Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI PERKOTAAN DAN PEDESAAN

“ANALISIS MASALAH PENDIDIKAN DI PEDESAAN”

Dosen Pengampu:
Safwira guna putra M.Ec.Dev

Disusun Oleh:
Kelompok VI
1. Novia Indarti (190501073)
2. Muhamad Khaerunnizam (190501074)
3. Yuan Dwi Patricia (190501077)
4. Watohri Alfiat (190501075)
5. Srinata (190501072)
6. Suhartini (190501078)
7. M.Syarif Hidayatullah (190501076)

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahm
kami dapat menyelesaikan Makalah Ekonomi Internasional “Kebijakan Ekonomi Internasional”.

Kami sangat berterimakasih kepada Dosen Pengampu, Teman-teman, serta berbagai pihak
yang terlibat dalam melancarkan Penulisan ini. Sebagaimana makalah ini dibuat semoga bisa
menjadi referensi bagi mahasiswa Semester IV Universitas Islam Negeri Mataram dalam Mata
Kuliah Ekonomi Perkotaan dan Pedesaan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.

Sumbawa, 12 Mei 2021

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3

A. Konsep Pendidikan........................................................................................................3
B. Faktor, Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan........................................................4
C. Kesenjangan Pendidikan di Pedesaan Dengan di Perkotaan....................................5
D. Persepsi Masyarakat di Pedesaan Terhadap Pendidikan..........................................7
E. Solusi Dalam Mengatasi Pendidikan di Pedesaan......................................................9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena di mana
ada kehidupan manusia pasti ada manusia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam penyelenggaran pendidikan, selama
masa awal kemerdekaan hingga sekarang, pemerintah tentu saja telah menghadapi berbagai
macam masalah yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Masalah-
masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain adalah, pemerataan pendidikan,
kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan.
Permasalahan-permasalahan ini merupakan hal yang selalu menjadi fokus dari
pemerintah dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Perhatian pemerintah di daerah pedesaan maupun terpencil dalam bidang
pendidikan tidak sebesar yang diberikan pemerintah pada daerah perkotaan yang notabene
lebih mudah dijangkau. Dan hampir sebagian daerah pedesaan yang dapat dikategorikan
dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu. Sebagian masalah pendidikan
yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti
gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang
”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Pendidikan ?
2. Apa Saja Faktor, Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan ?

1
3. Bagaimana Kesenjangan Pendidikan di Pedesaan Dengan di Perkotaan ?
4. Bagaimana Persepsi Masyarakat di Pedesaan Terhadap Pendidikan ?
5. Apa Saja Solusi Dalam Mengatasi Pendidikan di Pedesaan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Faktor, Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Kesenjangan Pendidikan di Pedesaan Dengan di Perkotaan
4. Untuk Mengetahui Persepsi Masyarakat di Pedesaan Terhadap Pendidikan
5. Untuk Mengetahui Solusi Dalam Mengatasi Pendidikan di Pedesaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam upaya untuk
meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pada pembangunan sekarang ini sangat
diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik dan terampil agar dapat berpartisipasi
penuh dalm pembangunan. Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, dan jasmani manusia agar dapat menunjukkan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan
dari penghidupan yang selaras dengan alamnya dan masyarakat serta dapat mencapai
keselamatan dan kebahagian setinggitingginya. Soesanto (2002: 144) berpendapat bahwa
melalui pendidikan bagi individu yang berasal dari masyarakat miskin terbukalah
kesempatan baru untuk menemukan suatu lapangan baru yang memberikan hasil yang lebih
tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan cara
mendidik. Sedangkan menurut Ihsan (2003: 12) adalah, “Dalam pengertian sederhana dan
umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan”.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan
nasional, karena dalam pembangunan nasional itu diperlukan manusia-manusia yang
berkualitas dalam segala hal. Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan, tetapi
tidak semua manusia dapat mengenyam pendidikan. Hal ini dikarenakan salah satu
penyebabnya adalah ekonomi. Masyarakat yang ekonominya tidak mampu maka sulit untuk
mendapatkan pendidikan. Apalagi tingkat pendidikan tinggi, karena untuk mencapai tingkat
pendidikan tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit.
Pendidikan sekolah sangat diperlukan untuk mencapai sumber daya yang berkualitas.
Dalam Pembangunan yang mengarah pada era Industrialisasi perlu dikembangkan suatu
model (sistem) pengelolaan pembangunan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan

3
kualitas dan kemampuan mereka untuk dapat memasuki lapangan pekerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan, sehingga perlu ditetapkan mutu ketrampilan kerja pada
jenjang jabatan atau produksi (Tirtarahardja, 2000: 173).
Upaya tersebut dapat dilaksanakan melalui berbagai upaya antara lain dengan pendidikan
formal atau pelatihan. Pelaksanaan pendidikan dasar Sembilan tahun merupakan salah satu
cara atau upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi tuntutan dunia kerja.
Persyaratan dunia kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis
pendidikan dasar sembilan tahun tentunya lebih baik.
Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa
menghadapi tantangan global di masa depan (Tirtarahardja, 2000: 256). Pendidikan yang
tinggi tidak mudah didapat bagi anak, terutama di daerah pedesaan, banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut antara lain berasal dari orang tua.
Zamroni (2000: 48) menjelaskan bahwa faktor orang tua dalam keberhasilan belajar
anaknya sangat dominan. Banyak peneliti baik dari dalam maupun dari luar negeri
menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua dapat dikatagorikan ke dalam dua
variabel, Variabel struktural dan variabel proses. Yang dikatagorikan variabel struktural
antara lain latar belakang status ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orang tua.
Sedangkan variabel proses adalah perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan
bantuan kepada anaknya dalam belajar.1

B. Faktor, Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan


Menurut Hasbullah (Dasardasar Ilmu Pendidikan, 2009:8-36) menyatakan bahwa
perbuatan mendidik dan dididik memuat faktorfaktor tertentu yang memengaruhi dan
menentukan, yaitu: faktor tujuan, faktor pendidik, faktor anak didik. faktor alat pendidikan,
serta faktor lingkungan.
Setiap orang yang berada dalam lembaga penelitian (Keluarga, sekolah dan masyarakat)
pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan dalam lembaga tersebut. Selanjutnya
Hasbullah (2009:37-55) menyatakan bahwa terdapat tiga pusat pendidikan itulah yang akan
mengemban tanggungjawab pendidikan bagi generasi seterusnya.

1
Abdul Majid, S (2014. Analisis Tingkat Pendidikan dan kemiskinan di Aceh, Jurnal Pencerahan. Vol. 8, Hal 15-16

4
1. Lembaga Pendidikan Keluarga, adapun fungsi dan peranan pendidikan keluarga
adalah:Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak, Menjamin Kehidupan Emosional Anak,
Menanamkan dasar Pendidikan Moral, Memberikan Dasar Pendidikan Sosial, Peletakan
Dasar-dasar Keagamaan.
2. Lembaga Pendidikan Sekolah, adapun fungsi dan peranan pendidikan sekolah adalah :
a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan)
b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
agama, bangsa, dan Negara.
3. Lembaga Pendidikan di Masyarakat. Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang
yang menempati suatu daerah, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan
kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Pendidikan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja diluar sekolah
b. Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah atau drop out.
c. Pendidikan tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka waktu
pendek.
d. Peserta tidak perlu homogen.
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis.
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
g. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan
meningkatkan taraf hidup.2

C. Kesenjangan Pendidikan di Pedesaan Dengan di Perkotaan


Pendidikan sebagai proses pembelajaran supaya peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya secara aktif. Begitu juga dengan masyarakat yang ada di desa. Masyarakat
desa juga memiliki peluang yang sama dengan masyarakat kota untuk memperoleh
pendidikan. Pemerintah membuka peluang pendidikan yang sama untuk masyarakat desa
maupun kota. Bahkan, semangat juang masyarakat desa lebih tinggi daripada masyarakat
2
Salman Farisi, A (2016). Analisis Pendidikan Pedesaan Dan Penyuluhan di Desa Muaradua kecamatan Cikulur,
Lebak-Banten. Aksioma Ad-Diniyah. 4, 111-112.

5
kota. Karena masyarakat kota beranggapan bahwa pendidikan di desa tidak begitu maju
karena kekurangannya sarana dan prasarana yang memadai. Karena pendidikan di desa
dengan dikota berbeda jauh. Berikut beberapa aspek dan contoh timpangnya pendidikan
antara pendidikan di desa dan di kota sebagai berikut :
1. Kesenjangan pendidikan yang terdapat di pedesaan dan perkotaan dalam akses
menuju sekolahnya
Mengenai murid SD Negeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak,
Banten yang harus meniti kabel baja menyeberang Sungai Ciliman saat pulang dari
sekolah. Lambannya pemerintah membangun infrastruktur membuat mereka harus rela
berjalan sejauh 6 kilometer pergi dan pulang untuk mencapai sekolah dan berisiko
terjatuh ke sungai. Lalu kasus sebuah jembatan di Kampung Sungai Tanuak Kenagarian
Barung Barung Belantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan,
Padang. Putus sejak 25 November dan sampai saat ini masih belum diperbaiki, putusnya
jembatan membuat anak-anak di kampung itu yang bersekolah di SDN nomor 42 Talawi
terpaksa harus turun menyeberangi sungai untuk mencapai sekolah mereka. Dan masih
banyak lagi daerah pedesaan yang akses ke sekolah nya susah dilalui.3
2. Kesenjangan sarana dan prasarana sekolah yang terdapat di pedesaan dengan
sekolah yang terdapat diperkotaan.
Tentu hal ini sangat kontras dengan sekolah yang terdapat di perkotaan. Sekolah
dengan bangunan yang nyaman dan aman untuk ditempati. Fasilitas yang sangat
memadai, seperti ruangan komputer, sarana olahraga, ruangan puskesmas dan kantin
maka akan membuat suasana belajar akan sangat nyaman bagi siswa- siswa yang
bersekolah di perkotaan.
3. Kesenjangan sumber tenaga pengajar atau guru yang terdapat di sekolah pedesaan
dan perkotaan.
Guru di kota jauh lebih banyak dibandingkan guru di desa. Hal ini dapat terlihat
dari contoh kasus berikut ini. Sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Makassar, berunjukrasa memperingati Hari Pendidikan Nasional di Tol Reformasi,
Makassar, Sulsel, Kamis (2/5/14). Sejumlah mahasiswa yang berunjukrasa meminta
pemerintah lebih serius dalam menangani jumlah guru yang menurut mereka hampir 80
3
(http://www.padangmedia.com/1-Berita/89949-Jembatan-Putus--Anak-SekolahHarus-Menyeberang-
Sungai.html) Diakses pada hari senin 11 Mei 2021 pukul 11.45 WITA

6
persen jumlah guru tersebar dikota dan 20 persen sisanya tersebar di desa. 4 Jika hal ini
terus dibiarkan, maka kualitas pendidikan di Indonesia akan sangat timpang karena hanya
penduduk kota saja yang mempunyai kualitas SDM handal, sementara di perkotaan
jumlah tenaga pengajar sangatlah memadai bahkan melebihi kapasitas. Salah satu
penyebab rendahnya minat mengajar guru di desa adalah minimnya akses transportasi
serta fasilitas komunikasi yang buruk. Permasalahan tersebut bisa diatasi dengan
memberikan upah yang lebih besar kepada guru yang mau mengajar di daerah terpencil
daripada upah guru yang mengajar di kota. jika porsi guru di desa dan di kota sudah
seimbang, maka kualitas pendidikan di Indonesia semakin baik karena semua penduduk
mendapatkan pendidikan.

D. Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Pendidikan


Kegiatan yang dilakukan masyarakat pedesaan seperti interaksi terhadap sosialnya,
merupakan pelaku utama bagi pembangunan, sehingga diperlukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDA) yang berkualitas dan memiliki potensi yang dapat diharapkan, artinya,
masyarakat dituntut untuk mempunyai keterampilan atau kompetensi dalam dirinya menjadi
manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsa dan negara.
Untuk menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka diperlukan adanya pendidikan.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tingkat pendidikan dalam suatu daerah sebenarnya ditentukan dari bentuk daerah atau
desa tersebut. Dimana bentuk daerah mencakup tentang pola, pengaturan atau organisasi dan
tata letak pemukiman yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Oleh karenanya bentuk
desa sangat berpengaruh atau menentukan tingkat perkembangan pendidikan. Sering pula
suatu bentuk desa berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan budaya yang dominan pada
daerah tersebut. Sehingga kebutuhan vital, tingkat pengetahuan, dan tingkat teknologi yang

4
(http://www.beritasatu.com/pendidikan/123153-kesenjangan-guru-di-kota-dan-desa-masihtinggi.html Diakses
pada hari Senin 11 Mei 2021 pukul 11.55 WITA

7
dimiliki para pedesa sering berperan dalam membentuk dan menentukan tata letak (ruang)
suatu desa (Sugihen, 1996).
Seperti halnya tingkat pendidikan yang ada didesa dipengaruhi oleh pola berfikir
masyarakat terhadap lingkungan, terutama pemerintah dengan memanfaatkan hasil rekayasa
ilmiah, untuk tujuan pendidikan terhadap masyarakat tertentu (Sajogyo dan Pudjiwati, 1990).
Sebagian besar penghasilan masyarakat pedesaan adalah dari hasil pertanian. Dari hasil
pertanian tersebut harus dikembalikan lagi sebagian ke sawah untuk pembiayaan musim
tanam selanjutnya dan sebagian lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka,
selain itu harga dari hasil pertanian juga tidak selalu tetap.
Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah dimana mayoritas
pendidikannya sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga pengetahuan
pendidikan yang mereka ketahui juga terbatas, karena tingkat kesadaran masyarakat di
komunitas pedesaan terhadap pendidikan formal masih rendah (Walgito, 1991). Hal ini
tentunya dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah keadaan ekonomi. Fenomena
seperti di pedesaan dalam tingkat pendidikan masih rendah, pendidikan terakhir masyarakat
disana adalah mayoritas tingkat SLTA, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi
sangatlah minim. Setelah tamat dari jenjang SLTA mereka membantu orang tuanya bekerja
di sawah, ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan bekerja di perusahaan
swasta. Setelah ditinjau dalam pendapatan masyarakat pedesaan ternyata tidak semua
pendapatan mereka rendah, terdapat warga yang berpendapatan tinggi namun mereka enggan
menyekolahkan putra putrinya sampai jenjang perguruan tinggi, hal ini disebabkan karena
orientasi mereka kepada pekerjaan, sehingga mereka berasumsi bahwa buat apa
menyekolahkan putra putrinya sampai ke perguruan tinggi jika pada akhirnya akan
melanjutkan pekerjaan atau profesi orang tua. Dari sinilah terlihat adanya kesenjangan antar
tingkat ekonomi dengan tingkat pendidikan masyarakat pedesaan.
Maka dari itu dibutuhkannya penjelasan atau sosialisasi tentang pendidikan tinggi melalui
tindakan sosial, dalam bentuk yang paling mendasar, sebuah tindak sosial melibatkan sebuah
hubungan dari tiga bagian: gerak tubuh awal dari salah satu individu, respons dari orang lain
terhadap gerak tubuh tersebut dan sebuah hasil (Littlejohn & Foss, 2009). Salah satunya
dengan menggunakan interaksionisme simbolis.

8
Tiga konsep utama dalam teori George Herbert Mead tentang interaksionisme simbolis
yaitu masyarakat, diri sendiri dan pikiran (Littlejohn & Foss, 2009). Bagi Mead individu atau
diri adalah Active, Interpretif, dan Construktive yang berbeda dengan Fungsionalisme,
dimana cara pikir dan perilaku individu sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh sistem dan
struktur sosial tempat tinggalnya. Intruksionisme simbolis Mead menekankan bahwa cara
berfikir dan perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap
situasi disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada.5

E. Solusi Dalam Mengatasi Masalah Pendidikan di Pedesaan


Masalah pendidikan di daerah terpencil di Indonesia merupakan masalah yang
sangatmemprihatinkan yang perlu di perhatikan oleh pemerintah pusat maupun
daerah.Adapun solusi dari masalah pendidikan di Indonesia terutama di daerah terpencil
sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana fisik di pedesaan
Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung dalam dunia pendidikan,
yangdapat membuat suatu sekolah menjadi berkualitas dan bermutu. Ruang-ruang kelas
yangmenjamin berjalannya proses belajar mengajar dengan baik, meja dan bangku yang
layakdigunakan, serta sarana dan prasarana laboratorium yang mendukung. Hal ini
tentunya menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah,
masyarakat dan pemerintahan harus saling mengkoreksi. Pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan sarana pendidikan dan memberikan anggaran yang sesuai dengan
peraturan yang ada, bukan anggaran yang di peruntukkan membangun dunia pendidikan
digunakan untuk hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan dengan dunia pendidikan dan
malah merugikan dunia pendidikan. Dan masyarakat bertugas mengawasi agar tidak ada
kecurangan atau korupsi di dalam penyaluran dana tersebut. Semua pihak harus bekerja
sama untuk membuat lingkungan pendidikan yang bermutu, yang selalu ada kemajuan
dari waktu-kewaktu agar pendidikan di Indonesia semakin baik dan terhindar dari
keterpurukan.
2. Melakukan pemerataan pendidikan

5
Fateh Hukama, A (2017). Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Pendidikan Tinggi (Studi Analisis Teori George
Herbert Mead), Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol. 4, Hal. 2-4

9
Harus memperbaiki sistem pendidikan yang ada, pemerintah harus melakukan
pogram pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Program
pemerataan pendidikan tersebut antara lain membangun sekolah-sekolah di daerah
pedesaan maupun terpencil,menyalurkan tenaga didik ke daerah pedesaan ataupun daerah
terpencil, dan melengkapi sarana dan prasarana di daerah tersebut. Kemudian juga
mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anak.
3. Memaksimalkan kesejahteraan bagi guru
Acuan dalam mengajar agar peserta didiknya dapat berprestasi dengan baik di
masa yang akan datang. Agar guru dapat fokus pada tugasnya, tentunya harus
meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan gaji dan tunjangan yang sesuai
sehingga guru tidak mencari profesi lain untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Meningkatkan prestasi siswa
Untuk meningkatkan daya kreatifan peserta didik dan terhindar dari budaya copy-
pasteguru harus dapat menumbuhkan semangat belajar peserta didiknya dengan metode
belajar sambil bermain atau belajar yang mengasikan, dan sebagainya. Kemudian proses
belajar juga harus disesuaikan dengan minat dan bakat siswa agar belajar lebih maksimal.
Meningkatkan kreatifitas peserata didik juga, guru dapat memberikan apresiasi kepada
hasil karya original. Tentunya semua itu dapat di wujudkan jika ada dukungan dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dukungan tersebut dapat berupa melengkapi
sarana dan prasarana sekolah, menambah tenaga pengajar di daerah terpencil, dan
tentunya dengan meningkatkan kesejahteraan pendidik didaerah-daerah terpencil.6

Adapun bentuk program-program yang dapat diselengarakan di pedesaan sebagai berikut


1. Penyuluhan Pendidikan
a. Menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat khususnya para remaja tentang pentingnya
pendidikan.
b. Memberikan arahan kepada orang tua agar mendorong putra dann putrinya supaya
gemar belajar dan disiplin masuk sekolah.
c. Memberikan arahan kepada orang tua agar mendukung anak-anaknya untuk belajar
sampai perguruan tinggi.
6
https://www.academia.edu/9752965/pendidikan_di_daerah_terpencil_by_Prischa_Haning Diakses pada hari
Minggu 16 Mei 2021 pukul 22.26 WITA.

10
2. Pelaksaan dan pembinaan
a. Menyelenggarakan private pelajaran umum untuk anak-anak
b. Mengadakan pembinaan bahasa untuk anak-anak remaja (bahasa arab dan bahasa
inggris).
c. Mengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.
d. Mengajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah Diniyah.
e. Pemberatasan buta aksara calistung.
f. Pemberatasan buta aksara arab.
g. Pengusulan pendirian taman baca masyarakat.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua masalah pendidikan di atas, sudah saatnya Indonesia bangkit untuk
memperbaiki diri membenahi masalah pendidikan yang ada. Diperlukan peran serta dan
7
Salman Farisi, A (2016). Analisis Pendidikan Pedesaan Dan Penyuluhan di Desa Muaradua kecamatan Cikulur,
Lebak-Banten. Aksioma Ad-Diniyah. 4, 110-118.

11
pengawasan bersama mulai dari siswa, masyarakat, sampai ke pemerintah. Bagaimanapun
juga, pendidikan adalah salah satu aset penting perkembangan dan kemajuan bangsa. Jika
para tunas muda bisa sampai kehilangan dan tidak merasakan pendidikan yang baik,
Indonesia ke depan juga tidak dapat diharapkan masa depannya karena tidak ada generasi
penerus yang dapat membawa Indonesia ke puncak kejayaan. Oleh karena itu, berkaca dari
masalah-masalah di atas, harapannya agar segera dapat diatasi setidaknya mulai dari hal kecil
dulu, seperti menanamkan pentingnya pendidikan pada semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, S (2014. Analisis Tingkat Pendidikan dan kemiskinan di Aceh, Jurnal Pencerahan. Vol. 8, Hal 15-16

Salman Farisi, A (2016). Analisis Pendidikan Pedesaan Dan Penyuluhan di Desa Muaradua kecamatan Cikulur,
Lebak-Banten. Aksioma Ad-Diniyah. 4, 111-112.

(http://www.padangmedia.com/1-Berita/89949-Jembatan-Putus--Anak-SekolahHarus-Menyeberang-Sungai.html)
Diakses pada hari senin 11 Mei 2021 pukul 11.45 WITA

12
(http://www.beritasatu.com/pendidikan/123153-kesenjangan-guru-di-kota-dan-desa-masihtinggi.html Diakses
pada hari Senin 11 Mei 2021 pukul 11.55 WITA

Fateh Hukama, A (2017). Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Pendidikan Tinggi (Studi Analisis Teori George
Herbert Mead), Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Vol. 4, Hal. 2-4

https://www.academia.edu/9752965/pendidikan_di_daerah_terpencil_by_Prischa_Haning Diakses pada hari


Minggu 16 Mei 2021 pukul 22.26 WITA.

Salman Farisi, A (2016). Analisis Pendidikan Pedesaan Dan Penyuluhan di Desa Muaradua kecamatan Cikulur,
Lebak-Banten. Aksioma Ad-Diniyah. 4, 110-118.

13

Anda mungkin juga menyukai