Anda di halaman 1dari 6

“ANALISIS TEORI KEPRIBADIAN MENURUT HANS EYSENCK”

Hans Eysenck merupakan ahli psikolog yang lahir di Jerman tahun 1916. Eysenck
menekankan peran hereditas sebagai faktor penentu kepribadian (dasar umum sifat manusia
berasal dari keturunan dalam bentuk tipe dan trait). Selain itu, ia juga berpendapat bahwa
semua tingkah laku dipelajari dari lingkungan. Oleh karena itu, Eysenck menyatakan bahwa
kepribadian ialah keseluruhan tingkah laku aktual maupun potensial organisme yang
ditentukan oleh hereditas dan lingkungan. Berikut mekanisme hereditas yang dapat
mempengaruhi perilaku individu:
DNA yang merupakan faktor genetik individu diteruskan melalui perantara biologis
yang akan mengaktifkan sistem reticular dan otak manusia. Perantara biologis ini yang akan
menentukan tipe kepribadian manusia, apakah termasuk estrovert/introvert,
neurotisme/kestabilan emosi. Selanjutnya, tipe kepribadian tersebut akan memperlihatkan
sifat-sifat yang ada dalam diri individu misalnya sensitive, waspada, kecepatannya dalam
kerja, dll. Nantinya sifat-sifat tersebut akan berpengaruh pada perilaku yang ditunjukkan di
masyarakat.
Teori yang dikemukakan oleh Eysenck tidak lepas dari teori para pendahulu
sebelumnya, seperti dari teori Sheldon. Dalam teori Sheldon, dikatakan bahwa adanya
hubungan antara komponen jasmani(fisik) dengan temperamen dalam menentukan
kepribadian seseorang. Komponen fisik terdiri dari : a. Endomorphy yang berkaitan dengan
lembek dan bulat, yang berarti tulang dan ototnya kurang berkembang; b. Mesomorphy yang
berkaitan dengan bentuk otot, tulang, dan jaringan ikat yang menonjol, tubuh seorang
mesomorphy akan kokoh, kuat, dan tahan sakit; c. Ectomorphy yang berkaitan dengan tubuh
yang kurus dan kurang berotot. Sementara komponen tempramen terdiri dari : a. Visceratonia
yang biasaya memiliki sifat cinta dan suka kenyamanan, suka bergaul, dll; b. Somatotonia
yang biasanya memiliki sifat suka mengambi resiko, suka berpetualang secara fisik, dll; c.
Cerebrotonia yang biasanya memiliki sifat mengendalikan diri, suka menyembunyikan diri,
dll.
Namun, Eysenck memiliki pemikiran yang berbeda, teori dari Sheldon belum dapat
dibuktikan dengan bukti ekperimental sehingga Eysenck berusaha membangun dan merevisi
kepribadian dengan berusaha membuktikannya secara ekperimen. Sehingga ia menghasilkan
teori kepribadian yang biasa disebut dengan teori 3 faktor, yang berarti ada 3 dimensi yang
menentukan struktur kepribadian individu.
A. Struktur Kepribadian
Menurut Eysenck, struktur kepribadian individu tersusun dalam suatu hierarki yang
memiliki 4 tingkatan. Adapun struktur kepribadian tersebut dari level tertinggi ke level
terendah ialah sebagai berikut:
1. Type level
Type level merupakan struktur organisasi tertinggi. Type dapat disebut juga dengan
superfaktor. Struktur kepribadian dalam level ini terdiri dari beberapa sifat yang saling
berkaitan.
2. Trait level
Trait level ialah beberapa respon umum yang salaing berhubungan dan nantinya akan
membentuk suatu sifat. Eysenck menyatakan bahwa trait merupakan struktur kepribadian
yang penting.
3. Habitual response level
Pada level ini dapat berupa tindakan atau kognisi umum. Maksudnya ialah suatu
respon/tindakan yag terjadi secara berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Dengan kata
lain, kebiasaan tingkah laku/berfikir yang muncul kembali untuk merespon suatu kejadian
yang mirip/serupa.
4. Spesific response level
Level terendah dari struktur kepribadian ialah spesific response level. Hal ini dikarenakan
spesific response merupakan kumpulan respon atau tindakan yang tidak umum, yang terjadi
hanya sesekali saja. Tingkah laku dalam spesific response dapat diamati dan berfungsi
sebagai respon terhadap suatu kejadian.
B. Dimensi Kepribadian
Selain struktur kepribadian, terdapat pula dimensi kepribadian yang dikemukakan
oleh Eysenck. Dimensi kepribadian Eysenck dibagi menjadi 3 bagian, di antaranya:
EKSTRAVERSI (E) NEUROTISME (N) PSIKOTISME (P)
Sociable Anxious Aggressive
Lively Depressed Cold
Active Guilt feelings Egocentric
Assertive Low self-esteem Impersonal
Sensation seeking Tense Impulsive
Carefree Irrational Antisocial
Dominant Shy Creative
Venturesome Moody Tought-minded
Surgent Emotional Unemphatic
1. Ekstraversi (E)
Lawan dari ekstraversi ialah introversi. Orang-orang yang memiliki sifat ektraversi
umumnya memiliki sifat kemampuan bersosialisasi, bersifat impulsif, senang bercanda,
penuh gairah, aktif, cepat dalam berfikir, , serta sifat-sifat lain yang mengindikasikan orang-
orang yang menghargai hubungan mereka dengan orang lain. Sebaliknya, orang-orang yang
dikategorikan introversi memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dari ekstraversi yaitu
cenderung pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian,
pesimis, damai, tenang, dan terkontrol. Biasanya orang-orang introversi memilih aktivitas
yang miskin rangsangan sosial seperti membaca, olahraga soliter (main sky), dll. Sementara
ektraversi memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, seperti olahraga beregu
(sepakbola), dll. Eysenck yakin bahwa penyebab utama dari perbedaan ektraversi dengan
introversi ialah tingkat rangsangan kortikal (suatu kondisi psikologis yang sebagian yang
sebagian besar diwariskan secara genetic). Oleh karena orang-orang ekstrovert mempunyai
tingkat rangsangan yang lebih rendah daripada introvert, mereka memiliki sensoris yang lebih
tinggi sehingga akan bereaksi lebih sedikit pada stimulus sensoris. Sebaliknya, orang-orang
introversi tingkat rangsangan kortikalnya lebih tinggi sehingga memiliki sensoris yang lebih
rendah dan mengalami reaksi yang lebih banyak pada stimulus sensoris.
Berikut contoh tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui jenis kepribadian individu
ekstraversi atau introversi yaitu “The Lemon Test”, lakukan instruksi di bawah ini:

Ikat ujung cotton bud dengan benang


Letakkan di ujung lidah lalu diamkan selama 30 detik
Setelah itu, buang cotton bud tersebut
Teteskan jus lemon di lidah sebanyak 4 tetes
Segera telan dan letakkan cotton bud lagi pada tempat yang sama
Diamkan selama 30 detik lalu angkat dan diamkan menggantung
Perhatikan baik-baik juntaian cotton bud yang diikat oleh benang, dikatakan:
Ektraversi : Jika cotton bud berjuntai horizontal
Introversi : Jika cotton bud menggantung ke bawah dan individu
mengeluarkan air liur berlebihan.

2. Neurotisme (N)
Neurotisme merupakan kebalikan dari kestabilan. Seorang yang neurotisme
mempunyai kecendrungan untuk bereaksi berlebihan secara emosional dan kesulitan untuk
kembali ke kondisi normal setelah terstimulasi secara emosional. Ditandai dengan
kecemasan, depresi, tegang, tidak rasional, dan murung. Mereka memiliki harga diri yang
lebih rendah dan rentan terhadap perasaan bersalah. Eysenck mengatakan bahwa sebagian
besar neurotisme merupakan bawaan/produk genetika. Dasar biologis dari neurotisme adalah
kepekaan reaksi sistem saraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity). Orang yang
kepekaan ANS-nya tinggi mudah mengembangkan gangguan neurotik.
3. Psikotisme (P)
Orang-orang yang memiliki tingkat psikotik yang tinggi akan cenderung berperilaku
agresif, dingin, egosentris, impulsif, anti sosial, keras hati, kreatif, kejam. Sementara orang-
orang yang memili skor psikotik yang rendah bersifat mudah bersosialisasi, altruis, empati,
peduli, kooperatif, dan konvensional. Eysenck mengatakan bahwa orang-orang yang
memiliki skor psikotik yang tinggi lebih rentan terhadap stres.
Pandangan Eysenck di atas mengenai dimensi kepribadian berhubungan dengan
Hipocrates dan Gallen yang menyatakan 4 tipe kepribadian yaitu : melankolis, plegmatis,
koleris, dan sanguinis.
a. Jika memiliki N tinggi dan E rendah berarti tipe melankolis
b. Jika memiliki N tinggi dan E tinggi berarti tipe koleris
c. Jika memiliki N rendah dan E tinggi berarti tipe sanguinis
d. Jika memiliki N rendah dan E rendah berarti tipe plegmatis

Sebenarnya, Eysenck juga meneliti tentang kecerdasan. Ia berpendapat bahwa


kecerdasaran berpengaruh penting dalam kepribadian. Namun, kecerdasan belum dapat
mengelaborasi faktor kecerdasan itu dengan keseluruhan kepribadian manusia. Selain itu,
penelitian yang lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat kontroversi hubungan antara
kecerdasan dengan ras pada manusia. Hal ini belum dapat diselesaikan. Sehingga ia tidak
memasukkan kecerdasan sebagai dimensi keempat dari kepribadian.
PETA KONSEP

SociableLivelyActiv
eAssertiveSensation
seekingCarefreeDom
inantventuresomeSur
gent
Ekstraversi
Ekstraversi

TEORI HANS
EYSENCK

AnxiousDepressedG
uilt feelingsLow
self-
Pengertian
Pengertian Struktur
Struktur Dimensi
Dimensi Neurotisme esteemTenseIrration
Kepribadian
Kepribadian Kepribadian
Kepribadian Kepribadian
Kepribadian alShyMoodyEmotio
nal

Tipe
Tipe Level
Level Trait
Trait Level
Level Habitual
Habitual Spesific
Spesific
Response
Response Level
Level Response
Response level
level AgressiveColdEgoce
ntricImpersonalImpu
lsiveAntisocialcreati
Psikotisme
Psikotisme
veTought-
mindedUnemphatic

Anda mungkin juga menyukai