Anda di halaman 1dari 5

BAB I

A. Pembahasan
Menurut John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang
menghubungkan psikologi dengan spiritualitas. Psikologi transpersonal merupakan salah
satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi dengan
kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan agama. Konsep inti dari
psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiaptiap bagian (misal: tiap-tiap manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta.
Penyatuan kosmis dimana segala-galanya dipandang sebagai satu kesatuan.
Noesjirwan (2000) mendefinisikan Psikologi Transpersonal diartikan sebagai suatu studi
terhadap potensi tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan
perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan antara spiritual dan
transenden.
Sutich (dalam Noesjirwan, 2000) mengartikan psikologi transpersonal adalah nama yang
diberikan kepada kekuatan yang baru timbul dalam bidang psikologi, dibentuk oleh
sejumlah psikolog, ahli-ahli pria dan wanita dari bidang lain yang mempunyai perhatian
terhadap kemampuan-kemampuan dan kesanggupankesanggupan tertinggi manusia yang
selama ini tidak dipelajari secara sistematis oleh psikologi perilaku atau teori-teori
psikoanalisis yang klasik maupun yang oleh psikologi humanistik.
Psikologi Transpersonal dikembangkan pertama kali oleh para ahli yang sebelumnya
mengkaji secara mendalam bidang humanistik seperti Abraham Maslow, C.G. Jung,
Victor Frankl, Antony Sutich, Charles Tart dan lainnya. Dengan melihat dari para tokoh
awalnya maka dapat diketahui bahwa psikologi transpersonal merupakan turunan
langsung dari psikologi humanistik. Yang membedakan antara psikologi humanistik dan
psikologi transpersonal adalah didalam psikologi transpersonal lebih menggali
kemampuan manusia dalam dunia spiritual, pengalaman puncak, dan mistisme yang
dialami manusia. Beberapa kalangan berpendapat bahwa bidang spiritualitas dan
kebatinan hanya didominasi oleh para ahli-ahli agama dan juga praktisi mistisme, namun
ternyata dalam perkembangannya, kesadaran akan hal ini dapat diaplikasikan dan dibahas
dalam ilmu pasti. Secara garis besar seperti yang dikemukakan oleh Lajoie dan Shapiro
dalam Journal of Transpersonal Psychology didefinisikan psikologi transpersonal sebagai
studi mengenai potensi tertinggi dari manusia melalui pengenalan, pemahaman dan

realisasi

terhadap

keesaan,

spiritualitas

dan

kesadaran-transendental.

Psikologi

transpersonal juga melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada.
Namun walau demikian dalam penelitiannya psikologi transpersonal mengkaji
pengalaman spiritual yang dialami oleh para ahli spiritual yang berasal dari berbagai
macam agama sebagai subjek penelitiannya.
Psikologi transpersonal berpendapat bahwa potensi tertinggi dari individu terdapat dalam
dunia spiritual yang bersifat non-fisik, hal ini ditunjukkan dengan berbagai pengalaman
seperti kemampuan melihat masa depan, extrasensory perception (ESP), pengalaman
mistik, pengembangan spiritualitas, pengalaman puncak, meditasi dan berbagai macam
kajian yang bersifat para psikologi atau metafisik. Dengan menyadari betul tentang
keadaan manusia yang bukan hanya terletak pada dunia fisik semata dan meyakini bahwa
inti terpenting dari individu terletak pada dunia spiritual yang bersifat kasat mata dan
abstrak. dengan kata lain psikologi transpersonal memandang kita sebagai makhluk
spiritual yang memiliki pengalaman manusia dan bukanlah manusia yang memiliki
pengalaman spriritual.
B. Obyek Kajian Psikologi Transpersonal
Obyek kajian psikologi transpersonal berbeda sama sekali dengan obyek kajian psikologi
humanistik, apalagi psikologi behaviorisme dan psikoanalisis. Psikoanalisis obyek
kajiannya adalah psikofisik manusia. Maka libido seksual adalah pusat kajian dan
motivasi utama penggerak manusia. Freud telah berhasil mengungkap kerja fisis manusia,
dimana senjata dari kerja fisis manusia adalah Libido, dan inilah salah satu sumbangan
terbesar Freud dalam bidang psikologi. Adapun kesalahan terbesar Freud (Badri, 200)
adalah menjadikan Libido adalah segalanya, sebagai sumber nilai manusia dan motivasi
utama manusia dalam menggerakan diri dengan segala aspeknya. Psikologi Behavioristik
(Badri, 2000) hanya mengakui fenomena psikis manusia hanya yang empiristik saja
sifatnya. Fenomena kesadaran apalagi kesadaran spiritual adalah hal yang sangat
ditentang oleh psikologi behavioristik, menjadikan manusia tak ubahnya sebagai
seonggok daging yang kerjanya ditentukan oleh stimulus dari luar. Manusia oleh
karenanya kehilangan elan spiritualnya, dan karenanya pula manusia sangat kering
jiwanya yang dalam tahapan tertentu sudah kehilangan jiwa dan ruh yang tinggi yang
mengilhami eksistensi dirinya.

Psikologi Humanistik kadang terjebak pada kerja-kerja humanistik-kognitif, belum


mengungkap potensi terdalam manusia.
Noesjirwan (2000) menyebutkan obyek psikologi transpersonal sedikitnya memuat antara
lain sebagai berikut : 1. Keadaan keadaan kesadaran, 2. Potensi-potensi tertinggi atau
terakhir, 3. Melewati ego atau pribadi ( trans-ego), 4. Transendensi dan, 5. Spiritual.

BAB II
A. Hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah islam dalam Teori Transpersonal
Transpersonal cenderung sekuler (tidak beragama), karena sejarah Transpersonal
sendiri berangkat dari bagaimana manusia dapat menyentuh sisi terdalamnya yang
meliputi aspek spiritual hingga mengalami transendensi, sementara secara ideologis,
istilah sekuler didefinisikan sebagai pembebasan manusia pertama dari agama, dan
kemudian dari kungkungan metafisika yang mengatur akal dan bahasanya. (Cornelis
Van Paursen). Ia adalah defatalization of history, yaitu pembebasan manusia dari
faham fatalistik yang pernah mendominasi sejarah lampau mereka, dengan mengubah

pandangan dan orientasi mereka dari hal-hal yang metafisik menuju dunia dan zaman
kekinian. (Harvey Cox, The Secular City).
Gagasan dasar dari psikologi transpersonal adalah dengan mencoba melihat manusia
selaras pandangan religius, yakni sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual.
Jika psikoanalisis melihat manusia sebagai sosok negatif yang dijejali oleh
pengalaman traumatis masa kecil, behaviorisme melihat manusia layaknya binatang,
humanistik bepijak atas pandangan manusia yang sehat secara mental, maka psikologi
transpersonal melihat semua manusia memiliki aspek spiritual, yang bersifat
ketuhanan.
Dalam islam kita tidak diperbolehkan mempercayai hal-hal magis. Psikologi
Transpersonal memiliki 4 cabang, yang salah satunya merupakan kelompok yang
mempercayai hal-hal magis. . Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal
bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini
dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin
oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini menyulitkannya
untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi.
Sedangkan dalam islam sendiri kita dilarang untuk menyekutukan Allah, dalam kata
lain kita dilarang untuk melakukan Syirik. Syirik merupakan suatu dosa besar yang
tidak diampuni Allah Ta'ala bila tidak bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya
(taubatan nasuha).
Sedangkan dalam dalil Al-Quran menyatakan :



Artinya : Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan
sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah
tersesat jauh sekali.
(An-Nisa:116)
Sedangkan dalam hadist menyatakan :


.

.
.

Arti Hadits / :
Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: Jauhilah tujuh macam
dosa yang membinasakan.Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam
dosa itu? Beliau menjawab: Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang
diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat
pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu
menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).

Anda mungkin juga menyukai