Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Hadis-hadis Tentang sifat peserta didik


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi
Dosen Pengampu : M. Isbiq, M. SI

Disusun oleh :
1. Siti miskiyah (2320026)
2. Aulia purnama sari (2320033)
3. Virda fatikhatu Zahra (2320118)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
Daftar Isi

Daftar Isi ......................................................................................................................... 2

Kata Pengantar ................................................................................................................ 3

BAB I ......................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN....................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4

B. Tujuan ................................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6

A. Pengertian Peserta Didik ...................................................................................... 6

B. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh peserta didik .................................................. 9

C. Hadis-hadis tentang sifat, akhlak dan adab yang harus dimiliki oleh peserta didik
14

BAB III ......................................................................................................................... 16

PENUTUP .................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

2
Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha


Esa. Atas rahmat dan hidayahnya, penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dengan judul “Hadits-Hadits Tentang Kepribadian Pendidik”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad


Isbiq, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Hadits Tarbawi yang sudah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari pasti terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh


sebab itu, Saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan senang hati
untuk memperbaiki kedepannya agar lebih baik lagi.

Pekalongan, 11 Oktober 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak seorang pendidik agar mempermudah peserta didik
sebaliknya tidak mempersulit, materi ilmunya diambil yang paling mudah
atau disesuaikan kemampuan akal pikiran peserta didik, akhlak peserta
didik terhadap pendidik agar mereka saling menghormati yang lebih tua
(guru), akhlak pendidik agar tidak pelit ilmu (tidak menyembunyikan
ilmu), akhlak kesopanan bagi peserta didik dan pendidik dalam majlis
ilmu.
Implementasi pendidikan akhlak bagi peserta didik tingkat sekolah
dasar dapat dilakukan melalui petunjuk dan nasehat secara langsung
dengan bahasa yang sangat sederhana, pembinaan akhlak anak usia remaja
dilakukan dengan menasehati mereka, menegur serta
mengkritik/menyindir secara halus dan bila perlu menghukumnya
jikadidapati mereka (peserta didik) berlebihan dalam melakukan perbuatan
tercela di lingkungan lembaga pendidikan / sekolahan.
Aktualisasi pendidikan akhlak dapat ditempuh dengan cara;
mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan akhlak yang telah
dirumuskan ke dalam semua mata pelajaran yang relevan terutama dalam
pendidikan agama serta kwarganegaraan. Mengintegrasikan pendidikan
akhlak dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan.
Membangun komunikasi atau kerjasama antara lembaga pendidikan
dengan orang tua peserta didik. Terakhir, mengoptimalkan keteladanan
para pendidik.

A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian peserta didik?

4
2. Apa saja sifat-sifat yang harus dimiliki peserta didik?

3. Apa saja hadis-hadis tentang sifat, akhlak dan adab yang harus dimiliki
oleh peserta didik?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian peserta didik.

2. Untuk mengetahui sifat-sifat yang harus dimiliki oleh peserta didik.

3. Untuk mengetahui hadis-hadis tentang sifat, akhlak dan adab yang


harus dimiliki oleh peserta didik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna
peserta didik, yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib. Murid berasal dari kata
„arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the
willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang
yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di
dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Sedangkan al-
tilmīdz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk
menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah. Sementara al-thālib
berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thālibun, yang berarti orang yang mencari
sesuatu.1 Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari
ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan
kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.
Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan
berdasarkan tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk
sekolah menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut
Abuddin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-
muta‟allim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang
menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
Peserta didik diartikan sebagai individu atau pribadi (manusia seutuhnya),
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

1
Drs. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.79
6
Anak didik merupakan makhluk yang aktif dan kreatif juga merasa selalu
membutuhkan kebebasan untuk mengembangkan daya fikirnya, oleh sebab itu
pula antara pendidik dan anak didik harus mempunyai sikap yang penuh kasih
sayang dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang harmonis, sehingga
pendidikan dapat berjalan dengan baik, bahkan justru lebih berhasil dari pada
sikap kaku dan keras.
Dalam pengelolaan belajar mengajar, pendidik dan peserta didik memegang
peranan penting, anak didik adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi
dan mengalami proses berkembang dalam proses perkembangan itu eserta didik
membuntuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh pendidik
tetapi oleh peserta didik itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan
individu-individu yang lain.
Menurut imam Al-Ghazali tugas adan kewajiban peserta didik ada 4 yaitu:
1. Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan dari sifat-sifat yang
tercela. Karena ilmu pengetahuan merupakan kabaktian hati, shalatnya jiwa
dan mendekatkan batin kepada Allah Ta‟ala. Jadi, belajar dan mengajar adalah
sama dengan ibadah shalat, sehingga shalat tidak sah kecuali dengan
menghilangkan hadas dan najis, maka demikian pula dalam hal mencari ilmu,
mula-mula harus menghilangkan sifat-sifat yang tercela seperti: dengki,
takabbur, dan lain-lain. Namun apabila ada pelajar yang budi pekertinya buruk
dan hina tapi memperoleh ilmu pengetahuan, maka ia hanya memperolehnya
pada kulit dan lahirnya saja, bukan isi dan hakikatnya sehingga tidak
bermanfaat bagi dirinya dan lainnya. Jadi tidak membawa kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
2. Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan. Apabila pengembaraan
ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, akan menambah pengalaman dan
pengetahuan, dan menambah persahabatan juga meningkatkan persaudaraan,
mendewasakan diri dan memperluas wawasan berpikir, serta mengembangkan
fungsi hidup manusia.
3. Jangan menyombongkan ilmunya dan menentang gurunya
4. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
7
Menurut konsep pendidikan di dalam hadits Nabi ditegaskan bahwa “Tuntutlah
ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat” (H.R Abdil Bar). Telah
menggambarkan bahwa pendidikan dan pengajaran itu harus dimulai sejak
lahir sampai mati. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapakan oleh
Anwar Jundi dalam kitabnya “at-Tarbiyah wa Bina‟ al-ajyal fi Dhoi Al-Islam”
bahwa sesungguhnya pendidikan menurut paham islam adalah menumbuhkan
manusia dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak lahir sampai mati. Dan
di Barat juga ada istilah “life long education” (pendidikan seumur hidup).2
a. Peserta Didik sebagai Obyek
Pendidikan Peserta didik dipandang sebagai obyek jika dilihat dari sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain.
Dalam bebagai kajiannya Ibn Khaldun bersandar sepenuhnya kepada
pengamatan terhadap fenomena sosial dalam berbagai bangsa yang di
dalamnya..dia.hidup. Begitu pula dalam pemikirannya mengenai anak
didik, ia mengaitkannya dengan aspek sosial yaitu hubungan anak didik
dengan lingkungan dan masyarakat.di sekitarnya. Lebih lanjut diterangkan,
Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi
kepribadiannya sebagaimana yang acapkali dibicarakan para filosof, baik
itu filosof dari golongan muslim atau non-muslim. Ia lebih banyak melihat
manusia dalam hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat. Dalam konteks inilah ia sering disebut
sebagai salah seorang pendiri sosiolog dan antropolog.3 Keberadaan
masyarakat sangat penting untuk kehidupan manusia, karena
sesungguhnya manusia memiliki watak bermasyarakat. Ini merupakan
wujud implementasi dari kedudukan manusia sebagai makhluk sosial,
yang secara harfiahnya selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Salah satu contoh yaitu dengan adanya oganisasi kemasyarakatan. Melalui
organisasi kemasyarakatan tersebut manusia juga dapat belajar bagaimana

2
Nur Laily Fauziyah, Pendidikan Akhlak Peserta Didik dan Pendidik Dalam Perspektif Hadis Nabi,
Al Marhalah : Jurnal Pendidikan Islam. Volume. 2, No. 1 Mei 2018.hlm 54-55
3
Yasin al-Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm.102.
8
seharusnya menjadi orang yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Dengan demikian maka secara tidak langsung manusia lambat laun akan
menemukan watak serta kepribadia nnya sendiri. 4
b. Peserta Didik Sebagai Subyek Pendidikan
Manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, akan tetapi,
lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat. Karena itu, lingkungan
sosial merupakan pemegang tanggungjawab dan sekaligus memberikan
corak perilaku seorang manusia. Hal ini memberikan arti, bahwa
pendidikan menempati posisi sentral dalam rangka membentuk manusia
ideal yang diinginkan. Pendidikan sebagai suatu upaya dalam membentuk
manusia ideal, mencoba mengajarkan dan mengajak manusia untuk
berpikir mengenai segala sesuatu yang ada di muka bumi, sehingga hasrat
ingin tahunya dapat terpenuhi. Ibn Khaldun memandang manusia sebagai
makhluk yang berbeda dengan berbagai makhluk lainnya. Manusia, kata
Ibn Khaldun adalah makhluk berpikir. Oleh karena itu ia mampu
melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Dan hal itu sebagai bukti
bahwa manusia memang memiliki tingkatan berpikir yang lebih tinggi
dibanding dengan makhluk lainnya.

B. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh peserta didik

Prinsip-prinsip yang memberikan landasan kokoh tentang karakter peserta


didik yang ideal perspektif al-Qur‟an dan Hadits, serta implementasinya dalam
proses pembelajaran yaitu:
1) Niat karena Allah. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub
kepada Allah, sehingga peserta didik dituntut membersihkan dan
mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela (al-
takhalli) dan mengeisi dan menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat dan

4
Hamruni. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2008), hlm.79.
9
akhlak yang terpuji (al-tahalli) agar ia mencapai derajat mukasyafah dan
ma‟rifah (al-tajalli). Hadist Rasulullah terkait dengan niat :

Artinya: Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan


mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan (HR Bukhari & Muslim).
2) Sabar. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa kesabaran terdiri dari
pengetahuan, keadaan, dan amal. Pengetahuan didalamnya seperti pohon,
keadaan seperti ranting-ranting, dan amal seperti buah. Atas dasar
pengertian ini, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa maslahat keagamaan
terdapat dalam kesabaran, sehingga dalam diri manusia harus timbul
kekuatan dan dorongan untuk melakukan kesabaran. Menurut Al-Syaibani,
sulit bersabar atas apa yang tidak diketahui maknanya merupakan hal yang
sangat dikhawatirkan seorang guru, karena dapat menyebabkan kegagalan
ditengah perjalanan menuntut ilmu atau pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan demikian, sikap sabar merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang peserta didik. Sebagaimana pula Hadits Rasulullah terkait dengan
sabar, dengan sabdanya:

Artinya: Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah


akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang
dianugerahkan (oleh Allah) pemberian yang lebih baik dan lebih luas
(keutamaannya) dari pada (sifat) sabar.” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
3) khlas. Ikhlas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan; sesuatu
yang bersih dari campuran yang mencemarinya. Seorang peserta didik
harus ikhlas membersihkan hati sebagai prasyarat untuk menuntut ilmu.
Sebagaimana penjelasan Al-Ghazali, bersihnya hati dalam menuntut ilmu
seperti bersihnya bumi untuk tanaman. Dengan demikian, seorang peserta
didik perlu membersihkan hatinya agar dapat menyerap ilmu pengetahuan

10
secara baik. Rasulullah Muhammad juga bersabda dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh

Artinya: Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena
do‟a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan
mereka dalam beramal (HR. An-Nasa‟i)
4) Jujur. Salah satu sifat/karakteristik seorang peserta didik yang dapat
menentukan kepercayaan orang lain, baik guru maupun teman sesamanya,
adalah kejujuran. Jujur dapat ditandai dengan sikap terbuka atas apa yang
sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya. Lawan dari sifat jujur ini adalah
dusta, suka berbohong baik pada dirinya maupun pada orang lain. Sifat
dusta ini seringkali menjadi penyebab hilangnya rasa percaya diri.
Sedangkan sifat jujur dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Sifat jujur ini
tidak hanya dalam perkataan, melainkan pula mencakup segala perbuatan.
Al-Qur‟an dan Hadits menjelaskan kejujuran seseorang merupakan asas
yang menjiwai segala hubungan dengan orang lain dan mendapatkan
pahala Surga.

Artinya: Dari „Abdullâh bin Mas‟ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata:


“Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Hendaklah kalian
selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu
berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh
sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena
dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan
seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih

11
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).
(HR. Ahmad).
5) Tawadhu‟ yaitu mengakui kebenaran dari orang lain dan rujuk dari kesalahan
kepada kebenaran. Menurut al-Nawawi, murid harus bersikap tawadhu‟ terhadap
ilmu dan guru, karena hanya dengan sikap tawadhu‟ itulah ilmu dapat tercapai.
Ilmu itu musuhnya sifat sombong.

Artinya: Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat


tawadhu‟. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan
melampaui batas pada yang lain.”(HR. Muslim).
6) Qana‟ah. Qana‟ah adalah menerima cukup dan merupakan kekayaan yang
sebenarnya. Rasulullah juga menyampaikan bahwa bukanlah kekayaan itu
lantaran banyak harta, kekayaan ialah kekayaan jiwa. Sebagaimana dalam
Haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

Artinya: Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian


mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat
qana‟ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya
(HR. Muslim). Dengan demikian, sifat qana‟ah berkaitan erat dengan cara
penerimaan dan kondisi psikologis seorang peserta didik terhadap apa yang
diperolehnya. Sifat qana‟ah ini, tidak hanya berkaitan dengan cara penerimaan
terhadap materi, tetapi juga berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
7) Toleran. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sifat toleran seorang pelajar adalah
menghindarkan perbedaan yang menyebabkan perpecahan demi meraih lezatnya
persaudaraan.1 Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Abu Umamah. Hadits ini dibawakan oleh Imam al-Bukhari secara mu‟allaq dalam
Kitabul Iman, Bab ad-Diinu Yusrun dengan lafazh.

12
Artinya: Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran (HR.
Ahmad). Oleh karena itu, sifat toleran dapat menimbulkan persaudaraan yang
terpelihara dan terhindar dari saling permusuhan. Seorang peserta didik yang
toleran terhadap orang lain, berarti ia membangun persaudaraan yang menjadi
jalan bagi kelancaran belajar bersama. Seorang peserta didik selain memerlukan
bimbingan seorang guru, juga memerlukan kawan tempat mereka berbagi rasa dan
belajar bersama. Teman ini diyakini besar pengaruhnya terhadap kesuksesan
belajar mereka, sehingga muncul pula akhlak karimah yang harus dilakukan
antara sesama peserta didik dan cara mencari kawan yang baik. Berkaitan dengan
masalah ini, seorang peserta didik harus bersikap toleran. Sikap toleran ini, dapat
melahirkan sikap terbuka terhadap orang lain, terutama ketika terjadi perbedaan
pendapat.
8) Tha‟at. Imam Syafi‟i berkata “aku mengadukan masalahku kepada guruku
bernama Waki‟, karena kesulitan dalam mendapatkan ilmu (sulit menghapal).
Guruku itu menasehatiku agar menjauhi perbuatan maksiat. Selanjutnya, guruku
mengatakan bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan
kepada orang yang berbuat maksiat”.

Artinya: Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih
tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR.
Ahmad). Ungkapan Imam Syafi‟i di atas juga telah dijelaskan oleh Allah dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Kahfi ayat 28 dan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, dari situ mengisyaratkan bahwa ilmu itu hakikatnya cahaya dari
Allah, dan hal itu hanya diberikan kepada hamba-Nya yang ta‟at.
9) Tawakkal. Tawakal berarti pengandalan hati kepada Tuhan Yang Maha Pelindung
karena segala sesuatu keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan selain
Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat memberinya manfaat. Seorang
peserta didik perlu bertawakal dalam belajarnya dan dapat memanfaatkan seluruh
waktunya baik siang maupun malam, baik ketika sedang diam atau dalam

13
perjalanan. Jangan menyia-nyiakan waktu sedikitpun selain dalam ilmu kecuali
dalam kondisi darurat, seperti untuk makan dan tidur atau istirahat sebentar.

Artinya: Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah


akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung
tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam
keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmizdi, Ibnu Majah).
Oleh karena itu, Al-Qur‟an dan Hadits menempatkan peserta didik pada ditempat
yang terhormat, tempat yang dapat dihargai tanpa bersikap sombong dan egois,
dan tidak pula menggunakan kemampuan mereka kecuali untuk tujuan-tujuan
yang tepat. Mereka juga dapat meneladani banyak tokoh yang mencurahkan
dedikasi, seraya tetap berani melakukan kritik secara terbuka terhadap kebobrokan
moral yang merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan.
10) Khauf dan Roja‟. Harapan (raja‟) dan takut (khauf ) termasuk kedudukan para
penempuh jalan Allah dan keadaan para pencari ridha Allah. Sifat yang ditunggu
apabila menimbulkan kesedihan di hati dinamakan rasa takut. Jika menimbulkan
kegembiraan maka dinamakan harapan. Peserta didik diharapkan dan sudah
semestinya memiliki sifat khauf dan raja‟ (harapan dan rasa takut) supaya dalam
menuntut ilmu mendapatkan prestasi sebagaimana tujuan pendidikan Islam.

C. Hadis-hadis tentang sifat, akhlak dan adab yang harus dimiliki oleh peserta didik
 Hadis tentang pendidikan akhlak kesopanan.
‫عن اِب ىريرة قال تعلموا العلم تعلموا للعلم السكينة واْللم تواضعوا ملن تعلمون منو ليتواضع لكم من‬
‫رواه الطرباين‬.‫علمتم َل تكونوا من جبابرة العلماء فال يقوم علمكم جبهلكم‬
“Dari Abu Huroiroh berkata: Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah
pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kamu kepada orang
yang mengajarkan ilmu, agar ia bersikap rendah hati kepadamu, …………
(H.R.Thobroni)

14
Hadis di atas memberikan pengarahan pada seorang tholibul ilmi (pelajar
dan pendidik) ketika dalam proses belajar dianjurkan agar bersikap tenang dan
sopan, begitu pula seorang pendidik walaupun sudah mendapatkan ilmu tetap
harus belajar (mengulang-ulang materi pelajaran) serta berperilaku sopan dan
tidak menunjukkan kesombongan di hadapan peserta didik dan wali peserta didik.
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok manusia terbaik yang menjadi
panutan bagi umat sejak ia diangkat menjadi Nabi sampai menjadi Rasul sebagai
utusan yang memberi kabar gembira dengan surga dan memberi peringatan atau
ancaman dengan neraka. Kabar gembira maupun peringatan tersebut disampaikan
Nabi kepada umatnya berupa aqidah, Pendidikan Akhlak Peserta Didik DAN
Pendidik Dalam Perspektif Hadis ibadah, akhlak, dan muamalah. Pendidikan
akhlak yang disampaikan Nabi kepada umatnya ini melalui sabdanya, agar
umatnya meniru dan melaksanakan sesuatu yang dicontohkan Nabi dalam segala
aktivitas kehidupan masyarakat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peserta didik sebagai salah satu komponen pokok dalam
pendidikan harus diketahui tingkat kemampuan, karakteristik perbedaan,
hak dan kewajibannya. Hadits memberikan gambaran tentang sosok
peserta didik yang ideal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan memiliki kaitan yang
saling mempengaruhi antara komponen satu dengan komponen lainnya,
sehingga proses pendidikan hendaknya merupakan perpaduan yang
integral dan harmonis untuk menghasilkan pendidikan yang ideal. Oleh
karena itu, kegiatan pendidikan harus mengantarkan peserta didik
mencapai suatu tujuan hidup yang telah digariskan dalam ajaran Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fatah, Yasin. 2008. “Dimensi-dimensi Pendidikan Islam”. Malang: UIN-


Malang Press.
Fauziyah, Nur L. 2018. “Pendidikan Akhlak Peserta Didik dan Pendidik Dalam
Perspektif Hadis Nabi” Al Marhalah : Jurnal Pendidikan Islam. Volume.
2, No. 1

Hamruni. 2008. “Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam”. Yogyakarta:


Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Nata, Abuddin. 1997. “Filsafat Pendidikan Islam”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Siahaan,A,dkk.2014. Hadis-Hadis tentang Peserta Didik. Nadwa: Jurnal
Pendidikan Islam.8(1).1-16
Amirudin,N,dkk.2020. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK YANG IDEAL
PERSPEKTIF AL-QUR‟AN DAN HADITS. TADARUS: Jurnal Pendidikan
Islam.9(2).68-82

17

Anda mungkin juga menyukai