami serta untuk membantu dalam memahami materi yang diberikan.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami Ibu Hj. Siti Nurul Khaerani, MM yang memberikan tugas
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tim penulis
Kelompok XIII
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi syariah memiliki dua latar belakang pendirian dan kegiatan yang hampir sama
kuatnya, yakni sebagai lembaga keuangan mikro dan sebagai lembaga keuangan syariah,
melihat dari prinsip-prinsip yang ada dalam koperasi, maka tidak ada hal yang bertentangan
dengan syariat Islam. Lembaga ini telah sesuai dengan nilai-nilai Islam. Akan tetapi perlu
adanya penyempurnaan dan pemantauan dalam sistem koperasi yaitu harus terhindarnya dari
Riba, Maysir, Ghoror, ataupun Batil.
Koperasi syariah tidak memiliki perbedaan sistem yang mencolok dengan koperasi
konvensional. Oleh karena itu payung hukum yang digunakan oleh koperasi syariah secara
umum menggunakan payung hukum koperasi konvensional yaitu Undang-Undang No.25
Tahun 1992 tentang perkoperasian. Belum adanya aturan hukum dibidang koperasi syariah
yang mengikat dan melindungi ketentuan yang berhubungan dengan usaha lembaga mikro
keuangan syariah, seperti halnya aturan hukum yang berlaku pada koperasi-koperasi
konvensional.
Selain itu terdapat juga perbedaan dari dua koperasi tersebut yang mana berdasarkan
Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi,
dimana letak perbedaannya dengan Koperasi Konvensional (nonsyariah) hanya terletak pada
teknis operasionalnya saja, Koperasi Syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika
moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya. Sebagaimana
yang tercantum dalam UU nomor 25 tahun 1992, bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang beradasarkan
atas azas kekeluargaan. Maka pengelolaan koperasi berbeda dengan bank. Pemilik koperasi
adalah anggotanya sementara bank hanya para pemegang saham saja. Sehingga pengelolaan
koperasi sangat sederhana, sehingga layanan pembiayaan pada anggotanya biasanya mudah
dan cepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dan Tujuan Koperasi Syariah
2. Bagaimana Karakteristik dan Prinsip Koperasi Syariah
3. Apa Perbedaan Landasan Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah
4. Apa saja Macam-Macam Koperasi Syariah
5. Bagaimana Prosedur Pendirian Koperasi Syariah
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dan Tujuan Koperasi Syariah
2. Untuk Mengetahui Karakteristik dan Prinsip Koperasi Syariah
3. Untuk Mengetahui Perbedaan Landasan Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah
4. Untuk Mengetahui Macam-Macam Koperasi Syariah
5. Untuk Mengetahui Prosedur Pendirian Koperasi Syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Koperasi Syariah
Koperasi Syariah merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
usaha yang melandaskan kegiatannya pada prinsip syariah atau bagi hasil dan berdasarkan
atas azas kekeluargaan. Koperasi syariah adalah sebuah lembaga ekonomi kerakyatan yang
berusaha membangun kegiatan usaha produktif dan infestasi dalam rangka menunbuh
kembangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip
syariah dan koperasi.
Koperasi syariah merupakan gerakan ekonomi kerakyatan yang berlandaskan
kegiatannya pada prinsip syariah dan prinsip koperasi yang erasas kekeluargaan. Konsep dan
filosofi syariah yaitu adanya prinsip Profit sharing atau bagi hasil dan interest free yang
menerangkan penerapan bunga dalam transaksi keuangan. Selain itu didalam ekonomi
syariah juga dikenal dengan prinsip employee participation (partisipasi karyawan). Dimana
karyawan ikut memiliki perusahaan (koperasi) dan mendapatkan keuntungan seimbang dari
laba yang dicapai perusahaan. Sistem ini membuat karyawan merasa ikut memiliki
perusahaan (Koperasi) dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap kelangsungan
perusahaan, sehingga lebih menjamin keberlajutan usaha.1
Koperasi didirikan oleh anggotanya atas dasar kesamaan cita-cita, serta atas dasar hak
dan kewajiban diantara para anggotanya. Pada umumnya koperasi mempunyai tujuan untuk
memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
Karena anggota koperasi yang berbeda-beda, maka tujuan koperasi secara khusus
disesuaikan dengan permasalahan ekonomi yang dihadapi oelh para anggotanya. Sebagai
mana yang tertulis dalam pasal 3 UU No. 25 tahun 1992 yang berbunyi “koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan para angoota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.2
Tujuan koperasi syariah menurut Nur S. Buchori yaitu sebagai berikut :
1
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Zikrul Hakim, Jakarta, 2008), hlm 37.
2
Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing (NPF)
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014), 2014, hlm 472.
3
1. Mensejahterakan akonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam
2. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesame anggota
3. Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesame anggota berdasarkan
kontribusinya, kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada
pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk pada Allah swt.
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam.3
Dengan tujuan yang sudah diatur dalam hukum syariat Islam, maka koperasi syariah
sudah seharusnya memperhatikan bagaimana harta itu bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk
kebutuhan individu, tapi juga bisa menjadi manfaat untuk masyarakat seluruhnya.
4
C. Perbedaan Landasan Koperasi Konvensional dengan Koperasi Syariah
a. Landasan Koperasi Konvensional
Landasan Koperasi Konvensional di Indonesia adalah pedoman dalam menetukan
arah,tujuan serta kedudukan koperasi terhadap pelaku ekonomi lainnya. Dalam UU No.
25/1992 koperasi di Indonesia mempunya landasan sebagai berikut ;
1. Landasan Idiil
Sesuai dengan Bab II UU No.25/1992 landasan idiil koperasi Indonesia adalah
Pancasila. Penetapan Pancasila sebagai landasan koperasi ini berdasarkan atas
pertimbangan bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup dan bangsa Indonesia.
2. Landasan Strukturil
Pada Bab II UU No.25/1992 selain Pancasila sebagai landasan isiil koperasi
Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan sebagai landasan setrukturil koperasi
Indonesia, sebagai diketahui UUd 1945 merupakan aturan pokok organisasi Negara
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan terdapat ketentuan-ketentuan
yang mengatur berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Landasan Koperasi Syariah
Landasan bank/koperasi Islam atau bank/koperasi syariah pada firman Allah swt
dalam surah Al-Baqarah ayat 278-279 sebagai berikut6 :
َ يٰۤـ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُوا ات َّ ُقوا اهّٰلل َ َو َذ ُر ْوا َما ب َ ِق َي ِم َن ّ ِالربٰۤوا ِا ْن ُك ْنمُت ْ ُّم ْؤ ِم ِننْي
فَ ِا ْن ل َّ ْم تَ ْف َعلُ ْوا فَْأ َذن ُْوا حِب َ ْر ٍب ِّم َن اهّٰلل ِ َو َر ُس ْوهِل ٖ ۚ َو ِا ْن تُبْمُت ْ فَلَـمُك ْ ُر ُء ْو ُس َا ْم َوا ِلمُك ْ ۚ اَل ت َْظ ِل ُم ْو َن َواَل ت ُْظلَ ُم ْو َن
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Jika kamu tidak
melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu
bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan)
dan tidak dizalimi (dirugikan)."
Sebagaimana dimaksud dengan ayat diatas, pelarangan bunga dalam Islam
dimaksudkan untuk menciptkan sebuah sistem ekonomi dimana segala bentuk eksploitasi
(penganiayaan) ditiadakan. Islam menghendaki keadilan antara pihak pemodal dan
pengusaha. Pemodal tidak boleh dijanjikan akan menerima imbalan hasil tanpa
6
Alqur’an Surat Al-Baqarah ayat 278-279.
5
melakukan aktivitas apa-apa atau tidak menanggung resiko bersama. Tujuan sosial
ekonomi Islam tersebut menyelaras konteks dimana pelarangan Islam terhadap riba dapat
dipahami dengan baik7. Sistem operasional bank umum syariah berdasarkan pada prinsip
keadilan dimana setiap modal mengandung resiko oleh karena itu hubungan kerjasama
antara bank syariah dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip bagi hasil dan
berbagai resiko.
Hal mendasar yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah terletak pada pengembalian keuntungan yang diberikan oleh nasabah pada
lembaga keuangan atau uang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.
7
Veithzal Rivai, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,( Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2010), hlm 65.
6
dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi
dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
b. Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha.
Misalnya, melayani simpan pinjam dan pelayanan jasa, menjual barangbarang hasil
produksi anggota, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan seharihari anggota juga
masyarakat, unit wartel.
c. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan
makanan, pakaian, perabot rumah tangga. Barang-barang yang disediakan harganya
lebih murah dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
d. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang
(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama yang merupakan hasil produksi
anggota koperasi. Bagi para anggota yang memiliki usaha, dapat memasok hasil
produksinya ke koperasi, dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan
modal dan pemasaran. Ada bermacam-macam koperasi produksi. Misalnya
koperasi produksi para petani, koperasi produksi peternak sapi, koperasi produksi
pengrajin, dan sebagainya. Koperasi produksi membantu anggota menghadapi
kesulitankesulitan dalam berusaha. Misalnya koperasi membantu menyediakan bahan
baku untuk kerajinan, menyediakan bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain.
Selain itu, anggota koperasi mencari jalan keluar dari permasalah secara bersama-
sama. Koperasi produksi juga menampung hasil usaha para anggotanya. Dengan
demikian, anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil usahanya. Anggota.
koperasi produksi dalam bidang pertanian dapat menjual hasil bumi padi, jagung,
kacang, kedelai, dan lai-lainnya ke koperasi. Demikian juga para peternak dan
pengrajin.
2. Macam-Macam Koperasi Yang Berdasarkan Keanggotaannya.
Dilihat dari keanggotannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara lain koperasi
petani, koperasi pensiunan, Koperasi Pegawai Replubik Indonesia (KPRI), Koperasi
7
Sekolah, Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pasar (Koppas) antara lain sebagai berikut
:
a. Koperasi Petani
Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang orang yang terlibat
dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pertanian, misalnya penyuluhan pertanian, pengadaan bibit unggul,
penyediaan pupuk, obat-obatan dan lain-lainnya.
b. Koperasi Pensiunan
Berbeda dengan Koperasi pertanian yang beranggotakan para petani, anggota
Koperasi pensiunan berisikan para pensiunan pegawai negeri. Koperasi ini bertujuan
meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan menyediakan kebutuhan para
pensiunan.
c. Koperasi Pegawai Replubik Indonesia (KPRI)
Berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Koperasi ini beranggotakan para
pegawai negeri baik pegawai pusat maupun daerah. Sebelum KPRI, koperasi ini lebih
dikenal dengan nama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama
untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat
didirikan di lingkup department atau instansi.
d. Koperasi Sekolah
Koperasi Sekolah meiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan
siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga
sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lainlain. Keberadaan
koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai
media pendidikan bagi siswa antara lain latihan kepemimpinan, latihan tanggung
jawab, latihan kejujuran, latihan mengenal lingkungan, serta latihan belajar
berorganisasi dalam bentuk usaha bersama.Koperasi sekolah diusahakan diurus oleh
siswa, hal ini dimaksudkan agar tujuan koperasi sebagai media pendidikan dapat
tercapai.
e. Koperasi Unit Desa (KUD)
8
Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan.
Koperasi ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi terutama yang berkaitan
dengan pertanian atau perikanan (nelayan)
Beberapa usaha KUD, antara lain :
1) Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti menyediakan pupuk, obat
pemberantas hama, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis
pertanian.
2) Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan
kepada para petani. Di tingkat kabupaten dan provinsi terdapat Pusat Koperasi
Unit Desa (PUSKUD) yang bertugas memberikan bimbingan kepada KUD-KUD.
Di tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) yang bertugas
memberikan bimibingan kepada PUSKUD di seluruh Indonesia.
f. Koperasi Pasar (Koppas)
Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedagang di
setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan
kegiatan para pedagang. Misalnya modal dan penyediaan barang dagangan. Di tingkat
kabupaten atau provinsi terdapat Pusat Koperasi Pasar (Puskoppas) yang bertujuan
memberikan bimbingan kepada koperasi pasar yang ada di wilayah binaannya.
3. Macam-Macam Koperasi Yang Berdasarkan Tingkatannya
Berdasarkan tingkatannya koperasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Koperasi Primer
Koperasi primer merupakan koperasiyang beranggotakan orang-orang. Anggota
koperasi primer paling sedikit 20 orang.
b. Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder merupakan koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi.
Koperasi sekunder meliputi :
1) Pusat Koperasi, merupakan koperasi yang anggotanya oaling sedikit lima buah
koperasi primer dan berada di satu kabupaten/kota.
2) Gabungan Koperasi, merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga
buah pusat koperasi. Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
9
3) Induk koperasi, merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga buah
gabungan koperasi.8
8
Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi. Jakarta: CV Rafi Maju Mandiri, 2010
10
diberikan kewenangan untuk melakukan kepengurusan dan mengajukan permohonan
pengesahan kepada pejabat yang berwenang.
Dalam hal persamaan koperasi yang telah disahkan, maka nama lembaga yang
disahkan mengikuti kata “koperasi syariah”. Artinya nama berada di belakang kata
“koperasi syariah’. Misalnya nama koperasi syariah nya adalah “X”, maka disebut
dengan “koperasi syariah X”
Berdirinya koperasi syariah juga ditandai dengan adanya modal pokok (simpanan
pokok) anggota pendiri. Sedikitnya ada tiga alasan koperasi syariah membutuhkan modal,
antara lain :
a. Pertama, untuk membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-
organisasi untuk keperluan: pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar,
membayar biaya administrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat bekerja,
ongkos transportasi, dan lain-lain.
b. Kedua, untuk membeli barang-barang modal. Seperti antara lain membayar
kompensasi tempat usaha baik berupa lahan ataupun bangunan, mesin- mesin, alat-
alat industri atau produksi, dan lain kebutuhan jangka panjang sesuai dengan jenis
usaha koperasi. Barang-barang modal ini dalam perhitungan perusahaan digolongkan
menjadi harta tetap (fixed assets) atau barang modal jangka panjang. Jenis dan
nilainya juga berbedabeda sesuai dengan kebutuhan pokok dari koperasi yang
bersangkutan.
c. Ketiga, untuk modal kerja. Modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai
operasional koperasi dalam menjalankan usahanya, termasuk dalam koperasi syariah,
antara lain biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, gaji, sewa tempat,
listrik, transportasi, bahan baku, alat-alat tulis, dan lain-lain.
2. Fase Pengesahan
Atas dasar permohonan pengesahan yang disampaikan oleh pengurus koperasi
syariah (juga merupakan pendiri) secara tertulis tersebut, maka dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan pengesahan, pejabat yang
bersangkutan harus memberikan putusan apakah permohonan tersebut diterima atau
tidak.
11
Jika permohonan pengesahan ini ditolak, alasan-alasan penolakan diberitahukan
secara tertulis kepada para pendiri dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya permohonan pengesahan, para pendiri/ pengurus dapat mengajukan
permohonan ulang paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan permohonan
tersebut. Keputusan terhadap pengajuan permohonan ulang ini, diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permohonan ulang
tersebut.
Namun jika permohonan pengesahan tersebut diterima, maka sejak saat itu
koperasi syariah berstatus sebagai badan hukum. Pengesahan ini ditandai dengan
diumumkannya akta pendirian koperasi syariah tersebut (yang di dalamnya termuat pula
anggaran dasarnya), ke dalam Berita Negara Republik Indonesia.9
9
Subandi, Ekonomi Koperasi: Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta, 2013
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi Syariah merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
usaha yang melandaskan kegiatannya pada prinsip syariah atau bagi hasil dan berdasarkan
atas azas kekeluargaan. Koperasi syariah adalah sebuah lembaga ekonomi kerakyatan yang
berusaha membangun kegiatan usaha produktif dan infestasi dalam rangka menunbuh
kembangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip
syariah dan koperasi.
Didalam konteks koperasi syariah terdapat perbedaan landasan antara koperasi
konvesional dengan koperasi syariah yang mana koperasi konvensional berlandasan idiil dan
strukturiil sedangkan koperasi syariah berlandasan Al-Qur’an dan Hadist.
Dari dasar pengenalan koperasi syariah dapat diketahui juga macam-macam koperasi
syariah yang meliputi 3 macam yaitu berdasarkan jenis usaha, jumlah anggota dan
tingkatannya. Untuk mekanisme pendirian koperasi syariah terdapat persyaratan dan tata cara
nya dari meliputi penyusunan tujuan koperasi, rapat sampai anggaran nya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Zikrul Hakim, Jakarta, 2008), hlm 37.
Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing (NPF)
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014), 2014, hlm 472.
Buchori, N.S., Koperasi dalam Perspektif Ekonomi Syari’ah. MASLAHAH (Jurnal Hukum Islam dan Perbankan
Syariah, 2010), H.93- 115
Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Syariah, (Bandung, Pustaka Mulia dan Fakultas Syariah IAIN SGD,
2000), hal. 108.
Veithzal Rivai, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,( Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2010), hlm 65.
14