Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL


Disusun sebagai tugas terstruktur mata kuliah: Penghantar Pendidikan

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7

1.Luh Putu Sasmita Sridewi Putri(E1A020053)


2.M.Sofian(E1A020054)
3.Maesa Aryani(E1A020055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A.2020/2021
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, yaitu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Sholawat dan Salam semoga ALLAH
limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas berkat petunjuknya kepada kita, sehingga
kita insyaallah dapat berada di jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat seluruh alam, dan juga insyaallah kita bisa membedakan antara yang benar yang yang
batil.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc Sebagai
dosen pengampuh mata kuliah Pengantar Pendidikan atas bimbingan beliau sehingga tugas ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para
pembaca dan dapat diamalkan bila itu baik dan ditinggalkan bila itu buruk.

Dan mohon maaf kami sampaikan karna kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dari
para pembaca agar dipenulisan kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Mataram,17 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI
ii
COVER…………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………......…iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….…..1


1.2 Rumusan masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendidikan Nasional Indonesia...............................………………...............................2

2.2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional..................…………................................................6

2.3 Pembelajaran Sebagai Sistem……………..............................................................................9

2.4 Inovasi Pendidikan……………………………………….....................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................7

3.2 Saran………………………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional masing-
masing sebuah Negara terletak pada kebudayaan dan nilai-nilai bangsa itu sendiri dan
berkembang melalui sejarah sehingga dapat memberikan warna dalam seluruh gerak hidup suatu
bangsa.

Sistem pendidikan nasional yang diterapkan di Indonesia berdasarkan kepada kebudayaan


bangsa dan berdasarkan pada pancasila, serta UUD 1945 sebagai nilai-nilai hidup bangsa
Indonesia. Kalau kita melihat sistem pendidikan nasional yang sekarang, terutama di Negara kita
ini masih sangat perlu perbaikan baik dari segi kelembagaan, program, dan pengelolaan
pendidikannya, sehingga terwujudnya sistem pendidikan nasional yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi sistem pendidikan nasional ?
2. Apa dasar dan tujuan pendidikan nasional ?
3. Bagaimana pembelajaran sebagai sistem ?
4. Apa yang dimasud inovasi pendidikan ?

1.4 Tujuan
Bagaimana rumusan masalah,tujuan penulisan makalah adalah:
1. Untuk menegetahui apa definisi sistem pendidikan nasonal.
2. Untuk mengetahui apa dasar dan tujuan pendidikan nasional.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran sebagai sistem.
4. Untuk mengetahui apa inovasi pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendidikan Nasional


A. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Sistem merupakan suatu perangkat yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu
keseluruhan, sedangkan pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD negara republik indonesia tahun 1945 yang
berakar pada pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan zaman. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sistem pendidikan nasional adalah
satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu
sistem untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum.
Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup
bangsa Indonesia. Dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 dikemukakan bahwa sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 

B. Visi dan Misi Sistem Pendidikan Nasional 


Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem pendidikan nasional
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan  zaman yang selalu berubah.
Adapun misi dari pendidikan nasional tersebut yaitu: 
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 
2
3. Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral. 
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global. 
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI. 

C.    Jalur, Jenjang, dan Jenis Program Pendidikan Nasional 


Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didiknya adalah semua warga negara, artinya
setiap satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan memberi kesempatan menjadi
peserta didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan
kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa dan sebagainya.
Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 Ayat (1) dan (2) yang berbunyi “ Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran”, dan  “bahwa setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar  dan pemerintah wajib membiayainya”. Dari amandemen keempat UUD 1945,
pasal tersebut mengarahkan fungsi konstitusional dari diselenggarakannya satu sistem
pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pada Pasal 13 ayat (1)
menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Adapun jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. 
1. Pendidikan Formal
Pendidikan Dasar 
a.      Sekolah dasar  (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) 
b.      Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Pendidikan Menegah 
a.      Sekolah Menegah Atas (SMA) 
b.      Madrasah Aliyah (MA) 

3
c.      Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) 
d.      Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Pendidikan Tinggi 
a.      Akademi, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu. 
b.      Politeknik, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus. 
c.      Sekolah tinggi, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik atau
professional dalam suatu disiplin ilmu pada bidang tertentu. 
d.      Institut, yakni perguruan tinggi yang terdiri sejumlah fakultas yang menyelenggarakan
pendidikan akademik/profesioanl dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
e.      Universitas, yakni perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik/profesianal dalam sekolompok disiplin ilmu tertentu.

Mengenyam pendidikan pada pendidikan formal yang diakui oleh  lembaga pendidikan
negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari kalangan yang miskin
sampai yang kaya itu harus bersekolah, minimal 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif
dan efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara.

2.      Pendidikan Non Formal


Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Contoh pendidikan nonformal yaitu: 
a.      Lembaga kursus 
b.      Lembaga penelitian 
c.      Kelompok belajar 

4
d.      Pusat kegiatan belajar masyarakat

Hasil pendidikan  nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau
pemerintahan daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 

3.      Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Jenis program pendidikan terdiri atas: 
1.      Pendidikan Umum. Merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat
akhir masa pendidikan. 
2.      Pendidikan Kejuruan. Merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. 
3.      Pendidikan Luar Biasa. Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik/mental. 
4.      Pendidikan Kedinasan. Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai
suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non departemen. 
5.      Pendidikan Keagamaan. Merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang
ajaran agama.

D.     Upaya Pengembangan Sistem Pendidikan Nasional 


Untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional dilakukan pembaruan-pembaruan yang
meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan, dan
tenaga kependidikan. 
1.      Pembaruan Landasan Yuridis

5
Pembaruan landasan yuridis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mendasar
(fundamental) dan bersifat prinsipal. Di katakan demikian karena landasan yuridis mendasari
semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen
struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan.
2.      Pembaruan Kurikulum
Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah pembaruan kurikulum, yaitu yang
sifatnya mempertahankan dan yang mengubah. Yang termasuk faktor yang pertama adalah
landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, Pancasila dan UUD 1945 dan landasan
historis yang mencakup unsur-unsur yang menguasai hajat hidup orang banyak dari dulu sampai
sekarang. Yang termasuk faktor yang kedua adalah landasan sosial berupa kekuatan-kekuatan
sosial di masyarakat, dan landasan psikologis yakni cara peserta di dalam belajar.
3.      Pembaruan Pola Masa Studi
Pembaruan pola masa studi termaksud pendidikan yang meliputi pembaruan jenjang dan
jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada satuan pendidikan. Perubahan pola masa studi
sebagai suatu tanda adanya pembaruan pendidikan berupa penambahan/pengurangan masa studi.
4.      Pembaruan Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,
melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola serta memberikan pelayanan teknis dalam bidang
pendidikan. Pembaruan terhadap komponen tenaga kependidikan dipandang sangat penting
karena pembaruan pada komponen-komponen lain tanpa ditunjang oleh tenaga-tenaga pelaksana
yang kompeten, tidak akan ada artinya. Tenaga lain selain guru adalah pustakawan, laboran,
konselor, teknisi sumber belajar, dan lain-lain.

2.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional


Dasar pendidikan nasional
Pendidikan nasional di Indonesia berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Pancasila
adalah dasar negara Indonesia, merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis atau landasan
konstitusional pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.

6
Fungsi pendidikan nasional
Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan
2. Membentuk watak
3. Membentuk peradaban bangsa yang bermartabat
4. Mencerdaskan kehidupan bangsa

Tujuan pendidikan
Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik.
Berikut ini tujuan pendidikan nasional di Indonesia:
1. Menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berakhlak mulia
3. Sehat
4. Berilmu
5. Cakap
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Menjadi warga negara yang demokratis
9. Bertanggung jawab

Prinsip penyelenggaraan pendidikan


Di Indonesia terdapat prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Beberapa prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional tersebut meliputi:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif.
Dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

7
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan dan membangun kemauan.
Serta mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen msayarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Jenis pendidikan di Indonesia


Terdapat beberapa jenis pendidikan di Indonesia yaitu:
1. Pendidikan formal
2. Pendidikan nonformal
3. Pendidikan informal
4. Pendidikan anak usia dini
5. Pendidikan jarak jauh
6. Pendidikan berbasis masyarakat
Berikut ini penjelasan masing-masing jenis pendidikan di Indonesia:
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Baca juga: Nadiem
Minta Dinas Pendidikan Petakan Sebaran Guru di Daerah
4. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun. Dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
5. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik.
Pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi dan media lain.
6. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan
agama, sosial, budaya, aspirasi dan potensi masyarakat.

8
2.3 Pembelajaran Sebagai Sistem
Menurut KBBI Sistem adalah Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas.
Sistem adalah Komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk
mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Pembelajaran sebagai sistem adalah Proses, cara atau perbuatan yang membuat seseorang dapat
belajar melalui komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai suatu hasil
yang diharapkan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan diharapkan peserta didik
mampu menerima dan akan menimbulkan feedback (umpan balik)

Komponen-komponen sistem pembelajaran dibagi menjadi 5 bagian yaitu :

1. Tujuan : Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran.
Mau dibawa ke mana siswa? Apa yang harus dimiliki oleh siswa? Semuanya tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku setiap
satuan pendidikan           
2. Isi : Isi merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konstek tertentu,
isi merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses
pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi                                                                         
3. Metode : Metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan                                                                                                 
4. Media : Media berfungsi sebagai alat bantu . Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang
ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan menfaatkan
hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai
sumber belajar menjadi pengelola sumber belajar.                                                                                       
5. Evaluasi : Evaluasi berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran dan sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Melalui evaluasi ini kita dapat melihat kekurangan dalam pembelajaran
berbagai komponen sistem pembelajaran.

Contoh pembelajaran sebagai sistem


9
 Perancangan materi pembelajaran dengan menyusun dan menentukan tahapan-tahapan
yang akan dipelajari didalam suatu proses belajar seperti menyusun materi awal dari yang
mudah dan sederhana.

Ciri-ciri pembelajaran dalam pendidikan


Oemar Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran,
yaitu:

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2. Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu


keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya
kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi
dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem pemerintahan, semuanya
memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur
yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama
sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi
tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.

Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran lebih detail adalah sebagai berikut:


1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
4. Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.
5. Aktor guru yang cermat dan tepat.
6. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.

10
7. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai,
dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

Pada prinsipnya pembelajaran harus melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:


1. Identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan (perumusan masalah).
2. Analisis kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran
(analisis masalah).
3. Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan).
4. Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental).
5. Menilai dan merevisi.
Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner. Dalam
menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu (1) pemilihan
stimulus yang diskriminatif; dan (2) penggunaan kekuatan. Skinner berpandangan bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Dalam belajar
ditemukan adanya hal berikut:

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar.


2. Adanya respon si pebelajar.
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat pada stimulus yang
menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon si pebelajar yang baik diberi
hadiah, sebaliknya, perilaku respon si pebelajar yang tidak baik diberi teguran dan atau hukuman

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori condisioning operan sebagai berikut:


1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan
negatif, untuk diberi tindakan yang sesuai.

11
2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku
yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang
dkehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku siswa dan evaluasi.

2.4 Inovasi Pendidikan


Pengertian Inovasi dan Inovasi Pendidikan
Inovasi adalah suatu gagasan, ide dan perubahan dalam berbagai bidang. Sedangkan inovasi
pendidikan adalah sebuah proses, produk dan ide dala bidang pendidikan. Menurut Prof. Azis
Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus
dari change yang berarti perubahan.

Tujuan dari inovasi pendidikan adalah memaksimalkan (efisiensi, efektivitas dan relevansi)
segala kemampuan dalam bidang pendidikan seperti tenaga, uang, sarana prasarana.
Jadi inovasi pendidikan adalah suatu idea atau metode yang dirasakan sebagai hal yang baru
dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Teori Inovasi Pendidikan adalah Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan komponen system pendidikan dalam arti sempit (suatu lembaga pendidikan) maupun
dalam arti luas (sistem pendidikan). komponen pendidikan atau komponen system social yang
memungkinkan untuk dilakukan suatu inovasi, yaitu : pembinaan personalia, banyaknya
personalia dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, peran yang
diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian, dan strategi.

Model-model Inovasi Pendidikan


1.Top Down
 Pengertian Top Down Inovation 
Top Down Inovation adalah salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan efisiensi waktu dan
sebaginya. Inovasi ini di terapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan bahkan
memaksakan apa yang menurut atasan  itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan

12
tidak berwewenang untuk menolak  pelaksanaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa top down
innovation sama halnya dengan pendidikan yang otoriter. Contoh adalah yang dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan
desentralisasi pendidikan dan lain-lain.
 Ruang Lingkup Top Down
Top down innovation yang hanya menyangkut tentang kebijakan-kebijakan dan peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai pendidikan seperti kurikulum, Standart
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), namun menurut kami, top down innovasion juga
terjadi pada saat pembelajaran / proses transfer ilmu / pengetahuan di dalam kelas. Hal ini terjadi
dari guru ke peserta didik. Saat guru mengajar dalam kelas sering memaksa peserta didik untuk
menelan bulat-bulat apa yang di terangkan dan di jelaskan oleh guru, peserta didik hanya meng-
iya-kan saja, mereka tidak berani untuk menyanggah, mengomentari, menanggapi, apa yang
dikatakan guru karna adanya hukuman bagi peserta didik yang di anggap menyimpang hal ini
dapat membunuh kreativitas dan pola piker kritis para peserta didik.
Selain pendidikan formal di sekolah ternyata top down innovation juga terjadi pada polah
pendidikan di rumah, yaitu dari orang tua pada anaknya, Orang tua mendidik anak mereka
dengan cara keras dan kaku, anak-anak harus patuh terhadap peraturan-peraturan yang dibuat
oleh orang tua, anak-anak tidak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan keinginan
dan kemauan hati mereka, sehingga mereka merasa tertekan. Tujuannya agar mereka menjadi
anak yang disiplin, penurut dan tidak banyak kemauan. Meskipun dengan pola pendidikan
otoriter menjadikan keluarga terlihat aman, tertib,  dan tidak ada masalah, namun hal ini sangat
membahayakan bagi perkembangan jiwa anak karena mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang
rendah diri, tidak mandiri, penakut untuk mencoba hal-hal baru, tidak memiliki kreativitas, dll.
  Kelebihan Top Down
Pertama, kesempatan untuk memperoleh pendidikan merata merupakan salah satu kelebihan
yang melekat pada Top Down Inovation.
Kedua, dalam Top Down Inovation juga menerapkan sistem yang terstruktural, sehingga dapat
menggunakan waktu seefisien dan seefektif mungkin.
Ketiga, adanya standart pengajaran sebagai tolak ukur ketuntasan belajar siswa menjadi salah
satu kelebihan dari Top Down Inovation.

13
Keempat, adalah ujian dilaksanakan serempak. Dengan begitu, akan mengurangi kecurangan
dalam adanya evaluasi hasil belajar atas ketercapaiannya kurikulum yang telah disusun oleh
Pemerintah.
Kelima adalah adanya monitoring dari pemerintah/depdikna yang menjadi kelebihan Top Down
Inovation.
  Kekurangan Top Down
Pertama, terbatasnya kreativitas guru dalam hal pengembangan pembelajaran sesuai dengan
tingkat berfikir guru.
Kedua, yaitu terjadinya kecurangan dalam ujian yang diadakan secara serempak.
Ketiga, ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah dengan kompetensi yang dimiliki oleh
sekolah karena sumber daya alam yang dimiliki masing-masing sekolah berbeda, sesuai dengan
lingkungan didirikannya sekolah tersebut.
Keempat, yaitu peran guru yang hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu
program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga
akhir.
Kelima, tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada peserta
didik tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang
diperlukan oleh peserta didik secara SDM dan SDA yang ada disekitar lingkungan peserta didik.
Keenam, keterbatasan fasilitas dan finansial bagi daerah yang terpencil untuk standart
pendidikan yang berlaku menjadi salah satu kekurangan dari Top Down Inovation.
Ketujuh, adalah perbedaan SDM dan SDA disetiap daerah didirikannya sekolah.
2. Bottom Up
 Pengertian Bottom Up
Bottom – Up Innovation merupakan model kebalikan dari model Top Down Innovation, inovasi
ini timbul karena hasil ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat
sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Model strategi
inovasi ini lebih bersifat empirik Rasional. Asumsi dasar pada model ini, menempatkan manusia
pada kemampuannya menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga, mereka bertindak
rasional. Dalam hal ini innovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan
metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya
 Ruang Lingkup Bottom Up

14
Model bottom up innovation ini lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi
swasta dibanding sekolah atau perguruan tinggi negeri, karena sistem pengambilan keputusan
yang sentralistis. Misalnya, suatu sekolah melakukan inovasi tentang efektifitas pembelajaran
dengan menggunakan media atau alat transformasi pelajaran seperti komputer dan infocus dalam
setiap kelas. Dalam hal ini kewenangan atau otoritas sekolah yang bersangkutan lebih menonjol
dan dapat mengambil keputusan sendiri sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah normatif.

 Kelebihan Bottom Up
Pertama, guru lebih bebas dalam mengeluarkan ide-ide cemerlangnya, bahkan pembelajarannya
lebih beranekaragam dan inovatif.  Misalnya dalam suatu pembelajaran guru menempelkan di
papan atau ditayangkan melalui media/ power point.
Kedua, pemerintah tidak perlu bekerja keras karena disini ada peran para guru dan juga peran
masyarakat luar yang banyaak mengambil peran tersebut. Contohnya adanya pembentukkan
organisasi yang dijalankan oleh wali murid (paguyuban), misalnya dalam peduli lingkungan.
 Kekurangan Bottom Up
Pertama, guru tidak mempunyai tolak ukur kedepan, contohnya guru hanya memberikan materi
seperti biasanya saja tanpa ada perkembangan yang lebih baik lagi.
Kedua, susahnya mencapai kesepakatan bersama karena ide yang dilontarkan berbeda-beda,
misalnya saja guru ingin memberikan strategi pembelajaran dengan Kooperative script tetapi
pimpinan tidak memberikan izin dengan pembelajaran tersebut, pimpinan menginginkan
pembelajaran yang ada di KTSP dan sudah di tetapkan oleh pemerintah.
Ketiga, pemerintah tidak begitu berharga kerena perannya tidak begitu besar misalnya saja
pemerintah hanya berdiam diri tidak ikut serta dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.
3. Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan
Desentralisasi menurut PASAL 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan “sebagai
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Desentralisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Encyclopedia of the Social Siences (1980) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan
penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang
lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau administratif.

15
Menurut Hoogerwerf  (1978), Desentralisasi adalah pengakuan atau penyerahan wewenang oleh
badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan
kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan pemerintahan, serta struktur wewenang
yang terjadi dari hal itu.
Dijabarkan juga oleh Koswara (1996) bahwa Desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna
yaitu melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk
wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat  sebagian diserahkan kepada pemerintah
daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehingga urusan tersebut beralih dan menjadi
wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah.
Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai keadaan
daerah, untuk menyusun program-program daerah secara lebih responsif dan untuk
mengantisipasi secara cepat manakala persoalan-persoalan timbul dalam pelaksanaan.
Lebih lanjut Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem dipakai dalam
bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian kewenangan
pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Desentralisasi merupakan
penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang
lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, yudikatif, atau administratif (Encylopedia
of the social sciences.1980).
Desentraslisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan
kebalikan dari sentralisasi, dimana sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada
pihak lain untuk dilaksanakan (Soejito,1990)
Demokratisasi pendidikan menurut para ahli, yaitu :
Joseph A. Schmeter, mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasan untuk memutuskan
cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.Sidney Hook berpendapat, demokrasi adalah 
bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung
atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.
Philippe C. Schmitter menyatakan, demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik diwilayah

16
warga Negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan
para wakil mereka yang telah terpilih.
Hendry B. Mayo menyatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
 Ruang Lingkup Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan
Bidang hukum dan perundang-undangan dalam konteks desentralisasi pendidikan merupakan hal
yang paling krusial karena merupakan perangkat kendali manajemen yang menentukan isi dan
luas wewenang serta tanggung jawab dalam pelaksanaan setiap bidang dan juga tugas yang
sedang didesentralisasikan.
Pembaharuan struktur kelembagaan pendidikan di daerah perlu memperhatikan tiga hal pokok
yaitu, kewengan, kemampuan dan kebutuhan masing-masing daerah yang berazaskan pada
demokratisasi, pemberdayaan dan pelayanan umum dibidang pendidikan. Disamping itu
pembaharuan kelembagaan pendidikan di daerah perlu didasarkan pada prinsip rasional, efisien,
efektif, realistis, dan operasional.
Berkenaan dengan kemampuan daerah dalam aspek relevansi. Permasalahan pendidikan selama
ini diarahkan pada kurangnya kepercayaan pemerintah, pada daerah untuk menata system
pendidikannya yang  setara dengan kondisi objektif di daerahnya. Karena itu, desentralisasi
kurikulum menjadi alternatif yang harus dilakukan dengan demikian perubahan yang paling
mendasar dalam aspek manajemen kurikulum bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalkan
semua potensi kelembagaan yang ada di masyarakat adapun persyaratan dasar dalam
menetapkan jenis kurikulum antara lain: Pertama, Kurikulum dikembangkan berdasarkan bakat
dan minat peserta didik. Kedua, Kurikulum berkaitan dengan karateristik wilayah setempat.
Ketiga, Dapat dikembangkan secara nyata sebagai dasar penguatan sector usaha pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Keempat, Pembelajaran beroreantisi pada peningkatan kompetensi
keterampilan untuk belajar dan bekerja, lebih bersifat aplikatif dan operasional. Kelima, Jenis
keterampilan ditetapkan oleh pengelola program bersama-sama dengan peserta didik, orang tua,
tokoh masyarakat, dan mitra kerja.
Dengan demikian persyaratan utama dalam muatan kurikulum haruslah mendasar, kuat dan lebih
luas. Mendasar dalam arti memberi kemampuan dalam upaya memenuhi kebutuhan perserta

17
didik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Kuat dalam arti terkait dengan isi dan proses
pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang kuat untuk dapat hidup mandiri. Luas dalam arti pemanfaatan dan
pendayagunaan potensi dan peluang yang ada dan dapat dijangkau oleh peserta didik.
  Kelebihan Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan
Pertama  desentralisasi membawa dampak positif khususnya bila diterapkan dalam bidang
administratif. Karena, penerapan ini dalam sistem penyelenggaraan pendidikan dapat
meningkatkan efesiensi kegiatan pendidikan.
Kedua desentralisasi adalah salah satu prakondisi yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja
manajemen sekolah dan meningkatkan prestasi siswa. Hal ni menegaskan bahwa desentralisasi
mendorong berkembangnya suatu proses yang lebih kompetitif dalam suatu proses pembelajaran
siswa.
Ketiga desentralisasi dapat memacu kreatifitas guru dalam membuat suatu inovasi baru dalam
dunia pendidikan
Keempat desentralisasi dapat membuat pengelolaan manajemen keuangan sekolah lebih otimal,
karena apabila pengelolaan keuangan berjalan baik, sistem administrasi yang sebagai jembatan
antara pendidik anak didik.
Kelima desentralisasi dapat menunjang suatu sarana prasarana dalam fasilitas sekolah guna
memperlancar proses pembelajaran. Fasilitas yang baik mampu menimbulkan suatu kreativitas
siswa dan guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran. Sehingga timbullah inovasi-inovasi
baru yang lebih praktis dan mampu bersifat ekonomis.
Keenamdesentralisasi mampu mengembangkan keterampilan dalam mengelola sistem
manajemen, perencanaan, kegiatan-kegiatan sekolah yang telah diberikan oleh pemerintah
kepada daerah.
Ketujuh desentralisasi cenderung mengajak semua warga negara mengenyam pendidikan yang
layak sesuai dengan program dan tujuan pemerintah.
Kedelapan demokratisasi mampu menyelesaikan masalah disuatu daerah itu sendiri. Contoh :
Pengadaan buku untuk pengembangan perpustakaan, pengadaan alat-alat peraga pembelajaran.
Kesembilan Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan dan kepastian
adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam masyarakat tertentu.
 Kekurangan Desentralisasi dan Demokratisasi dalam Pendidikan

18
Pertama desentalisasidapat menimbulkan kecemburuan sosial antara pemerintah daerah dan
masyarakat.
Kedua desentralisasi manajemen keuangan tidak transparan. Sehingga dapat menimbulkan
persepsi yang negatif di mata masyarakat.
Ketigadesentralisasi dapat menimbulkan banyaknya tidak korupsi.
Keempat densentralisasi dapat menimbulkan anggaran yang tidak sesuai dengan pengeluaran
yang terjadi.
Kelima desentralisasi dapat menurunkan kualitas guru dalam mengelola suatu pembelajaran
didalam kelas.
Keenam desentralisasi sebagai penyelenggara pendidikan membuka peluang bagi tumbuh
suburnya legitimasi politik.
Ketujuh desentralisasi, menimbulkan sarana dan prasarana belum menunjang untuk proses
pemerataan penerimaan pendidikan.
Kedelapan desentralisasi, tidak adanya inovasi baru sehingga melemahkan semangat juang para
pendidik.
Kesembilan, konsep pemecahan disuatu daerah tidak dapat digunakan didaerah lain. Karena
terbentur aspek-aspek seperti lingkungan budaya dan sosial politik.
Kesepuluh, Desentralisasi pendidikan yang efektif tidak hanya melibatkan proses pemberian
kewenangan dan pendanaan yang lebih besar dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi
desentralisasi juga harus menyentuh pemberian kewenangan yang lebih besar ke sekolah-sekolah
dalam menentukan kebijakan-kebijakan: organisasi dan proses belajar-mengajar, manajemen
guru, struktur dan perencanaan di tingkat sekolah, dan sumber-sumber pendanaan sekolah.
4.   Quantum Learning
 Pengertian Quantum Learning
Quantum learning adalah  kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu untuk melakukan
eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).
Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga
yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya
bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran.
  Ruang Lingkup Quantum Learning

19
Quantum learning berdasarkan pada konsep “ bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan
dunia kita kedunia mereka.” Segala hal yang dilakukan berdasarkan pada prinsip diatas.
Ada beberapa karakteristik quantum learning yang harus dipahami, agar pembelajaran dapat
berjalan dengan benar. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut: pertama setiap orang
adalah pendidik dan sekaligus peserta didik, sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator,
contohnya guru mau menerima masukan dari muridnya dan sering saling bertukar
informasi. kedua Belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan tempat duduk, penataan sinar atau
cahaya yang baik sehingga peserta merasa nyaman. ketiga Setiap orang mempunyai gaya
belajar, bekerja yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga tidak
perlu merubahnya. Dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam
menerima informasi atau materi yang diberian fasilitator. keempat Kunci menuju kesuksesan
model quantum learning adalah latar belakang musik klasik atau instrumental yang telah terbukti
memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran. Musik klasikal dapat meningkatakan
kemampuan mengingat, mengurasi sterss, meredekan ketegangan, meningkatkan energi dan
memberikan daya ingat.
 Kelebihan Quantum Learning
Pertama, Pembelajaran kuantum membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya
sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya. Contonya ketika dikelas guru terbiasa mengajari siswa untuk selalu berfikir
kreatif untuk menemukan hal yang baru.
Kedua, Dalam pembelajaran kuantum, emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi
belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga
siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang ada.
Ketiga, Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Jadi guru bukan hanya menjelaskan tetapi
menanamkan dalam diri siswa.
Keempat,Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan
taraf keberhasilan tinggi. Contohnya penggunaan music klasik akan merangsang percepatan daya
tangkap siswa sehingga mudah dalam memahami materi yang diberikan.

20
Kelima, Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Contohnya guru memberikan
konsep-konsep dengan contoh yang nyata bukan khayalan.
Keenam, Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan
akademis, dan ketrampilan (dalam) hidup.
Ketujuh, Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran. Jadi seorang guru bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga
menanamkan karakter yang harus dimiliki siswa.
Kedelapan, Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban. Jadi siswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan
melakukan aktifitas yang diminatinya.
 Kekurangan Quantum Learning
Pertama, Membutuhkan pengalaman yang nyata. Karena kuantum learning menuntut guru untuk
kreatif dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga diperlukan
pengalaman yang matang untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.
Kedua, Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Karena kuantum
learning menggunakan metode pemberian sugesti sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk
menumbuhkan karakter yang diharapkan.
Ketiga, Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa. Karena setiap siswa memiliki ketrampilan
yang berbeda-beda sehingga untuk mengidentifikasi ketrampilan setiap siswa memerlukan
proses yang tidak mudah yaitu dengan mengamati perilaku dan minat setiap siswa.
Keempat, Memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan guru. Karena kuantum learning
menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan
sehingga diperlukan keahlian dan ketrampilan guru untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.
Kelima, Memerlukan proses perancanaan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan
terencana dengan cara yang lebih baik. Karena kuantum learning harus bisa menjadikan kegiatan
belajar menyenangkan sehingga persiapan yang matang akan membantu terlaksananya kegiatan
pembelajaran tersebut.
Keenam, Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan menuntut situasi dan kondisi.
Karena dengan keterbatasan sarana prasarana akan menghambat terlaksananya kegiatan tersebut
dan hasilnya kegiatan belajar mengajar akan berjalan kurang efektif.

21
 5.   Pendekatan Kontekstual
  Pengertian Pendekatan Kontekstual
Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
dari pada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru dalam kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual.
  Ruang Lingkup Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
siswa melihat makna materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara mengaitkan materi
pelajaran tersebut dengan pengalaman awal serta lingkungan hidup mereka sehari-hari guna
memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan peran dan
tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa maupun pekerja.
 Kelebihan Pendekatan Kontekstual
Pertama, Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
Kedua,Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu
dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
Ketiga, Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
Keempat,Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
Kelima,Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Keenam,Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
Ketujuh,Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
 Kekurangan Pendekatan Kontekstual

22
Pertama, Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas didasarkan pada kebutuhan  siswa 
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan
kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
Kedua,Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
Ketiga, Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
Keempat,Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan
mengalami kesulitan.
Kelima,Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
Keenam,Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
Ketujuh, Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
Kedelapan, Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru
hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di
lapangan.

23
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling
bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional secara umum. Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didiknya adalah semua warga
negara, artinya setiap satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan memberi
kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku
bangsa dan sebagainya.tidak hanya itu sistem pendidikan nasional juga meakukan pembaruan-
pembaruan yang meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur
pendidikan, dan tenaga kependidikan. Pancasila dan UUD 1945 dijadikan dasar dari prndidikan
nasional ada juga visi pendidikann nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan nasional
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakansemua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan  zaman yang selalu berubah.
3.2 SARAN
Di Indonesia system Pendidikan masih kacau, banyaknya pelajaran yang harus di pelajari oleh
sisiwa yang menyebabkan sekolah menjadi membosankan dan tidak menyenangkan sarannya
adalah mengurangi minimal separuh dari mata pembelajaran yang ada sekarang terutama yang
hafalan tanamkan nilai nilai luhur Pancasila disekolah melalui kurikulum supaya baik siswa
maupun guru tidak terpapar radikalisme

24
DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com. 2020. Sistem Pendidikan Nasional.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/06/210000569/sistem-pendidikan-nasional?
page=all. ( diakses pada 15 Maret 2021)
Nurusarofianti. 2013. Rangkuman Materi Inovasi Pendidikan.
https://nurusarofianti.wordpress.com/2013/01/01/rangkuman-materi-inovasi-pendidikan/ .(diakses
pada 18 Maret 2021)
Rijal09.com. 2016. Sistem Pendidikan Nasional. https://www.rijal09.com/2016/03/sistem-pendidikan-
nasional.html. (diakses pada 18 Maret 2021)
Wahyuni, Sri. 2016. Makalah Sistem Pendidikan Nasional.
https://haripurwati06.blogspot.com/2016/10/makalah-sistem-pendidikan-nasional.html (diakses
pada 17 Maret 2021)
Zuwaily. 2013. Ciri-ciri Pembelajaran dalam Pendidikan. https://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-
pembelajaran-dalam-pendidikan.html. (diakses pada 18 Maret 2021)

25

Anda mungkin juga menyukai