Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Roberto assagioli menyatakan banyak masalah-masalah psikologi
dan spiritual yang muncul yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran
manusia dalam memandang dirinya secara utuh.
Psikologi psikosintesis memandang manusia secara utuh baik
fisik, emosi, mental, dan spiritual. Assagioli juga mengembangkan
psikoterapi yang tidak hanya mengatasi gangguan psikologis yang biasa
ditangani psikologi pada umumnya (personal problem) tapi juga (trans
personal problem). Sehingga pada zaman sekarang kita dapat
memandang kepribadian milik Roberto assagioli sebagai ilmu yang
bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi dari Roberto Assagioli?
2. Bagaimana Struktur Kepribadian Menurut Roberto Assagioli?
3. Bagaimana Dinamika Kepribadian Menurut Roberto Assagioli?
4. Bagimana Perkembangan Kepribadian Roberto Assagioli?
5. Bagaimana Teknik Terapeutik yang Dihasilkan Roberto Assagioli?
6. Bagaimana Riset Terkini tentang Teori Kepribadian Roberto
Assagioli?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Biografi dari Roberto Assagioli
2. Untuk MengetahuiStruktur Kepribadian Menurut Roberto Assagioli
3. Untuk Mengetahui Dinamika Kepribadian Menurut Roberto Assagioli
4. Untuk Mengetahui Perkembangan Kepribadian Roberto Assagioli
5. Untuk Mengetahui Teknik Terapeutik yang Dihasilkan Roberto
Assagioli
6. Untuk Mengetahui Riset Terkini tentang Teori Kepribadian Roberto
Assagioli

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Robberto Assagioli

Robberto assagioli merupakan tokoh berkebangsaan italia, dia lahir


pada tahun 1888 dan meninggal pada tahun 1974. Assagioli menyelesaikan
kuliah doktornya pada tahun 1910 di University of Florence. Dia sangat
tertarik dengan psikologi transpersonal dan menjadi jajaran pendiri dari
psikologi transpersonal. Assagioli merupakan pencetus psikosintesis dan
terus mengembangkan mengembangkan idenya mengenai psikosintesis,
dan pada tahun 1926-an dia mempublikasikan bukunya yang berjudul a
New Method Of Treatment: Psychosynthesis dan beberapa artikel dengan
tema serupa.

Psikosintesis sendiri berasal dari bahasa yunani psycho yang berarti


“jiwa” dan synthesis yang berarti “to put together” (Shorrock, 2008;155) .
dari makna bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa psikosintesis
merupakan psikologi yang memandang manusia secara utuh, baik fisk,
emosi, mental, maupun spiritual. Assagioli dengan psikosintesisnya tidak
hanya menawarkan model kepribadian tapi juga model psikoterapi. Appel
(2014) bahkan menyebutkan bahwa psikosintesis bisa dibilang sebagai
salah satu bentuk psikoterapi transpersonal pertama didunia barat.
Assagioli (dalam Firman & Gila, 2002) mengembangkan psikoterapi yang
tidak hanya mengatasi gangguan psikologis yang biasa ditangani psikologi
pada umumnya, seperti trauma, depresi, dan lain-lainnya (personal
problems) tapi juga berusaha mengembangkan manusia lebih jauh lagi
sehingga menjadi orang yang egonya berfungsi secara penuh dan dimensi
spiritual meningkat (transpersonal problems). Jadi, dalam menjalankan
praktek psikoterapi, psikosintesis mempunyai dua agenda perpraktek
psikoterapi, psikosintesis mempunyai dua agenda pertumbuhan manusia,
yaitu personal psikositesis dan spiritual atau transpersonal psikosintesis.

2
B. Struktur Kepribadian Menurut Robbert Assagioli
1. Ketidaksadaran bawah sadar
2. Ketidaksadaran tengah
3. Ketidaksadaran atau supra kesadaran yang lebih tinggi
4. Bidang kesadaran
5. Diri yang sadar
6. Semakin tinggi diri
7. Ketidaksadaran kolektif

Assagioli menyarankan bahwa ketidaksadaran memilki beberapa


tingkatan, diantaranya:

1. Ketidaksadaran bawah sadar bisa disamakan dengan kedua psikologis


masa lalu dan konsep freudian dari “id” ranah dorongan naluriah dan
impuls dan neurosis.
2. Ketidaksadaran menengah yang analog dengan psikologis sekarang
dapat diaskes oleh kesadaran kita freud’s sadar.
3. Ketidaksadaran atau kesadaran bawah yang lebih tinggi mewakili
individu masa depan psikologis dan merupakan ranah potensi, aspirasi
dan transpersonal dalam psikologi, psikoterapi dan konseling intuisi,
rumah energi spiritual laten. Ini juga kursi dari kualitas seperti
kecantikan, cinta, dan harmoni.
4. Bidang kesadaran mengandung semua kesadaran langsung; pikiran,
perasaan, gambar, dan sensasi yang secara sadar diamati.
5. The T atau diri pribadi dianggap sebagai titik kesadaran murni dan
akan, gambar dan sensasi yang secara sadar diamati. Sebuah “still
point” yang sadar akan isi dari kesadaran namun berbeda dari materi
yang terus berubah yang dialami. Namun, itu bukan identitas utama
individu, karena ini merupakan cerminan diri. Garis putus-putus
antara diri dan “saya” menggambaran koneksi antara keduanya.
Assagioli menggambarkan sebagai simbolisasi bahwa meskipun pucat
refleksi memiliki hal yang sama kualitas sebagai sumbernya.

3
Analoginya sederhananya adalah refleksi dari matahari diatas air atau
dicermin menunjukkan kualitas cahaya yang sama.
6. Self terkadang ditempatkan pada level yang lebih tinggi ditepi
ketidaksadaran kolektif dan lebih rendah dari tidak sadar.
Whitmore(1991) ingin menunjukkan bahwa diri adalah seorang
realitas ontologis, sumber energi superconscious dan pusat dalam
kehidupan, self adalah bidang energi yang mengandung fenomena
supra-kesadaran alam, menyediakan kondisi untuk
pengembangfenomena supra-kesadaran alam, menyediakan kondisi
untuk pengembangan evolusi dan pertumbuhan.
7. Ketidaksadaran kolektif dipandang sebagai ketidaksadaran manusia
ras, dan rumah bentuk arketipe, dan setara dengan jungian konsep
nama yang sama. Isi dari ranah ini dipertimbangkan menjadi
transhistoris dari ranah ini dan transcultural dan disampaikan oleh
orang-orang seperti di dongeng, mitos, simbol agama dan sakral.

C. Dinamika Kepribadian
1. Gambar atau gambaran mental dan ide dapat menghasilkan kondisi
fisik dan kejadian eksternal yang sesuai dengan yang dialami. Energi
mengikuti pikiran yang menunjukkan bahwa pemikiran bisa
dilakukan dengan cara tertentu dan dianggap sebagai ‘entitas hidup
dalam potensi yang dapat cenderung mewujudkan.
2. Gerakan, sikap, dan tindakan dapat membangkitkan mental yang
sesuai dengan gambar atau ide, yang pada gilirannya akan
membangkitkan dan mengintensifkan emosi dan perasaan yang
terkait.
3. Ide dan gambar cenderung dapat membangkitkan emosi dan perasaan
yang sesuai dengan mereka.
4. Emosi dan tayangan cenderung dapat membangkitkan dan
mengintensifkan ide dan gambar yang sesuai dengan mereka atau
terkait dengan mereka.

4
5. Kebutuhan, dorongan, dan keinginan, cenderung dapat
membangkitkan gambar yang sesuai, ide, dan emosi.
6. Perhatian, minat, afirmasi, dan pengulangan memperkuat gagasan,
gambar, dan formasi psikologis yang menjadi pusat perhatian.
7. Pengulangan tindakan mengintensifkan dorongan untuk pengulangan
lebih lanjut, dan merender eksekusi mereka lebih mudah dan lebih
baik, sampai mereka menjadi tidak sadar. Hal ini disamakan dengan
proses belajar dimana perilaku sekali belajar menjadi berulang, norma
dan tidak lagi membutuhkan perhatian sadar
8. Semua fungsi dan kombinasi manifoldnya dalam kompleks dan
subpersonalitas mengadopsi cara mencapai tujuan tanpa transpersonal
dalam psikologi, psikoterapi, dan konseling kesadaran, terlepas dari,
bahkan melawan kehendak sadar kita.
9. Dorongan, keinginan, dan emosi, menuntut untuk diungkapkan dan
tidak perlu usaha atau arah sadar. Artinya, dapat dipertimbangkan
untuk berperilaku seolah-olah aspek otonom dalam individu.
10. Energi psikologis dapat menemukan ekspresi.
1. Secara langsung, debit pembersihan
2. Secara tidak langsung, melalui tindakan simbolis
3. Melalui proses transmutasi. Transmutasi dianggap sebagai proses
dimana sesuatu diubah dan menjadi sesuatu hal lain. Selain itu,
juga dilihat sebagai sesuatu yang alami dan terjadi sepanjang
waktu.

D. Perkembangan Kepribadian

Assagioli membuat suatu konsep mengenai pengembangan


psikologis dewasa yang sehat dalam dua tahap yang berbeda. Psikologis
dewasa yang sehat yang dimaksud adalah hubungan I dan Self. Tahap
pertama atau psikosintesis pribadi merupakan pertumbuhan manusia yang
melibatkan ketidaksadaran yang rendah. Tahap ini bertujuan agar individu
senantiasa menyelaraskan dan mengintegrasikan hal sadar dan tidak sadar.
Tahap kedua atau psikosintesis spiritual bertujuan untuk

5
mengintegrasikan materi dari ketidaksadaran yang lebih tinggi kedalam
kepribadian. Tahap ini terjadi sebagai hasil alami dari pribadi seseorang,
dimana hal tersebut memiliki kontak dengan energi spiritual yang kreatif
dan transformasi dari ‘superconscious atau super-kesadaran’.
Superconscious merupakan sumber energi spiritual yang transpersonal
dan transenden yang dapat dihubungi melalui berbagai teknik dan praktik
seperti meditasi,musik, dan “imajinasi aktif”.

Menurut Assagioli, pemahaman diri merupkan paradoks tertinggi


yang dapat diwujudkan melalui 3 sikap berbeda : (1) pemahaman Buddhis
mengenai “no self”; (2) mistis yang menyatu dengan yang lain, dalam
Tuhan; (3) realisasi filosofis Vedanta dari diri sejati. Kita perlu untuk
memahami kenyataan dari superconscious, karena tidak semua orang
memahaminya. Superconscious tidak dapat diperagakan karena itu
merupakan pengalaman dan ketika kita semakin sadar (aware) akan hal
itu. Kita dapat memiliki pengalaman conscious dari fenomena, aktivitas
dan proses psikologis yang berada diluar kesadaran kita ketika hal itu dar

Penerobosan oleh superconscious ke pikiran (mind) sadar dapat


terjadi dengan 2 cara :

1. Turunan (descendant) : ledakan elemen superconscious ke dalam


pikiran sadar, dalam bentuk pikiran intuisi, pencerahan mendadak
atau inspirasi.
2. Naik (ascendant) : terdiri dari meningkatkan pusat dari kesadaran,
kesadaran-diri ‘I’, ke tingkat diatas hal biasa, hingga mencapai dunia
superconscious.

Ada banyak sekali bukti pengalaman Superconscious, salah


satunya ada yang didalam konteks religiusitas, terutama pengalaman
mistis. Ada juga pengalaman superconscious lainnya, yaitu karakteristik
non religius.

Ada beberapa karakteristik dari level yang lebih tinggi, yaitu :

6
1. Rasa kedalaman (sense of depth)
Beberapa laporan berbicara tentang mencapai sumber dari
keberadaan seseorang, meninggalkan level biasa dari kesadaran dan
memasuki sesuatu yang sangat dalam dari seseorang.
2. Internalisasi (Internalization)
Berganti dari eksternal ke internal, dari batas luar ke pusat dari
keberadaan kita.
3. Pendakian (Elevation or Ascent)
Naik ke level yang lebih tinggi. Simbol dari mendaki sebuah
gunung atau mencapai puncak, sering disebutkan dalam laporan
pengalaman tersebut.
4. Jalan (Path or Road)
Jalan yang dipandang harus dilalui
5. Perluasan (Expansion or Enlargement)
Pembatasan atau pemisahan ‘I’ melampaui dan ditimpa pada waktu
yang singkat, dan yang satu merasa bahwa yang satunya
merupakan bagian dari kesadaran yang lebih besar.
6. Pengembangan dan aktivasi (Development and Activation)
Perasaan terbebas dari apapun yang menghalangi kita dan menutup
kita, jadi kita dapat ‘bermekaran’ atau muncul.
7. Memberdayakan (An empowering)
Kita merasa ada hal yang lebih kuat yang bekerja dalam diri kita;
kita merasa lebih kuat, lebih dinamis, kita merasakan
kesempurnaan dan intensitas dari eksistensi dan keberadaan yang
sudah disebut.
8. Membangunkan (Awakening)
Hal ini mencerahkan dunia kebatinan, menunjukkan kesalahan dan
mengusirnya; ini merupakan cahaya intuisi dari tahap yang lebih
tinggi dari kesadaran (awareness).
9. Kebahagiaan (Joy and Hapiness)
Awakening sering disertai dengan kebahagiaan yang akan mencapai
bliss.

7
10. Pembaruan (Renewall atau Regeneration)
Kelahiran diri kita yang baru.
11. Kebangkitan (Resurrection)
Naik kedalam keadaan yang sudah hilang atau terlupakan.
12. Kebebasan Batiniah ( Liberation of Inner Freedom)

E. Teknik Terapiutik yang Dihasilkan


Assagioli memelopori aplikasi praktis dari konsep-konsep ini
dalam psikoterapi. Assagioli mengusulkan pandangan transpersonal
kepribadian dan dibahas psikoterapi dalam hal sintesis kepribadian baik di
tingkat pribadi dan spiritual. Ia berurusan dengan isu krisis spiritual dan
memperkenalkan banyak teknik terapi aktif untuk pengembangan pusat
transenden kepribadian. Dengan kata lain, Assagioli membayangkan suatu
pendekatan terhadap individu yang bisa mengatasi kedua proses
pertumbuhan pribadi, penyembuhan pribadi, integrasi kepribadian, dan
aktualisasi diri serta transpersonal pembangunan-dimensi, misalnya dalam
pengalaman puncak Maslow, dilaporkan selama kreativitas terinsipirasi,
jatuh cinta, berkomunikasi dengan alam, atau praktik spiritual dan
keagamaan. Assagioli menyebutkan dua dimensi pertumbuhan, yaitu
personal psikosintesis dan spiritual atau transpersonal psikosintesis.
Tahap pertama Psikosintesis: Personal Psikosintesis
Tahap pertama dari Psikosintesis adalah untuk menemukan
berbagai unsur kepribadian kita. Jung melihat jiwa terdiri dari unit yang
kompleks.Kepribadian mampu menghasilkan banyak struktur ego,
tergantung pada kehidupan konteks organisme. Kepribadian seperti yang
diketahui tidak pernah statis, selalu berubah, dan bahkan ego tidak sama
dari satu hari ke hari. Ego anak tidak sama dengan ego orang dewasa. Ego
bukan yang paling kuat atau bagian yang paling luas dari diri.Ini hanyalah
sebagian yang khusus dari kepribadian, dilengkapi dengan baik untuk
beroperasi dalam keadaan tertentu. Adalah kesalahan besar untuk
membayangkan bahwa manusia memiliki satu ego.Ego merupakan hanya
setiap pola tertentu karakteristik, karakteristik psikologis yang kebetulan

8
dominan pada waktu tertentu. Berbagai unsur kepribadian harus diakui dan
diterima, sehingga daya dan energi mereka dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan kepribadian. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
melalui saran, suatu perubahan kesadaran, atau perubahan keyakinan.
Kedua Tahap Psikosintesis:Transpersonal Psikosintesis
Setelah berbagai elemen kepribadian telah ditemukan, diakui, dan
diterima kita perlu menyatukan unsur-unsur atau elemen tersebut.Dalam
pandangan Assagioli, kita dapat menjadi lebih sadar dan lebih selaras
dengan kekuatan cinta, kecantikan, kelembutan, kekuasaan dan
pengetahuan yang benar yang selalu hadir jika kita bisa melihat
mereka.Jika kesadaran 'aku' dan diri tinggi tumbuh, bidang kesadaran
dapat memperbesar untuk menyadari bahan yang lebih supra.Pengetahuan
dan kesadaran jiwa hanya dapat ditanggulangi dengan kepribadian yang
kuat dan berkembang, yang berdamai dengan kekuatan alam bawah sadar
yang lebih rendah dan baik berpusat di kekuatan ‘I’.
Menurut Assagioli, pelaksanaan program dalam psikosintesis
melibatkan:
1. Pemanfaatan dan transmutasi dalam sadar energi, kekuatan, emosi,
dan dorongan untuk membawa perubahan yang diinginkan dalam diri
kita sendiri,
2. Pengembangan aspek-aspek kepribadian kita yang baik kekurangan,
terbelakang, tidak seimbang, atau dalam konflik untuk tujuan yang
kita inginkan untuk dicapai
3. Koordinasi, subordinasi, integrasi dan organisasi dari berbagai energi
dan fungsi Diri psikologis menjadi satu kesatuan yang harmonis.

Dalam psikosintesis, individu diharapkan mampu melakukan


identifikasi dan disidentifikasi pada bagian-bagian spesifik dirinya dan
menyadari bagian mana yang dapat saling bersinergi secara independen
untuk meningkatkan keutuhan diri.Roh dalam psikosintesis sendiri adalah
Empathic Love, sehingga berbicara tentang psikosintesis sama halnya
berbicara tentang Empathic Love. Proses sintesis dalam diri individu hanya
dapat terjadi dengan Empathic Love.Empathic Love Therapy (ELT)

9
dikembangkan untuk mengarahkan seseorang mengenali, menerima,
berintegrasi dan bersintesis dengan seluruh bagian-bagian dalam dirinya
dan mulai mengembangkan cinta pada keseluruhan aspek kepribadiannya
sehingga mampu memanfaatkan potensi diri.Sesi-sesi dalam terapi ini
membantu seseorang mampu melakukan penerimaan dengan penuh
empatik terhadap kelemahan dan berbagai pengalaman traumatis yang
dialami, kemudian mengarahkan untuk menemukan kekuatan dan aspek
positif dalam diri.

F. Riset Terkini

Berikut ini merupakan kerja konseling psikosintesis yang


dilakukan di Belanda dari Oktober 2008 hingga November 2013. Data
yang dikumpulkan dan dianalisis adalah kualitatif.

Dalam penelitian tersebut, sebanyak 11 klien (2 pria dan 9 wanita)


secara sukarela mencari konselor mulai usia 25 hingga 36 tahun.
Semuanya adalah ilmuwan yang bekerja di bidang teknis.Klien bertemu
dengan konselor dari 10 hingga 55 kali, yaitu sekitar dua sampai empat
kali per bulan, dimana setiap sesi berlangsung satu jam. Dengan demikian,
total 305 jam konseling terjadi. Sesi dilakukan dalam bahasa inggris.
Selain itu, klien diundang untuk merefleksikan diri dan menulis tentang
setiap masalah kristis yang mereka hadapi atau emosi yang mereka
rasakan antar sesi dan mengirim pengamatan mereka melalui email kepada
konselor. Teknik dominan yang digunakan adalah latihan identifikasi diri
dan model subpersonalitas.Selama sesi awal, klien dituntun melalui latihan
identifikasi diri.Latihan identifikasi diri didasarkan pada teori psikosintesis
dan memiliki tujuan spesifik untuk membantu individu menjadi lebih dari
seorang pengamat dan pengarah semua aspek dan aktivitas
kepribadian.Latihan identifikasi diri mudah dilakukan oleh klien dan untuk
membantu mereka melakukannya serta semua klien diberi rekaman
meditasi.

10
Berkenaan dengan model subpersonalitas, selama sesi konesling
psikosintesis, klien awalnya mengakui subpersonalitas mereka dengan
menilai subepersonalitas yang mungkin memainkan peran dominan dalam
isu-isu presentasi mereka.Subpersonalitas ini terungkap melalui peran
yang berbeda yang diperankan klien dalam situasi yang berbeda dengan
orang yang berbeda. Setelah subpersonalitas diakui, langkah selanjutnya
adalam memberinya nama, misalnya anak atau artis. Humor yang
digunakan selama tahap ini untuk memfasilitasi disidentifikasi yang
memungkinkan klien untuk terlibat dalam hubungan dengan
subpersonalitas.

a. Koleksi data klien

Data dikumpulkan dan dianalisis dari sesi konseling termasuk


refleksi dalam bentuk email, gambar yang dibuat oleh klien selama sesi,
kesaksian verbal dari enam peserta yang direkam, refleksi peneliti yang
ditulis dan dikompilasi segera setelah semua sesi yang tidak direkam.
Kapan pun seorang klien mengungkapkan kesaradan baru tentang
spiritualitasya, konselor dengan hati-hati memerhatikan spiritualitas yang
muncul dari klien dnegan mencatat tanggal, nomor sesi, dan kata-kata
kesaksian klien.

b. Etika penelitian
Untuk meminimalkan klonflik apa pun, di akhir sesi terakhir,
semua klien diberi opsi untuk menarik kesaksian mereka dari hasil
penelitian akhir. Selain itu, setidaknya enam bulan setelah terapi mereka
berakhir, klien dikirim email yang meminta mereka untuk menjawab lima
pertanyaan berikut:
1. Apakah Anda tahu bahwa konselor adalah seorang konselor
psikosintesis?
2. Tahukah Anda bahwa psikosintesis adalah pendekatan spiritual?
3. Apakah konselor memunculkan spiritualitas?
4. Apakah konselor pernah memaksakan nilai-nilainya pada Anda
dengan cara apapun?

11
5. Apakah Anda pernah merasa bahwa konselor “memimpin Anda”
menuju spiritualitas, agama, atau Tuhan?

Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini, klien diberi opsi


jawaban “ya” atau “tidak” untuk setiap pertanyaan dan atau menulis
dengan bebas sebagai tanggapan atas pertanyaan tertentu atau secara
umum

c. Hasil

Pertama, kesaksian klien mengenai identitas agama mereka dan


pengalaman masa lalu dengan materi supra kesadaran disajikan. Kedua,
selama proses konseling, tiga orang klien berbicara tentang spiritualitas
mereka yang baru ditentukan dan tindakan yang mereka ambil
sehubungan dengan kebangkitan ini, dan kesaksian mereka disajikan.
Kemudian, testimony dari klien lain tentang pertumbuhan pribadi mereka
dimasukkan karena temuan ini menunjukkan ekspresi kualitas yang
berasal dari ketidaksadaran yang lebih tinggi, seperti kekuatan,
kedamaian, dan penerimaan, serta kemampuan untuk terlibat lebih dalam
di dalam sebuah hubungan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Assagioli mengembangkan konsep psikosintesis yang merupakan
salah satu bentuk dari psikologi transpersonal.Konsep inimenganggap
adanya pusat spiritual dalam diri setiap individu, serta menggunakan
metode tertentu yang memungkinkan pusat tersebut bergerak secara kreatif
dan harmonis melalui energi kehidupan kita sendiri yang merupakan
ekspresi spiritualitas yang sifatnya alami. Konsep psikosintesis Assagioli
dikembangkan ke berbagai area, salah satunya dalam terapi, yakni terapi
yang berfokus baik secara personal maupun transpersonal. Secara umum
psikosintesis personal dan transpersonal, keduanya, terjadi secara bersama-
sama. Keduanya bersangkutan dengan masalah perubahan dalam kualitas
hidup.Dimana yang personal mengarahkan dari yang tadinya hidup
sekedar untuk bertahan hidup menjadi hidup yang didasari pengakuan atas
’jati diri’ ; sedangkan yang transpersonal memperhalus kualitas hidup
seseorang, mengekspresikan cinta dan kreatifitas dari sang ’jati diri’.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun sangat
mmembutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun kearah
kebaikan bersama demi kelancaran dan kesumpurnaan penulisan ini.
Semoga dengan pembuatan makalah ini, dapat memberikan manfaat yang
besar dan dapat menambah pengetahuan serta informasi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Shorrock, A. (2008). The transpersonal in psychology, psychotherapy, and


counseling.New York: Palgrave Macmillan

Urbayatun, S., Diponegoro, A.M. (2010).Terapan ajaran dalam serat


wedhatama untuk mengatasi problem psikologis pada ibu-ibu di wilayah
cangkringan, Sleman pasca erupsi merapi 2010.Proceeding Seminar Nasional.

Rahman, Agus Abdul M.Psi., Psikolog. (2017). Sejarah Psikologi. Depok:


Rajawali Pers

http://eprints.ums.ac.iddiakses pada 26 Agustus 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai