Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TUJUAN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR'AN


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir II
Dosen Pengampu: Siti Jubaedah, S.Th.i., M. Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ade Sopian (1811104110)
Aisyah (201114255)
Riska Amalia (2011104238)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu


dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia,
sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil
ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena
bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang dialam ini. Namun manusia tidak
pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dilihat, kecuali belajar
dengan mengarahkan segala tenaga yang dimiliki untuk dapat memahami tanda-
tanda yang ada dalam kehidupan ini. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
diatas, Islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap tujuan
pendidikan.
Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Qur’an adalah Firman Allah
(kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat
Jibril secara berangsur-angsur yang merupakan mukjizat, dan berfungsi sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda
antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan menuju
jalan yang lurus. Atas dasar tersebut, kami akan mencoba menjelaskan Tafsir
(Az-Żāriyāt [51]: 56, Āli ‘Imrān [3]: 137-139, Al-Ḥajj [22]: 40-41, Al-Fatḥ [48]:
28-29) yang menjelaskan tentang tujuan pendidikan. Agama Islam sangat
menjunjung pendidikan, secara tidak membeda- bedakan pendidikan kepada laki-
laki maupun pendidikan kepada wanita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu rumusan masalah
sebagai  pijakan untuk terfokusnya kajian makalah tentang ayat yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Ayat apa saja yang berkaitan dengan Tujuan Pendidikan dalam Al-
Qur’an?
2. Tuliskan Mufradat yang berkaitan dengan ayat Al-Qur’an tersebut?

1
3. Apa Asbabun Nuzul dari ayat tersebut?
4. Jelaskan tafsir dari ayat Al-Qur’an tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui ayat apa saja yang berkaitan dengan Tujuan Al-Qur’an.
2. Untuk Mengetahui mufradat yang berkaitan dengan ayat Al-Qur’an .
3. Untuk Mengetahui Asbabun Nuzul dari ayat tersebut.
4. Untuk Mengetahui tafsir dari ayat Al-Qur’an tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Ayat Al-Qur'an :
Az-Zariyat [51] : 56

‫س اِاَّل لَِي ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ِ ‫وماَ خلَ ْق‬


َ ْ‫ت احْل َّن َوااْل ن‬
ُ َ َ
Artinya: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku."
Mufradat :

‫ت‬
ُ ‫ َخلَ ْق‬Berasal dari kata ‫َخلَ َق‬
Kata ‫ق‬
َ َ‫ َخل‬disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan
turunannya, seperti kata ‫ق‬
َ َ‫ َخل‬yang disebutkan sebanyak 76 kali, ‫ت‬
ُ ‫ َخلَ ْق‬yang
disebutkan sebanyak 11 kali. Kata ‫ق‬
َ َ‫ َخل‬diartikan sebagai: membuat sesuatu dari
yang belum pernah ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu sejak semula atau
menjadi sebab awal maujudnya sesuatu. Setiap kata “khalaqa” , maka disana
semata-mata Allah saja yang berperan menciptakannya, tanpa ada campur tangan
makhluk lain.

‫ = لَِي ْعبُ ُد ْو ِن‬beribadah kepada-Ku

‫ َعابِد‬- ‫ َعابِ ِدين‬- ‫ لِْل َعابِ ِدين‬bagi orang-orang yang beribadat.

Asbabun Nuzul:
Surat Az-zariyat ayat 56: Yaitu ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah
SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan
perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia

3
akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan
meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus
dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah,
karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Tafsir (Penjelasan) :
(56) Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah
menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan agar
menyembah-Nya. Ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut
ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk
kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau
manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap
kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas
kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak
seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena
kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah
mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia agar melakukan ibadah kepada
Allah swt. Allah memerintah Nabi Muhammad beristiqomah dalam mengajak
umatnya mengesakan Allah karena sesungguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku
tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak
menciptakan merka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah
kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka.
Ayat Al-Qur'an :
(Āli ‘Imrān [3]:137)

‫ف َك ا َن َع ا قِبَ ةُ الْ ُم َك ِّذ‬ ِ ‫ت ِم ْن َقْبلِ ُك ْم ُس نَ ٌن فَ ِس ْي ُر ْوا ىِف ااْل َ ْر‬


َ ‫ض فَ ا نْظُ ُر ْوا َكْي‬ ْ َ‫قَ ْد َخل‬

َ ‫بِنْي‬
Artinya : Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah (Allah) Oleh karena
itu, berjalanlah di (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan para pendusta (rasul-rasul).

4
(Āli ‘Imrān [3]:138)
ِ ِ
َ ‫َّاس َو ُه ًدى َّو َم ْو عظَةٌ لِّْل ُمتَّقنْي‬
ِ ‫َه َذا َبيَا ٌن لِّلن‬
Artinya: Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia,
petunjuk, dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Āli ‘Imrān [3]:139)
ِِ ِ ِ
َ ‫َواَل هَت ُن ْوا َواَل حَتَْز نُ ْو َاواَْنتُ ُم ااْل َ ْعلَ ْو َن ا ْن ُكْنتُ ْم ُّم ْؤمننْي‬
Artinya: Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu
paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin.
Mufradat

Khala (‫ت‬
ْ َ‫;) َخل‬  telah berlalu,
As-Sunan (‫َلسنَن‬
ُّ ‫;)أ‬  bentuk tunggalnya sunan, yaitu cara yang di pakai dan
ُ
pejalanan yang bias diikuti. Berasal dai perkataan mereka Sanna’l-ma’a, bila
menuangkannya secara terus menerus tanpa berhenti. Kemudian di serupakan
kepada hal tersebut, karena bagian-bagiannya berulang-ulang dalam bentuk yang
sama.

Bayanun (‫ن‬
ٌ ‫ ;)بيَ ا‬penjelasan tentang akibat jelek yang mereka lakukan,
َ
berupa kebohongan. 

Hudan (‫) َه ًدى‬ ; penambah penerangan mata hati dan petunjuk kepada jalan

agama lurus.
Al-Maw’izzah ; suatuhal yang bisa melunakan hati dan mengajak
berpegang kepada ketaatan yang ada padanya.
Al-Wahnu ; lemah dan beramal, berpikir dan dalam menjalankan perkara.
Al-Haznu ; perasaan yang menimpa jiwa bila kehilangan sesuatu yang
dicintainya1.
Asbabun Nuzul
1
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy  jilid  4, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1986), hal 125-126

5
Pembicaraan pada ayat-ayat terdahulu menceritakan Perang Uhud dan
berbagai pristiwa penting. Kemudian Allah mengingatkan kaum mukminin
tentang Perang Badar dan apa-apa yang telah dipastikan untuk mereka, sekalipun
jumlah personil pasukan dan peralatanya sangat minim. 2
Bagian ini dimulai dengan menunjukkan kepada kaum mukminin dalam
Perang Uhud yang mana dalam ayat-ayat yang telah lalu Tuhan menerangkan,
kalau sekiranya mereka berpegang teguh pada sabar, takwa dan tawakal, malaikat
pun akan datang membantu. Tetapi antara mereka ada yang mengharapkan
semata-mata rampasan perang, lalu meninggalkan ketaatan kepada Rasulullah,
sehingga Rosul sendiri nyaris mati dibunuh dan telah luka. Maka Allah SWT
menurunkan ayat 139, surat Ali Imran.
Setelah selesai peperangan Uhud yang telah menewaskan tujuh puluh
Mujtahid fi Sabilillah, antaranya Hamzah bin Abdul Mutholib, paman Nabi saw.
sendiri dan Nabi saw. pun mendapat luka , kelihatan kelesuan, lemah
semangat  dan dukacita; maka datanglah ayat ini : angkat mukamu, jangan lemah
dan jangan dukacita. Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tak
pernah dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jikalau kamu masih
mempunyai iman dalam dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tinggi.
Sebab iman itu adalah pandumu menempuh zaman depan yang masih akan mau
dihadapi3.
Tafsir (penjelasan) :
Pada ayat 137 ini Allah menerangkan bahwa sunnah-Nya (ketentuan yang
berlaku) terhadap makhluk-Nya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat
nabi Muhammad saw, tetap berlaku sampai sekarang. Oleh karena itu, kita di
tuntut supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat
pada suatu kesimpulan, bahwa Allah dalam ketentuan-nya telah mengikatkan
antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin kaya, maka ia
harus mengusahakan kesimpulannya, sebab-sebab yang biasa membawa kepada
kejayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah  dipersiapkan segala
2
Ibid, 103.
3
Prof. Dr. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Tafsir Al-Azhar (Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas, 1983), hlm.97

6
sebab untuk mendapatkan kemenangan, baik dari segi materinya maupun dari segi
taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di dunia dan akhirat, perbuatlah sebab-
sebab untuk memperolehnya, dan demikianlah seterusnya.4
Pada ayat 138 menjelaskan bahwa apa yang tersebut pada ayat 137 adalah
penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang
bertakwa. Sehingga  dengan mempelajari sejarah umat-umat terdahulu  dan
melihat bekasnya dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan , petunjuk dan
pengajaran. Ilmu kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia
di dalam alam ini. Dan dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui
dua tiga ilmu yang amat penting. Pertama sejarah , kedua ilmu bekas peninggalan
kuno, ketiga siasat perang, keempat, ilmu siasat pengendalian negara.5
Ahmad Musthofa Al-Maragy dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam
ayat ini , Allah mengingatkan  tentang sunnah-sunnah  Allah pada makhluk-Nya.
Barangsiapa berjalan pada tatanan sunnah tersebut, ia akan sampai kepada
kebahagiaan. Dan, barangsiapa menyimpang darinya maka ia akan tersesat,
akibatnya adalah sengsara dan kehancuran. Perkara yang hak itu pasti harus
menang atas kebatilan, sekalipun pada awalnya, kebatilan mempunyai kekuatan
yang besar. Sehingga apabila kita tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti kita
tidak memakai jalan hidayah, dan kita termasuk orang-orang yang tidak mau
mengambil pelajaran dari pengalaman.6
Sedangkan Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini memerintahkan
untuk mempelajari “sunah” yakni kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan Ilahi dalam
masyarakat. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan
masyarakat. Perlu diingat bahwa apa yang dinamai hukum-hukum alam pun
adalah kebiasaan-kebisaan yang dialami manusia menyangkut fenomena alam.
Dari ikhtisar ‘pukul rata’ statistik tentang fenomena tersebut, hukum-hukum alam
dirumuskan. Karena sifatnya demikian, maka ia dapat dinamai juga dengan
hukum-hukum kemasyarakatan atau ketetapan-ketetapan bagi masyarakat. Ini

4
Universitas Islam Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995), hal. 53.
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 4, 95.
6
Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghi , 127-132

7
berarti ada keniscayaan bagi sunnatullah/hukum-hukum kemasyarakatan itu, tidak
ubahnya dengan hukum-hukum alam atau hukum yang berkaitan dengan materi.
Apa yang ditegaskan al-Qur’an ini dikonfirmasikan oleh ilmuan: “Hukum-hukum
alam – sebagaimana hukum-hukum kemasyarakatan – bersifat umum dan pasti,
tidak satupun di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila
melanggarnya.7
Adapun Ibnu Katsier menjelaskan bahwa ayat ini merupakan firman Allah
kepada hanba-hamba-Nya yang mu’min tatkala mereka mendapat musibah dalam
perang Uhud dan gugur tujuh puluh orang diantara mereka sebagai syuhada,”
bahwa hal yang serupa itu telah terjadi pada umat-umat yang sebelum mereka,
para pengikut nabi-nabi yang akhirnya merekalah yang beruntung dan orang-
orang kafirlah yang binasa. Karenanya Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya
mengadakan perjalanan untuk melihat dan menyaksikan bagaimana akibat yang
diderita oleh umat-umat yang mendustakan nabi-nabi-Nya.
Selanjutnya Allah berfirman bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
keterangan sejelas-jelasnya bagi umat manusia, juga mengenai cerita umat-umat
yang dahulu. Di samping itu ia adalah petunjuk dan pencegah dari segala
perbuatan dosa dan maksiat.  8
Memang penafsiran para penafsir pada ayat 137-139 surah Al-Imran di
atas hanya sebagian menyinggung permasalahan pendidikan, hal itu dapat
dimaklumi karena para penafsir dalam menafsirkan ayat tersebut mengunakan
sudut pandang secara umum. Namun apabila di dalam memahami ayat tersebut
menggunakan sudut pandang pendidikan maka akan diketahui tujuan pendidikan
yang terdapat pada ayat tersebut.
Adapun dari surah Al-Imran ayat 137 dapat diketahui bahwa tujuan
pendidikan yang terdapat dalam ayat tersebut adalah agar manusia bisa
mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu, dari sunnah-sunnah Allah yang
berlaku pada manusia sebelumnya, agar manusia bisa menghadapi masa depan
dengan selamat sesuai dengan aturan Allah SWT. Dan pada ayat 38 “(Al Quran)

7
M. Quraish Shihab, Tafir Al-Misbah, volume 2,(Jakarta: Lentera Hati , 2006), hal. 211.
8
Ibnu Katsier, Terjemah Singkat Ibnu katsier jilid 2, (Surabaya PT. Bina Ilmu), hal. 211-212.

8
Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa” dapat kita ketahui bahwa tujuan pendidikan disini
ialah agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-
Quran lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia. Dan
tujuan pendidikan pada ayat 139 “Janganlah kamu bersikap lemah” yaitu agar
manusia menjadi orang yang kuat, sehat jasmani dan rohani,  “dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati” yaitu agar manusia bahagia dan tentram hidup didunia
dan diakhirat, kemudian dilanjutkan dengan “padahal kamulah orang-orang yang
paling Tinggi” yaitu agar derajat manusia bertambah tinggi. Dan kesimpulan
tujuan pendidikan yang ada pada ayat 139 ini yaitu agar manusia menjadi orang
yang benar-benar beriman kepada Allah, dengan semakin tingginya pendidikan
yang manusia dapatkan  diharapkan manusia tersebut semakin kuat imannya
kepada Allah SWT. Sehingga tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila
seseorang yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi bukannya bertambah
imannya namun imannya semakin berkurang.
Selain itu orang yang mendapatkan pendidikan tidak akan tercapai
tujuannya apabila nantinya tidak menjadi orang yang dapat mengambil pelajaran
dari sejarah, tidak menjadi orang yang jalan hidup yang lurus dan benar, tidak
menjadi orang yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, tidak menjadi orang
bahagia dan tentram hidup di dunia dan di akhirat, tidak menjadi orang yang
derajatnya bertambah tinggi. 
Ayat Al-Qur'an
(Al-Ḥajj [22]:40) :

‫س‬ ِ َّ َّ ‫ِآَّل‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ َّ
َ ‫ا لذ يْ َن اُ ْخر ُج ْوام ْن ديَ اره ْم بغَرْي َح ٍّق ا اَ ْن يَّ ُق و َر بُّنَ ا اللهُ َو لَ ْو اَل َد فْ ُع الله النَّا‬
‫اس ُم اللَّ ِه َكثِْي ًرا‬ ِ ِ ِ ‫ض هَّل ِّد مت‬
ْ ‫ت َّو َم َس ج ُد يُ ْذ َك ُر فْي َه ا‬
ٌ ‫ص لَ َو‬ َ ْ َ ُ ٍ ‫ض ُه ْم بَِب ْع‬
َ ‫ص َوام ُع َوبِيَ ٌع َّو‬ َ ‫َب ْع‬

ٌّ ‫ص ُرهُ اِنَّا اللَّهَ لََق ِو‬


‫ي َع ِز ْيٌز‬ ُ ‫صَر َّن اللَّهُ َم ْن يَّْن‬
ُ ‫َولََيْن‬
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya, tanpa alasan
yang benar hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Seandainya

9
Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
tentu telah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang
Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha perkasa.
(Al-Ḥajj [22]:41) :
ِ ‫الز َكو َة واَمر وا بِا لْمعر و‬ ِ ‫َّه ْم ىِف ااْل َ ْر‬ ِ ِ
‫ف َو َن َه ْوا‬ ْ ُْ َ ْ َُ َ َّ ‫الصلَو َة َواََت ُوا‬
َّ ‫ض اَقَ ُاموا‬ ُ ‫الَّذيْ َن ا ْن َّم َّكن‬
‫َع ِن الْ ُمْن َك ِر َو الِلَّ ِه َعا قِبَةُااْل ُُم ْو ِر‬
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi,
mereka menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
Mufradat
Udzina ; diberi keringanan.
Ash-Shawami’ ; bentuk jamak dari shauma’ah, yaitu tempat ibadah para pendeta
di padang pasir, yakni biara.
Al- Biya’ ; bentuk jamak dari bi’ah, yaitu tempat ibadah orang nasrani.
Ash-Shalawat ;  bentuk jamak dari shalat; ia adalah kata bahasa Ibrani yang di-
Arab-kan, yaitu tempat ibadah orang Yahudi.
Masajid ; bentuk jamak dari masjid, yaitu tempat ibadah kaum muslimin.9
Tafsir (penjelasan)
Pada ayat 40 diatas dapat dipahami bahwa Allah swt. tidak  menghendaki
kehancuran rumah-rumah ibadah, maka dari sini para ulama menetapkan bahwa
menjadi kewajiban umat Islam untuk memeliharanya. Bukan saja memelihara
masjid-masjid, tetapi juga rumah-aumah ibadah umat-umat yang lain, seperti
gereja dan sinagog. Memang, ada diantara ulama yang memberikan batas-batas
tertentu yang ketat dan ada pula yang longgar. Al-Qurthubi – pakar tafsir dan
hokum Islam ini – mendukung pendapat yang melarang merobohkan gereja-
gereja Ahl adz-Dzimmah, atau menjualnya, demikian juga rumah-rumah

9
Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghi jilid 17, 193

10
peribadatan umat yang lain. Kita dapat berkata, bahwa karena ajaran Islam
memberi kebebasan beragama kepada setiap anggota masyarakatnya, maka adalah
menjadi kewajiban setiap umat Islam untuk ikut memelihara kebebasan dan
ketenangan umat lain dalam melaksanakan ajaran agamanya. Umat Islam tidak
boleh mengganggu mereka, sebagaimana umat Islam wajar untuk menuntut
bahkan mengambil langkah agar mereka tidak diganggu oleh siapa pun. 10
Di dalam kitab tafsir Ahmad Musthafa Al-Maraghi ditulis bahwa maksud
Allah menyeru kaum Mu’minin untuk berperang dan menjelaskan bahwa yang
demikian itu adalah kebiasaan yang telah dilakukan kepada umat-umat terdahulu,
agar urusan masyarakat menjadi teratur, syari’at berjalan dan rumah-rumah
peribadatan terjaga dari kehancuran.11 Begitu juga pada surah Al-Hajj ayat 40-41
di dalam penafsirannya para penafsir menggunakan sudut pandang secara umum.
Sehingga dalam tafsirannya kurang menyinggung permasalahan pendidikan.
Pada ayat 40 juga terdapat tujuan suatu pendidikan dimana tujuan
pendidikan tersebut yaitu menjadikan manusia berani membela diri apabila dia
dianiaya apabila dia dalam keadaan terdzalimi serta menyakini tidak ada yang bisa
mengalahkan orang yang benar, karena Allah selalu membela orang yang benar.
Pada ayat ini dijelaskan perlunya pendidikan tentang membela diri, karena salah
satu tujuan pendidikan yaitu menjaga diri, keluarga, harta, bangsa dan agama.
Bagaimanapun juga hal ini sangat penting, karena jika tidak dijaga diri orang
tersebut, keluarga, harta, bangsa dan agamanya maka dia akan kehilangan
segalanya. Kemudian pada ayat 41 juga terdapat tujuan suatu pendidikan, dimana
tujuan tersebut yaitu agar manusia menjadi orang yang diteguhkan kedudukan
mereka di bumi dengan melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta menyeru
orang lain untuk berbuat baik dan mengingatkan orang lain untuk tidak berbuat
mungkar. Oleh karena itu, dari surah Al-Hajj ayat 40-41 ini diharapkan suatu
pendidikan mampu mendidik anak didik menjadi anak didik yang taat dan
beriman kepada Allah bukannya menjadi anak yang ingkar dan kufur terhadap
nikmat Allah. Dan mendidik anak tersebut untuk mampu menjaga dirinya,

10
M. Quraish Shihab, TafsirAl-Azhar volume, 66-72
11
Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghi jilid 17, 198

11
keluarganya, hartanya, bangsanya, serta agamanya. Dan mendidik anak didik agar
menjadi orang yang melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar.
Ayat Al-Qur'an
(Al-Fatḥ [48]:28):

ِّ ‫ُه َو الَّ ِذ ْي اَ ْر َس َل َر ُس ْو لَهُ بِا هْلَُد ى َو ِديْ ِن احْلَ ِّق لِيُظْ ِهَرهُ َعلَى‬
‫الد يْ ِن ُكلِّ ِه َو َك َفى بِاللَّ ِه‬

‫َش ِهْي ًدا‬


Artinya: Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar agar Dia mengunggulkan (agama tersebut) atas semua agama.
Cukuplah Allah sebagai saksi.

Mufradat

‫ اَْر َس َل‬mengutus

‫ بِاهْلُٰدی‬dengan petunjuk

ٗ‫ لِیُظْ ِهَره‬karena Dia hendak memenangkannya

Tafsir (Penjelasan)
(28) Dalam ayat ini ditegaskan kebenaran Muhammad saw sebagai rasul yang
diutus Allah kepada manusia dengan menyatakan bahwa dia adalah rasul Allah
yang diutus untuk membawa petunjuk dan agama Islam sebagai penyempurna
terhadap agama-agama dan syariat yang telah dibawa oleh para rasul sebelumnya,
menyatakan kesalahan dan kekeliruan akidah-akidah agama dan kepercayaan
yang dianut manusia yang tidak berdasarkan agama, dan untuk menetapkan
hukum-hukum yang berlaku bagi manusia sesuai dengan perkembangan zaman,
perbedaan keadaan dan tempat. Hal ini juga berarti dengan datangnya agama
Islam yang dibawa Muhammad saw, maka agama-agama yang lain tidak diakui

12
lagi sebagai agama yang sah di sisi Allah. Pada akhir ayat ini, dinyatakan bahwa
semua yang dijanjikan Allah kepada Rasulullah saw dan kaum Muslimin itu pasti
terjadi dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi terjadinya.

Ayat Al-Qur'an
Al-Fatḥ ayat 29
(Al-Fatḥ [48]:29):

‫حُمَ َّم ٌد َّر ُس ْو ُال اللَّ ِه َوالَّ ِذ يْ َن َم َعهُ اَ ِشدَّآ ءُ َعلَى الْ ُكفَّا ِر ُرمَحَآ ءُ َبْيَن ُه ْم َتَر ُىه ْم ُر َّك ًعا‬
ِ ِ ُّ ‫ضوانًا ِسيماهم يِف وجو ِه ِهم ِّمن اَثَِر‬ ِ
‫ك‬
َ ‫الس ُج ْو د َذل‬ ْ ْ ْ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ ‫ضاًل ِّم َن اللَّه َو ِر‬
ْ َ‫ُس َّج ًدا يَّْبَتغُ ْو َن ف‬

‫َمَثلُ ُه ْم ىِف الت َّْو َر ِىة َو َمَثلُ ُه ْم ىِف ااْلِ جْنِ ْي ِل َكَز ْر ٍع اَ ْخَر َج َشطْئَهُ فَاَ َز َرهُ فَا ْسَت ْغلَ َظ فَا ْسَت َو‬

‫ع لِيَغِْي َظ هِبِ ُم الْ ُكفَّا َر َو َع َد اللَّهُ الَّ ِذ يْ َن اَ َمُن ْوا َو َع ِملُوا‬


َ ‫الز َّرا‬
ُّ ‫ب‬ ِ ِِ
ُ ‫ى َعلَى ُس ْو قه يُ ْعج‬
‫ت ِمْن ُه ْم َّم ْغ ِفَر ةً َّواَ ْجًرا َع ِظْي ًما‬
ِ ‫الصلِح‬
َ َّ
Artinya: Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi),
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda
bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam
Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas
itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu
menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan
seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di
antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Mufradat

13
ِ
ُ‫ اَشدَّٓاء‬sangat keras

ُ‫ ُرمَحَٓاء‬kasih sayang
‫ َت ٰر ُىه ْم‬kamu melihat mereka

‫ یَّْبَتغُ ْو َن‬mereka mencari

‫ضاًل‬
ْ َ‫ ف‬karunia

ْ ‫ؗ ِر‬dan keridhaan
‫ض َوانًا َو‬

‫اه ْم‬ ِ
ُ ‫ سْی َم‬tanda-tanda mereka
‫ َمَثلُ ُه ْم‬perumpamaan mereka
ٍ ْ‫ كَزَ ر‬seperti tanaman
‫ع‬

ٗ‫ َشطَْٔٔـَه‬tumbuhnya/tunasnya

ٗ‫ فَاٰ َز َره‬maka ia menguatkan

ٖ‫ ُس ْوقِه‬batangnya

‫ب‬ ِ
ُ ‫ یُ ْعج‬menakjubkan/menyenangkan
‫اع‬
َ ‫الز َّر‬
ُّ penanam-penanam

‫ لِیَغِْی َظ‬karena Dia hendak menjengkelkan


Tafsir (Penjelasan)
Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam,
dan orang-orang yang bersama dengan dia yakni sahabat-sahabat-Nya bersikap

14
keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang menentang agama-Nya, tetapi
berkasih sayang dan saling mencintai sesama mereka yang beriman. Kamu
senantiasa melihat mereka rukuk dan sujud dan itu dilakukan semata-mata untuk
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Engkau saksikan pada wajah mereka
tampak tanda-tanda bekas sujud berupa cahaya yang menunjukkan ketakwaan dan
kesalehannya. Demikianlah sifat-sifat mereka yang sangat agung yang
diungkapkan dalam Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Dan sifat-sifat
mereka yang diungkapkan dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di
atas batangnya. Demikian perumpamaan orang-orang mukmin pengikut Nabi
Muhammad. Sesungguhnya mereka itu mula-mula sedikit saja, kemudian ia
bertambah semakin banyak, bagaikan tunas yang menumbuhkan tanaman yang
subur dan banyak buahnya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya. Sifat-sifat yang luhur dan mulia dinyatakan karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan menunjukkan semakin banyaknya
jumlah orang-orang mukmin dan semakin besarnya kekuatan mereka dari masa ke
masa.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada surat Az-Zariyat [51] 56, ayat tersebut menguatkan perintah
mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia agar melakukan ibadah kepada
Allah swt.
Dan juga yang kedua Tafsir Surat (Ali Imran [3]: 138-139) yang
menjelaskan tentang salah satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi
lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita
menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Imran ayat 137-139 yaitu:
· Agar manusia bisa mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu, dari sunnah-
sunnah Allah yang berlaku pada manusia sebelumnya.
· Agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-
Quran lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia.
· Agar menjadi manusia yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, menjadi orang
yang bahagia dan tentram hidup didunia dan diakhirat, serta menjadi orang yang
derajatnya bertambah tinggi.

16
· Agar manusia menjadi orang yang benar-benar beriman kepada Allah.
Adapun tujuan pendidikan yang terdapat pada surah Al-Hajj ayat 40-41 yaitu:
· Agar manusia tidak dicela oleh Allah dengan tidak menjadi penghianat lagi
pengingkar nikmat Allah SWT.
· Agar manusia mampu menjaga dirinya, keluarganya, hartanya,
bangsanya, serta agamanya.
· Agar manusia mampu melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta
menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yanag mungkar.
Dalam surat Al-Fath [48] 28-29 ini menjelaskan salah satu tujuan pendidikan
yaitu sifat yang harus dimiliki oleh orang-orang mukmin. Dari ayat tersebut
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya bersikap
keras atau tegas terhadap orang-orang kafir namun berkasih sayang terhadap
sesamanya. Salah satu tanda orang mukmin yaitu terdapat pada wajah mereka dari
bekas sujud. Tanda-tanda tersebut juga terdapat dalam kitab Taurat dan Injil.
Tujuan dapat di artikan kepada sesuatu yang sangat di dambakan bagaikan
pemanah yang berharap agar anak panahnya dapat mencapai sasaran atau objek
yang di panah. Dengan demikian tujuan pendidikan berarti sasaran yang dicapai
atau di raih setelah melalui proses pendidikan. Berdasarkan pandangan ayat diatas
para ahli merumuskan tujuan pendidikan islam yaitu membentuk peserta didik
menjadi insani yang shaleh dan bertaqwa kepada Allah SWT. Ketaqwaan dan
kesalehan itu ditandai dengan kemapanan akidah dan keadilan yang mewarnai
segala aspek kehidupan seseorang, yang meliputi pikiran, perkataan, perbuatan,
pergaulan dan lain sebagainya.
Kaitan Ayat Dengan Pendidikan
1. Ayat ini menjadi sumber inspirasi bagi manusia dan peserta didik dalam
mencapai cita-cita dan tujuan pendidikan.
2. Bahwasannya ayat ini memberikan pendidikan manusia yang bertauhid
untuk senantiasa pasrah diri kepada Allah agar hidup dan matinya hanya
untuk Allah.
3. Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh hidup manusia haruslah diabadikan
kepada Allah, sebelum maupun sesudah masa sekolah.

17
B. Kritik dan Saran
Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan dan kesalahan, maka dari
itu bila dalam kepenulisan, terdapat banyak kekurangan mohon untuk memberi
masukan ataupun saran yang membangun sehingga dapat menjadi periksa. Selain
itu juga dapat bermanfaat umumnya kepada pembaca sebagaimana sebagai ilmu
pengetahuan dalam mempelajari atau mengkaji tafsir Al-Qur’an dan semoga dapat
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta
sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari
kesesatan menuju jalan yang lurus.

Daftar Pustaka

Depag RI. 1989.  Al-Quran dan Terjemahnya, Surabaya. Mahkota.


Al-Maraghy, Musthafa Ahmad 1986. Tafsir Al-Maraghy  jilid  4, 17, Semarang.
Karya Toha Putra.
Universitas Islam Indonesia. 1995. Al-Quran dan Tafsirnya, Yogyakarta. PT.
Dana Bhakti Wakaf. 
Prof. Dr. Hamka 1983. Tafsir Al-Azhar Juz 4, 17, Jakarta. PT. Pustaka Panjimas.
Shihab, Quraish 2006. Tafir Al-Misbah  volume 2, 9, Jakarta. Lentera Hati.
Katsier, Ibnu 2005. Terjemah Singkat Ibnu katsier jilid 2, Surabaya PT. Bina Ilmu
.

18

Anda mungkin juga menyukai