Anda di halaman 1dari 15

IKLAN DAN PERNYATAAN PUBLIK

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kode Etik Psikologi

Dosen Pengampu:
Dra. Diana Rusmawati, M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Fahril Irsan (15000119130126)
Galuh Ayu Mulani (15000119140113)
Radlieta Syifa Alfiatullail (15000119140201)
Samantha Zaira (15000119140173)
Novia Dewi Kusumastuti (15000119140236)
Nabil Arsy Rabbani (15000119140266)
Ayyu Latifah Budyaningrum (15000119140331)
Syaharani Nabila Putri (15000119140295)
Fauzan Bayu Wiranto (15000119130327)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan
petunjuk-Nya tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Iklan dan Pernyataan
Publik” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi kewajiban
tugas mata kuliah Kode Etik Psikologi saja, namun penulis berharap dengan makalah ini
penulis dapat bisa membantu khalayak umum yang membutuhkan informasi mengenai topik
yang penulis bahas.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini agar bisa tersusun dengan baik. Terutama kepada Ibu Dra. Diana
Rusmawati, M.Psi selaku dosen pengampu di mata kuliah Kode Etik Psikologi. Penulis juga
memohon maaf untuk segala kesalahan ataupun kekurangan pada makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 14 Maret 2022

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan 4
Manfaat 4
BAB II PEMBAHASAN 5
Pasal 28 Pertanggungjawaban 5
Pasal 29 Keterlibatan Pihak Lain Terkait Pernyataan Publik 7
Pasal 30 Deskripsi Program Pendidikan Non Gelar 8
Pasal 31 Pernyataan Melalui Media 8
Pasal 32 Iklan Diri Yang Berlebihan 9
Contoh Kasus 9
BAB III PENUTUP 12
Kesimpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keilmuan psikologi terdapat aturan atau kode etik yang juga harus ditaati
oleh seorang psikolog atau ilmuwan psikologi yang telah diatur oleh Himpunan Psikolog
Indonesia (HIMPSI) di dalam bukunya, Kode Etik Psikologi Indonesia. Kode etik adalah
dasar nilai nilai yang wajib diketahui dan dipahami oleh para psikolog dan ilmuwan
psikolog. Menurut buku Kode Etik Psikologi Indonesia (2010), pada pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan
dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog dan
ilmuwan psikolog di Indonesia. Salah satu aturan yang harus ditaati adalah dalam hal
mempromosikan jasanya, baik dalam bentuk pernyataan publik maupun iklan dalam
bentuk lainnya.
Menurut Fandy Tjiptono dalam Siregar (2016), iklan adalah promosi atau pesan
yang berasal dari perusahaan untuk mendorong pembeli atau klien untuk membeli barang
yang ditawarkan. Iklan psikologi tunduk pada undang-undang terkait dan kode etik
psikologi. Sedangkan pengertian pernyataan publik menurut KBBI dibagi menjadi 2,
yaitu pernyataan diartikan sebagai hal yang menyatakan tindakan atau pemberitahuan
dan publik yang diartikan sebagai orang yang banyak.
iklan dan Pernyataan publik dalam kode etik psikologi dapat berhubungan dengan
profesionalitas dari psikologi dan ilmuwan mengenai jasa, produk atau publikasi di
bidang psikologi. iklan dan pernyataan publik yang diberikan oleh psikolog atau
ilmuwan psikolog harus memiliki karakter bijaksana, jujur, teliti, dan hati-hati, lebih
mendasarkan pada kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan golongan,
berpedoman pada dasar ilmiah dan sesuai dengan keahlian, serta tidak bertentangan
dengan kode etik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pasal dari Iklan dan Pernyataan Publik?
2. Apa keterlibatan pihak lain terkait pernyataan publik
3. bagaimana deskripsi program non gelar?
4. Apa saja pernyataan melalui media
5. Apa saja iklan diri yang berlebihan?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui pasal dari Iklan dan Pernyataan Publik
2. Mengetahui keterlibatan pihak lain terkait pernyataan publik
3. Memahami Deskripsi Program Non Gelar
4. Memahami Pernyataan melalui Media
5. Mengetahui iklan diri yang berlebihan.

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan wawasan bagi masyarakat terhadap materi Iklan dan Pernyataan
Publik dalam Kode Etik.
b. Menambah pemahaman lebih terhadap materi terkait.
2. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pemahaman untuk tim pemateri berikutnya yang ingin
membahas topik terkait.
b. Menambah wawasan bagi peneliti lain terkait dengan tema dari makalah ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam BAB VI Kode Etik Psikologi Indonesia tentang Iklan dan Pernyataan Publik, termuat
5 pasal yang terdiri dari pasal 28, 29, 30, 31, dan 32. Berikut penjabaran dan pembahasan dari
setiap pasal dan ayat yang tercantum :

A. Pasal 28
Pertanggungjawaban

Iklan dan Pernyataan publik yang dimaksud dalam pasal ini dapat berhubungan dengan jasa,
produk atau publikasi profesional Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi di bidang psikologi,
mencakup iklan yang dibayar atau tidak dibayar, brosur, barang cetakan, daftar direktori,
resume pribadi atau curriculum vitae, wawancara atau komentar yang dimuat dalam media,
pernyataan dalam buku, hasil seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, kuliah, presentasi lisan
di depan publik, dan materi-materi lain yang diterbitkan.

(1) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada


masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan
keilmuannya sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa
dan/atau praktik psikologi. Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan;
● Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati,
● Lebih mendasarkan pada kepentingan umum daripada pribadi atau golongan,
● Berpedoman pada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan bidang
keahlian/kewenangan selama tidak bertentangan dengan kode etik psikologi.”

Pembahasan :
Iklan dapat dilakukan oleh seorang psikolog terhadap jasa, produk, dan publikasi
profesional yang dilakukan, baik pada media berbayar maupun tidak berbayar. Namun
demikian, iklan dan pernyataan publik yang diberikan oleh psikolog atau ilmuwan
psikolog harus memiliki karakter bijaksana, jujur, teliti, dan hati-hati, lebih mendasarkan
pada kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan golongan, berpedoman pada
dasar ilmiah dan sesuai dengan keahlian, serta tidak bertentangan dengan kode etik.

5
(2) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pernyataan yang dibuat harus
mencantumkan gelar atau identitas keahlian pada karya di bidang psikologi yang
dipublikasikan sesuai dengan gelar yang diperoleh dari institusi pendidikan yang
terakreditasi secara nasional atau mencantumkan sebutan psikolog sesuai sertifikat
yang diperoleh”

Pembahasan :
Cara penulisan gelar yang sesuai dengan kode etik adalah dengan hanya menulis gelar
yang telah diperoleh dan relevan dengan bidang profesinya. Penulisan gelar dalam hal ini
juga tidak perlu berlebihan. Di samping itu, menggunakan gelar non akademik tetapi
terkait dengan praktik profesionalnya juga dapat memberikan informasi yang lebih
relevan. Misalnya, pada Psikolog yang memperoleh keahlian dan izin untuk menjadi
terapis pernikahan, maka Psikolog tersebut dapat mencantumkan gelar L.M.F.T (Licensed
Marital and Family Therapist)-nya (Himawan, Dewi, Sitorus, & Himawan, 2016).

(3) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak membuat pernyataan palsu, menipu atau
curang mengenai
a) Gelar akademik/ijazah
b) Gelar profesi
c) Pelatihan, pengalaman atau kompetensi yang dimiliki
d) Izin Praktik dan Keahlian
e) Kerjasama institusional atau asosiasi
f) Jasa atau praktik psikologi yang diberikan
g) Konsep dasar ilmiah, atau hasil dan tingkat keberhasilan jasa layanan
h) Biaya
i) Orang-orang atau organisasi dengan siapa bekerjasama
j) Publikasi atau hasil penelitian”

Pembahasan :
Penggunaan gelar akademis atau profesi, kompetensi/keahlian, izin praktik, jasa atau
praktik, konsep dasar ilmiah, hasil dan tingkat keberhasilan jasa layanan, biaya, publikasi,
dan afiliasi dengan institusi harus sangat diperhatikan dalam membuat pernyataan agar
tidak membuat publik salah paham atau tertipu. Dalam penulisan institusi afiliasi untuk
materi iklan, apabila institusi-institusi tersebut ingin dimasukkan, maka perlu dicantumkan

6
keterangan Psikolog mengenai relasinya terhadap afiliasi tersebut, apakah sebagai
anggota, pendiri, pengurus, atau praktisi paruh waktu (Himawan et al., 2016).

B. Pasal 29
Keterlibatan Pihak Lain Terkait Pernyataan Publik

(1) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang melibatkan orang atau pihak lain untuk
menciptakan atau menempatkan pernyataan publik yang mempromosikan praktek
profesional, hasil penelitian atau aktivitas yang bersangkutan, tanggung jawab
profesional atas pernyataan tersebut tetap berada di tangan Psikolog dan/ atau
Ilmuwan Psikologi.”

Pembahasan :
Seorang psikolog boleh untuk mengiklankan jasa miliknya, meminta testimoni klien
atas pelayanan yang diberikan dan menggunakannya untuk kepentingan iklan melalui
media, dengan tanggung jawab.

(2) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha mencegah orang atau pihak lain yang
dapat mereka kendalikan, seperti lembaga tempat bekerja, sponsor, penerbit, atau
pengelola media dari membuat pernyataan yang dapat dikategorikan sebagai penipuan
berkenaan dengan jasa layanan psikologi. Bila mengetahui adanya pernyataan yang
tergolong penipuan atau pemalsuan terhadap karya mereka yang dilakukan orang lain,
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha untuk menjelaskan kebenarannya.”

Pembahasan :
Psikolog/ ilmuwan psikologi tidak boleh mengendalikan pihak lain untuk kepentingan
promosi yang dikategorikan sebagai penipuan. Psikolog/ilmuwan psikologi harus waspada
terhadap pihak pihak yang menggunakan namanya untuk penipuan jasa layanan psikologi,
dan menjelaskan kebenarannya jika sudah terjadi penipuan.

(3) “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak memberikan kompensasi pada karyawan
pers, baik cetak maupun elektronik atau media komunikasi lainnya sebagai imbalan
untuk publikasi pernyataannya dalam berita.”

Pembahasan :

7
Psikolog/ilmuwan psikologi tidak boleh mencantumkan informasi palsu kemudian
memberi imbalan kepada media yang sudah menyebarluaskan.

C. Pasal 30
Deskripsi Program Pendidikan Non Gelar

“Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi bertanggung jawab atas pengumuman,


katalog, brosur atau iklan, seminar atau program non gelar yang dilakukannya.
Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi memastikan bahwa hal yang diberitakan
tersebut menggambarkan secara akurat tentang tujuan, kemampuan tentang pelatih,
instruktur, supervisor dan biaya yang terkait.”

Pembahasan:
Setiap psikolog dan ilmuwan wajib memastikan bahwasanya hal yang ia berikan
berkaitan dengan jasa, produk, atau publikasi profesional, sesuai dengan kebenaran
dan bertanggung jawab atas pengiklanan dan pernyataan publik yang ia berikan.
Dalam melakukan pengiklanan dan pernyataan publik, setiap psikolog dan ilmuwan
wajib memberikan pernyataan secara jelas dan terperinci.

D. Pasal 31
Pernyataan Melalui Media

“Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam memberikan keterangan pada publik


melalui media cetak atau elektronik harus berhati-hati untuk memastikan bahwa
pernyataan tersebut:
a) Konsisten terhadap kode etik.
b) Berdasar pada pengetahuan/pendidikan profesional, pelatihan, konsep teoritis
dan konsep praktik psikologi yang tepat.
c) Berdasar pada asas praduga tak bersalah.
d) Telah mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan pasal 24 buku
kode etik ini.
e) Pernyataan melalui media terkait dengan bidang psikologi forensik terdapat
dalam pasal 61 buku kode etik ini.”

Pembahasan :

8
Seorang psikolog dapat memberikan pernyataan kepada publik melalui media, baik
itu melalui media cetak maupun elektronik (seperti online, radio, dan televisi). Namun,
dalam memberikan pernyataan publik melalui media seorang Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi harus selalu berhati-hati dan memastikan agar pernyataan yang disampaikan
kepada publik tetap konsisten terhadap kode etik, berdasar pada pengetahuan profesional,
pelatihan, konsep teoritis dan konsep praktik psikologi yang tepat, berdasar pada asas
praduga tak bersalah, telah mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan pasal
24 buku kode etik, serta pernyataan melalui media terkait dengan bidang psikologi
forensik terdapat dalam pasal 61 buku kode etik.

E. Pasal 32
Iklan Diri Yang Berlebihan

“Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menjelaskan kemampuan atau keahliannya


harus bersikap jujur, wajar, bijaksana dan tidak berlebihan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku untuk menghindari kekeliruan penafsiran di masyarakat.”

Pembahasan :
Dalam hal mengiklankan diri seorang psikolog hendaklah berkata jujur, bijaksana,
tidak menjelekkan rekan seprofesi, dan dapat mempertanggung jawabkan kebenaran
ucapannya. Seorang psikolog hendaklah tidak berlebihan dalam mengiklankan diri karena
hal ini dapat memberikan dampak buruk berupa salah tafsir dari pengguna layanan
psikologi maupun masyarakat umum. Dan Apabila seorang psikolog memalsukan
sertifikat training dalam rangka promosi diri dan terlihat hebat maka sesungguhnya ia
sudah melanggar kode etik psikologi pasal 32.

F. Contoh Kasus

Kasus 1
Pak Andry adalah seorang psikolog yang telah memiliki izin praktik di Jakarta. Dalam
praktek yang telah dilakukan dia memberikan konseling dan intervensi pada kliennya. Guna
menaikkan pamor psikolognya dia mengaku pernah memberikan semacam konseling pada
Agnes Monica, sehingga Agnes bisa terkenal seperti sekarang. Menurut Pak Andry, Agnes
Monica dulu adalah orang yang rendah diri dan tidak punya cita-cita yang jelas. Pak Andry

9
juga mempublikasikan pada media sosial melalui akun twitter dan blog pribadinya tentang
hasil konsultasi Agnes Monica dengan dia padahal setelah dikonfirmasi dengan pihak Agnes
Monica. Agnes bukanlah klien dari Pak Andry dan Agnes Monica tidak pernah melakukan
konsultasi dengan Pak Andry.

Analisa Kasus 1 :

Pelanggaran Pasal 28 mengenai iklan dan memberikan pernyataan palsu. Pak Andry
telah melakukan pelanggaran terkait dengan pernyataannya di media elektronik (twitter dan
blog). Dia telah memberikan keterangan palsu untuk menaikan pamornya dalam praktek
psikologi. Dia memalsukan jasa dan praktek psikologi yang diberikan. Padahal faktanya
Agnes bukanlah klien dari Pak Andry. Pengakuan Pak Andry tersebut telah merugikan pihak
Agnes Monica, karena Pak Andry juga telah memalsukan konsultasi Agnes. Tindakannya
tersebut telah melanggar kode etik psikologi pasal 28 mengenai iklan dan pernyataan palsu
terkait dengan jasa dan praktik psikologi yang telah diberikan. Seharusnya Pak Andry tidak
perlu membuat pernyataan tersebut untuk menaikkan pamornya dengan menumpang dari
nama besar Agnes Monica yang notabene adalah seorang artis terkenal.

Kasus 2
Max merupakan seorang psikolog ternama yang sering diundang ke beberapa
universitas untuk mengisi seminar. Banyak peserta seminar yang hadir karena ia
menggunakan jasa iklan yang ia lakukan sangat gencar disebarluaskan ke orang-orang.
Dalam acara seminar tersebut, Max membawa beberapa orang yang untuk menyebarkan
brosur mengenai klinik dan jadwal prakteknya kepada seluruh peserta yang hadir. Bahkan
tidak hanya itu saja, Max dan tim mengamati beberapa peserta seminar yang terlihat murung
atau sedang memiliki banyak pikiran, dan berkata “Anda terlihat seperti sedang banyak
pikiran, mungkin sesi dengan Max dapat membantu anda”. Kemudian terdapat media yang
dibayar Max untuk meliput acara tersebut dan juga meminta testimoni yang telah diatur
sedemikian rupa kepada peserta seminar, jadi testimoni tersebut dibuat-buat dan tidak jujur
dari pengalaman klien. Hal tersebut dilakukan agar bisa dipublikasikan ke khalayak umum
sebagai strategi promosi kliniknya. Selain dalam brosur juga terdapat kalimat “ Stress dapat
membunuhmu, jika Anda merasa tertekan lebih dari seminggu segera hubungi nomor
dibawah ini dan dapatkan konsultasi langsung dengan Max”.

Analisa Kasus 2 :

10
Melanggar pasal 28 dan 29 karena dengan sengaja melakukan kerjasama dengan
agensi iklan untuk membantu dalam promosi jasa layanan psikologi miliknya. Kemudian
terdapat juga media yang dibayar untuk meliput acara tersebut. Selain itu terdapat
ketidakjujuran dalam testimoni klien. Melalui media yang meliput tersebut peserta diminta
testimoni yang telah diatur sedemikian rupa kepada peserta seminar, jadi testimoni tersebut
dibuat-buat dan tidak jujur dari pengalaman klien. Selain itu Max telah melanggar Pasal 30
mengenai deskripsi program pendidikan non gelar yang mana Psikolog atau Ilmuwan
Psikologi bertanggungjawab atas pengumuman, katalog, brosur atau iklan, seminar atau
program non gelar yang dilakukannya. Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus memastikan
bahwa hal yang diberitakan menggambarkan secara akurat dengan tujuan, kemampuan
tentang pelatih, instruktur, supervisor dan biaya yang terkait. Max menyebarkan brosur iklan
jasanya tidak menggambarkan keakuratan pelayanan, justru terkesan memanfaatkan
kelemahan klien yang berimplikasi pada praktik yang tidak beretika.

Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi dalam menjelaskan kemampuan atau


keahliannya harus bersikap jujur, wajar, bijaksana dan tidak berlebihan dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku untuk menghindari kekeliruan penafsiran di
masyarakat. Max dalam melakukan promosi menggunakan kalimat yang tidak wajar yaitu
memanfaatkan kelemahan klien ditunjukan dengan kalimat “Anda terlihat seperti sedang
banyak pikiran, mungkin sesi dengan Max dapat membantu anda” dan membuat kekeliruan
pemahaman pada klien ditunjukan pada “Stress dapat membunuhmu, jika Anda merasa
tertekan lebih dari seminggu segera hubungi nomor dibawah ini dan dapatkan konsultasi
langsung dengan Max”

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini memuat penjelasan terkait dengan “Iklan dan Pernyataan Publik”
dalam kode etik psikologi. Penjelasan dalam makalah ini mencakup
pertanggungjawaban yang dibahas pada pasal 28 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, yang
menjelaskan bahwa pasal 28 ini berhubungan dengan jasa, produk atau publikasi
profesional Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi. Keterlibatan pihak lain terkait
pernyataan publik yang dibahas pada pasal 29 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, yang
menjelaskan bahwa pasal 29 ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
keterlibatan pihak lain dalam pernyataan publik yaitu, tanggung jawab utama pada
psikolog bukan pada orang lain yang terlibat dalam pernyataan publik, menjaga
terjadinya penipuan oleh pihak lain dan bertanggung jawab untuk menjelaskan
kebenaran apabila terjadinya penipuan oleh pihak lain yang terkait dalam pernyataan
publik, dan tidak memberikan kompensasi bagi orang media sebagai imbalan dari
publikasi. Deskripsi program non gelar yang dibahas pada pasal 30 menjelaskan
bahwa psikolog dan/atau ilmuwan psikologi dalam memberikan pengumuman pada
katalog, brosur/iklan, seminar, dan program non gelar yang dilakukannya harus sesuai
dengan tujuan, kemampuan, instruktur, supervisor dan biaya yang terkait. Pernyataan
melalui media yang dibahas pada pasal 31 menjelaskan bahwa psikolog dan/atau
ilmuwan psikologi harus memperhatikan setiap pernyataannya pada media cetak
maupun tidak, online, radio dan juga televisi. Lalu yang terakhir adalah iklan diri yang
berlebihan yang dibahas pada pasal 32 menjelaskan bahwa hendaknya setiap psikolog
dan ilmuwan psikologi bersikap jujur, bijaksana dan tidak berlebihan dalam
mengiklankan diri, karena hal ini dapat menimbulkan salah penafsiran bagi pengguna
pelayanan psikologi atau pun masyarakat luas.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran untuk makalah ini demi menambah kelengkapan serta perbaikan makalah
ini. Dalam proses penyusunan makalah, penulis masih merasa kesulitan dalam
menemukan sumber karena sumber atau kajian mengenai tema belum banyak.

12
Sebaiknya pihak terkait bisa lebih mengembangkan Kode Etik Psikologi agar semakin
bermanfaat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Himawan, K. K., Dewi, W. P., Sitorus, K. S., & Himawan, E. M. (2016). Kode etik psikologi
dan aplikasinya di indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.
Indonesia, H. P. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: HIMPSI.

14

Anda mungkin juga menyukai