Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
 Di dalam dunia pendidikan, kita melihat unsur-unsur penting yang banyak
membawa pengaruh besar dalam kemajuan pendidikan. Terkait dengan kemajuan
pendidikan, unsur-unsur tersebut diantaranya yang banyak berkiprah di dalamnya adalah
sosok/ figur seorang guru.
Kesuksesan  suatu pendidikan diantaranya tidak lupa atau tidak dipungkiri adalah
dari peran seorang guru. Begitupun sebaliknya, kegagalan suatu pendidikan boleh
dikatakan seorang guru ikut bertanggung jawab atasnya. Adapun pendidikan yang sukses
merupakan suatu prestasi, sedangkan kegagalan suatu pendidikan merupakan suatu
problema yang harus dipecahkan jalan keluarnya. Banyak problema yang dihadapi
seorang guru ketika dia tidak bisa membawa murid-muridnya mencapai hasil yang
maksimal dalam pendidikan.
Berlatar belakang dengan keadaan atau problema-problema tersebut, penulis
berusaha untuk meneliti dan membahasnya di dalam makalah ini.
Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kepustakaan dengan pembahasan
yang mencakup :
1. kriteria untuk Jadi guru yang profesional
2.  Problema yang dihadapi guru,
3.  Tentang pilar-pilar kesuksesan dalam mengajar,
4.  Kriteria guru yang baik.
5. 4 kompetensi dasar guru profesional
Dari pembahasan-pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
suatu proses pembelajaran tidak luput dari usaha-usaha maksimal seorang guru dengan
segala daya upayanya sehingga mampu membekali murid-muridnya mencapai prestasi
demi prestasi menuju masa depan yang cerah dan gemilang.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa kriteria untuk Jadi guru yang profesional
2.  Jelaskan Problema yang dihadapi guru,
3.  Sebutkan pilar-pilar kesuksesan dalam mengajar,
4.  Sebutkan Kriteria guru yang baik.
5. apa saja 4 kompetensi dasar guru profesional

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar dapat mengetahui kriteria untuk Jadi guru yang profesional
2. Memahami Problema yang dihadapi guru,
3.  Dapat mengetahui Tentang pilar-pilar kesuksesan dalam mengajar,
4.  Agar dapat menjelaskan Kriteria guru yang baik.
5. supaya pembaca dapat memngetahui dan menguasai 4 kompetensi dasar guru
profesional

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. KRITERIA UNTUK JADI GURU YANG PROFESIONAL


Selain rajin, disiplin, dan sabar, apa saja kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh
seorang guru? Yuk, kita simak sama-sama uraian di bawah ini, agar kita kelak menjadi
teladan bagi siswa sekaligus guru profesional. 
1. ADIL
Jadilah sosok pendidik yang obyektif, bukan subyektif. Adil di sini berarti
Bapak/Ibu tidak berpihak pada satu sisi atau kelompok tertentu. Jadi, harus mampu
menyikapi setiap siswa dengan karakter dan kemampuan yang beragam.
2. KETERBUKAAN
Selain itu, keterbukaan juga merupakan kriteria yang sangat penting bagi guru.
Menerima kedatangan, pertanyaan, kritik, hingga masukan dari siswa. Untuk
memperbaiki karakter siswa, Bapak/Ibu terlebih dulu harus melakukan perbaikan.
Cobalah bersikap demokratis, tentu kelas akan jauh lebih menyenangkan.
Bukan hanya sikap, namun juga pikiran. Dengan terus berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, Bapak/Ibu harus bisa berpikiran terbuka. Ketimbang
mengotak-ngotakkan mana murid pintar, bodoh, dan sedang-sedang saja, alangkah
baiknya jika diubah sedikit cara berpikirnya. Setiap anak memiliki keunikan dan bisa
sukses di kemampuannya masing-masing. Ketika Bapak/Ibu berpikiran terbuka, maka
akan lebih mudah juga menyerap ilmu dari siapa pun, tanpa berpikir “Ah, saya sudah
tahu itu,”. Zaman sekarang, ilmu itu bisa dari siapa saja lho, termasuk siswa di kelas.
3. JADI CONTOH
Selama ini, metode pengajaran apa saja yang telah Bapak/Ibu terapkan? Kalau
hanya menyampaikan materi dengan ceramah panjang, rasanya tidak akan efektif. Pernah
dengar “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan”, kan? Tentu Bapak/Ibu tidak ingin hal
demikian yang terjadi pada para peserta didik. Sebagai contoh sederhana, misalnya ada
sampah yang tidak pada tempatnya di dalam kelas. Daripada hanya menegur “Jangan
buang sampah sembarangan ya, anak-anak,”, akan lebih baik jika Bapak/Ibu langsung
mengambil sampah tersebut dan memasukkannya dalam tempat sampah. Kemudian, ajak

3
siswa bersama-sama membersihkan sambil menghias kelas. Ingatkan siswa bahwa
sebagai penghuni kelas, maka harus bertanggungjawab atas semua yang dipakai,
termasuk menjaga kebersihan dan ketentraman kelas. Dengan Bapak/Ibu memberi
contoh, siswa tentu perlahan-lahan akan memiliki kesadaran untuk melakukan hal serupa.
Hal ini juga akan mendewasakan siswa.
4. BIJAKSANA
Menjadi seorang guru, berarti harus bijaksana. Baik dalam mengambil keputusan,
menyikapi masalah, maupun bertindak. Kalau Bapak/Ibu mampu menjadi sosok pendidik
yang bijak, siswa tentu akan lebih respect. Pendidik yang bijaksana tahu bagaimana
melakukan pendekatan yang tepat terhadap peserta didiknya.
5. FLEKSIBEL
Menjadi guru memang harus punya prinsip, baik dalam nilai-nilai maupun
pengetahuan. Namun, dalam menyampaikan prinsipnya, Bapak/Ibu sebaiknya fleksibel.
Fleksibel di sini maksudnya adalah tidak kaku dan mampu menyesuaikan dengan kondisi,
perkembangan, sifat, kemampuan, serta latar belakang siswa.
6. PEKA
Bapak/Ibu Guru harus bisa cepat mengerti, memahami, dan melihat dengan
perasaan apa yang terlihat pada siswa. Mulai dari ekspresi wajah, gerak-gerik, nada suara,
dan lainnya. Jadi, guru dapat segera memahami apa yang dialami oleh siswa. Tidak hanya
cepat memahami, tapi juga cepat tanggap untuk menanggulanginya.
7. MEMAHAMI PROSES
Dalam belajar dan mengajar, maka terjadi sebuah proses. Nah, proses ini tidak
selalu mudah dilalui dengan cepat, bergantung pada individu masing-masing. Maka,
penting sekali bagi seorang guru untuk bisa memahami arti proses. Memilih untuk
menjadi guru tentu harus siap stok sabar yang banyak, bukan? Misalnya dalam mengajar,
jika siswa tidak mudah memahami, maka jangan langsung dimarahi. Coba cek lagi,
bagaimana karakter, tipe belajar, dan cara mengajar siswa tersebut.

Ketika selesai mengajar, seringkali Bapak/Ibu kembali ke rumah dalam keadaan


yang sangat lelah. Tak terhindarkan juga rasa jenuh yang melanda ketika kehabisan akal
menghadapi para siswa. Ini hal yang manusiawi kok. Namun, bisa diminimalisir jika

4
Bapak/Ibu ingat betapa pentingnya sebuah proses. Jika merasa masih gagal dalam
mengajar, cobalah untuk tetap menghargai setiap usaha yang telah dilakukan. Apabila
hanya fokus pada kegagalan, maka akan memicu kemalasan, dan motivasi mengajar pun
ikut turun. Jadi, hargai proses dan teruslah berinovasi.
8. PENGENDALIAN DIRI
Menjadi seorang guru yang akan jadi teladan siswanya, maka harus bisa
mengendalikan diri. Bapak/Ibu mampu memberikan pertimbangan rasional dalam
memutuskan sesuatu dan memecahkan masalah. Kemudian, dapat menjalin hubungan
sosial yang wajar dengan siswa, sesama guru, serta orangtua. Seorang guru yang
profesional juga artinya telah bisa mengendalikan emosinya. Tahu bagaimana, kapan, dan
di mana harus menyatakan emosinya.
8. KONSISTEN
Seorang guru juga harus bersikap konsisten, tidak plin-plan. Kalau sedikit-sedikit
berubah, tentu akan berpengaruh pada tingkat respect siswa ke gurunya. Coba Bapak/Ibu
tegas dan berwibawa dengan menerapkan disiplin positif. Kalau dari awal
kesepakatannya A, maka seterusnya akan A, jangan tiba-tiba berubah haluan menjadi B.
Sewaktu-waktu mungkin saja ada perubahan, asal disertai alasan yang masuk akal dan
memberi manfaat bagi seluruh pihak.
Menjadi seorang guru harus konsisten dalam mengajar. Guru yang profesional
dan tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing,
mengarahkan, serta mengevaluasi siswa. Sebagai guru, Bapak/Ibu dituntut menjadi sosok
yang mampu menanamkan nilai-nilai terhadap siswa hingga mencapai kedewasaan. Jadi,
harus tinggi konsistensinya.
9. MEMAHAMI JIWA SISWA
Seorang guru itu layaknya dokter. Bagaimana dokter mengobati pasien yang
sakit? Tentu dokter tersebut harus paham jenis penyakit yang diderita beserta
pengobatannya. Nah, sama halnya dengan guru, mengobati jiwa siswa dan membentuk
karakter baik. Oleh karena itu, jadilah guru yang mengerti sifat dasar jiwa manusia,
kekurangan, serta cara menanganinya.1

1
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004.

5
Seorang guru ibarat seorang dokter. Untuk mengobati yang sakit, maka
deperlukan dokter yang mengerti jenis penyakit yang diderita serta cara-cara
mengobatinya. Begitu pula dengan seorang guru, dalam mengobati jiwa anak didiknya,
membentuk akhlak yang baik. Untuk itu dibutuhkan pendidik yang mengerti akan sifat
dasar jiwa manusia, kelemahan dan cara mengobatinya. Ibarat sakit, lebih baik mencegah
daripada mengobati. Jadi sebelum diobati hendaknya mencegah terjadinya penyakit.
Dalam hal ini adalah akhlak anak didik. Sebelum mereka tumbuh dewasa dengan akhlak
yang buruk maka sedini mungkin membentuk akhlak yang baik.

B. Problema   Yang  Dihadapi Guru
Dalam era globalisasi, persaingan ketat diterapkan di dunia ini dalam berbagai
bidang. Termasuk diantaranya bidang pendidikan. Kemajuan-kemajuan dalam bidang
pendidikan diraih oleh siapa yang mampu melepaskan ketertinggalan-ketertinggalan yang
melilit dirinya dan mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Seiring sejalan
dengan perputaran waktu dan juga perkembangan teknologi dan informasi, guru dituntut
untuk mampu mengejarnya, karena ia berperan sangat besar dalam menopang sendi-sendi
pendidikan.
Namun masih banyak problema atau permasalahan yang dihadapi seorang guru
ketika dihadapkan pada suatu keadaan dimana strategi proses pembelajaran yang ia
terapkan pada murid, belum mampu menyentuh apalagi membuahkan hasil sesuai yang
diharapkan. Untuk itu perlu diteliti dan dicermati apa permasalahan-permasalahan
tersebut dan bagaimana solusinya.
Adapun problema-problema tersebut diantaranya :
1. Mengajar dipandang sebagai suatu rutinitas dalam kehidupan yang sudah bersifat
mekanistik, tidak ada tantangan baik dari dalam maupun luar yang memerlukan pikiran
tambahan2, sehingga kemungkinan yang terjadi akan menimbulkan iklim yang
membosankan dan menjemukan bagi murid. Dalam konteks ini tujuan akhir pengajaran
dan keterlibatan murid kurang diperhatikan, atau kelemahan dan permasalahan selama ini
murid diperlakukan sebagai obyek dalam proses belajar mengajar sehingga terkesan

2
Prof, H. Abdurrahman Mas’ud, Mendambakan Format Baru Pendidikan Islam Indonesia  (Ponorogo : makalah
disampaikan pada stadium general di STAIN Ponorogo, 16 September 2006

6
murid cuma disuapi dengan satu macam makanan, yang berakibat kurangnya
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang sangat diperlukan.
2. Ketertutupan seorang guru kepada murid tentang materi yang disampaikan karena
khawatir dengan pertanyaan-pertanyaan murid yang akan mengganggu wibawanya.
3.  Terjadi penggandaan tugas guru dalam mengajarkan mata pelajaran sehingga
konsentrasi guru terbagi-bagi dan akhirnya guru kurang kompeten di bidangnya.
Adapun solusinya adalah perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mempersiapkan secara tertulis materi
pengajaran, meng-update dan mengevaluasi setiap semester serta melihat kembali materi
tersebut saat menjelang mengajar.
2. Harus menunjukkan sikap kasih sayang pada murid, antuias mendengarkan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan, menjauhi sikap emosional dan feodal seperti cepat
marah dan tersinggung karena pertanyaan murid disalah artikan sebagai mengurangi
wibawa.
3. Hendaknya memperlakukan murid sebagai subyek dan mitra belajar, bukan sebagai
obyek.
4.  Hendaknya bertindak sebagai fasilitator yang energik dan ikhlas. Lebih
mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreatifitas murid dan interaksi serta
komunikasi dengan murid.
5.  Hendaknya bertindak sebagai suri tauladan bagi kehidupan sosial murid di dalam dan
di luar lingkup sekolah.

C. Pilar-Pilar Kesuksesan Dalam Mengajar


Kesuksesan dalam proses pembelajaran pasti didambakan oleh setiap guru. Namun
mencapainya tidaklah mudah. Walaupun begitu, tidak diperbolehkan baginya untuk putus
asa dan berkecil hati. Untuk itu diperlukan bekal-bekal diantaranya adalah strategi dalam
mengajar.
Mengajar memang menjadi sebuah rutinitas. Banyak hal-hal positif yang diperoleh
dengan mengajar. Dengan mengajar, maka ilmu yang diperoleh menjadi lebih sempurna,

7
karena ilmu yang dipelajarinya akan ditularkan kepada yang lainnya. Suatu pengajaran
disebut sukses apabila bisa mencetak kader-kader yang akan menjadi generasi penerus.3
Seorang tokoh Islam, Imam Hasan Al-Banna memberikan beberapa catatan tentang
pilar-pilar kesuksesan dalam mengajar.
Pertama, kemauan yang kuat untuk menguasai materi yang akan diajarkan kepada
murid. Hal ini harus menjadi motivasi bagi para guru. Seorang guru harus mempunyai
rasa berat bila meninggalkan kewajibannya untuk mengajar. Selain itu dibutuhkan
kemauan yang kuat bagi guru untuk mengajar muridnya dengan ikhlas dan menjaganya
supaya tidak tergelincir kepada jalan kesesatan.
Kedua, keteladanan. Mau tidak mau seorang guru akan dilihat muridnya dalam segala
hal dan akan dijadikan contoh. Karena itu, guru harus menjadi  contoh yang baik. Ia tidak
hanya bisa memberi contoh, tapi bisa menjadi contoh. Menjadi contoh itu lebih sulit
daripada memberi contoh. Seharusnya seorang guru menjadi yang terdepan dalam
mengaplikasikan nilai-nilai yang diajarkan. Guru harus bisa menjadi teladan segi
kejiwaan, pemikiran, kemasyarakatan, pengorbanan dan dalam beramal bagi semua orang
terutama teladan bagi murid-muridnya.
Ketiga, mempersiapkan rencana-rencana pengajaran. Persiapan adalah sangat penting
dalam menentukan kesuksesan suatu pekerjaan, terutama dalam mengajar. Guru harus
betul-betul menguasai materi yang akan disampaikan dan mempersiapkan diri dalam
segala aspek, terutama aspek psikologi, fisik, intelektual, maupun material.
Keempat, solidaritas personil. Ini mengandung hubungan vertikal yaitu hubungan
yang kuat dan baik antara guru dengan murid sehingga lebih mudah menyampaikan ilmu
dan materi pelajaran. Selain itu juga mengandung hubungan horizontal yaitu menjaga
hubungan yang baik dan kuat antara sesama guru. Perlu dicermati bahwa setiap personil
guru harus mampu menjaga kesehatan hati masing-masing.
Kelima, arahan dan kontrol. Hal ini sangat dibutuhkan bagi murid. Murid memerlukan
arahan-arahan yang membimbing dan menyejukkan hati. Dengan arahan tersebut, mereka
merasa menjadi lebih faham dan mengerti tentang bagaimana harus mengamalkan ilmu

3
K.H Imam Badri, Bekal Hidup Di Dunia Dan Akherat (Malang: Misykat, 2004), 29.

8
yang mereka miliki. Sedangkan kontrol dari guru berperan penting dalam meluruskan
murid dan menjaga mereka dari hal negatif yang tidak diinginkan.
Keenam,  metode pengajaran yang baik dan tepat. Keberhasilan mengajar sangat
ditentukan oleh metode pengajaran yang baik dan tepat. Ketepatan waktu, tema dan cara
pengajaran.
Ketujuh, penyegaran aktifitas pengajaran. Penyegaran perlu dilakukan setelah lama
melaksanakan aktifitas pengajaran untuk mengusir rasa jemu, penat dan bosan. Banyak
alternatif yang dapat dilaksanakan sebagai penyegaran. Diantaranya perkemahan,
darmawisata dan olah raga bersama. Dan melaksanakan itu semua, seorang guru harus
memperhatikan berbagai problem yang dialami murid agar kegiatan yang dirancang itu
tepat sasaran. Hal ini dilakukan dalam rangka dinamisasi suasana pendidikan agar
terhindar dari kejemuan yang mengakibatkan non aktifnya hati dan pikiran.
Kedelapan,  saling mendoakan. Kita hanyalah manusia yang lemah. Segala yang
kita lakukan adalah usaha, sedang hasilnya tetap diserahkan kepada Allah SWT. Seorang
guru yang tidak perlu mendoakan muridnya adalah omong kosong akan kesuksesannya.

D.  Kriteria Guru Yang Baik


Untuk mencapai kriteria guru yang baik, tidaklah semudah membalik sebuah
telapak tangan. Harus diupayakan semaksimal mungkin. Secara umum, guru itu harus
memenuhi dua kategori, yaitu guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu
yang diajarkan, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dari mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan yaitu loyal
terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan
sesudah kelas.
Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching menyatakan bahwa “guru yang baik
itu harus memenuhi tujuh kriteria” (Hunt, 1999:15-16) yaitu :
1.  Sifat. Guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa
untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan bekerja keras, toleran, sopan, bijaksana
dan bisa dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan
bagi murid, tidak semata-mata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi stereotipe

9
murid, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid, mampu menyampaikan
perasaannya dan memiliki pendengaran yang baik.
2. Pengetahuan.  Guru yang baik memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata
pelajaran yang diampunya dan terus mengikuti kemajuan dalam bidang ilmunya itu.
3. Apa yang disampaikan. Guru yang baik juga memberi jaminan bahwa materi yang
disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.
4.  Bagaimana mengajar. Guru yang baik menjelaskan berbagai informasi secara jelas
dan terang, memberi layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara momentum,
mendorong siswa untuk berpartisipasi, memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa,
menghindari kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian informasi,
melibatkan murid dalam tutorial atau pengajaran sebaya.
5. Harapan. Guru yang baik mampu memberi harapan pada murid-murid nya, membuat
murid akuntabel dan mendorong pertisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan
akademik muridnya.
6.  Reaksi guru terhadap murid. Guru yang baik biasa menerima berbagai masukan,
resiko dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada muridnya, bijaksana terhadap
kritik murid, menyesuaikan dengan kemajuan-kemajuan murid.
7.Managemen. Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam
perencanaan, mengorganisasi kelas, mampu memelihara waktu bekerja serta
menggunakannya secara efisien dan konsisten.
Sementara itu dengan mengadaptasi teori Peter G. Beidler dalam buku Inspiring
Teaching yang diedit oleh John K. Roth, terdapat 10 kriteria guru yang baik (Beidler,
1999:3-10) yaitu :
1.  Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk menjadi guru yang
baik, harus mencoba dan terus mencoba.
2.  Seorang guru yang baik berani mengambil resiko. Mereka berani menyusun tujuan
yang sangat muluk, lalu mereka berjuang untuk mencapainya.
3.  Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Tidak boleh sinis dengan
pekerjaannya. Mereka harus bangga dengan profesinya sebagai guru.

10
4.  Seorang guru yang baik selalu tidak punya waktu yang cukup. Selalu mempersiapkan
kelas dengan sempurna. Guru yang baik hampir tidak punya waktu untuk bersantai.
Waktunya habis untuk memberikan pelayanan terbaik bagi murid-muridnya.
5.  Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua
murid yaitu bahwa guru punya tanggung jawab terhadap murid sama dengan tanggung
jawab orang tua terhadap putra-putranya sendiri dalam batas-batas kompetensi keguruan
yakni guru punya otoritas untuk mengarahkan muridnya sesuai basis kemampuannya.
6.  Guru yang baik harus selalu mencoba membuat muridnya percaya diri, karena tidak
semua murid memiliki rasa percaya diri yang seimbang dengan profesinya.
7.  Guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antara murid dengan
dirinya, yakni dia selalu menciptakan jarak antara kemampuannya dengan kemampuan
muridnya, sehingga mereka senantiasa sadar bahwa perjalanan menggapai
kompetensinya masih panjang dan membuat mereka terus berusaha untuk menutupi
berbagai kelemahannya dengan melakukan berbagai kegiatan dan menambah pengalaman
keilmuan.
8.  Seorang guru yang baik selalu mencoba memotivasi murid-muridnya untuk hidup
mandiri, lebih independen.
9.  Seorang guru yang baik tidak percaya penuh dengan terhadap evaluasi yang diberikan
muridnya, karena evaluasi mereka terhadap gurunya tidak bisa obyektif. Walaupun
pernyataan-pernyataan mereka itu penting sebagai informasi. Namun tidak sepenuhnya
harus dijadikan patokan untuk mengukur kinerja keguruan.
10.   Seorang guru yang baik senantiasa aspiratif mendengarkan dengan bijak
permintaan-permintaan murid-muridnya, kritik, serta berbagai saran yang mereka
sampaikan.
Dari uraian panjang lebar di atas, Dr. Dede Rosyada M.A menyimpulkan
bahwa  untuk menjadi guru yang baik harus mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk
profesi keguruan yaitu : antusias, stimulatif, mendorong murid untuk maju, banyak
berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya,
fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa,
bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid, mampu menyampaikan perasaannya
dan memiliki pendengaran yang baik juga memiliki kemampuan memadai dalam bidang

11
ilmu yang akan diajarkannya. Menguasai ilmu-ilmu bagaimana memintarkan
pembelajaran murid, terus mengembangkan pengalaman dan ketrampilan strategi
pembelajaran sh mampu memberikan layanan pada murid secara optimal. Dan juga guru
harus mampu membuat persiapan mengajar dengan baik, mampu mengevaluasi untuk
mengukur tingkat keberhasilan murid-muridnya.  

E. Kriteria Guru Bimbingan dan Konseling


Kriteria guru Bimbingan dan Konseling sebagaimana dituangkan dalam Permen
27 tahun 2008 ialah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan
(S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang
Bimbingan dan Konseling.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah
satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-
masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan
dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi
kinerja konselor.
Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja sebagaimana diatur
dalam Pasal 217 sampai dengan Pasal 320 Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, perlu penjabaran tugas dan fungsi ke dalam rincian tugas
unit kerja masing-masing sebagaimana yang dituangkan dalam peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 47 tahun 2014 tentang rincian
tugas unit kerja.

sebagai guru Bimbingan dan Konseling yang dipekerjakan di setting sekolah guru
Bimbingan dan Konseling haruslah mempunyai kualitas kepribadian yang meliputi:

1. Pengetahuan mengenal diri sendiri


2. Kompetensi
3. Kesehatan psikologis
4. Dapat dipercaya
5. Kejujuran
6. Kekuatan dan daya (Strength)
7. Kehangatan
8. Pendengar yang aktif

12
9. Kesabaran
10. Kepekaan
11. Kebebasan dan
12. Kesadaran holistik

Selanjutnya dalam konteks pemberian layanan Bimbingan dan Konseling pada


kancah pendidikan Prayitno (2009: 84 – 103) menyatakan harus memiliki pengakuan dan
penerimaan dalam pendidikan itu sendiri yang meliputi pengakuan dasar (dasar
penghormatan dalam pendidikan) penerimaan (dasar kedekatan dan hubungan tanpa
pamrih); dan sikap responsif dan membantu.

F. 4 Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki Guru Profesional 


Anda ingin menjadi pendidik atau seorang guru? Secara sederhana dapat
diungkapkan bahwa guru adalah yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya menurut
kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen; seorang guru profesional harus memiliki empat kompetensi dasar dalam
pendidikan. Empat kompetensi dasar ini diantaranya adalah, pedagogik, sosial, dan
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional
1. Pedagogik
Kompetensi pedagogik berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam memahami proses
pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung di ruang kelas bersifat dinamis. Ini dapat
terjadi karena komunikasi atau interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa. Keberagaman siswa didalam kelas juga akan memerlukan keterampilan
seorang guru dalam mendisain program pembelajaran.
2. Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai pendidik untuk berkomunikasi dan
berinteraksi yang baik dengan warga sekolah maupun warga dimana guru berada.
Kemampuan sosial ini dapat dilihat melalui pergaulan sosial guru dengan siswa, rekan
sesama guru maupun dengan masyarakat dimana ia berada.
3. Kepribadian
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, seorang guru harus menunjukkan sikap dan
kepribadian yang baik. Guru yang patut ditiru merupakan filosofi yang menunjukkan
kemampuan kepribadian. Ditiru karena guru diyakini mempunyai ilmu yang bermanfaat
bagi kelangsungan hidup siswanya. Seorang guru ditiru karena pada diri guru terdapat
sikap dan pribadi yang baik.

13
4. Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses belajar
mengajar. Kemampuan mengelola pembelajaran didukung oleh pengelolaan kelas,
penguasaan materi belajar, strategi mengajar dan penggunaan media belajar.

14
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Dari pembahasan Kriteria Guru Yang Baik, dapat kami simpulkan sebagai
berikut :
1.  Problema   Yang  Dihadapi Guru diantaranya Mengajar dipandang sebagai suatu
rutinitas dalam kehidupan yang sudah bersifat mekanistik, tidak ada tantangan baik dari
dalam maupun luar yang memerlukan pikiran tambahan, sehingga kemungkinan yang
terjadi akan menimbulkan iklim yang membosankan dan menjemukan bagi
murid, Ketertutupan seorang guru kepada murid tentang materi yang disampaikan
karena khawatir dengan pertanyaan-pertanyaan murid yang akan mengganggu
wibawanya, terjadi penggandaan tugas guru dalam mengajarkan mata pelajaran
sehingga konsentrasi guru terbagi-bagi dan akhirnya guru kurang kompeten di
bidangnya.
2. Pilar-Pilar Kesuksesan Dalam Mengajardiantaranya menurut tokoh Islam, Imam
Hasan Al-Banna Pertama,  kemauan yang kuat untuk menguasai materi yang akan di
ajarkan kepada murid. Kedua,  keteladanan. Ketiga, mempersiapkan rencana-rencana
pengajaran. Keempat, solidaritas personil. Kelima, arahan dan kontrol. Keenam, metode
pengajaran yang baik dan tepat. Ketujuh, penyegaran aktifitas
pengajaran. Kedelapan, saling mendoakan.
3.  Kriteria Guru Yang Baik diantaranya menurut Gilbert H. Hunt dalam
bukunya Effective Teaching yaitu : sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk
maju, hangat, berorientasi pada tugas dan bekerja keras, toleran, sopan, bijaksana dan
bisa dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi
murid, tidak semata-mata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi stereotipe murid,
bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid, mampu menyampaikan perasaannya
dan memiliki pendengaran yang baik, pengetahuan, apa yang disampaikan, bagaimana
mengajar, harapan, reaksi guru terhadap murid, managemen.
4. Memiliki 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi pedadgogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi social, kompetensi professional.

15
B. SARAN

16

Anda mungkin juga menyukai