Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGANTAR PSIKOLOGI

( GEJALA JIWA KOGNISI DAN KEPRIBADIAN )

Dosen pengampu : Putri rahma

Disusun oleh : kelompok 5

Dini febriani ( 1813000029 )

Mumtazzah Taska ( 2013000048 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) JAMBI

PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM ( BKPI )

T.A 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gejala Jiwa Kognisi


B. Fungsi-Fungsi Kognisi
C. Gejala Kognisi dalam Psikologi
D. Bentuk-Bentuk Gejala Jiwa
E. Pengertian Kepribadian
F.
G. Faktor Pembentuk Kepribadian
H.

 1Sejarah
 2Fungsi-fungsi kognisi
o 2.1Atensi dan kesadaran
o 2.2Persepsi
o 2.3Ingatan
o 2.4Bahasa
o 2.5Pemecahan masalah dan kreativitas
o 2.6Pengambilan keputusan dan penalaran

 3Lihat pula
 4Catatan kaki
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GEJALA JIWA KOGNISI

Kognisi adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses


berpikir tentang seseorang atau sesuatu.1 Proses yang dilakukan adalah
memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas
mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan
sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi

1
(Inggris) Bruce Berger Ph.D. Persuasive Communication Part I. U.S. Pharmacist a Jobson Publication
beragam,diantaranyaadalah  psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains,serta 
kecerdasan buatan.

Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui.


Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.2 Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk
mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir.3 Karya Plato dan Aristotle telah
memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah
memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.

Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran


dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur
secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati.
Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi.4

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka


berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia.
Proses berpikir tentunya melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir
manusia oleh karena itu untuk menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka
berkembanglah neurosains kognitif. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua
bidang ilmu tersebut banyak dimanfaatkan oleh ilmu robot dalam
mengembangkan kecerdasan buatan.
Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indra
tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang.
Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat
pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan
kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah
2
Encarta Dictionary Tools Version 14.0.0.0603 (1993-2004). Redmon, WA: Microsoft Encarta Program

3
Sternberg, R.J. (2006) Cognitive Psychology. Belmont, CA: Thomson Wadsworth

4
Bjorklund, D.F (2000). Children's thinking:developmental function and individual differences. Belmont, CA:
Wadsworth
dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan
anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa
tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor yang memengaruhi kesulitan dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan
respon adalah kompleksitas keputusan, perkiraan terhadap respon, trade-off kecepatan
dan akurasi, dan feedback yang diperoleh (Groover, 2007). Kompleksitas keputusan
dipengaruhi oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga berpengaruh
terhadap lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap respon
dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima telah
diperkirakan sebelumnya, pemrosesan informasi akan lebih cepat dibandingkan
dengan yang tidak diperkirakan. Trade-off antara kecepatan dan akurasi merupakan
korelasi negative antara keduanya pada pemilihan dan pelaksanaan respon. Dalam
beberapa situasi, semakin cepat seseorang memilih respon, kemungkinan kesalahan
terjadi meningkat. Feedback merupakan efek yang diketahui oleh seseorang sebagai
verifikasi atas tindakan yang dilakukannya. Rentang waktu antara tindakan dengan
feedback harus diminimasi.

B. FUNGSI-FUNGSI KOGNISI

1. Atensi dan kesadaran

Atensi adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah


besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan
proses kognitif lainnya. Atensi terbagi menjadi atensi terpilih (selective attention)dan
atensi terbagi (divided attention). Kesadaran meliputi perasaan sadar maupun hal
yang disadari yang mungkin merupakan fokus dari atensi.

2. Persepsi

Persepsi adalah rangkaian proses pada saat mengenali, mengatur dan memahami


sensasi dari pancaindra yang diterima dari rangsang lingkungan. Dalam kognisi
rangsang visual memegang peranan penting dalam membentuk persepsi. Proses
kognif biasanya dimulai dari persepsi yang menyediakan data untuk diolah oleh
kognisi.
3. Ingatan

Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman


masa lalunya dan menggunakan hal tersebut sebagai sumber informasi saat ini. Proses
dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil
kembali informasi tersebut. Ingatan terbagi dua menjadi ingatan implisit dan eksplisit.
Proses tradisional dari mengingat melalui pendataan penginderaan, ingatan jangka
pendek dan ingatan jangka panjang.

4. Bahasa

Bahasa adalah menggunakan pemahaman terhadap kombinasi kata dengan tujuan


untuk berkomunikasi. Adanya bahasa membantu manusia untuk berkomunikasi dan
menggunakan simbol untuk berpikir hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui
penginderaan. Dalam mempelajari interaksi pemikiran manusia dan bahasa
dikembangkanlah cabang ilmu psikolinguistik

5. Pemecahan masalah dan kreativitas

Pemecahan masalah adalah upaya untuk mengatasi hambatan yang menghalangi


terselesaikannya suatu masalah atau tugas. Upaya ini melibatkan
proses kreativitas yang menghasilkan suatu jalan penyelesaian masalah yang orisinil
dan berguna.

6. Pengambilan keputusan dan penalaran

Dalam melakukan  pengambilan keputusan manusia selalu mempertimbangkan


penilaian yang dimilikinya. Misalnya seseorang membeli motor berwarna merah
karena kepentingan mobilitasnya, dan kesenangannya terhadap warna merah. Proses
dari pengambilan keputusan ini melibatkan banyak pilihan. Untuk itu manusia
menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan. penalaran adalah proses
evaluasi dengan menggunakan pembayangan dari prinsip-prinsip yang ada dan fakta-
fakta yang tersedia. Penalaran dibagi menjadi dua jenis yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif

C. Gejala Kognisi dalam Psikologi


written by Arby Suharyanto Kognisi ialah hal hal yang berhubungan dengan
pengamatan, bagian dari jiwa manusia, yakni gejala pengenalan yang terdiri dari
pengayatan, pengamatan, tanggapan, dan ingatan mengenai sesuatu hal baik itu hal
yang baru dikenal atau hal yang sudah lama diketahui untuk memberikan kesimpulan
secara khusus terhadap apa yang telah diamati.
Gejala kognisi dalam psikologi ialah proses mental karena kognisi mencerminkan
pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung namun dilihat dari perilaku atau
dari tingkah laku yang ditampilkan sehingga gejala kognisi dalam psikologi terdiri
dari berbagai macam yaitu antara lain :

1. Pengindraan
Ialah penyaksian indra seorang individu atas suatu rangsangan yang tidak jelas
untuk diartikan menjadi sesuatu yang ia pahami, melalui pengindraan, seluruh organ
yang ada dalam tubuh manusia berfungsi, yakni indra penglihatan, pendengaran, dan
sebagainya semuanya bisa mengalami gejala kognisi yaitu bisa mendapatkan
rangsangan yang awalnya tidak ia mengerti.
Rangsangan tersebut kemudian ia artikan dan ia olah berdasarkan pemikiran
pribadi dan berdasarkan pengalaman yang pernah ia alami sehingga pemahaman dan
tingkah laku yang tercipta akan sesuai dengan apa yang ia pikirkan dan sesuai dengan
apa yang ada dalam keinginannya, gejala kognisi dalam hal pengindraan yang paling
mudah diamati.

2. Pengamatan
Manusia mengenal dunia ini secara nyata atau real baik itu dirinya sendiri maupun
lingkungan sekitarnya tempat ia berkembang, hal itulah yang menjadi dasar dari
sebuah pengamatan, rangsangan dan segala kondisi yang ada di sekitarnya ia
tarfsirkan dalam pandangan dan dalam pengamatannya sendiri serta disimpulkan
sesuai apa yang ia amati.
Hal ini dimulai dengan dilakukannya kegiatan dengan mengenali objek yang
merangsang dirinya, objek tersebut kemudian ia identifikasi dan ia terjemahkan ke
dalam pemahaman pemahaman sesuai yang ia mengerti dan akhirnya timbul
kesimpulan baru mengenai apa yang ia alami, hal itu akan ia ingat dan ia pelajari
terus menerus.

3. Reproduksi
Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang berasal secara langsung dari jiwa yang
dapat menimbulkan tanggapan menuju ke kesadaran seseorang, dimulai dari
mengingat sesuatu yang telah diamati dan dialami menjadi sesuatu yang ia tidak
mengerti dan terus diolah menjadi objek atau hal yang ia pahami dan terwuud dalam
tingkah lakunya mengenai pemahaman akan hal tersebut.

4. Asosiasi
Yaitu hubungan antara anggapan satu dengan anggapan lain dalam satu jiwa yang
satu sama lain dikaitkan dan diambil mana yang terkuat atau mana yang paling benar
menurutnya, misalnya ialah ketika ia mengalami peristiwa yang hampir sama dalam
situasi yang berbeda, maka ia juga akan menunjukkan gejala atau tingkah laku yang
berbeda sesuai kondisi lingkungannya saat itu.

5. Fantasi
Ialah pemikiran mengenai bayangan atau sesuatu yang dikembangkan dalam
imajinasi. Fantasi ialah sesuatu yang tidak terbatas dan sulit diamati secara langsung
gejala yang muncul, sebab tidak semua fantasi mampu ditunjukkan dalam dunia
nyata. Namun fantasi bisa menjad sesuatu atau bisa menjadi motivasi yang positif jika
terus dipelajari dan dikembangkan.

Misalnya ialah di jaman dahulu ketika belum ada penerangan sehingga di malam
hari kondisi selalu gelap, tentu ada orang yang berfantasi seandainya bisa
menciptakan sesuatu untuk menerangi malam dan ia memperhatikan serta mencari
objek di lingkungan sekitarnya untuk diwujudkan hingga akhirnya tercipta
penerangan yang awalnya berasal dari fantasi pribadinya.

6. Memory
Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang menunjukkan bahwa sesuatu yang
diamati tidaklah langsung hilang atau lenyap begitu saja, namun akan terekam dan
tersimpan di dalam memori untuk selanjutnya difikirkan dan diambil kesimpulan,
objek yang disimpan dalam memori umumnya ialah objek yang menurut orang
tersebut memiliki arti khusus atau nilai tersendiri.

7. Gejala Lupa
Merupakan gejala kognisi dalam psikologi yang alami pada tiap manusia dan
dapat diamati tingkah lakunya secara langsung, namun terkadang tak bisa dibedakan
mana yang benar dan mana yang salah kecuali dengan pendekatan psikologi yang
lebih mendalam, misalnya ialah ketika seseorang berbuat kesalahan karena lupa akan
sesuatu tentu tidak bisa langsung diketahui orang tersebut benar benar lupa atau
karena ada alasan dan penyebab lain yang tidak ia sampaiikan.

8. Berfikir
Ialah tahap dimana seseorang ingin membuat kesimpulan atau ingin menciptakan
objek yang baru dari objek lama yang merangsang dirinya, ia ingin mencari tahu lebih
dalam mengenai objek tersebut dengan cara berfikir apa saja yang bisa ia
kembangkan dari objek yang diamati dan apa saja manfaat yang bisa ia peroleh dari
suatu objek.

9. Tanggapan
Yakni kesan kesan yang dialami setelah proses pengamatan berhenti dan setelah
melalui proses berfikir, seseorang yang menerima rangsangan tentunya akan
menerima terlebih dahulu dan mmeberikan persepsi secara pribadi atau pandangan
seacra khusus kepada objek tersebut untuk selanjutnya difikirkan lebih mendetail dan
untuk memberi tanggapan atas apa yang ia terima.

Tanggapan dapat berupa berbagai hal yang dapat diamati secara langsung
misalnya ialah ungkapan setuju atau menerima, ungkapan penolakan dengan alasan
khusus, atau gejala yang tidak ditimbulkan secara langsung seperti diam dengan
ekspresi wajah tidak suka yang menandakan penolakan atau tersenyum senang yang
berarti tingkah laku yang menjurus pada penerimaan.
10. Intuisi
Gejala kognisi dalam psikologi yang terakhir ialah adanya intuisi, yaitu
kemampuan memahami sesuatu tanpa penalaran rasional dan muncul dari alam
bawah sadar, hal ini tidak dapat dijelaskan secara langsung sebab berhubungan
dengan perasaan pribadi serta memiliki penilaian khusus akan sesuatu hal yang tidak
bisa dijelaskan kepada orang lain.

Contohnya adalah sebuah firasat, misalnya ketika seseorang merasa bahwa ia


tidak akan aman melewati suatu jalan, ia akan menunjukkan gejala kecemasan dan
gejala tidak tenang yang diiringi dengan mencari alternatif lain, dan ternyata di jalan
yang ia khawatirkan ternyata ada kecelakaan atau bencana sehingga ketika ia lewat ia
akan terkena bencana tersebut. Hal ini adalah sesuatu yang datang dan dapat diamati
secara pribadi.5

D. BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA

1.  Gejala  Kognitif

Istilah cognitive berasal  dari  kata cognition yang  padanan  katanya knowing, 
berarti  mengetahui.  Dalam  arti  luas,  cognition  (kognisi)  ialah perolehan, 
penataan,  dan  penggunaan  pengetahuan.  Dalam  perkembangan selanjutnya, 
istilah  kognitif  menjadi  populer  sebagai  salah  satu  domain  atau wilayah/ ranah
psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang berhubungan  dengan 
pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.

5
https://dosenpsikologi.com/gejala-kognisi-dalam-psikologi
2. Gejala Afektif

adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa.  Rasa dapat dibedakan kepada
rasa fisik  yang berhubungan erat dengan alat dria seperti rasa asin dan rasa psikis
yang lebih berupa rasa dalam seperti emosi, sikap, dan moral.

3.  Gejala psikomotorik / gejala kehendak

Keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu yang
mereka kehendaki.

E.      GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN


1. Gejala Psikologi

Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal
tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa.  Dalam pendidikan pun gejala jiwa
manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi
berbagai perilaku  manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik
atau siswa.

Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi
kemampuan belajar siswa. Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat
mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada
pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses
perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.

2.     Bentuk-bentuk Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar

Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang berhubungan dengan


kegiatan belajar siswa, diantaranya yang akan kita bahas yaitu:

1).    Pengindraan/sensasi dan persepsi

a.    Pengindraan
Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama
lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang
disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan
berlainan.  Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar. Definisi penginderaan
(sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari
luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan
meliputi  :

b. Penglihatan

Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya


masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk
ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat
terlihat.

c. Pendengaran

Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang


suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang
suara merambat melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang,
cairan/endolymphe. Bila seseorang tidak dapat mendengar, maka ada
kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang menyebabkan gangguan
fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat berjalannya/penerus rangsang
(conductive deafness) yang tidak ada hubungannya dengan fungsi intelek.

d.  Pengecap

Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui
lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan
diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus
centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis
penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
e. Pembau

Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau


melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis).
Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1
(saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).

f.  Perabaan

Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia
dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya.
Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh,
khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah
corpuscula meissner dan corpuscula pacini.

e.  Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat


indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali
didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu
sendiri.

Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito
(1997) : stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian
diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa yang diinderakan.
Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek, alat indera (reseptor),
dan  perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti
sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.

2).     Memori, ingatan, dan lupa


Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh
setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait
dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia
berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan,
menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran
misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.

a.   Memori

Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan


diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang
bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi
diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup
lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan
perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia
yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam
jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang
sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya
informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan
kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:

1).       Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Mekanisme dalam


proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai
persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia
mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu
untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.

2).      Bahan-bahan yang akan diingat harus berhubungan. Memori sangat dibantu


bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah
dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu,
perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena
itu mempermudah recognition.
3).       Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian
informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi diorganisasi sedemikian
rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang
kompleks mudah untuk diingat kembali.

Pengertian memori, tercangkup dalam 3 tahapan yaitu:

-   memasukan pesan dalam ingatan

-   menyimpan pesan yang sudah masuk ( storage )

-   memunculkan kembali informasi tersebut ( retrieval )

b.    Ingatan

Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai


kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa
yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses
kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage),
retensi, dan  pengumpulan informasi (information gathering)

Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik


yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan
pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu
(Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam
Stenberg, 2006). Santrock (2005) mendefinisikan ingatan sebagai retensi
informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding),
penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini
menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-informasi yang
berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui tahapan :
penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang
masuk tidak terbuang secara sia – sia.

c.  Lupa
3 aspek Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982)
dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

Faktor-faktor Penyebab Lupa :

-  Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori.

-  Lupa dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada,
baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi
yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima
siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga
ke alam ketidaksadaran.

-  Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990).

-  Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan
situasi belajar tertentu

-  Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak  pernah
digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975Lupa dapat tejadi karena
perubahan urat syaraf otak

Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode
belajar SKS (Sistem Kebut Semalam)  Kita belajar ngebut malam ini,
memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah,  ketika tes
keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran minggu
lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.

3.    Berfikir
Pemecahan masalah merupakan  bagian dari proses berpikir. Sering
dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan,
pemecahan  masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi
yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan
rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan
buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal
menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif sangat berperan dalam pemecahan
masalah. Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir
kreatif meliputi lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation),
Iluminasi (Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan
konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.
Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang
yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa
berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut :

-    pembentukan pengertian,

-    penjalinan pengertian-pengertian, dan

-    penarikan kesimpulan.

4.    Intelegensi

Setelah kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah


berpikir adalah inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk
berpikir. Ada beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi.

a.    William Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk


dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.

b.    V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.


c.    Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara
abstrak.

d.   Binet mengatakan bahwa  inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu


yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri sendiri.

Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang


berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan
berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak.
Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu


kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena
itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.

5.    Emosi

Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan


emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai
setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental
yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami bahwa emosi itu merupakan
suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi karena ada
suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.

Adapula yang mengatakan emosi itu adalah suatu perasaan intens yang


ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang
atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu,
marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

6.    Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya


untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari
rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan
satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik.
Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang
disebut motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena
dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Menurut Baron (1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat,


arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan
energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang
mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah
pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.

Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan
biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup
potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-
motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan
suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini
akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang
lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar
tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”,


yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,
setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri.

F. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Dalam bahasa inggris istilah kepribadian adalah personality. Sedangkan
dalam istilah sebuah kata Latin persona berarti topeng, perlengkapan yang selalu
dipakai dalam pentas drama Yunani Kuno. Kemudian istilah tersebut diadopsi
oleh orang-orang Roma menjadi sebuah konotasi “sebagaimana seseorang
nampak di hadapan orang lain”. Konotasi tersebut seolah menunjukkan bahwa
kepribadian bukanlah diri orang tersebut sebenarnya. Dalam psikologi sendiri
kepribadian memiliki arti yang luas dan cukup sulit untuk di pahami.
Tetapi definisi kepribadian yang dianggap paling lengkap dan tepat adalah
pendapat dari Gordon W. Allporrt, yaitu: “Kepribadian adalah organisasi dinamis
dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. Kata dinamis menyatakan bahwa
kepribadian bias berubah-ubah dan antara komponennya saling berhubungan.”
Para psikolog dan filsuf sepakat bahwa manifestasi kepribadian dapat dilihat dari:
1. Kenyataan yang bersifat biologis (Umwelt)
2. Kenyataan psikologis (Eigenwelt)
3. Kenyataan sosial (Mitwelt) Maka dari manifestasi kepribadian tersebut
beberap psikolog dan filsuf dapat membedakan tipe-tipe atau tipologis
kepribadian.6

G. FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN


Kepribadian seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri fisik (body-build) seperti
tinggi badan, berat badan, bentuk muka, dll. Dan juga ciri-ciri faali
(bodyphsycology) yaitu fisik yang hanya terdapat pada diri sendiri (unik) yang
dibawa sejak lahir. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
adalah pengalaman. Para ahli membedakan pengalaman menjadi dua macam:
1. Pengalaman umum (common experiences) yaitu pengalaman yang dihayati
oleh hamper semua masyarakat atau bahwan manusia
2. Pengalaman khusus (unique experiences) yaitu pengalaman yang hanya pernah
di alami oleh dirinya sendiri sehingga ciri khas tertentu dalam lingkungan.7

6
Irwanto, Heman, dkk. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo Ahmadi, Abu. 2018.

7
Psikologi Umum. jakarta: PT Rinekar Cipta
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto, Heman, dkk. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo Ahmadi, Abu. 2018.

Psikologi Umum. jakarta: PT Rinekar Cipta

https://dosenpsikologi.com/gejala-kognisi-dalam-psikologi

(Inggris) Bruce Berger Ph.D. Persuasive Communication Part I. U.S. Pharmacist a


Jobson Publication

Encarta Dictionary Tools Version 14.0.0.0603 (1993-2004). Redmon, WA: Microsoft


Encarta Program

 Sternberg, R.J. (2006) Cognitive Psychology. Belmont, CA: Thomson Wadsworth

 Bjorklund, D.F (2000). Children's thinking:developmental function and individual


differences. Belmont, CA: Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai