Anda di halaman 1dari 7

TEORI CARL GUSTAV JUNG : PSIKOLOGI ANALITIS

Struktur Psyche atau Kepribadian Jung

ARCHETYPE

KETIDAKSADARAN
1
2

SELF

KOLEKTIF

ARCHETYPE :
1.
2.
3.
4.

CENTRAL

PERSONA
ANIMA&ANIMUS
SHADOW
KEPRIBADIAN MANA

SELF

Jung membagi pikiran atau psike menjadi tiga bagian, yaitu :


1.) Ego atau sadar
Pengertian ego ini sangat mirip dengan pengertian ego yang dikemukakan oleh Freud,
yaitu aspek dari kepribadian yang disadari, ditambah dengan perasaan. Jung
mempercayai

bahwa

ego

berkembang

ketika

berumur

empat

tahun

(Howard&Miriam,2009)
Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran, namun bukan inti dari kesadaran itu
sendiri. Ego harus dipenuhi oleh diri (self). Kesadaran hanya mempunyai peran kecil
dalam psikologi analitis ini karena Jung lebih menekankan kepada penelusuran psike
seseorang yang menyebabkan ketidakseimbangan. Menurut Jung, individu yang sehat
adalah individu yang dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya dan dapat
mengalami ketidaksadarannya lalu mencapai individuasi (Feist&Feist,2009)

2.) Ketidaksadaran Personal


Ketidaksadaran Personal (pribadi) ini berisikan tentang pengalaman-pengalaman
traumatik, pengalaman yang ditekan, dilupakan dan yang gagal menimbulkan kesan
sadar. Ketidaksadaran persona ini mirip dengan pra-sadar yang dikemukakan oleh
Freud. Materi ini berisikan macam-macam kompleks. Kompleks merupakan
akumulasi atau rangkuman gagasan yang diwarnai perasaan. Contohnya, mother
complex. Mother complex tidak hanya terkait hubungan personal dengan ibunya saja,
namun dapat juga terkait dengan suatu hal atau pengalaman-pengalaman seseorang
yang pernah berhubungan dengan ibunya dan dibentuk oleh gambaran seseorang
terhadap ibunya tersebut. Maka dari itu, Jung berpendapat bahwa kompleks dapat
disadari dan dapat menghambat ketidaksadaran personal dan kolektif.
Jung juga memandang ketidaksadaran personal terkait dengan masa lalu (retrospektif)
dan masa depan (prospektif). Dikatakan demikian karena Jung mempunya
pengalaman dengan seorang pasiennya yang bisa merasakan hal-hal yang mungkin
terjadi di masa depan.
Jung percaya bahwa ketidaksadaran personal ada karena untuk mengimbangi ide-ide
dan sikap-sikap sadar, yaitu jika pandangan sadar seseorang hanya melihat ke satu
sisi, ketidaksadaran personal mungkin akan melihat ke sudut pandang yang
sebaliknya melalui mimpi atau dengan cara lain, sebagai usaha untuk mengembalikan
keseimbangan yang dimaksud (Howard&Miriam,2009)
3.) Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran Kolektif mengandung isi ingatan yang diwariskan oleh leluhur yang
sudah mengakar dari masa lalu. Isi dari ketidaksadaran kolektif ini terus berkembang,
ia aktif dan sering kali mempengaruhi emosi, pikiran bahkan tindakan. Namun,
ketidaksadaran kolektif bertanggung jawab terhadap agama, mitos, serta legenda.
Ketidaksadaran kolektif ini mungkin paling kontroversial karena faktanya bahwa
ketidaksadaran kolektif ini melibatkan ketidaksadaran lebih dalam dan dibentuk oleh
simbol emosional yang kuat disebut sebagai arketipe (archetype).
Arketipe adalah kekuatan psikis yang paling mendasar yang berasal dari nenek
moyang. Arketipa sama dengan kompleks, keduanya merupakan bayangan yang
diwarnai oleh perasaan. Perbedaan arketipe dengan kompleks adalah kompleks
merupakan ketidaksadaran personal yang

diindividuasi, sedangkan arketipe

merupakan konsep umum yang muncul dari isi ketidaksadaran kolektif.


Arketipe berbeda dengan insting yang dikemukakan oleh Freud. Menurut Jung,
insting adalah ketidaksadaran impuls pada tindakan, sedangkan arketipe adalah

pasangan psikis dari insting. Arketipe dan insting dibentuk secara tidak sadar dan
keduanya berperan dalam membentuk kepribadian (Feist&Feist,125).
Arketipe menurut Jung :

ANIMA&ANIMUS

PERSONA
SELF

KEPRIBADIAN
MANA

SHADOW
a. Persona (topeng)
Persona adalah sisi kepribadian seseorang yang ditunjukkan ke seluruh dunia
karena tuntutan sosial semata, dan bukan apa adanya diri individu tersebut.
Persona memiliki peran penting dalam setiap kepribadian individu namun, jika
individu terlalu identik dengan persona, individu tersebut tidak mempunyai
kebebasan untuk menunjukkan jati diri (innerself) dirinya masing-masing.
Setiap individu pasti mempunyai persona karena persona sendiri mempunyai
fungsi yaitu agar dapat diterima secara sosial. Maksudnya adalah Jung percaya
akan setiap manusia terlibat dalam peranan tertentu yang dituntut oleh sosial.
Contohnya, seorang politikus harus bersikap tegas di depan masyarakatnya
agar masyarakatnya yakin akan sosoknya.
b. Shadow (bayangan)
Shadow adalah sisi jiwa yang gelap yang sengaja disembunyikan dari diri
sendiri dan orang lain yang ada pada setiap individu. Dengan memahami
bayangan, individu dapat mencapai tahap awal individuasi diri. Jika individu
tidak dapat memahami atau menyadari bayangannya, individu tersebut akan
terus menerus berada dalam situasi yang buruk serta tidak mendapatkan
dukungan untuk diri mereka sendiri.
c. Anima&Animus
Anima adalah jiwa perempuan yang berada di dalam diri seorang pria. Seperti,
lemah lembut, memafkan, penyayang, sabar dan lain sebagainya. Untuk dapat
menguasai anima, seorang pria harus dapat melewati batasan intelektualnya,
jauh ke dalam ketidaksadarannya dan menyadari sisi feminim pria tersebut.
Anima tidak selalu tampil dalam mimpi sebagai sosok wanita, tetapi bisa
berupa perasaan atau mood. Seorang pria tidak akan mau mengakui sisi
feminimnya selama ia mengalami hal ini. Anima juga mempunyai beberapa
simbol yaitu, sapi, kucing, macan, gua, kapan dan bumi.

Animus adalah jiwa pria yang berada di dalam diri seorang perempuan.
Seperti, tegas, dominan, maskulin dan lain sebagainya. Sama seperti anima,
animus juga muncul dalam bentuk mimpi, fantasi dan penampakan. Animus
terkadang muncul di dalam mimpi dengan simbol dari proses berpikir dan
bernalar. Bila seorang perempuan lebih dominan oleh animus, maka
perempuan tersebut tidak memiliki pemikiran yang logis atau bahkan emosi
yang mampu mengguncangkan kepercayaan. Selain itu animus juga memiliki
simbol-simbol yaitu, banteng, burung elang, singa, menara, antena, dan penis
yang tegak.
d. Kepribadian mana
Berasal dari bahasa polinesia yang berarti kekuatan yang suci atau ilahi. Orang
yang baru mengenal ini biasanya mengartikan kepribadian mana adalah
kekuatan yang begitu besar dalam diri seseorang dan berupa kebijaksanaan.
Dan di dalam mimpi biasanya muncul seperti, orang tua yang bijak (wise old
man), ibu yang agung(great mother), dan pahlawan (hero).
o Great mother (ibu yang agung)
Great mother adalah arketipe yang menampilkan wujud seorang ibu
yang memiliki dua dorongan yaitu, sisi baik dan sisi buruk. Satu sisi,
kesuburan

dan

pengasuhan,

sisi

yang

lain,

kekuatan

untuk

menghancurkan. Kedua sisi ini sama seperti halnya dengan ibu yang
sebenarnya. Kesuburan dan kekuatan disatukan agar melahirkan
konsep rebirth (kelahiran kembali) yang disebut dengan individuasi,
reinkarnasi, kebangkitan dan lain sebagainya.

o Wise Old Man (orang tua yang bijak)


Wise Old Man (orang tua yang bijak) adalah arketipe kebijaksanaan
yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.
Arketipe ini tidak dapat disadari secara langsung oleh individu yang
mengalami. Seseorang yang didominasi oleh arketipe ini memiliki
banyak pengikut karena pendapat yang dikeluarkan terdengar seperti
sebuah kebijaksanaan , tetapi sesungguhnya tidak berati apa-apa. Di
dalam mimpi wise old man ini muncul dalam bentuk seorang ayah,
kakek, guru, dokter, pendeta dan lain sebgaianya. Ia akan tampil
seperti cerita didalam dongeng sebagai sosok yang bijak.

o Hero (pahlawan)
Pahlawan adalah seseorang yang sangat kuat dan baik yang berperang
melawan musuh untuk menyelamatkan orang lain dari bahaya dan
kejahatan (naga, iblis, monster dan lain sebagainya). Kebalikan dari
arketipe ini adalah iblis (demon), yang termanifestasi dalam bentuk
kekejaman dan kejahatan (Howard&Miriam,2009). Contoh seorang
pahlawan adalah superman, superman hanya mempunyai satu
kelemahan, yaitu Kriptonit. Orang yang tidak bisa mati atau tidak
meiliki kelemahan tidak akan pernah bisa menjadi seorang pahlawan
(Feist&Feist,2009).
e. Self (diri)
Arketipe ini berada di lapisan terdalam dari kesadaran. Pribadi yang sehat
menurut arketipe ini adalah individu yang berupaya memunculkan self ke
kesadaran. Di dalam mimpi biasanya arketipe ini muncul dengan sosok yang
aneh, tidak dikenal dan impersonal. Dari sekian banyak arketipe, arketipe diri
ini lah yang paling komprehensif karena siftanya yang menarik arketipe lain
dan menyatukan semuan dalam sebuah realisasi diri. Realisai diri yang utuh
jarang dicapai, namunhal tersebut akan eksis di ketidaksadaran kolekttif yang
ada pada diri semua orang. Arketipe ini disimbolkan sebagai ide seseorang
akan kesempurnaan dan keutuhan dan simbolnya adalah sebuah mandala.
Mandala menjelaskan sebuah diri yang sempurna yang mengindikasikan
spritualisme.

Dinamika Kepribadian Jung


Kausalitas dan Teologi
Jung berpendapat bahwa motivasi lahir dari akibat masa lalu dan dari tujuan yang
bersifat teologi. Kausalitas merupakan masa kini adalah kondisi saat ini dan
pengalaman yang asli. Jung mengkritik pendapat Freud yang menyatakan sikap orang
dewasa bergantung pada pengalaman masa kecilnya. Jung juga mengatakan bahwa
Freud hanya melihat dari satu sisi. Sebaliknya, teologi merupakan kejadian yang
terjadi pada masa kini dimotivasi oleh tujuan dan aspirasi masa depan yang
menentukan nasib seseorang tersebut. Adler berpendapat jika orang-oramg
termotivasi oleh pendapat kesadaran dan ketidaksadaran dari tujuan akhir.

Jung juga mengatakan bahwa perilaku manusia deibentuk oleh kausalitas dan teologi
dan penjelasan dari keduanya haruslah seimbang.
Progresi dan Regresi
Pogresi dan regresi sangat penting bagi manusia jika ingin mencapai tingkat
perkembangan individu dan realisasi diri. Progresi merupakan adaptasi ke dunia luar,
ia bereaksi secara konsisten, sedangkan regresi kebalikan dari progresi, ia beradaptasi
ke dalam dan bergantung pada energi yang berlawanan arahnya serta suatu langkah
mundur yang diperlukan jika ingin menuju kesuksesan. Jika berdiri sendiri, keduanya
tidak akan bergerak menuju pembangunan diri. Akan tetapi jika keduanya bersatu,
keduanya dapat bekerja sama menuju pembangunan diri yang baik dan sehat. Regresi
mendominasi dirinya sendiri pada saat progresi mendekati titik nadir. Jung pernah
bergerak di masa ini dan tertarik dengan dunia luar. Tetapi, pengalaman regresif yang
ia dapat telah membekas dan membuat Jung berubah, namun ia mempercayai bahwa
sangat regresif diperlukan agar menciptakan keseimbangan kepribadian dan dapat
menumbuhkan proses realisasi diri (Feist&Feist,2009)
Tahap Perkembangan Jung
a. Masa kanak-kanak
Pada masa ini Jung membagi masa kanak kanak menjadi tiga, yaitu :
o Fase Anarkis : Banyaknya kesadaran yang kacau. Pulau kesadaran
akan nampak, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada.
o Fase Monarkis : Perkembangan ego dan masa berpikir secara logis dan
verbal dimulai. Anak-anak akan melihat dirinya secara objektif dan
mendefenisikan bahwa mereka adalah orang ketiga. Pulau kesadaran
akan berkembang.
o Fase Dualistis : Menerima ego yang mulai tumbuh yang terbagi
menjadi objektif dan subjektif. Anak-anak pada fase ini mulai sadar
akan dirinya sebagai orang pertama. Pulau kesadarannya menjadi satu.
b. Masa Muda
Periode atau masa yang ditandai dari pubertas sampai masa pertengahan (paruh baya).
Anak muda mencoba mencari kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya,
mendapatkan pasangan, membangun keluarga dan lain sebagainya. Jung berpendapat
bahwa masa muda seharusnya menjadi masa dimana aktivitas semakin meningkat,
namun kesulitan utamanya adalah bagaimana mereka mengatasi kecenderungan yang
dialami pada masa pertengahan dan usia lanjut yaitu dengan menghindari masalah

yang relevan pada masanya dan keingin tersebut disebut prinsip konservatif
(Feist&Feist,2009).
c. Masa pertengahan (paruh baya)
Masa ini berawal pada usia kira-kira 35-40 tahun. Pada masa ini dapat menyebabkan
manusia meningkat kecemasannya, namun merupakan sebuah fase yang potensial.
Menurut Jung, dominan dari kita tidak berani menuju ke fase berikutnya tetapi kita
tidak dapat mengandalkan kehidupan di masa muda untuk ke fase berikutnya karena
menurut Jung, sesuatu yang tampak baik dimasa muda tidak terlihat baik di masa tua
dan apa yang dianggap benar dimasa muda akan menjadi suatu kebohongan di masa
tua.
d. Masa tua
Pada masa tua manusia akan megalami penurunan kesadaran. Jika seseorang takut
hidup dalam fase sebelumnya, maka orang tersebut akan takut pada fase berikutnya
yaitu takut akan kematian yang biasa disebut sebagai proses normal. Jung
mempercayai bahwa kematian adalah tujuan dari kehidupan dan hidup akan terpenuhi
saat kematian nampak. Jung mempunya banyak pasien yang rata-rata dari masa
pertengahan (paruh baya) atau lebih tua lagi yang menderita akibat terlalu berfikis
pada masa lau. Jung merawat pasiennya dengan cara membangun tujuan mereka dan
mempelajari kematian serta arti hidup dalam kehidupan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai