Disusun oleh :
Alfajri Ramadhana Alham 1801618059
Danta Arkana 1801618100
M. Rifky Fatihah 1801618119
M. Salman Alfarisi 1801618061
M. Yasyfa Ibadurrahman 1801618103
`
Daftar Isi :
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 ISI
2.1 Perkembangan Fisik
2.2.3 Kreativitas
`
2.3.6 Hubungan di Masa Paruh Baya
2.4.1 Kebermaknaan Hidup Pada Usia Dewasa Madya Menghadapi Pengisian Sarang
Kosong
2.4.2 Karir Dan Pekerjaan Di Masa Dewasa Awal Dan Dewasa Madya
2.4.3 Pengaruh Gaya Berpikir, Integritas dan Usia Pada Perilaku Kerja yang
Kontraproduktif
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
`
BAB I
Pendahuluan
Seperti yang diketahui, dalam ilmu perkembangan sendiri, perkembangan dibagi menjadi
tiga kategori utama, yakni: fisik, kognitif, dan psikososial.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran dan evaluasi mengenai
perkembangan manusia pada tahap dewasa menengah.
`
BAB II
Isi
Beberapa perubahan fisiologis merupakan hasil langsung dari penuaan biologis dan
pembentukan genetis, faktor perilaku dan gaya hidup yang ada sejak muda dapat
memengaruhi kemungkinan waktu dan luasnya perubahan fisik. Dengan cara yang
sama, kesehatan dan kebiasaan gaya hidup di tahun pertengahan memengaruhi apa
yang terjadi di tahun selanjutnya (Lachman, 2004 ; Whitbourne, 2001).
Usia dihubungkan dengan masalah penglihatan yang terjadi terutama di lima area :
Pendekatan dekat, pandangan dinamis, sensitivitas terhadap cahaya, pencarian
visual, dan kecepatan memproses informasi visual.
Berkurangnya fungsi pendengaran secara bertahap, jarang dikenali lebih dini dalam
kehidupan, akan lebih cepat terjadi di usia 50-an. Kondisi ini, presbikusis, normalnya
adalah keterbatasan pada daya tangkap suara dibandingkan yang digunakan dalam
berbicara (Kline & Scialfa, 1996). Berkurangnya fungsi pendengaran berjalan terus
dua kali lipat lebih cepat pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Pearson dkk).
`
Sensitivitas pada rasa dan bau umumnya menurun mulai paruh baya. Sebagaimana
tombol rasa menjadi kurang sensitif dan jumlah sel-sel penciuman menurun,
makanan dapat terasa menjadi tawar (Merril & Verberugge, 1999; Troll, 1985)
Ada Perbedaan individual, satu individu bisa jadi kurang sensitif pada makanan asin,
yang lainnya manis, pahit, atau masam. Dan individu yang sama bisa jadi lebih
sensitif pada beberapa rasa tertentu dibandingkan individu lain (Stevens, Cruz,
Hoffman & Patterson, 1995; Whitbourne, 1999)
Individu dewasa mulai berkurang sensitivitasnya pada sentuhan setelah usia 45 dan
tahap rasa sakit ringan setelah usia 50 tahun. Kekuatan dan koordinasi menurun
bertahap dari puncak selama kurun waktu usia dua puluh tahun. Fungsi otot juga
berkurang, alasannya adalah serat otot digantikan oleh lemak. Kekuatan
menangkap/memegang mencerminkan berat lahir dan pertumbuhan otot-otot di
awal kehidupan. Sebagaimana kondisi status sosial ekonomi orang tua di masa anak-
anak dan hal ini merupakan prediktor penting mengenai kecacatan masa depan,
hilangnya fungsi-fungsi dan kematian. Latihan kekuatan di usia pertengahan dapat
mencegah hilangnya otot-otot dan bahkan mendapatkan kekuatan kembali
(Whitbourne, 2001).
Ketahanan sering kali bertahan lebih baik dibandingkan kekuatan (Spirduso &
MacRae, 1990). Ketahanan merupakan hasil dari penurunan bertahap pada angka
metabolisme basal (Menggunakan energi untuk mengelola fungsi-fungsi vital).
Penuaan pengalaman otak menurun di beberapa area, dan hal ini khususnya benar
untuk tugas-tugas yang meminta waktu reaksi yang cepat atau menghadapi tugas
yang beragam. Contohnya, tugas yang mengikutsertakan banyak stimulan, respons
dan keputusan lebih menurun. Beberapa penurunan tersebut mungkin berdasarkan
`
pada perubahan fisik secara aktual dalam otak. Contohnya, Fenomena TOT (tip-of-
the-tongue), yakni individu tahu akan sebuah kata, tapi tidak dapat mengaksesnya
melalui memori, menjadi lebih sering terjadi di paruh baya.
Penurunan bahkan tidak dapat dielakkan dan juga berlaku secara permanen. Bahkan
ketika otak kita makin menua saja tetap fleksibel dan dapat merespons secara
positif.
Proporsi besar dari usia pertengahan dan bahkan dewasa yang lebih tua
menunjukkan penurunan yang sedikit atau tidak sama sekali pada fungsi-fungsi
organ ( Gallagher, 1993) Kapasitas vital , volume maksimum udara dalam paru-paru
dapat dipompa dan dikeluarkan dapat mulai berkurang sekitar usia 40 tahun dan
berkurang tajam sekitar 40 persen di usia 70 tahun. Pengaturan suhu dan respons
kekebalan mungkin mulai melemah, dan jam tidur berkurang
(Merrill&Verbrugge,1999; Whitbourne,2001)
`
Seksualitas bukan hanya tanda dari para pemuda. Meskipun kedua jenis kelamin
mengalami kehilangan kapasitas reproduksi kadang selama pertengahan masa
dewasa- perempuan menjadi tidak bisa melahirkan anak dan kesuburan laki-laki
mulai menurun, kenikmatan seksual dapat berlanjut melalui kehidupan dewasa.
`
Hipertensi adalah perhatian penting yang meningkat di paruh baya pada faktor-
faktor berisiko terhadap penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal. Hipertensi
dapat dikontrol melalui skrining tekanan darah, diet rendah garam dan pengobatan.
Prevalensi diabetes meningkat dua kali lipat di tahun 1990-an (Weistein dkk, 2004).
Tipe yang paling umum, diabetes yang muncul pada saat dewasa, umumnya
berkembang setelah usia 30 tahun dan menjadi lebih sering terjadi seiring
bertambahnya usia. Tidak seperti diabetes remaja atau diabetes ketergantungan
insulin , Diabetes tipe 2 tingkat gula dalam darah naik karena sel kehilangan
kemampuan untuk menggunakan insulin yang diproduksi oleh tubuh. Hasilnya tubuh
mencoba menggantikan produksi insulin tersebut dengan memproduksi secara
berlebihan.
Aktivitas fisik di paruh baya dapat meningkatkan kesempatan untuk terus bergerak
di usia lanjut (Patel,dkk.2006), menghindari kenaikan berat badan, dan tetap sehat
lebih lama. Hal ini juga membantu menunda kematian.
Pengaruh tidak langsung, seperti kondisi sosial ekonomi, ras/etnis, dan gender, juga
berlanjut memengaruhi kesehatan. Begitu pula dengan hubungan sosial. Contohnya,
kesendirian di pertengahan masa dewasa memperkirakan penurunan aktivitas fisik.
`
pendek, kebanyakan aktivitas dibatasi oleh penyakit kronis, Kesejahteraan yang
rendah, dan terbatasnya akses kesehatan dibandingkan individu dengan SSE yang
tinggi. Selain itu, alasan yang berhubungan antara SSE dan kesehatan adalah kondisi
Psikososial, Individu dengan SSE rendah cenderung memiliki emosi negatif dan
pikiran-pikiran serta tinggal dalam lingkungan yang penuh tekanan.
Kemungkinan Faktor besar yang mendasari masalah kesehatan pada penduduk Afro
Amerika adalah kemiskinan, yang berhubungan dengan gizi buruk, rumah yang di
bawah standar dan minimnya akses perawatan kesehatan. Tetap saja, kemiskinan
tidak dapat menjadi penjelasan tunggal karena angka kematian di usia pertengahan
pada penduduk Hispanik-Amerika, yang juga sangat miskin, lebih rendah dari pada
kulit putih Amerika.
Penelitian pada genom manusia telah menemukan variasi yang berbeda dalam kode
DNA masing-masing individu di Eropa, Amerika, dan China. Variasi tersebut
dihubungkan pada penyakit tertentu, mulai kanker hingga obesitas. Penelitian ini
pada akhirnya membuka cara agar penanganan tepat sasaran atau pengukuran
pencegahan.
Gender dan Kesehatan, Perempuan memiliki harapan hidup jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki dan angka kematiannya jauh lebih rendah sepanjang hidup
(Minimo, Heron, Murphy & Kochanek,2007). Perempuan memiliki kesempatan hidup
jauh lebih lama yang dihubungkan dengan perlindungan genetis dari kromosom X
kedua dan, sebelum menopause, memberi efek menguntungkan pada hormon
esterogen perempuan, terutama pada kesehatan kardiovaskular. Bagaimanapun,
Faktor-faktor psikososial dan budaya, seperti kecenderungan laki-laki untuk
mengambil risiko, juga ikut berperan dalam hal ini.
`
Keropos Tulang dan Osteoporosis, pada perempuan keropos tulang terjadi secara
cepat di 5 tahun atau 10 tahun pertama setelah menopause sebagaimana tingkat
estrogen, yang dapat membantu penyerapan kalsium, menurun. Keropos tulang
yang ekstrem dapat mengarah pada terjadinya Osteoporosis ( tulang belakang),
kondisi saat tulang menipis dan rapuh karena kalsium yang berkurang. Tanda-tanda
umum dari osteoporosis adalah berkurangnya tinggi badan dan postur yang
membungkuk yang merupakan hasil dari tekanan dan runtuhnya tulang belakang
yang makin melemah.
Stres di Usia Paruh Baya, Stres adalah kerusakan yang terjadi ketika merasakan
tuntutan lingkungan, atau stresor, melebihi kapasitas individu untuk mengatasinya.
Kapasitas tubuh untuk menyesuaikan diri dengan stres mengikutsertakan otak, yang
mengamati bahaya, kelenjar adrenal, yang memobilitas tubuh untuk melawan dan
sistem imun, yang menyediakan pertahanan.
Individu di awal usia pertengahan cenderung mengalami tingkat stres yang lebih
tinggi dan sering serta macam-macam stresor yang berbeda dibandingkan individu
yang lebih muda atau tua.
Emosi dan Kesehatan, Otak berinteraksi dengan semua sistem biologis tubuh,
perasaan dan kepercayaan berpengaruh terhadap fungsi tubuh, termasuk fungsi
sistem imun. Suasana hati negatif rupanya menahan fungsi sistem imun dan
meningkatkan kerentanan pada penyakit; suasana hati positif tampaknya
mempertingi fungsi imun ( Salovey dkk, 2000).
Tidak hanya emosi tertentu, tetapi juga sifat-sifat kepribadian rupanya dihubungkan
dengan kesehatan.
`
Kesehatan Mental, Orang dewasa paruh baya lebih mungkin mengalami distres
psikologis serius; kesedihan yang berlebihan, rasa gugup, putus asa, dan rasa tak
berharga sepanjang waktu. Individu dewasa dengan tekanan psikologis yang serius
lebih mungkin dibandingkan sebayanya didiagnosis menderita penyakit jantung,
diabetes, artritis dan stroke.
Berbica secara kognitif, dalam banyak aspek, individu usia paruh baya berada dalam
keunggulan mereka. Studi Longitudinal Kecerdasan Dewasa Seattle yang
dilaksanakan oleh K. Warner Schaie dan koleganya dengan menggunakan metode
secara berurutan dengan mengkohor berturut turut ,memperlihatkan fakta tersebut
Studi dimulai pada tahun 1956 dengan 500 partisipan acak; 25 laki-laki dan 25
perempuan di setiap 5 tahun golongan usia mulai dari usia 22 hingga 67. Para
partisipan mengambil waktu ujian dari enam kemampuan mental utama. Setiap 7
tahun partisipan yang masih ada diuji ulang dan kohor baru ditambahkan
`
Tabel Tes Kemampuan Mental Utama
`
Kecepatan Pembuatan Mengindentifikasi Cair
Perseptual diskriminasi yang kecocokan gambar
cepat dan akurat pada layar
antara stimulan visual komputer
Para peneliti menemukan tidak ada pola yang seragam dari usia yang dihubungkan
dengan perubahan, baik di antara individu ataupun lintas kemampuan kognitif
lainnya. Kenyataannya, beberapa kemampuan memuncak selama usia pertengahan,
dan arti verbal meningkat hingga usia lebih tua. Hanya 13 hingga 17 persen orang
dewasa yang mengalami penurunan dalam jumlah, pemanggilan ulang memori, atau
kefasihan verbal usia 39 dan 53 tahun. Meskipun hampir semua partisipan
menunjukkan stabilitas yang mengesankan, tetapi ada beberapa yang menurun lebih
awal, sementara yang lain menunjukkan kemampuan yang lebih besar
Horn dan Cattel membedakan kecerdasan menjadi dua aspek yaitu Cair dan
Mengkristal. Kecerdasan cair adalah kemampuan untuk memecahkan masalah baru
yang membutuhkan sedikit atau tidak sama sekali pengetahuan sebelumnya, seperti
mencari pola-pola pada rangkaian suatu figur. Kecerdasan ini berhubungan dengan
penerimaan hubungan, membentuk konsep, menarik kesimpulan, dan besarnya
kemampuan tergantung status neurologis. Biasanya Kecerdasan cair ditemukan pada
puncak masa dewasa. Kecerdasan Mengkristal adalah kemampuan untuk mengingat
dan menggunakan informasi yang diminta sepanjang waktu, seperti menemukan
persamaan kata. Hal ini diukur oleh tes kosakata, informasi umum, respons terhadap
situasi sosial serta dilema, dan besarnya kemampuan sangat tergantung pada
pendidikan dan pengalaman. Kecerdasan mengkristal meningkat melalui usia paruh
baya hingga akhir hidup.
`
psikometri dan menyatakan bahwa pengetahuan yang diakumulasi berubah dengan
cara kecerdasan cair yang beroperasi.
PIKIRAN INTEGRATIF
Individu dewasa yang matang mengintegrasikan logika dengan intuisi dan emosi,
mereka mengintegrasikan fakta-fakta konflik dan ide-ide serta menginterpretasi apa
yang mereka baca, lihat atau dengar ke dalam istilah-istilah yang mereka pahami.
Daripada sekedar menerima sesuatu hanya bernilai permukaannya saja, mereka
menyaringnya melalui pengalaman hidup dan pembelajaran sebelumnya.
2.2.3 Kreativitas
Di usia ini, banyak individu kreatif yang memperoleh pencapaian tertinggi mereka.
Kreativitas dimulai dengan bakat, tapi bakat saja belum cukup. Anak-anak pasti
menunjukkan potensi kreativitas, tapi ketika dewasa, yang berarti adalah performa
kreatif dan seberapa besar pikiran kreatif dihasilkan. Kreativitas berkembang dalam
konteks sosial dan tidak selalu dalam lingkungan pengasuhan, tetapi muncul dari
pengalaman yang beragam dan tantangan atau sebuah permasalahan yang
memperkuat kemampuan untuk tekun dan berpikir kreatif.
`
terjadi di awal 20-an. Beragamnya kurva usia tergantung pada bidangnya masing-
masing. Kehilangan produktivitas mungkin mengimbangi pencapaian kualitas
Pada masyarakat industri, peran dalam pekerjaan didasarkan pada usia. Individu
muda sebagai pelajar, dewasa usia pertengahan sebagai pekerja dan dewasa akhir
menyusun kehidupan mereka akan masa pensiun dan kesenangan. Individu dapat
mencapai kesuksesan tergantung pendidikan yang mereka tempuh
Sebelum tahun 1985, individu pensiun lebih awal, rata-rata usia pensiun bergerak
menurun secara perlahan-lahan. Sejak itu trennya terbalik, sebelum membawa
kehidupan kerja mereka hingga berhenti, individu mengurangi jam atau hari
kerjanya, perlahan bergeser ke masa pensiun setiap tahunnya yang disebut fase
pensiun. Atau mereka berpindah dari satu perusahaan ke jaringan kerja lain atau
sering disebut jembatan karyawan. Sekitar separuh dari pekerja berusia 55 hingga 65
tahun mencari batu loncatan sebelum akhirnya benar-benar pensiun.
Kerja dapat mempengaruhi fungsi kognitif, ada sebuah penelitian yang menyatakan
bahwa pemikir yang fleksibel cenderung memenuhi substansi kerja yang kompleks
dan menghendaki pikiran dan penilaian independen. Jenis kerja ini pada gilirannya
merangsang cara berpikir yang lebih fleksibel yang akan meningkatkan kemampuan
untuk melakukan pekerjaan yang kompleks. Selanjutnya, individu yang terikat dalam
pekerjaan yang kompleks cenderung menunjukkan performa kognitif yang lebih kuat
dibandingkan sebaya mereka.
`
Pendidikan memberikan kesempatan individu dewasa untuk mengembangkan
potensi kognitif mereka, memperbaiki harga diri mereka, membantu pekerjaan
rumah anak-anak mereka, atau tetap bisa mengikuti perubahan dunia kerja. Individu
yang mendekati masa pensiun sering kali ingin memperluas pikiran dan
keterampilannya agar lebih produktif dan tertarik menggunakan belajar sebagai
kesenangan, dan beberapa individu secara sederhana menikmati belajar dan ingin
tetap seperti itu selama hidupnya
`
pertengahan sebagai kesempatan untuk perubahan positif. Berdasarkan pada Maslow
(1968), realisasi sepenuhnya dari potensi manusia, yang dia sebut sebagai aktualisasi
diri dapat datang hanya dengan kedewasaan. Rogers (1961) menyampaikan bahwa
fungsi manusia seutuhnya membutuhkan proses yang konstan dan seumur hidup
dalam membawa diri ke dalam harmoni dengan pengalaman.
Penelitian mengenai sifat oleh Costa dan McCrae, yang secara orisinal mengklaim
kontinuitas atau konsistensi dari kepribadian setelah usia 30 tahun di dalam
pengelompokan sifat kecemasan, kebencian, instabilitas, ekstravensi, keterbukaan
terhadap pengalaman, kehati-hatian, dan kemarahan. Sekarang telah diketahui
perubahan lambat selama tahun-tahun masa pertengahan dan begitu pula tua.
b. Model-Model Tahap Normatif
Carl G. Jung: Individuasi dan Trasenden. Psikolog asal Swiss, Carl Jung
(1933,1953,1969,1971) menyatakan bahwa perkembangan paruh baya yang sehat
meminta adanya individuasi, kemunculan diri yang sesungguhnya melalui
keseimbangan atau integrasi bagian-bagian yang berkonflik dari kepribadian,
termasuk bagian-bagian yang sebelumnya diabaikan. Hingga usia 40 tahun, jung
mengatakan, individu dewasa berkonsentrasi pada obligasi terhadap keluarga dan
kelompok sosial dan mengembangkan aspek-aspek dari kepribadian yang akan
membantu mereka menapai tujuan-tujuan eksternal.
Erik Erikson: Generativitas lawan Stagnasi: Generativitas seperti yang didefinisikan
Erikson adalah perhatian orang dewasa yang matang untuk menyeimbangkan dan
mengarahkan generasi berikutnya, mengabadikan diri melalui pengaruh seseorang
untuk diikuti. Individu yang tidak menemukan tempat untuk generativitas menjadi
penyerapan-diri, kesabaran-diri, atau stagnan (tidak aktif dan kurang hidup). Peneliti
menemukan bahwa individu paruh baya cenderung memiliki skor tinggi untuk
generativitas daripada individu muda atau yang lebih tua.
Warisan Jung dan Erikson: Valiant dan Levinson. Studi longitudinal George Valiant
(1977,1989) dan Daniel Levinson (1978). Kedua menggambarkan peralihan
keutamaan masa paruh baya, Valiant seperti Jung melaporkan penurunan perbedaan
gender di masa paruh baya dan kecenderungan bagi laki-laki untuk menjadi lebih
`
merawat dan ekspresif. Demikian juga, Levinson laki-laki paruh baya menjadi kurang
terobsesi dengan pencapaian personal dan lebih perhatian pada hubungan, dan
mereka menunjukkan generativitas dengan menjadi mentor untuk individu muda.
`
tidak sehat. Paling sehat adalah keseimbangan identitas yang memungkinkan individu
untuk mengelola rasa yang stabil dari diri ketika menyesuaikan skema diri untuk
berkorporasi dengan Informasi baru.
c. Identitas Gender dan Peran Gender
Di banyak studi sekitar tahun 1960-an,1970-an,1980-an, laki-laki paruh baya lebih
terbuka mengenai perasaan, lebih tertarik pada hubungan intim, dan lebih merawat,
karakteristik tradisional disebut sebagai feminim dari pada usia-usia awal, perempuan
paruh baya menjadi lebih asertif, percaya diri dan berorientasi pada prestasi,
karakteristik tradisional disebut sebagai maskulin.
d. Kesejahteraan Psikologis dan Kesehatan Mental yang positif
Penurunan bertahap rata-rata dalam emosi negatif melalui masa paruh baya dan di
atasnya. Meskipun perempuan dalam studi MIDUS melaporkan lebih sedikit
emosionalisme negatif (marah, takut, cemas), pada semua usia dari pada laki-laki
(Mroczek,2004). Berdasarkan pada temuan MIDUS, emosionalisme positif (riang
gembira) meningkat secara rata-rata pada laki-laki, tetapi menurun pada perempuan
paruh baya kemudian meningkat tajam keduanya pada dewasa akhir. Hanya
kesehatan fisik yang memiliki dampak konsisten namun faktor lainnya status
pernikahan dan pendidikan memiliki dampak signifikan di usia paruh baya. Individu
yang menikah di usia paruh baya cenderung memiliki emosi positif dan sedikit emosi
negatif.
`
berdasarkan perubahan yang relatif penting dari interaksi sosial sebagai sumber
informasi, sebagai bantuan dalam mengembangkan dan memelihara konsep diri dan
sebagai konsep kesejahteraan sosial.
Pada hampir semua individu dewasa usia pertengahan hubungan adalah kunci yang
paling penting dalam kesejahteraan, mereka dapat menjadi sumber utama kesehatan
dan kepuasan. Memiliki pasangan merupakan faktor terbesar dalam kesejahteraan.
Walaupun begitu hubungan juga menghadirkan tuntutan yang penuh tekanan, dalam
masalah ini perempuan paruh baya lebih rentan terkena dibandingkan dengan laki-laki.
Pernikahan
Apa yang terjadi dengan kualitas pernikahan yang berlangsung? Suatu analisis dari
dua survei dari 8.929 laki-laki dan perempuan di pernikahan pertama menemukan kurva
berbentuk U. Semakin lama pernikahan suatu pasangan, cenderung semakin kurang
puas dengan pernikahan mereka, kepuasan pernikahan umumnya mencapai titik
terendah di awal masa paruh baya, ketika banyak pasangan memiliki anak remaja dan
sangat terlibat dalam karier.
Kohabitasi
`
pasangan. Hal ini mungkin terjadi karena berbeda pandangan antara laki-laki dengan
perempuan mengenai hubungan mereka.
Perceraian
Survei dari laki-laki dan perempuan yang mengalami perceraian paling tidak sekali
di usia empat puluhan, lima puluhan, atau enam puluhan, hampir semua responden
menggambarkan pengalaman tersebut sebagai hal yang lebih menghancurkan
emosional daripada kehilangan pekerjaan dan sebagai hal yang menghancurkan seperti
sakit parah. Perceraian di usia paruh baya khususnya untuk perempuan tampaknya
sulit, perempuan lah yang paling mengalami dampak negatif perceraian dari pada laki-
laki. Mengapa individu paruh baya bercerai? Alasan nomor satu yang diberikan oleh
responden AARP adalah perlakuan kejam pasangan-- verbal, fisik atau emosional.
Alasan yang sering muncul lainnya adalah perbedaan nilai dan gaya hidup,
ketidaksetiaan, alkohol, atau penyalahgunaan obat-obatan, dan alasan sederhana yaitu
hilangnya cinta.
`
Hubungan Gay dan Lesbian
Gay dan Lesbian sekarang di usia paruh baya, dibesarkan di waktu homoseksualitas
dianggap sebagai penyakit mental, dan homoseksual cenderung terisolasi tidak hanya
dari masyarakat yang lebih besar, tetapi juga dari setiap orang.
Satu faktor yang tampaknya mempengaruhi kualitas hubungan gay dan lesbian
adalah apakah ya atau tidak mereka menginternalisasi pandangan negatif dari
kelompok sosial mengenai homoseksual. Gay dan lesbian yang menginternalisasi sikap
homofobia yang dimunculkan oleh orang lain lebih cenderung menunjukkan gejala
depresi, diperkirakan karena sikap-sikap ini mempengaruhi konsep diri secara
keseluruhan.
Persahabatan
Menurut teori Cartensen, jaringan sosial cenderung mengecil dan lebih intim di usia
paruh baya. Kualitas dari persahabatan di usia paruh baya sering kali membentuk apa
yang mereka miliki dalam jumlah waktu yang dihabiskan. Khususnya selama suatu krisis,
seperti misalnya perceraian atau masalah dengan orang tua yang sudah tua, individu
dewasa beralih kepada teman untuk mendapatkan dukungan emosional, bimbingan
praktis, kenyamanan, persahabatan, dan tempat berbicara (Antonucci & Akiyama, 1997;
Hartup & Stevens, 1999; Suitor & Pillimer, 1993). Bagaimanapun juga, kadang-kadang
persahabatan itu sendiri dapat membuat stres. Konflik dengan teman sering kali
berpusat pada perbedaan nilai-nilai keyakinan, dan gaya hidup; walaupun begitu konflik
antar teman biasanya cepat terselesaikan karena saling menghargai dan memelihara
martabat masing-masing.
Pengasuhan adalah proses melepaskan, dan proses ini biasanya mendekati atau
mencapai klimaks saat orang tua mencapai usia paruh baya, beberapa individu paruh
baya sekarang menghadapi isu-isu seperti menemukan pelayanan perawatan harian
atau program prasekolah dan menyeleksi konten film kartun di Sabtu pagi.
`
Setelah bertahun-tahun pengasuhan aktif telah berakhir dan anak telah
meninggalkan rumah untuk kebaikan, orang tua tetaplah menjadi orang tua. Peran
paruh baya sebagai orang tua pada individu dewasa muda menumbuhkan isu-isu baru
dan membutuhkan sikap-sikap dan perilaku-perilaku baru dalam bagian pada kedua
generasi ( Marks dkk, 2004).
Orang tua usia paruh baya umumnya memberikan anak mereka bantuan lebih dan
dukungan daripada yang mereka dapat dari anak sebagai individu dewasa muda yang
membangun karier dan keluarga.
Ikatan dengan keluarga asli orang tua dan saudara cenderung menyusut
kepentingannya ketika dewasa muda mengutamakan pekerjaan, pasangan, dan anak.
Sebagai tambahan, hubungan baru sering kali dimulai di waktu ini, kehidupan kakek dan
nenek.
Merawat seseorang dengan penurunan fisik adalah hal yang berat. Bahkan, dapat
menjadi lebih sulit untuk merawat seseorang dengan demensia, seseorang yang
bertambah tua tidak bisa melakukan fungsi dasar dari kehidupan sehari-hari, seperti
mengompol, curiga, gelisah, atau depresi, subjek halusinasi, dan kebutuhan untuk
disupervisi secara konstan (Biegel, 1995; Schultz & Martire, 2004). Ketegangan
emosional mungkin keluar tidak hanya dari pemberian perawatan itu sendiri, tetapi dari
`
kebutuhan untuk menyeimbangkan hal tersebut dengan banyak tanggung jawab lainnya
dari individu paruh baya.
Ikatan saudara adalah hubungan yang terpanjang dan terlama pada hampir seluruh
kehidupan manusia. Dalam beberapa penelitian cross-sectional, hubungan saudara
melebihi rentang kehidupan seperti terlihat sebagai jam pasir, dengan fase paling
berhubungan di dua akhir di masa anak-anak dan masa pertengahan ke akhir dewasa
dan minimal kontak tahun-tahun membesarkan anak. Setelah membangun karier dan
keluarga, saudara mungkin memperbarui ikatan mereka. Hubungan dengan saudara
yang tetap melakukan kontak dapat menjadi pusat kesejahteraan psikologis di masa
paruh baya.
Individu menjadi kakek-nenek sekitar usia 45 tahu. Dengan kondisi saat ini rentang
kehidupan yang memanjang, banyak individu dewasa yang menghabiskan beberapa
dekade sebagai kakek-nenek dan hidup untuk melihat cucu menjadi dewasa. Delapan
puluh persen individu di atas 65 tahun memiliki cucu.
`
2.4 Penelitian Mengenai Masa Usia Dewasa Menengah
2.4.1 Kebermaknaan Hidup Pada Usia Dewasa Madya Menghadapi Pengisian Sarang
Kosong
Dalam penelitian ini Brahmanti Nindi Larassati mencari tahu bagaimana makna hidup
dari individu yang termasuk dalam usia dewasa madya menghadapi sarang kosong yang terisi
kembali dengan mengacu pada enam komponen dalam memaknai hidup. Pertama,
pemahaman diri, makna hidup, perubahan sikap, keterikatan diri, kegiatan terarah dan
dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan pada 3 individu yang masuk pada fase dewasa madya
di mana anak mereka kembali ke rumah keluarga dikarenakan suatu permasalahan.
2.4.2 Karir Dan Pekerjaan Di Masa Dewasa Awal Dan Dewasa Madya
Dalam penelitian ini Siska Adinda Prabowo Putri meneliti keberhasilan atau kegagalan
seseorang dalam hubungannya dengan melakukan penyesuaian yang akan mempengaruhi
banyak aspek kehidupan berkaitan erat dengan prestise dari perspektif orang lain, konsep diri
seseorang, kebahagiaan, dan juga efek pada setiap anggota keluarganya. Tingkat keberhasilan
pria dan wanita yang melakukan penyesuaian ini dapat dinilai dari kinerja, perubahan dalam
pekerjaan sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan tersebut.
`
pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Sejauh
mana keberhasilan pria dan wanita melakukan penyesuaian diri dapat dinilai dari prestasi,
perubahan pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan (Putri,
2012).
2.4.3 Pengaruh Gaya Berpikir, Integritas dan Usia Pada Perilaku Kerja yang
Kontraproduktif
Dalam penelitian ini Mira Permatasari ingin mengetahui pengaruh gaya berpikir
(cognitive-experiential selftheory/CEST), integritas (theory of moral identity) dan usia pada
perilaku kerja yang kontraproduktif (counterproductive work behavior / CWB). Hasil
menunjukkan bahwa integritas dan usia mempengaruhi perilaku kontraproduktif. Sedang tipe
gaya berpikir yang berinteraksi dengan integritas dalam mempengaruhi perilaku kerja yang
kontraproduktif adalah tipe gaya berpikir high-rational high-experiential.
Gaya berpikir, integritas dan usia tidak berinteraksi dalam memengaruhi perilaku
kontraproduktif. Hasil penelitiannya ini, selain menjawab pertanyaan utama penelitian, juga
menolak hipotesis utama penelitian. Hasil lainnya adalah pertama, variabel gaya berpikir tidak
memengaruhi perilaku kontraproduktif. Gaya berpikir tidak memengaruhi perilaku
kontraproduktif. Gaya berpikir tipe rasional, experiential, dan lowrational low-experiential
juga tidak berinteraksi dengan integritas maupun usia dalam memengaruhi perilaku
kontraproduktif. Tapi gaya berpikir tipe high-rational high-experiential berinteraksi dengan
integritas dalam memengaruhi perilaku kontraproduktif, tapi tidak berinteraksi dengan usia.
Integritas dan usia secara sendiri-sendiri memiliki pengaruh terhadap perilaku
kontraproduktif. Integritas dan usia juga berinteraksi dalam memengaruhi kontraproduktif
(Permatasari, 2012).
Penelitian yang dilakukan Rini Sugiarti, Sri Wiyawati, dan Drs. Roestamaji ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri dan dukungan keluarga terhadap kecemasan
menghadapi menopause pada wanita. Populasi dalam penelitian ini adalah para wanita
dewasa madya, dengan rentang usia antara 40 sampai dengan 50 tahun yang tergabung
`
dalam kelompok Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Lingkungan St Agustinus
Panjangan - Semarang Barat.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan tidak ada hubungan antara kecemasan
menghadapi menopause dengan dukungan keluarga dan kepercayaan diri. Dengan demikian
hipotesis mayor tidak diterima. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa menopause
merupakan suatu hal alami yang dianggap wajar yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang
dapat menimbulkan kecemasan serta tidak ada kaitannya baik dengan kepercayaan diri
maupun dukungan keluarga (Rini Sugiarti, 2010).
`
BAB III
Kesimpulan
3.3 Kesimpulan
Beberapa perubahan fisiologis merupakan hasil langsung dari penuaan biologis dan
pembentukan genetis, faktor perilaku dan gaya hidup yang ada sejak muda dapat
memengaruhi kemungkinan waktu dan luasnya perubahan fisik. Seiring bertambahnya usia,
penurunan persepsi, pendengaran dan kesulitan penglihatan menjadi hal yang umum. Usia
dihubungkan dengan masalah penglihatan yang terjadi terutama di lima area: Pendekatan
dekat, pandangan dinamis, sensitivitas terhadap cahaya, pencarian visual, dan kecepatan
memproses informasi visual.
Dalam hal perkembangan kognitifnya, individu usia paruh baya berada dalam
keunggulan mereka dalam banyak aspek. Individu yang terikat dalam pekerjaan yang
kompleks cenderung menunjukkan performa kognitif yang lebih kuat dibandingkan sebaya
mereka. Begitu juga dengan perkembangan psikososialnya di mana individu paruh baya
telah mengalami perkembangan identitas. Kualitas dari persahabatan di usia paruh baya
sering kali membentuk apa yang mereka miliki dalam jumlah waktu yang dihabiskan. Pada
hampir semua individu dewasa usia pertengahan hubungan adalah kunci yang paling
penting dalam kesejahteraan, mereka dapat menjadi sumber utama kesehatan dan
kepuasan. Memiliki pasangan merupakan faktor terbesar dalam kesejahteraan.
`
DAFTAR PUSTAKA
Larassati, B. N. (2013). Kebermaknaan Hidup Pada Usia Dewasa Madya Menghadapi Pengisian
Sarang Kosong . Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03.
Permatasari, M. (2012). Pengaruh Gaya Berpikir, Integritas Dan Usia Pada Perilaku Kerja Yang
Kontraproduktif. Jurnal Psikologi Ulayat, Edisi I, 75.
Putri, S. A. (2012). Karier Dan Pekerjaan Di Masa Dewasa Awal Dan Dewasa Madya. Majalah Ilmiah
INFORMATIKA Vol. 3 No, 3, 193.
Rini Sugiarti, S. W. (2010). Hubungan Kepercayaan Diri dan Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan
Menghadapi Menopause pada Ibu Rumah Tangga. J. DINAMIKA SOSBUD Volume 12 Nomor
2, 138-141.