Disusun oleh :
KELAS E
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memori memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Jika kita lakukan aktivitas
berpikir maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori
atau ingatan kita. Kita menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan masa
sekarang dengan masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa datang. Hal tersebut
dimungkinkan dengan adanya fasilitas fungsi memori kita yang kuat dan dapat disesuaikan
pada berbagai situasi. Oleh karena memori inilah manusia dapat dikatakan makhluk
bersejarah. Artinya makhluk yang tidak ditentukan oleh pengaruh proses dari hal yang
terjadi saat kini saja, tetapi berkembang dalam sejarah masa lalunya yang masih
dimilikinya dan sewaktu-waktu dapat dihidupkannya kembali. Yang terakhir inilah yang
dikatakan memori.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Menurut
Plato berpikir adalah berbicara dalam hati. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa berpikir
merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau membanding-bandingkan
antara situasi fakta, ide atau kejadian dengan fakta, ide atau kejadian lainnya. Setelah
proses berpikir itu seseorang memperoleh suatu kesimpulan hasil pemikirannya. Menurut
Dewey dalam Kokom Komalasari, berpikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada
suatu masalah (perplexity) dan menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan
keluar. Situasi yang menghadapi adanya jalan keluar tersebut, meng- undang yang
bersangkutan untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang
sudah dimilikinya terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu menemukan
sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah
yang dihadapinya. Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses yang
dinamakan berpikir.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
3
¹Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. CV Andi Offset. Yogyakarta. 2010. hlm.194
²Bimo Wagito, Pengantar Psikologi Umum... 195
³Nyanyu Khadijah. Psikologi Belajar. (Palembang: Iain Raden Fatah Press, 2006). Hlm.117
memory (memori jangka panjang atau permanen).
B. Proses Berpikir
Proses berpikir dilakukan dengan menggunakan bayangan (image) dan
bahasa. Bayangan yang digunakan dalam berpikir adalah abstraksi dan
kontruksi berdasarkan informasi yang disimpan dalam long-term memory.
Ketika menggunakan image untuk berpikir, orang biasanya membuat peta
visual tentang masalah yang dipikirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Sedangkan ketika menggunakan bahasa untuk berpikir, orang sering kali
menggunakan simbol kata-kata, maknanya dan aturan tata bahasa untuk
disimpan bersama-sama dalam memori.
Proses berpikir untuk menghadapi suatu persoalan atau tugas
membutuhkan kedua tipe berpikir (divergen-konvergen). Fungsi divergen
diperlukan untuk dapat menghasilkan kemungkinan jawaban yang sebanyak-
banyaknya sehingga perlu menerobos ke berbagai dimensi dan lintas sektoral,
sementara pemikiran konvergen diperlukan untuk memberikan penilaian
secara kritis analitis terhadap hasil pemikiran divergen sehingga dicapai
kebenaran.
Pada fase pertama fungsi divergen tampak dominan, karena diperlukan untuk menemukan
berbagai gagasan (banyak kemungkinan jawaban) sehingga perlu melibatkan
kesadaran yang diperoleh dari alam ketidaksadaran (proses intuisi) kemudian
pada fase kedua secara kritis analitis melakukan penilaian terhadap gagasan-
gagasan yang ada untuk selanjutnya diekspresikan dalam bentuk ide yang
relevan dengan persoalan. Dalam hubungan ini apa yang disebut dengan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), tidak lain adalah perwujudan
dari fungsi divergen dan konvergen dalam proses berpikir. Berpikir tingkat
tinggi adalah berpikir kreatif kritis, mengkaji persoalan dari sisi
kebermaknaan dan kebenaran substansi.
Proses berfikir pada dasarnya ada tiga langkah yaitu pembentukan
pengertian , pembentukan pendapat dan penarikan kesimpulan.⁴
1) Pembentukan pengertian di bentuk melalui 3 tingkat antara lain: menganalisis
ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis, membandingkan dengan tujuan
mencari persamaan dan perbedaan, mengabstraksikan.
2) Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara 2 buah pengertian atau
lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: pendapat afirmatif (posititif),
pendapat negative, dan pendapat modalitas.
3) Penarikan kesimpulan, pembentuk keputusan adalah kegiatan mengambil
keputusan. Ada tiga macam keputusan yaitu keputusan induktif, keputusan
deduktif dan keputusan analogis.
F. Metode-metode Mengingat
Metode-metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk meneliti ingatan atau
Memori⁵. Keenam metode tersebut adalah :
1. Metode mempelajari (The learning method). Metode ini merupakan
metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat
sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan
oleh subye untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan
baik, tanpa ada kesalahan. Waktu atau usaha yang dibutuhkan oleh subyek berbeda-beda
sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
2. Metode mempelajari kembali. (The Relearning Method). Metode ini
merupakan metode mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari. Dalam
“relearning” ternyata untuk mempelajari yang kedua kalinya materi yang
sama membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat daripada waktu
yang diperlukan untuk mempelajari pertama kali. Untuk mempelajari yang ketiga kalinya
membutuhkan waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk mempelajari yang kedua ataupu yang pertama.
Makin sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan semakin
pendek. Ini berarti bahwa pada “relearning” ada waktu yang dihemat
atau disimpan, karena itu metode ini sering disebut “saving method”. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dikemukan bahwa semakin sering sesuatu materi dipelajari, waktu untuk
mempelajarinya makin pendek dan makin banyak materi yang dapat
diingat dengan baik, dan makin sedikit materi yang dilupakan.
3. Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk
dimana subyek disuruh mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang
diberikan kepadanya. Dalam mengkontruksi ini dapat diketahui waktu
yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada
kriteria tertentu. Makin kompleks mmateri yang harus
disusun, makin lama waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk
menyusunnya kembali.
4. Metode mengenal kembali. Metode ini digunakan dengan mengambil
bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari
suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai
sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda.
5. Metode mengingat kembali. Metode ini ialah mengambil bentuk subyek
disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya
dengan membuat karangan, atau dengan cara mengisi seperti ujian yang
berbentuk essay.
6. Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek
disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan dalam mengingat. Bila materi
tersebut telah dipelajari atau dihapalkan maka kemudian diadakan tes
untuk melihat kemampuan mengingat dari subyek dan pasangannya. Hal ini dapat berbentuk
mengingat kembali, tetapi dapat juga dengan bentuk mengenal kembali.