1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal. 122
2
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-3, hal. 50
A. Tafsir Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Fungsi Al-Qur’an Sebagai
Pedoman Hidup dan Dasar Penyelenggraan Pendidikan
1. QS. Al-An’am/6: 91-92
a. QS. Al-An’am/6: 91
ق ال ه ِذ ي ب َ يْ َن ي َ د َيْ ِه َو لِ ت ُنْ ِذ َر ُ ِص دَ ك ُم ٌ ار َ َ ب أ َنْ زَ لْ ن َا ه ُ ُم ب ٌ َو ٰهَ ذ َا ِك ت َا
َح ْو ل َ َه ا َو َم ْن الْ ق ُ َر ٰى أ ُ هم
ص ََل ت ِ ِه ْم ي ُ َح ا ف ِ ظ ُ و َن
َ اْل ِخ َر ة ِ ي ُ ْؤ ِم ن ُو ن َ ب ِ ِه ۖۚ َو ه ُ ْم ع َ ل َ ٰىْ ِ ۚ َو ال ه ِذ ي ن َ ي ُ ْؤ ِم ن ُو ن َ ب
“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah)
dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya.”
Pelajaran yang dapat di ambil dari QS. Al-An’am/6: 91-92 diatas yaitu :
kita sebagai umat islam harus beriman dan mengamalkan isi al-quran yang telah
Allah turunkan melalui rasul-Nya dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
hidup sekaligus juga dasar atau sumber utama dalam memberikan pendidikan
agama Islam kepada keluarga dan masyarakat agar menjadi petunjuk kejalan yang
lurus dan tidak tersesat seperti kaum-kaum terdahulu.
الم
“Alif laam miim.”
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat (Alif laam miim) Allah yang lebih
mengetahui akan maksudnya.Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish
Shihab adalah bahwa Allah Swt. memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk
menunjukkan mukjizat al-Qur'ân, karena al-Qur'ân disusun dari rangkaian huruf-
huruf eja yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian,
mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi
seperti al-Qur'ân. Huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya
karena mengandung bunyi yang berirama.
Ayat 2
Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut :(Kitab ini) yakni
yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan
(padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat
dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai
penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi
penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang
mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah
dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka.
Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa inilah
kitab yang sempurna, yaitu al-Qur'ân yang telah Kami turunkan. Orang-orang
yang berakal sehat tidak akan dihinggapi rasa ragu bahwa al-Qur'ân diturunkan
oleh Allah Swt. dan membenarkan apa-apa yang tercakup di dalamnya berupa
hukum, kebenaran dan petunjuk yang berguna bagi orang-orang yang siap
mencari kebenaran, menghindari bahaya dan sebab yang menjurus kepada
hukuman.
Ayat 3
َ ِك َو َم ا أ ُنْ ِز َل ِم ْن ق َ بْ ل
ْ ِ ك َو ب
ِ اْل ِخ َر ة َ َْو ال ه ِذ ي َن ي ُ ْؤ ِم ن ُو َن ب ِ َم ا أ ُنْ ِز َل إ ِ ل َ ي
ه ُ ْم ي ُو ق ِ ن ُو َن
“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu,
serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
ك عَ ل َ ٰى ه ُ د ًى ِم ْن َر ب ِ ِه ْم ۖۚ َو أ ُو ٰل َ ئ ِ كَ هُ ُم الْ ُم فْ لِ ُح و َن
َ ِ أ ُو ٰل َ ئ
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.”
ِ َّللا َ ِ عَ ل َ ٰى ق َ لْ ب
ك ب ِ إ ِذ ْ ِن ه ُ ق ُ ْل َم ْن كَ ا َن عَ د ًُّو ا لِ ِج ب ِْر ي َل ف َ إ ِن ه ه ُ ن هَز ل َ ه
لِ لْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ش َر ٰى ْ ُ ص دِ ق ً ا لِ َم ا ب َ يْ َن ي َ د َيْ ِه َو ه ُ د ًى َو ب
َ ُم
“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Dari penjelasan tentang QS. Al-Baqarah/2: 1-5, 97, 185 dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup, petunjuk bagi orang-
orang yang beriman dan bertaqwa. Al-Qur’an juga memberikan kita
pendidikan/pelajaran untuk membedakan yang baik dan buruk, yang Haq dan
Bathil. Dalam kaitannya dengan dengan Filsafat (Ilmu) Pendidikan Islam dimensi
Epistemologi, melalui ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa hakikat
sumber ilmu itu adalah dari Allah SWT, karena Malaikat Jibril menurunkan Ayat-
ayat Al-Qur’an ke dalam hati Nabi Muhammad SAW atas ijin Allah SWT.
3. QS. Ali Imron/3: 7, 164
a. QS. Ali Imron Ayat 7
3
Depag, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2009), hlm. 92
segala ciri khas jahiliyah tempo dulu, baik dalam bidang akhlak, sistem sosial
kemasyarakatan, maupun mengenai pandangan mereka terhadap sasaran dan
tujuan hidup, meskipun sudah terbuka bagi mereka ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan materi, produk-produk perindustrian, dan kemajuan peradaban.
“...Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.” Mereka, sebelum kedatangan Nabi SAW.,
benar-benar pada kesesatan dalam konsepsi dan keyakinan, pemahaman terhadap
kehidupan, tradisi, dan perilaku, peraturan dan perundang-undangan, dan bidang
kemasyarakatan dan moral.4
Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron/3: 7, 164adalah
bahwa AllahSWT memberitakan tentang keagunganNya dan kesempurnaan
pengaturanNya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang menurunkan kitab yang
agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan ditemukan tandingannya dan
semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya
bagi makhluk. Dan bahwasanya Al-Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas
sekali artinya, yang terang yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga mencakup
ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada satupun
dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut hingga disatukan
dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk
memotivasi para ulama (ahli ilmu agama/umum) agar giat melakukan studi,
pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan
menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada
kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk
menakwilkan sesuka hati mereka.
Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan
penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka mengikuti ayat-
ayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya sebagai dalil demi
memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan pemikiran-pemikiran mereka
yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan penyimpangan terhadap
4
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk...(Jil.2, Jakarta: Gema Insani Tahun
2000). hlm. 205.
kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan
madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang ilmu dan
keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi mereka perbuatan
dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa al-Qur’an itu semuanya dari
sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq, baik
yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu tidak akan
saling bertentangan dan saling berbeda. Dan karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat
yang muhkammengandung makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka
mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan kebingungan
bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuannya.
4. QS. Al-Isra’/17: 9, 82
a. QS. Al-Isra’/17: 9
ش ُر الْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ال ه ِذ ي َن َ إ ِ هن ٰهَ ذ َا الْ ق ُ ْر آ َن ي َ ْه ِد ي لِ ل ه ت ِ ي ِه
ِ َ ي أ َقْ َو مُ َو ي ُب
ً ِ ت أ َ هن ل َ ُه ْم أ َ ْج ًر ا كَ ب
ير ا ي َ عْ َم ل ُو َن ال ه
ِ ص ا لِ َح ا
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
b. QS. Al-Isra’/17: 82
Dari kedua penafsiran tersebut tentang QS. Al-Isra’ ayat 9 dan 82 dapat
kita simpulkan bahwa Al-Qur’an itu adalah sebagai pedoman hidup karena
menunjuki kita jalan yang lurus. Kemudian pada ayat ke 82 surah Al-Isra’ dapat
kita artikan bahwa bagi orang yang sakit kebodohan, kesesatan, ragu-ragu dan
ingkar, dengan turunnya Al-Quran ini, dapat sebagai penyembuh atau obat
penawar bila orang tersebut mau beriman. Dengan demikian maka dapat
mengambil manfaat, menghafal, dan memperhatikan petunjuk Allah SWT. Dan
dialah yang menyembuhkan dari sakit.
Al-Quran telah membebaskan kaum muslimin dari kebodohan sehingga
mereka menjadi bangsa yang menguasai dunia pada masa kekhalifahan Umayyah
dan Abbasiyah. Kemudian mereka kembali menjadi umat yang terbelakang karena
mengabaikan ajaran-ajaran Al-Quran. Dahulu mereka menjadi umat yang
disegani, tetapi kemudian menjadi pion-pion yang dijadikan umpan oleh musuh
dalam percaturan dunia. Karena mereka dulu melaksanakan ajaran Al-Quran,
negeri mereka menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, perdagangan dunia, dan
sebagainya serta pernah hidup makmur dan bahgia. Ayat ini memperingatkan
kaum muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan kembali ke dunia,
jika mau mengikuti Al-Quran dan berpegang teguh pada ajarannya dalam semua
bidang kehidupan.
Sebaliknya jika mereka tidak mau melaksanakan ajaran Al-Quran dengan
sungguh-sungguh, mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan agama
dan masyarakat, serta hanya mementingkan kehidupan dunia, maka Allah akan
menjadikan musuh-musuh mereka sebagai penguasa atas diri mereka, sehingga
menjadi orang asing atau budak di negeri sendiri. Cukup pahit pengalaman kaum
Muslimin akibat mengabaikan ajaran Al-Quran. Al-Quran menyuruh mereka
bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka berpecah belah karena masalah-
masalah khilafiah yang kecil dan lemah, sedangkan masalah-masalah yang
penting dan besar diabaikan.
B. Penutup