Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT MANUSIA DAN THERAPI GESTALTL

Universitas Gunadarma, Depok

PSIKOLOGI KONSELING
Terapi Gestalt

 BiografidanTokoh

Psikologi Gestalt, yang didirikan oleh Max Wertheimer, merupakan kelanjutan dari
pemberontakan terhadap molekularisme program Wundt terhadap psikologi, yang menuai
simpati banyak orang pada waktu itu, termasuk di dalamnya William
James.  Kata  Gestalt  bermakna  keseluruhan yang  bersatu  atau  penuh  makna, yang malah
fokus pada kajian psikologis dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi
eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan.
Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “
bagaimana” nya tingkah laku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan
(mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt dalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri
masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar
mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan meyadarkannya atas
tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.
Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya noniterpretatif dan sedapat mungkin
klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri,
menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri.
Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan –sekarang
terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik,
meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.

 Filosofi
Teori Gestalt dikembangkan oleh Fritz Perl dan istrinya, Laura, pada tahun 1940 an,
merupakan sebuah pendekatan fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap
individu harus memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya
adalah bagi klient untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka
mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi. Pendekatannya
bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan realitas dan bersifat
eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan
mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian
khusus pada eksistensi sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas
pertumbuhan dan penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef,
1995).
Meskipun Fritz Perls dipengaruhi oleh konsep psikoanalitis, ia mengambil isu-isu dari
teori Freud sebagai beberapa dasar teorinya. Pandangan Freud pada manusia secara mendasar
bersifat mekanis, sedangkan Perls menekankan pendekatan holistik pada masalah
kepribadian. Freud terfokus pada penekanan konflik intrapsikis sejak masa kanak-kanak,
sedangkan Pearls menilai pengujian pada situasi yang ada saja.
Salah satu aturan ahli terapi adalah untuk mengarahkan fokus fenomenologis, atau
untuk membantu klien dalam membangun kesadaran mereka. Kesadaran meliputi wawasan,
penerimaan diri, pengetahuan akan lingkungan, pertanggungjawaban atas pilihan, dan
kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

 Psikopatologi dalam Terapi Gestalt

1.      Pandangan tentang Sifat Manusia

Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan


fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan kesadaran,
penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang
menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan
kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi
diarahkan bukan pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi
selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang pertumbuhan
pribadinya sendiri.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung
jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-
masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari
masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi
menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu
memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan
pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya,
maka kesadaran individu atas penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia
kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan
vital.
2.      Saat Sekarang
Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi
dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan
utama dari terapi Gestalt adalah penekanannya pada di sini-dan-sekarang serta pada belajar
menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap
sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya.
Ketika  membicarakan  “etos  saat  sekarang” Polster  dan  Polster  (1973)  mengemba
ngkan  tesis  bahwa  “Kekuatan  ada  pada saat  sekarang”. Pandangan mereka adalah
“Kebenaran yang paling sulit diajarkan bahwa hanya sekaranglah yang ada dan bahwa
menyimpang darinya berarti menyimpang dari  kualitas hidup yang ada pada kenyataan”
(Polster dan Polster,1973, hlm 7).
Terapi Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa dengan mudah lari dari
saat sekarang dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sebagian besar orang hanya bisa
tinggal dalam saat sekarang sekejap saja. Mereka agaknya lebih suka mencari cara
menghentikan aliran saat sekarang. Mereka sering berbicara tentang perasaan-perasaan
hampir seakan-akan perasaan-perasaan itu terpisah dari mengalami pada saat sekarang alih-
alih mengalami perasaan-perasaan di sini dan sekarang. Sasaran Perls adalah membantu
orang-orang membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan
segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien
mulai berbicara tentang kesedihan, kesakitan, atau kebingungan itu sekarang.
3.      Urusan yang Tak Selesai
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup
perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit
hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya. Meskipun tidak
bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-
fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesdaran, perasaan-perasaan itu tetap
tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang
menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak
selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak
terungkapkan itu. Ketika berbicara tentang pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai,
Polster dan Polster (1973, hlm. 36) mengatakan, “arah-arah yang tak selesai itu mencari
penyelesaian dan apabila arah-arah tersebut memperoleh cukup kekuatan, maka individu
disulitkan oleh pikiran yang tak berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian, energi
yang menekan, dan banyak perilaku mengalahkan diri.”

 Tujuan Terapi Gestalt


Tujuan konseling gestalt adalah membantu konseli agar berani mengahadapi berbagai
macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna
bahwa konseli haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
hidupnya. Dan menciptakan eksperimen dengan konseli untuk membantu konseli dalam:
A. Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka
melakukannya. Kesadaran itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan diri,
pengetahuan tentang lingkungan, tanggung jawab terhadap pilihannya.
B. Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
C. Memiliki kemampuan mengenali, menerima mengekspresikan perasaan, pikiran dan
keyakinan dirinya.
Terapi gestalt ini juga bertujuan mendampingi klien dalam mencapai kesadaran dari
pengalaman momen ke momen dan memperluas kapasitas dalam memilih. Yang mana tujuan
terapi bukanlah analisis melainkan integrasi.
Menurut Sofyan S. Willis dalam bukunya Konseling Individual Teori dan Praktek
mengatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka
dan berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan:
A. Usaha membantu penyadaran klien tentang apa yang dilakukannya.
B. Membantu penyadaran tentang siapa dan hambatan dirinya.
C. Membantu klien menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadarandiri.
D. Menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain
E. Menjadikan pasien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal,
lebih banyak daripada yang dikiranya.
F. Membantu klien agar menemukan pusat dirinya
G. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan
atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
 Metodologi Gestalt

Metodologi Gestalt  memiliki penerapan langsung bagi kerja menangani anak-anak


dan remaja di sekolah. Lederman menerapkan konsep-konsep terapi Gestalt dalam
mengonfrontasikan anak-anak dengan cara-cara mereka menghindari penggunaan kekuatan
pribadinya, dan ia menuntut, berdasarkan kepribadiaanya sendiri dan hubungannya yang
sungguh-sungguh dengan anak-anak, agar anak-anak itu menerima tanggung jawab atas apa
yang di lakukan oleh mereka. Lederman mengetahui benar bahwa para siswa tidak akan
mempelajari pelajaran sebelum mereka menangani secara efektif kekacauan emosi yang
menghambat konsentrasi pada tugas-tugas belajar.

 Teknik-teknik Terapi Gestalt

Di depan telah disebutkan bahwa terapi Gestalt adalah lebih dari sekedar sekumpulan
teknik atau “permainan-permainan”. Apabila interaksi pribadi antara terapis dan klien
merupakan inti dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk
membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik
internal, menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus
jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam
terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis.
Levitsky dan Perls menyajikan suatu uraian ringkas tentang sejumlah permainan yang
bisa digunakan dalam terapi Gestalt, yang mencakup :
a. Permainan-permainan dialog,
b. Membuat lingkaran,
c. Urusan yang tak selesai
d. “saya memikul tanggung jawab”,
e. “saya memiliki suatu rahasia”,
f.  Bermain proyeksi,
g. Pembalikan,
h. Irama kontak dan penarikan,
i.   “ulangan”,
j.  “melebih-lebihkan”,
k. “bolehkah saya memberimu sebuah kalimat?”
l.  Permainan-permainan konseling perkawinan, dan
m. “bisakah anda tetap dengan perasaan ini?”
Pembahasan teknik-teknik terapi Gestalt berikut berdasarkan uraian permainan-
permainan dari Levitsky dan Perls dengan modifikasi bahan dan tambahan petunjuk-petunjuk
dari penulis untuk pelaksanaannya.
Ø Permainan Dialog
Salah satu tujuan dari terapi Gestalt adalah mengusahakan fungsi yang terpadu dan
penerimaan atas aspek-aspek kepribadian yang dicoba dibuang atau diingkari. Terapis Gestalt
menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang palig utama
adalah pemisahan antara “top dog” dan “underdog”. Terapi sering difokuskan pada
pertentangan antara top dong dan underdog itu.
Top dog itu adil, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, manipulatif.
Ia adalah “orang tua” yang kritis yang mengusik dengan kata-kata “harus “ dan “sewajibnya”
serta memanipulasi dengan ancaman-ancaman bencana. Sedangkan underdog memanipulasi
dengan memainkann peran sebagai korban,defensif, membela diri, tak berdaya, lemah, dan
tak berkekuasaan. Ia adalah sisi pasif, tanpa tanggung jawab, dan ingin dimaklumi.
Ø   Berkeliling
Berkeliling adalah suatu latian terapi Gestalt di mana klien diminta untuk berkeliling ke
anggota-anggota kelomponya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap anggota
itu. Maksud teknik ini adalah untuk mengahdapi, memberanikan dan menyikapkan diri,
bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan berubah. Penulis pernah
menggunakan teknik ini ketika mengamati bahwa sesorang partisipan perlu menghadapi
setiap anggota dalam kelompoknya dengan suatu tema.
Ø   Bermain Proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi”, terapis meminta kepada klien yang mengatakan
“saya tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa
menaruh kepercayaan guna menyikapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik
dalam dirinya. Dengan perkataan lain, terapis meminta klien untuk “mencoba” pernyataan-
pernyataan tertentu yang ditujukan kepada orang lain dalam kelompok.
Ø   Teknik Pembalikan
Teknik yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun kedalam
sesuatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kesemasan, dan menjalin
hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Oleh karena itu,
teknik ini bisa membantu para klien untuk mulai menerima atribut-atribut pribadinya yang
telah dicoba diingkarinya.
Ø   Permainan Ulangan
Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagai pengulangan satu sama
lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan-pengulangan yang dilakukan
oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran-peran sosial. Mereka menjadi lebih
sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi pengharapan-pengharapan orang lain, sadar
atas seberapa besar derajat keinginan mereka untuk disetujui, diterima, dan disukai, serta
sejauh mana mereka berusaha memperolah penerimaan.
Ø   Bermain Melebih-lebihkan
Permainan ini berhubngan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda dan
isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseoran melalui bahsa tubuh. Gerakan-gerakan,
sikap-sikap badan, dan mimik muka bisa mengomunikasikan makna-makna yang penting,
begitu pula isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Klien dimana untuk melebih-lebihkan
gerakan-gerakab atau mimik muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengintensifkan
perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih
jelas.
Ø   Tetap dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau susana hati
yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapis mendesak klien
untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ia ingin menghindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Terapis bisa meminta klien untuk bertahan
dengan ketakutan atau kesakitan apapun yang didalamnya sekarang dan mendorong klien
untuk menyelam lebih dalam ke dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin dihindarinya.
Menghadapi, mengonfrontasi, mengalami perasaan-perasaan tidak hanya membutuhkan
keberanian, tetapi juga membutuhkan kesediaan untuk bertahan dalam kesakitan yang
diperlukan guna membuka dan membuat jalan menuju taraf-taraf pertumbuhan yang baru.
Ø   Pendekatan Gestalt terhadap Kerja Mimpi
Dalam psikoanalisis, mimpi-mimpi ditafsirkan, pemahaman intelektual ditekan, dan
asosiasi bebas digunakan sebagai satu metode untuk mengeksplorasi makna-makna yang
tidak disadarai dari mimpi-mimpi. Terapi Gestalt tidak menafsirkan mimpi dan menganalisis
mimpi, membawa kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali mimpi, dan
menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang.

Sumber:
Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling, hal. 310.
Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, Hal. 44.
digilib.uinsby.ac.id/731/5/Bab%202.pdf
http://catatansangkancil.blogspot.co.id/2013/04/makalah-teori-gestalt.html
http://enamkonselor.files.wordpress.com/2012/05/gestalt1.pdf
https://jofipasi.wordpress.com/2010/02/12/terapi-gestalt/
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika
Aditama.
http://psiervianto.blogspot.co.id/2013/05/psikologi-konseling-terapi-gestalt.html

Anda mungkin juga menyukai