Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGAMATAN DALAM PSIKOLOGI ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Fadzilla Putri Ramadhani 190702610

Wirda Safitri 1907026110

Sephia Zahralatifa 1907026113

Gizi-5D

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberi kami kemudahan dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta
salam tetap kita panjatkan kepada Nabi kita, Nabi Agung Muhammad SAW. yang kita
tunggu syafaatnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT., atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Islam dengan judul “PENGAMATAN DALAM
PSIKOLOGI ISLAM” Selain itu, kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang berperan dalam penyelesaian makalah ini sehingga tersusun rapi dan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
.2 Rumusan Masalah
.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

.1 Ruang Lingkup Pengamatan Dalam Psikologi Islam


.2 Konsep Pengamatan Dalam Psikologi Islam
.3 Tujuan Pengamatan Dalam Psikologi Islam

BAB III PENUTUP

.1 Kesimpulan
.2 Saran

UNITY OF SCIENCE

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu disiplin ilmu yang mengalami berkembangan pesat di kalangan masyarakat
Eropa dan Amerika adalah Psikologi. Kontribusi Psikologi adalah mengembangkan
sumber daya manusia, melihat sumbangan Psikologi sedemikian rupa maka, Psikologi
merupakan disiplin ilmu yang harus dikuasai (Sobur, 2003). Meskipun Psikologi
sudah ada sejak zaman Arab Klasik dengan tokoh yang sangat termasyhur pada
zaman itu adalah Ibnu Sina dan Al-Ghazali. Maka, salah satu agenda penting perlu
diperhatikan oleh Muslim dalam mempelajari Psikologi adalah dengan meninjau
konsep-konsep Psikologi dengan visi Islam (Mujib, 2001). Dengan mencermati
kandungan Al-Qur’an bisa untuk membangun konsep Psikologi Islam sangat
berpeluang dan visioner dengan berlandaskan Al-Qur;an dan Hadits. Psikologi Islam
yang semakin menggema di belahan Indonesia hanya akan mengenalkan
Behaviorisme. Pengamatan dalam Psikologi Islam dilihat dari sejarah dan
perkembangan.
Dalam kajian ini mengembangkan Psikologi berdasarkan pendekatan diri kepada
Tuhan, yaitu Allah swt., dan hal ini terjawab sejak munculnya Psikologi Islam
(Izzudin, 2006). Psikologi Islam menjadi perbincangan publik International sejak
1978 di Universitas Riyadl, Arab Saudi. Hal itu menjadi batu loncatan dalam
perkembangan Psikologi Islam yang memberikan inspirasi dan mendapat berbagai
respon positif dari berbagai belahan Dunia. Perhatian terhadap Psikologi Islam
tumbuh dalam kehidupan manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang
memikirkan arti hidup. Perilaku manusia yang hanya berkaitan dengan Dunia
keTuhanan ternyata menyita perhatian para ahli. Abad 19 perhatian ini dilakukan
secara ilmiah lewat Psikologi Islam (Baharuddin, 2011).
Dalam kehidupan manusia akan mengalami atau rentan dengan stress, depresi,
penyakit kejiwaan sampai bunuh diri. Maka, manusia sebagai umat Islam memiliki
kecenderungan meniru dnegan budaya luar (Barat) hal ini membuat umat Islam
menjadi tercerabut dari budaya luar dan ideologinya sendiri. Umat Islam
menggunakan sistem peradaban dan ilmu pengetahuan Barat sebagai dasar pemikiran
sendiri padahal seharusnya bersandar kepada kebenaran Islam atau menggunkaan
Psikologi Islam (Nashroni, 2002).
.2 Rumusan Masalah
.2.1 Bagaimanan ruang lingkup pengamatan dalam psikologi Islam ?
.2.2 Bagaimana konsep pengamatan dalam psikologi Islam ?
.2.3 Apa tujuan pengamatan dalam psikologi Islam ?
.3 Tujuan
.3.1 Untuk mengetahui tentang ruang lingkup pengamatan dalam psikologi Islam.
.3.2 Untuk mengetahui tentang konsep pengamatan dalam psikologi Islam.
.3.3 Untuk mengetahui tujuan pengamatan dalam psikologi Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

.1 Ruang Lingkup Pengamatan Dalam Psikologi Islam


Kajian diri manusia diesbut sebagai Allah swt., dalam Al-Qur’an. “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan), Kami disegenap penjuru
dan pada diri mereka sendiri” (Q.S.41:53). Ayat ini mengungkapkan bahwa di dalam
semesta maupun dalam diri manusia terdapat sesuatu dapat menunjukkan adanya
tanda-tanda kekuasaan Allah swt., disebut sebagai rahasia-rahasia keadaan alam dan
keadaan manusia, maka jadilah manusia sebagai makhluk berpengetahuan makhlu
berilmu (Ancok, 2011).
Dalam diri manusia ada kompleksitas sebagai bahan kajian. Dalam berbagai ayat,
banyak disebutkan istilah-istilah berbicara tentang keadaan diri manusia, seperti:
Nafs, Ruh, Aql, Qalb, Fitrah, Fujura, dan Taqwa. Dalam Al-Qur’an Nafs paling sering
disebutkan sebanyak 300 kali. Menurut Sikanto MM (1994). Nafs berarti “pribadi”
(nafsu) (Ancok, 2011). Psikologi Islam mengkaji jiwa dengan memperhatikan badan.
Keadaan tbuh manusia bisa mencerminkan jiwanya. Ekspresi badan merupakan
fenomena kejiwaan. Dalam merumuskan siapa manusia itu Psikologi Islam melihat
manusia tidak semata-mata dari perilkau yang diperlihatkan badannya. Bukan bentuk
spekulasi apa dan siapa manusia.
Psikologi Islam bermaksud menjelaskan manusia dengan memulainya dengan
merumuskan apa kata Tuhan tentang manusia. Psikologi Islam menyadari
kompleksitas diri manusia dimana hanya Allah swt., yang mampu memahami dan
mengurai komplesitas (Purwanto, 2007). Oleh sebba itu, Psikologi Islam sangat
memperhatikan apa yang Tuhan katakan tentang manusia. Artinya menerangkan siapa
manusia itu, tidak semata-mata mendasarkan diri pada perilaku nyata manusia tetapi,
kita bisa memahami dari dalil-dalil tentang perilaku manusia yang ditraik dari
ungkapan Tuhan.
Sesuai semangat para ilmuwan atau cendekiawan maka, Psikologi Islam dalam kajian
ini adalah untuk menjadikan wawasan Islam mengenai manusia dan perilaku manusia
yang berbasis pada Al-Qur’an dan ditinjau mulai keilmuwan filsafat maupun
psikologi. Psikologi Islam dilandasi dengan keyakinan bahwa kebenaran-kebenaran
hakiki terungkap secara verbal dalam firman-firman Allah swt., dan tersirat dalam
Sunnatullah (hukum alam), termasuk sunnatullah bekerja pada diri manusia sendiri
(Djumhanna, 2011). Maka, dalam melakukan pengembangan psikologi Islam bukan
tugas yang mudah karena sangat diperlukan kerjasama antara psikologi dan calon
psikologi muslim yang berkaitan dnegan research & development untuk mewujudkan
corak bagaimana seharusnya Psikologi Islam. Walaupun Psikologi Islam masih bisa
dibilang stuck namun, terdapat karakteristik bisa dianggep sebagai corak Psikologi
Islam, sendiri:
1. Manusia secara fitrah itu baik.
2. Eksistensi manusia berlanjut kematian.
3. Dinamika kehidupan manusia berlangsung di sekitar interaksi antara manusia
satu dan manusia lainnya bertujuan untuk mengembangkan pribadi,
memnafaatkan alam, dan berbakti kepada Tuhan.
4. Tinjauan mengenai perilaku berdasarkan kerangka acuan (Al-Qur’an dan
Hadits).
5. Teori-teori psikologi baru bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
6. Dilakukan telaah banding antara pandnagan-pandangan para pemikir Islam
dengan teoritis pandangan Barat.
7. Terjadinya kerjasama antara Psikologi dengan ahli Agama (Ulama) dalam
mengembangkan psikologi Islam.
8. Mempunyai tokoh identifikasi paling sempurna bagi perkembangan
kepribadian manusia yaitu: Nabi Muhammad SAW.

Dalam melakukan orientasi filosofi dan asumsi-asumsi dasar melandasi Psikologi


Islam. Dasar azas-azas psikologi diungkapkan oleh Al-Qur’an adalah maha benar,
abadi, dan universal. Calon psikolog muslim pemikirannya masih murni, terbuka,
dan idealis diharapkan memberikan andil besar dalam proses pengemabangan
psikologi Islam. Berbagai usaha dilakukan membentuk kelompok studi dengan
berbagai kegiatan sperti: mengelompokkan ayat-ayat Al-Qur’an mengenai
manusia, melakukan telaah pustaka membahas antara Agama dan Psikologi,
berdiskusi dengan cendekiawan dibidang lain berpotensi dalam melakukan
pengembangan psikologi Islam. Memiliki wadah dalam mewujudkan psikologi
Islam, seperti: Institusi, Sekolah, Forum, atau lainnya. Maka, dikatakan psikologi
Islam sekarang adalah maslah krusial karena, pekerjaan besar para ilmuwan
adalah menciptakan sebuah corak khas berlandaskan metodologi dan Islam dalam
satu kajian, yaitu: psikologi Islam.
Akar keilmuan Psikologi Islam dalam sejumlah ayat tersebar di berbagai sirah Al-
Qur’an menginfirmasikan tentang dimensi-dimensi psikologis manusia.
Rosulullah SAW., tidak hanhya mendeskripsikan diri manusia secara fisikal tetapi
juga secraa psikologi. Ketik berbicara Rosulullah saw., menegaskan adanya
interelasi antar komponen. Ketika berbicara tentang penilaian. Rosulullah saw.,
menegaskan bahwa Allah swt., tidak menilai dimensi fisikal manusia namun,
menilai apa yang ada dalam hati atau jiwanya. Rosululla Saw., menegaskan:
Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, yang apabila ia
sehat dan baik, maka baiklah seluruh tubuh: sebaliknya, apabila ia sakit, maka
sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati (H.R.
Bukhari).

.2 Konsep Pengamatan Dalam Psikologi Islam


Perkembangan Psikologi Islam selama duapuluh tahun terakhir terjadi di Indonesia
karena, terjadinya integrasi Psikologi Barat dnegan Psikologi Islam membahas sains
dan Agama secara objektif karena konsep ini bisa tercapai dengan menggunakan
pengamatan pendekatan studi Islam.
Suatu penelitian psikologi Islam harus menggunakan teori yang berasal dari
pandangan dunia Islam atau setidaknya teori tersebut telah melalui proses islamisasi,
yaitu menghubungkan teori Barat dengan ajaran-ajaran Islam. Bila hanya
menggunakan teori Barat penelitian tersebut tidak dianggap sebagai penelitian
psikologi Islam sekalipun subyeknya orang Islam.
Di antara jenis penelitian yang biasa dilaksanakan dalam penelitian psikologi dan
dianggap sebagai bagian dari metode ilmiah adalah penelitian deskriptif, korelasional,
komparatif, eksperimen, Quasi-eksperimen, studi kasus, etnografi dan lain
sebagainya.
1. Metoda deskriptif. Metode deskriptif yang digunakan dalam metode ilmiah adalah
observasi, riset korelasi, kuesioner dan wawancara. Pada tingkat intervensi pengamat,
observasi terbagi dua. Pertama, obsevasi tanpa intervensi mirip dengan telaah
naturalistik, di mana pengamat lebih berperan sebagai pencatat pasif tentang rentetan
peristiwa yang terjadi. Kedua, observasi dengan intervensi terbagi dua, yaitu
observasi partisipan dimana pengamat turut aktif berperan dalam situasi tingkah laku
yang diamati, dan observasi terstruktur di mana pengamat mengadakan intervensi
dengan maksud untuk melihat rentetan peristiwa yang terjadi setelah ada intervensi,
Eksprerimen lapangan, di mana pengamat memanipulasi satu atau beberapa variabel
dalam setting natural pada tingkah laku. Observasi dengan intervensi memungkinkan
pembauran dengan nuansa alamiah dengan suatu intervensi dalam upaya menguji
suatu teori. Adapun riset korelasi digunakan bila peneliti bertujuan meng-identifikasi
hubungan prediktif melalui ukuran kovarian di antara berbagai variabel.
Kuesioner/pertanyaan tertulis dan wawancara/pertanyaan langsung digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung.
Kelebihan metode ini adalah bahwa jawaban dapat diperoleh dengan cepat dan
hasilnya dapat dijadikan dokumen seseorang. Sedang kelemahannya adalah bahwa
jawaban terikat pada pertanyaan, sulitnya membuat pertanyaan dengan tingkat
relevansi yang tinggi, bisa salah penafsiran, tidak semua pertanyaan sesuai untuk
semua orang dan perlunya kerjasama antara penanya dengan responden.

2. Metode eksperimental. Metode eksperimental adalah metode ilmiah yang


digunakan untuk melihat sebab akibat dengan prosedur kerja yang berhubungan
dengan variabel independen dan variabel dependen. Metode observasi dan eksperimen
pernah dilakukan oloeh Malik B. Badri ketika melakukan studi banding antara proses
tafakur dengan hukum-hukum alam dalam buku beliau Tafakur Persepektif Psikologi
Islam.

3. Metode Fenomenologi. Metode sangat tepat untuk meneliti obyek yang mengarah
kepada kondisi dan pengalaman rohani. Penelitian ini terkait dengan peristiwa,
kejadian, pengalaman baik dalam perkataan ataupun fakta. Kebenaran fakta bersifat
faktis bukan proporsional.

4. Riset Korelasional. Yaitu riset identifikasi hubungan prediktif antara dua variabel,
mengungkap perbedaan alat ukur yang dignakan berbentuk alat tes atau skala. Pada
dasarnya, metode-metode yang ditawarkan oleh para ahli di atas, tidak lepas dari
pendekatan-pendekatan yang pernah dilakukan oleh para pemikir Islam di dalam
mengkaji ilmu-ilmu keislaman, termasuk ilmu-ilmu tentang kejiwaan. Secara historis
metode-metode yang ditawarkan memiliki dasar yang kuat, baik secara konseptual
maupun operasional.
Menurut Hanna Djumhana Bastaman, metode ilmiah yang lazim dipergunakan dalam
psikologi (kuantitatif dan kualitatif) dengan teknik-tekniknya seperti wawancara, tes,
eksperimen, survei bisa berlaku dalam psikologi Islam, namun ada dua hal yang perlu
diperhatikan: Pertama, kesetaraan porsi dan fungsi antara metode kualitatif dan
kuantitatif, karena ada gejala dan perilaku manusia serta peristiwa khusus yang
dialami secara pribadi, seperti pengalaman keagamaan. Untuk itu metode
fenomenologi dapat dipergunakan. Kedua, selain menggunakan metode ilmiah,
psikologi Islam mengakui adanya pengetahuan yang didapat melalui ilham dan intuisi
dengan melalui ibadah khusyuk seperti tafakkur, shalat Istikharah, shalat tahajjud dan
doa.
.3 Tujuan Pengamatan Dalam Psikologi Islam

BAB III

PENUTUP

.1 Kesimpulan
.2 Saran

UNITY OF SCIENCE

َ‫ص بِ َمٓا اَ ْو َح ْينَٓا اِلَيْكَ ٰه َذا ا ْلقُ ْر ٰا ۖنَ َواِنْ ُك ْنتَ ِمنْ قَ ْبلِ ٖه لَ ِمنَ ا ْل ٰغفِلِيْن‬ َ َ‫سنَ ا ْلق‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ص َعلَ ْي َك اَ ْح‬
ُّ ُ‫نَ ْحنُ نَق‬
Artinya: "Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu
termasuk orang yang tidak mengetahui". (QS. Yusuf ayat 3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin. PSIKOLOGI DALAM PERSPEKTIF SAINS ISLAM: Kajian Historis


Pemikiran Islam. Jurnal Analytica Islamica. Vol. 4 No. 2, 2015 Hal. 296-311.
Ancok, Djamaludin. 2011. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin, 2011. Aktulisasi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djumhanna, Hanna. 2011. Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fuad, Nashroni. 2002. Agenda Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hafizallah, Yandi. PSIKOLOGI ISLAM Sejarah, Tokoh, & Masa Depan. Journal of
Psychology, Religion, and Humanity. Vol. 1 No. 1. 2019. Hal. 1-19.

Izzudin, M. Taufiq. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. Jakarta: Dana
Bjakti Prima Jasa.

Mujib, M. Abdul. 2001. Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaWali.

Purwanto, Yadi. 2007. Epitimiologi Psikologi Islam: Dialetika Pendahuluan Psikologi Barat.
Bandung: PT. Refika Aditama.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai