PENGANTAR PSIKOLOGI
T.A 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
1Sejarah
2Fungsi-fungsi kognisi
o 2.1Atensi dan kesadaran
o 2.2Persepsi
o 2.3Ingatan
o 2.4Bahasa
o 2.5Pemecahan masalah dan kreativitas
o 2.6Pengambilan keputusan dan penalaran
3Lihat pula
4Catatan kaki
BAB II
PEMBAHASAN
1
(Inggris) Bruce Berger Ph.D. Persuasive Communication Part I. U.S. Pharmacist a Jobson Publication
beragam,diantaranyaadalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains,serta
kecerdasan buatan.
3
Sternberg, R.J. (2006) Cognitive Psychology. Belmont, CA: Thomson Wadsworth
4
Bjorklund, D.F (2000). Children's thinking:developmental function and individual differences. Belmont, CA:
Wadsworth
dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan
anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa
tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor yang memengaruhi kesulitan dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan
respon adalah kompleksitas keputusan, perkiraan terhadap respon, trade-off kecepatan
dan akurasi, dan feedback yang diperoleh (Groover, 2007). Kompleksitas keputusan
dipengaruhi oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga berpengaruh
terhadap lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap respon
dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima telah
diperkirakan sebelumnya, pemrosesan informasi akan lebih cepat dibandingkan
dengan yang tidak diperkirakan. Trade-off antara kecepatan dan akurasi merupakan
korelasi negative antara keduanya pada pemilihan dan pelaksanaan respon. Dalam
beberapa situasi, semakin cepat seseorang memilih respon, kemungkinan kesalahan
terjadi meningkat. Feedback merupakan efek yang diketahui oleh seseorang sebagai
verifikasi atas tindakan yang dilakukannya. Rentang waktu antara tindakan dengan
feedback harus diminimasi.
B. FUNGSI-FUNGSI KOGNISI
2. Persepsi
4. Bahasa
1. Pengindraan
Ialah penyaksian indra seorang individu atas suatu rangsangan yang tidak jelas
untuk diartikan menjadi sesuatu yang ia pahami, melalui pengindraan, seluruh organ
yang ada dalam tubuh manusia berfungsi, yakni indra penglihatan, pendengaran, dan
sebagainya semuanya bisa mengalami gejala kognisi yaitu bisa mendapatkan
rangsangan yang awalnya tidak ia mengerti.
Rangsangan tersebut kemudian ia artikan dan ia olah berdasarkan pemikiran
pribadi dan berdasarkan pengalaman yang pernah ia alami sehingga pemahaman dan
tingkah laku yang tercipta akan sesuai dengan apa yang ia pikirkan dan sesuai dengan
apa yang ada dalam keinginannya, gejala kognisi dalam hal pengindraan yang paling
mudah diamati.
2. Pengamatan
Manusia mengenal dunia ini secara nyata atau real baik itu dirinya sendiri maupun
lingkungan sekitarnya tempat ia berkembang, hal itulah yang menjadi dasar dari
sebuah pengamatan, rangsangan dan segala kondisi yang ada di sekitarnya ia
tarfsirkan dalam pandangan dan dalam pengamatannya sendiri serta disimpulkan
sesuai apa yang ia amati.
Hal ini dimulai dengan dilakukannya kegiatan dengan mengenali objek yang
merangsang dirinya, objek tersebut kemudian ia identifikasi dan ia terjemahkan ke
dalam pemahaman pemahaman sesuai yang ia mengerti dan akhirnya timbul
kesimpulan baru mengenai apa yang ia alami, hal itu akan ia ingat dan ia pelajari
terus menerus.
3. Reproduksi
Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang berasal secara langsung dari jiwa yang
dapat menimbulkan tanggapan menuju ke kesadaran seseorang, dimulai dari
mengingat sesuatu yang telah diamati dan dialami menjadi sesuatu yang ia tidak
mengerti dan terus diolah menjadi objek atau hal yang ia pahami dan terwuud dalam
tingkah lakunya mengenai pemahaman akan hal tersebut.
4. Asosiasi
Yaitu hubungan antara anggapan satu dengan anggapan lain dalam satu jiwa yang
satu sama lain dikaitkan dan diambil mana yang terkuat atau mana yang paling benar
menurutnya, misalnya ialah ketika ia mengalami peristiwa yang hampir sama dalam
situasi yang berbeda, maka ia juga akan menunjukkan gejala atau tingkah laku yang
berbeda sesuai kondisi lingkungannya saat itu.
5. Fantasi
Ialah pemikiran mengenai bayangan atau sesuatu yang dikembangkan dalam
imajinasi. Fantasi ialah sesuatu yang tidak terbatas dan sulit diamati secara langsung
gejala yang muncul, sebab tidak semua fantasi mampu ditunjukkan dalam dunia
nyata. Namun fantasi bisa menjad sesuatu atau bisa menjadi motivasi yang positif jika
terus dipelajari dan dikembangkan.
Misalnya ialah di jaman dahulu ketika belum ada penerangan sehingga di malam
hari kondisi selalu gelap, tentu ada orang yang berfantasi seandainya bisa
menciptakan sesuatu untuk menerangi malam dan ia memperhatikan serta mencari
objek di lingkungan sekitarnya untuk diwujudkan hingga akhirnya tercipta
penerangan yang awalnya berasal dari fantasi pribadinya.
6. Memory
Ialah gejala kognisi dalam psikologi yang menunjukkan bahwa sesuatu yang
diamati tidaklah langsung hilang atau lenyap begitu saja, namun akan terekam dan
tersimpan di dalam memori untuk selanjutnya difikirkan dan diambil kesimpulan,
objek yang disimpan dalam memori umumnya ialah objek yang menurut orang
tersebut memiliki arti khusus atau nilai tersendiri.
7. Gejala Lupa
Merupakan gejala kognisi dalam psikologi yang alami pada tiap manusia dan
dapat diamati tingkah lakunya secara langsung, namun terkadang tak bisa dibedakan
mana yang benar dan mana yang salah kecuali dengan pendekatan psikologi yang
lebih mendalam, misalnya ialah ketika seseorang berbuat kesalahan karena lupa akan
sesuatu tentu tidak bisa langsung diketahui orang tersebut benar benar lupa atau
karena ada alasan dan penyebab lain yang tidak ia sampaiikan.
8. Berfikir
Ialah tahap dimana seseorang ingin membuat kesimpulan atau ingin menciptakan
objek yang baru dari objek lama yang merangsang dirinya, ia ingin mencari tahu lebih
dalam mengenai objek tersebut dengan cara berfikir apa saja yang bisa ia
kembangkan dari objek yang diamati dan apa saja manfaat yang bisa ia peroleh dari
suatu objek.
9. Tanggapan
Yakni kesan kesan yang dialami setelah proses pengamatan berhenti dan setelah
melalui proses berfikir, seseorang yang menerima rangsangan tentunya akan
menerima terlebih dahulu dan mmeberikan persepsi secara pribadi atau pandangan
seacra khusus kepada objek tersebut untuk selanjutnya difikirkan lebih mendetail dan
untuk memberi tanggapan atas apa yang ia terima.
Tanggapan dapat berupa berbagai hal yang dapat diamati secara langsung
misalnya ialah ungkapan setuju atau menerima, ungkapan penolakan dengan alasan
khusus, atau gejala yang tidak ditimbulkan secara langsung seperti diam dengan
ekspresi wajah tidak suka yang menandakan penolakan atau tersenyum senang yang
berarti tingkah laku yang menjurus pada penerimaan.
10. Intuisi
Gejala kognisi dalam psikologi yang terakhir ialah adanya intuisi, yaitu
kemampuan memahami sesuatu tanpa penalaran rasional dan muncul dari alam
bawah sadar, hal ini tidak dapat dijelaskan secara langsung sebab berhubungan
dengan perasaan pribadi serta memiliki penilaian khusus akan sesuatu hal yang tidak
bisa dijelaskan kepada orang lain.
1. Gejala Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing,
berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap peilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.
5
https://dosenpsikologi.com/gejala-kognisi-dalam-psikologi
2. Gejala Afektif
adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa. Rasa dapat dibedakan kepada
rasa fisik yang berhubungan erat dengan alat dria seperti rasa asin dan rasa psikis
yang lebih berupa rasa dalam seperti emosi, sikap, dan moral.
Keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu yang
mereka kehendaki.
Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal
tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa. Dalam pendidikan pun gejala jiwa
manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi
berbagai perilaku manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik
atau siswa.
Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi
kemampuan belajar siswa. Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat
mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada
pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses
perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.
a. Pengindraan
Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama
lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang
disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan
berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar. Definisi penginderaan
(sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari
luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan
meliputi :
b. Penglihatan
c. Pendengaran
d. Pengecap
Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui
lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan
diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus
centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis
penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
e. Pembau
f. Perabaan
Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia
dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya.
Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh,
khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah
corpuscula meissner dan corpuscula pacini.
e. Persepsi
a. Memori
b. Ingatan
c. Lupa
3 aspek Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982)
dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
- Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori.
- Lupa dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada,
baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi
yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima
siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga
ke alam ketidaksadaran.
- Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990).
- Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan
situasi belajar tertentu
- Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975Lupa dapat tejadi karena
perubahan urat syaraf otak
Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode
belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) Kita belajar ngebut malam ini,
memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah, ketika tes
keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran minggu
lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
3. Berfikir
Pemecahan masalah merupakan bagian dari proses berpikir. Sering
dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan,
pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi
yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan
rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan
buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal
menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif sangat berperan dalam pemecahan
masalah. Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir
kreatif meliputi lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation),
Iluminasi (Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan
konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.
Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang
yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa
berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut :
- pembentukan pengertian,
- penarikan kesimpulan.
4. Intelegensi
5. Emosi
6. Motivasi
Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan
biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup
potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-
motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan
suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini
akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang
lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar
tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
F. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Dalam bahasa inggris istilah kepribadian adalah personality. Sedangkan
dalam istilah sebuah kata Latin persona berarti topeng, perlengkapan yang selalu
dipakai dalam pentas drama Yunani Kuno. Kemudian istilah tersebut diadopsi
oleh orang-orang Roma menjadi sebuah konotasi “sebagaimana seseorang
nampak di hadapan orang lain”. Konotasi tersebut seolah menunjukkan bahwa
kepribadian bukanlah diri orang tersebut sebenarnya. Dalam psikologi sendiri
kepribadian memiliki arti yang luas dan cukup sulit untuk di pahami.
Tetapi definisi kepribadian yang dianggap paling lengkap dan tepat adalah
pendapat dari Gordon W. Allporrt, yaitu: “Kepribadian adalah organisasi dinamis
dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. Kata dinamis menyatakan bahwa
kepribadian bias berubah-ubah dan antara komponennya saling berhubungan.”
Para psikolog dan filsuf sepakat bahwa manifestasi kepribadian dapat dilihat dari:
1. Kenyataan yang bersifat biologis (Umwelt)
2. Kenyataan psikologis (Eigenwelt)
3. Kenyataan sosial (Mitwelt) Maka dari manifestasi kepribadian tersebut
beberap psikolog dan filsuf dapat membedakan tipe-tipe atau tipologis
kepribadian.6
6
Irwanto, Heman, dkk. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo Ahmadi, Abu. 2018.
7
Psikologi Umum. jakarta: PT Rinekar Cipta
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto, Heman, dkk. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo Ahmadi, Abu. 2018.
https://dosenpsikologi.com/gejala-kognisi-dalam-psikologi