Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen penting dan saling berhubungan. Diantara komponen-
komponen tersebut adalah sarana dan prasarana. Pembahasan terhadap
sarana dan prasarana ini sangat menarik, karena sarana dan prasarana
turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan
dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana mesti
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
jaman.
Dalam proses pendidikan Islam, alat pendidikan mempunyai
kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan alat
pendidikan sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan/materi
pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan
materi sendiri. Penerapan alat pendidikan yang tepat sangat mempengaruhi
pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Alat pendidikan
yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak
efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakekat Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan
Islam?
2. Apa Saja Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Pengaruh Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan
Islam?

1
BAB II

PENDAHULUAN

A. Hakekat Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan Islam


Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan
perabotan yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah. Menurut E. Mulyana, sarana pendidikan adalah peralatan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja,
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.1
Sedangkan prasarana adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah. Dalam pendidikan misalnya lokasi, bangunan sekolah, lapangan
olahraga, uang, dan lain-lain. Menurut Ibrahim Bafadal, bahwa prasarana
pendidikan adalah perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Jadi sarana adalah semua fasilitas yang secara langsung dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik
yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan
dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sedangkan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pengajaran.
Dalam Al Qur’an, ayat yang membahas atau menyinggung masalah
tentang pendidikan adalah surat An- Nahl (lebah) ayat 68-69, disurat itu
Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah: buatlah sarang-sarang bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang

1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 49.

2
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.”2
Menjelaskan bahwa lebah bisa menjadi media atau alat bagi orang-
orang yang berfikir untuk mengenal kebesaran Allah Swt yang dapat
gilirannya akan meningkatkan keimanan dan kedekatan seorang hamba
kepada Allah Swt.
Rasullullah juga mengajarkan kepada para sahabatnya tentang
sarana dan prasarana dalam mengenal pendidikan melalui gambar.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dari Abdullah bin Mas’ud, ia
berkata,“Rasullulah membuatkan kami garis dan bersabda, “ini jalan
Allah.” Kemudian membuat garis-garis disebelah kanan kirinya dan
bersabda,“ini adalah jana-jalan (setan).” Yazid berkata,“(Gari-garis)
yang berpencar-pencar.” Rasullulah Saw bersabda, “Di setiap jalan ada
setan yang mengajak kepadamu.”
Kemudian Rasullulah membaca surat Al-An’am ayat 153, yang
artinya “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang
lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.3
Maka dari sini Rasullulah telah jelas menggunakan garis-garis
sebagai alat pendidikan untuk menjelaskan apa yang ingin beliau
sampaikan kepada para sahabatnya. Dalam konteks Islam, alat-alat
pendidikan harus mengandung nilai-nilai operasional yang mampu
mengantarkan kepada tujuan pendidikan Islam yang syarat dengan nilai-
nilai. Nilai-nilai ini merupakan dasar atau karakteristik pendidikan Islam
itu sendiri.
Dengan hal tersebut, maka sarana dan prasarana pendidikan
haruslah semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan jaman, ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Pendidikan Islam juga selalu berinovasi

2
QS, An-Nahl ayat 68-69
3
QS. Al-An’am ayat 153

3
dalam pengembangan penggunaan alat pendidikan, penggunaan alat
tersebut juga harus berlandaskan kepada dasar-dasar pendidikan Islam dan
mengacu kepada tujuan yang direncanakan

B. Jenis-Jenis Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan Islam


1. Saran
Di dalam lingkup pendidikan sarana ini sangat diperlukan demi
kelangsungan proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan
pendidikan, sarana yang dipilih juga harus sesuai dengan kebutuhan
dan memilih secara selektif. Pilih yang paling efektif untuk memicu
pengetahuan siswa agar lebih berkembang dan prestasi meningkat.
Sarana pendidikan ternyata mencakup pengertian yang luas.
Termasuk kedalamannya, sarana yang berupa benda (materi) maupun
yang bukan benda (non materi). Alat pendidikan yang berupa benda
seperti ruang kelas, perlengkapan belajar yang sejenisya, sedangkan
yang bukan berupa benda (non materi) memiliki sifat yang abstrak dan
hanya dapat diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah laku seorang
pendidik diantaranya perintah/larangan, ganjaran dan hukuman,
berikut pemaarannya:4
a. Keteladanan
Nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang dijadikan Allah
SWT sebagai suri tauladan bagi umat manusia. Seperti halnya
seorang pendidik juga harus bisa menjadi panutan bagi peserta
didiknya. Seorang pendidik harus mempunyai sifat-sifat dan juga
perilaku yang baik. Pembentukan karakter pada peserta didik juga
menjadi tanggung jawab seorang pendidik. Tidak hanya itu,
dimanapun berada, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat, pendidik harus mencerminkan akhlaq yang baik
kepada peserta didik.
b. Perintah Dan Larangan

4
Dr. Tobroni, Pendidikan isam (Paradigma Teologis, Filosofis dn Spiritual), (Malang: UMM
Press, 2008), 112.

4
Perintah dan larangan ini adalah bagaimana cara pendidik dalam
mengajarkan kepada peserta didiknya tentang apa yang harus
dilaksanakan dan apa yang harus ditinggalkan. Tiap-tiap perintah
dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan. Untuk itu, perintah dalam pendidikan islam bersifat
memberi arahan atau mengundang tujuan kearah perbuatan yang
mulia.Sedangkan larangan ini dikeluarkan jika peserta didik
melakukan sesuatu yang tidak baik dan memahayakan dirinya.
Larangan ini disertai dengan sanksi-sanksi sebagai peringatannya.
c. Ganjaran (Hadiah)
Ganjaran ini berupa reward yang akan diberikan kepada peserta
didik apabila ia berprestasi dalam belajarnya. Melalui reward ini
diharapkan hasil yang dicapai oleh peserta didik dapat
dipertahankan dan meningkat, serta dapat menjadi motivasi bagi
peserta didik lainnya untuk mencapai target pendidikan secara
maksimal.Dalam memberikan ganjaran tersebut perlu diperhatikan
apakah menimbulkan perasaan senang pada diri peserta didik atau
tidak, semua itu tergantung pada tingkat prestasi seorang pendidik.
d. Hukuman
Selain ganjaran, hukuman juga merupakan alat dalam pndidikan.
Hukuman ini diberikan kepada peserta didik apabila ia melakukan
kesalahan dan tujuan pemberian hukuman ini adalah agar tidak
terjadi pelanggaran secara berkelanjutan. Penerapan hukuman ini
bisa dengan nasehat, teguran, peringatan, dan dimarahi.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dari pemberian
hukuman terhadap peserta didik, maka dalam pendidikan Islam ada
ciri-ciri tertentu, yaitu:
1) Hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan
pengarahan.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperbaiki kesalahannya.

5
3) Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, maka
harus dilaksanakan dan diutamakan dari sikap lunak dan
kasih sayang.
2. Prasarana
Usaha terpenting Harun ar-Rasyid yang membawa namanya ke
puncak kemasyhuran adalah perhatiannnya yang tinggi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan taraf
yang belum pernah dicapai sebelumnya. Ia mendirikan beberapa
lembaga pendidikan, seperti Bait al-Hikmah, Majlis al-Muzakaroh,
lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan, rumah-rumah,
masjid-masjid, istana khalifah, dan rumah sakit. 5 lembaga pendidikan
di rumah itu telah ada lebih dahulu, bedanya pada masa Harun ar-
Rasyid adalah banyak menunjuk rumah-rumah itu sebagai tempat
belajar dan begitu pula dengan masjid. Namun yang lain masih seperti
kuttab atau maktab, toko-toko buku, perpustakaan, madrasah. Berikut
beberapa lembaga yang berkembang pada masa Dinasti Abbbasiyah di
masa Haarun ar-Rasyid.
a. Kutab atau maktab
Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar. Kutab telah ada
sejak pra-Islam. Diperkirakan mulai dikembangkan oleh pendatang
tanah Arab, yang terdiri dari kaum Yahudi dan Nasrani sebagai
cara mereka mengajarkan Taurat dan Inji, filsafat, jadal (ilmu
debat), dan topik-topik yang berkenaan dengan agama mereka. 6
Menurut Fahmi, Al-kuttab merupakan lembaga pendidikan
Islam terlama. Al-Kuttab didirikan oleh orang arab pada masa Abu
Bakar dan Umar, yaitu sesudah melakukan penaklukan-penaklukan
dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa
yang telah maju.7
b. Toko-toko buku

5
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1994),
88.
6
Badri Yatim, Ensiklopedi Mini: Sejarah dn Kbudayaa Isslam, (Jakarta: Logos, 1996), 74.
7
Asam Hasan Fahmi, Alih Bahasa Ibrahim, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang), 30.

6
Toko-toko buku ini berkembang pesat pada masa Dinasti
Abbasiyah seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan. Uniknya, toko-toko ini tidak saja menjadi pusat
penjualan buku-buku, tetapi juga menjadi pusat studi di dalamya.
Ini semua menunjukkan bahwa betapa antusias umat Islam masa
itu dalam menuntut Ilmu.
c. Rumah sakit
Pada masa Abbasiyah, rumah sakit bukan hanya berfungsi
sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit, tetapi juga
berfungsi sebagai tempat untuk mendidik tenaga-tenaga yang
berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Rumah sakit juga
tempat untuk praktikum dari sekolah kedokteran yang berada di
luar rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit dalam dunia Islam
juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
d. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah ini
adalah tumbuh dan berkembangnya dengan pesat perpustakaan-
perpustakan, baik yang sifatnya umum maupun khusus.
Bait al-hikmah yang didirikan oleh khalifa Harun ar-Rasyid
dan berkembang dengan pesat pada masa al-Ma’mun, merupakan
salah satu contoh dari perpustakaan dunia Islam yang lengkap. Di
dalamya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa itu serta berbagai buku terjemahan dari
bahasa Yunani, Prancis, India, Qibti dan Aramy.
e. Masjid
Masjid, semenjak berdirinya di zaman nabi Muhammad
SAW. Telah menjadi sentral kegiatan dan informasi bagi kaum
muslimin, termasuk kegiatan pendidikan. Pada masa Khalifah Bani
Umayah, masjid berkembang fungsinya menjadi tempat
pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang bersifat
keagamaan.

7
Masjid sebagai lembaga pendidikan Islam dapat dikatakan
sebagai madrasah yang berukuran besar. Lembaga pendidikan
Islam yang bernama madrasah ini mulai mencuat ke permukaan
ketia Bani Abbasiyah berada di bawah pengaruh Bani Saljuk.
Beliau mempunyai seorang wazir. Inilah yang kemudian
mempelopori berdirinya madrasah yang kemudian terkenal dengan
nama madrasah Nizamiyah.
f. Rumah-rumah para ulama
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik
untuk memberikan peajaran, namun pada zaman kejayaan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak
juga rumah para ulama yang dijadikan tempat belajar dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Di antara rumah para ulama yang dijadikan tempat belajar
adalah rumah Abu Muhammad ibn Hatim al-Razy al-Hafish
seorang muhaddis yang terkenal kesiqahannya.
g. Madrasah
Madrasah sangat diperlukan keberadaannya sebagai tempat
untuk menerima ilmu pengetahuan agama secara teratur dan
sistematis. Madrasah yang pertama didirikan adalah madrasah al-
Baehaqiyyah di kota Naisabur.8 Adapun sebab-sebab didirikannya
madrasah ini adalah karena masjid-masjid telah dipenuhi dengan
pengajian-pengajian dari para guru yang semakin banyak, sehingga
mengganggu orang yang shalat. Disamping itu, juga karena
pesatnya perkembangan kegiatan penerjemahan buku-buku yang
berbahasa asing ke dalam bahasa Arab.
Adapun yang menjadikan madrasah ini paling penting
fungsinya adalah kelengkapan ruangannya untuk belajar yang
dikenal dengan ruangan muhadharah serta bangunan-bangunan
yang berkaitan dengannya, pengamanan bagi murid-murid dan
guru-gurunya.
8
Ali al Jumbulati dan Abd. Al-Futuh al-Tuwainisi, Purasatun Muqorronatun fi al-Tarbiyah al-
Islamiyah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 30.

8
C. Pengaruh Sarana Prasarana Dalam Filsafat Pendidikan Islam

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

10
Daftar Pustaka

Al-Jumbulati Ali dan Al-Tuwainisi Abd. Al-Futuh, Purasatun Muqorronatun fi al-


Islamiyah. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven,
1994.

Fahmi, Asam Hasan. Alih Bahasa Ibrahim. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.

Mulyasa E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Tobroni. Pendidikan isam. Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual. Malang: UMM
Press, 2008.

Yatim Badri. Ensiklopedi Mini: Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos, 1996.

11

Anda mungkin juga menyukai