Anda di halaman 1dari 56

Volume I, No 1, Desember 2010 ISSN: 2085-8655

Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK


Dengan Yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus | Perilaku
Konsumen Remaja Menggunakan Produk Fashion Bermerek Ditinjau Dari
Kepercayaan Diri | Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
(Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus) | Metode Dongeng Dalam
Meningkatkan Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah | Perilaku
Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi | Orientasi Nilai Pelaku Musik
Hardcore

JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS


JURNAL PSIKOLOGI UMK
Volume I, No 1, Desember 2010 ISSN: 2085-8655
52 halaman

DAFTAR ISI Halaman

Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada Anak Yang Mengikuti 1


Pendidikan TK Dengan Yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK Di
Kabupaten Kudus
Nur Halimah & Fajar Kawuryan

Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk Fashion Bermerek 9


Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
Wahyu Pranoto & Iranita Hervi Mahardayani

Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 15


(Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
Dhini Rama Dhania

Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan Kecerdasan 24


Moral Anak Usia Prasekolah
Latifah Nur Ahyani

Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi 33


Gusti Yuli Asih & Margaretha Maria Shinta Pratiwi

Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore 43


Anto Sanjaya & Mochamad Widjanarko

Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus | Penanggungjawab: Dekan Fakultas


Psikologi Universitas Muria Kudus | Pemimpin Umum: Drs. M. Suharsono, M.Si | Pimpinan
Redaksi: Mochamad Widjanarko, S.Psi, M.Si | Sekertaris Redaksi: Dhini Rama Dania, S.Psi, M.Si |
Staf Redaksi: Fajar Kawuryan, S.Psi, M.Si; Latifah Nur Ahyani, S.Psi, MA; Trubus Raharjo, S.Psi,
M.Si | Mitra Bestari: Dr. Y. Bagus Wismanto (Unika Soegijapranata); Dr. M. Sih Setija Utami (Unika
Soegijapranata); Dr. Edy Suhardono (IISA) | Sekertariat: Muji Syukur, S.Psi | Alamat Redaksi:
Kampus Universitas Muria Kudus, Gondangmanis, Bae, Kudus 593352 Jawa Tengah, Telp : 0291 -
438229 , Fax: 0291 – 437198, email: psiumk@yahoo.com, website: www.psikologi-umk.com

Jurnal Psikologi UMK diterbitkan dua kali dalam setahun setiap bulan Juni dan Desember. Redaksi
menerima tulisan hasil penelitian atau artikel pemikiran yang kritis mengenai masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan bidang psikologi. Redaksi berhak melakukan edit dengan tidak mengubah isi
pemikiran tulisan.
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

KESIAPAN MEMASUKI SEKOLAH DASAR


PADA ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN TK DENGAN YANG
TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN TK DI KABUPATEN KUDUS

Nur Halimah 1
2
Fajar Kawuryan

Abstract Manusia dalam perkembangannya ada


beberapa tahapan yang harus dilalui, mulai dari
masa kanak-kanak, remaja sampai dewasa.
This present study is aimed to investigate
the school readiness differences between Salah satu tahapan yang harus dilalui manusia
student who took pre-scholl education and not dan berpengaruh terhadap manusia baik
took pre-school education. Participants of this secara fisik maupun secara psikologis adalah
study consist of 120 students in the first class of masa kanak-kanak, karena pada masa kanak-
elementary shool from different school in
kanak ini adalah pondasi dari kehidupannya
Kudus. This study use accidental sampling.
NST (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test) kelak agar menjadi manusia yang berkualitas.
that made by Monks, Rost, and Coffie are used Hurlock (1980) menyatakan bahwa rentang
to know the school readiness. t analyses were
masa kanak-kanak dibagi lagi menjadi dua
performed and get the difference coeficient t1.2
=53,405, p=0,000 (p<0,01). This result showed periode yang berbeda; awal dan akhir. Periode
that there are very significant differences awal berlangsung dari umur dua sampai enam
school readiness between student who took tahun, sedang periode akhir masa kanak
pre-shcool education and not took pre-school berkisar antara enam sampai tiba saatnya anak
education. The student who took pre-school matang secara seksual, dengan demikian awal
education have better school readiness if
masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup
compare with student who not took pre-school
education. This is showed by mean difference masa bayi; usia dimana ketergantungan
from two kind of the participant. The student secara praktis sudah dilewati, diganti dengan
who took pre-school education get the mean tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar
score 25,98 but the student who not took pre- usia sekolah dasar.
school education only get mean score 11,25.
Anak usia empat sampai dengan enam
tahun merupakan bagian dari anak usia dini
Keywords: school readiness, pre-school
yang berada pada rentangan usia lahir sampai
education, elementary school
dengan enam tahun. Pada usia ini biasanya
disebut sebagai anak usia prasekolah. Para
pendidik menyebut tahun-tahun awal masa
kanak-kanak sebagai usia prasekolah, untuk
membedakannya dari saat di mana anak
dianggap cukup tua, baik secara fisik dan
mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada
1 Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus,
Pemerhati Tumbuh Kembang Anak.
saat mereka mulai mengikuti pendidikan
2 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muria formal. Hasil penelitian Djohaeni (2006)
Kudus.

1
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

menunjukkan bahwa pendidikan TK mampu menunjukkan gejala-gejala fisik, atau kesulitan


memberikan kontribusi pada anak dalam menyelesaikan tugasnya di sekolah.
mengembangkan seluruh aspek
Hal senada dari wawancara dengan
perkembangan yang dimilikinya.
seorang guru SD, Bp. Setiyo Utomo (SD 2
Alasan minat orangtua memasukkan Besito, 17-05-10, 11.00) yang menyatakan
anaknya ke TK sangat beragam, diantaranya bahwa semua muridnya kelas 1 berasal dari
agar mampu belajar disiplin, mampu TK. Efeknya, pada saat mengikuti proses
bersosialisi, mandiri, juga agar anak belajar mengajar sudah memiliki kesiapan, di
mempunyai kesiapan sekolah saat SD. Setelah antaranya sudah mengenal huruf, sudah
seorang anak menyelesaikan pendidikan mampu menulis, menghitung jumlah gambar,
prasekolah di taman kanak-kanak, seorang berani mencoba memecahkan masalah,
anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan menceritakan dan mengurutkan cerita dari
formal di sekolah dasar. Seorang anak yang gambar-gambar. Ditambahkan juga bahwa
belum pernah mengikuti atau menyelesaikan rata-rata anak-anak ini sudah mampu duduk
pendidikan prasekolah di taman kanak-kanak tenang dan menyelesaikan tugas-tugas
biasanya belum siap untuk mengikuti akademik di sekolah SD.
pendidikan formal di sekolah dasar, sehingga
Terkait dengan kesiapan sekolah, Hurlock
kesiapan bersekolah menjadi sangat penting.
(dalam Sulistiyaningsih, 2005) menyatakan
Sayangnya hal ini tidak dipahami semua
bahwa kesiapan bersekolah terdiri dari
orangtua (Djohaeni, 2008).
kesiapan secara fisik dan psikologis, yang
Seperti terungkap dalam wawancara meliputi kesiapan emosi, sosial dan intelektual.
dengan ST (Jurang, 25-05-10) orangtua yang Seorang anak dikatakan telah memiliki
mempunyai anak SD yang tidak mengikuti kesiapan fisik bila perkembangan motoriknya
pendidikan TK mengatakan bahwa sudah matang, terutama koordinasi antara
memasukkan anak ke pendidikan TK itu dirasa mata dengan tangan (visio-motorik)
tidak begitu penting karena hanya diajarkan berkembang baik.
bernyanyi dan bermain, tetapi harus membayar
Kesiapan emosional sudah dicapai apabila
mahal. Selain itu pendidikan TK juga bukan
anak secara emosional dapat cukup mandiri
merupakan prasyarat wajib untuk masuk SD.
lepas dari bantuan dan bimbingan orang
Baginya agar anak dapat membaca, menulis,
dewasa, tidak mengalami kesulitan untuk
dan berhitung akan diajarkan di SD.
berpisah dalam waktu tertentu dengan
Hasil penelitian Sulistiyaningsih (2005) orangtuanya, dapat menerima dan mengerti
menyatakan bahwa kesiapan bersekolah setiap tuntutan di sekolah, serta dapat
menjadi penting artinya karena anak yang telah mengontrol emosinya seperti rasa marah,
memiliki kesiapan untuk bersekolah akan takut, dan iri. Selain itu anak harus sudah dapat
memperoleh keuntungan dan kemajuan dalam bekerjasama, saling menolong, menunggu
perkembangan selanjutnya. Sementara itu giliran untuk suatu tugas dan sebagainya. Anak
anak yang tidak memiliki kesiapan, justru akan yang telah siap secara sosial akan mudah
frustrasi bila ditempatkan di lingkungan menyesuaikan diri dengan harapan-harapan
akademis. Berbagai bentuk perilaku sebagai dan aturan-aturan di sekolah. Menurut
cerminan frustrasi ini diantaranya adalah Haditono (1986) kesiapan sosial anak dapat
menarik diri, berlaku acuh tak acuh, dilihat dari kemampuan menyesuaikan diri

2
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

terhadap orang yang baru dikenal, seperti guru motorik telah terkoordinasi dengan baik.
dan teman-teman barunya.
c. Tingkat Kecerdasan
Kesiapan intelektual telah dimiliki anak
Kecerdasan/inteligensi merupakan
apabila anak sudah mampu mengenal
kemampuan seorang anak dalam memahami
berbagai macam simbol untuk huruf, angka,
instruksi verbal teoritis dan menyelesaikan
gambar, serta kata-kata yang digunakan untuk
tugas-tugas konkrit praktis dibandingkan
menyebut suatu benda, berpikir secara kritis,
dengan anak-anak seusianya. Anak-anak
menggunakan penalaran walaupun masih
dengan tingkat kecerdasan yang berfungsi
sederhana dalam memecahkan masalah
pada tahap rata-rata akan menyelesaikan
mampu berkonsentrasi dan memiliki daya ingat
tugas - tugas tersebut secepat anak-anak
yang baik sehingga anak dapat mengikuti
seusianya. Adapun anak-anak yang memiliki
pelajaran dengan lancar (Sulistiyaningsing,
tingkat kecerdasan tinggi akan menyelesaikan
2005).
tugas-tugas tersebut secara lebih cepat dan
K u s t i m a h ( 1 0 - 0 6 - 2 0 1 0 ; sebaliknya anak-anak yang memiliki tingkat
http://www.pustaka.unpad.ac.id) menyatakan kecerdasan rendah akan melaksanakannya
beberapa faktor dalam kesiapan sekolah anak dengan lebih lambat. Dengan demikian untuk
meliputi : memasuki dunia sekolah yang memiliki
program pembelajaran untuk usia tertentu,
a. Kesehatan Fisik
maka setidaknya seorang anak memiliki tingkat
Kesehatan yang baik dengan asupan gizi kecerdasan yang berfungsi pada tahap rata-
yang seimbang sangat dibutuhkan untuk dapat rata.
menunjang kesiapan masuk sekolah. Anak
d. Stimulasi Tepat
yang sehat akan lebih mudah mencerna
pengetahuan yang diajarkan serta Faktor lingkungan terdekat dengan anak
bersosialisasi dengan lebih baik, tampil gesit sangat berperan dalam menunjang kesiapan
dan bersemangat, baik dalam menerima anak untuk memasuki sekolah dasar, sehingga
informasi maupun dalam membina hubungan potensi perkembangan anak yang dimiliki anak
sosial dengan guru serta teman -temannya. dapat berkembang secara optimal. Orangtua
dan guru memegang peranan yang sangat
b. Usia
penting dalam mengembangkan aspek-aspek
Beberapa ahli mengatakan bahwa faktor yang sangat menunjang kesiapan anak untuk
usia sangatlah penting untuk menentukan sekolah meliputi semua perkembangan baik
kesiapan anak masuk sekolah dasar. Menurut perkembangan motorik kasar dan halus,
Janke, Comenius, Buhler dan Hetzer dalam perkembangan bahasa, perkembangan sosial,
buku Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test perkembangan kognisi dan perkembangan
(dalam Kustimah, 2008) menganggap usia 6 emosi anak.
tahun sebagai usia yang cukup matang untuk
e. Motivasi
sekolah. Pada usia ini umumnya anak telah
memiliki perbendaharaan kata yang cukup Anak yang merasa bahagia biasanya
banyak, memiliki kemampuan membayangkan memiliki motivasi baik untuk melakukan
seperti anak-anak seusianya, dapat sesuatu, serta umumnya melakukan kegiatan
mengemukakan secara verbal ide-ide dan didasari oleh tujuan tertentu.
pikiran-pikirannya serta organ-organ indra dan

3
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

Guna mengetahui kondisi faktor-faktor bersifat non verbal dan disajikan secara
kesiapan sekolah anak, digunakan Nijmeegse individual.
Schoolbekwaamheids Test (NST). NST terdiri
Dapat disimpulkan bahwa kesiapan anak
dari 10 sub tes yang berisi gambar-gambar
sekolah terdiri dari beberapa aspek, baik fisik
atau melengkapi gambar sekaligus
maupun psikologis dan salah satu alat tes
jawabannya, yang masing-masing
untuk mengukur kesiapan sekolah adalah
mengungkap kemampuan yang berbeda, yaitu:
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST)
1. Subtes 1: Pengamatan bentuk dan yang mengukur aspek-aspek kognitif, motorik
kemampuan membedakan (vorm halus dan motorik kasar, penilaian sosial, serta
waarneming en onderscheidings emosional.
vermogen);

2. Subtes 2: Motorik halus (fijne motoriek);


Tujuan Penelitian
3. Subtes 3: Pengertian tentang besar, jumlah,
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
dan perbandingan (begrip voor grootte
secara empirik perbedaan kesiapan sekolah
hoeveelheid en verhoudingen);
anak SD yang mengikuti pendidikan TK dengan
4. Subtes 4: Pengamatan tajam (scherp yang tidak mengikuti pendidikan TK.
waarnemen);

5. Subtes 5: Kemampuan berpikir kritis


Hipotesis
(kritische waarneming);
Ada perbedaan kesiapan sekolah anak
6. Konsentrasi (taakspanning);
sekolah dasar yang mengikuti pendidikan
7. Subtes 7: Ingatan (geheugen); taman kanak-kanak dengan yang tidak
mengikuti pendidikan taman kanak-kanak,
8. Subtes 8: Pengertian objek dan penilaian
dengan asumsi bahwa anak-anak yang
situasi (object begrip en
mengikuti pendidikan TK lebih siap memasuki
situatieboordeling);
SD dari pada anak yang tidak mengikuti
9. Subtes 9: Menirukan cerita (weergeven pendidikan TK.
van een verhaaltje);

10.Subtes 10: Menggambar orang


Metode Penelitian
(menstekening).
Subyek dalam penelitian ini adalah anak
Menurut Monks, Rost, dan Coffie (dalam
SD kelas satu yang mengikuti pendidikan
Sulistiyaningsih, 2005) NST dikembangkan di
taman kanak-kanak dan anak SD kelas satu
Nijmegen - Nederland merupakan pengolahan
yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-
tes Gopinger dari Jerman yang digunakan
kanak masing-masing sejumlah 60 siswa dari
untuk mengungkap kemampuan sekolah anak.
lima SD, yaitu SD 2 Besito, SD 4 Besito, SD 5
Hal senada diungkapkan bahwa NST
Jurang, SD 5 Gondosari, SD 10 Gondosari,
merupakan suatu alat tes yang digunakan
Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.
untuk mengungkap kesiapan untuk masuk
sekolah dasar, meliputi kesiapan fisik dan Pada penelitian ini, teknik pengambilan
kesiapan psikis. Kesiapan psikis ini terdiri dari sampel yang digunakan adalah accidental
kemasakan emosi, sosial, dan intelektual. NST sampling. Alat tes yang digunakan untuk

4
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

mengungkap kesiapan sekolah adalah NST 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
(Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test) yang sebaran data kesiapan sekolah anak SD yang
disusun oleh Monks, Rost, dan Coffie. Tes ini mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak
terdiri dari 10 sub tes yang berisi gambar- mengikuti pendidikan TK memiliki distribusi
gambar atau melengkapi gambar sekaligus normal.
jawabannya, yang masing-masing
2. Uji Homogenitas
mengungkap kemampuan yang berbeda.
Hasil uji homogenitas varian kesiapan
Item-item yang digunakan dalam penelitian
sekolah anak SD yang mengikuti pendidikan
ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK
1. Item yang jawaban benar yaitu item yang menunjukkan koefisiensi F sebesar 1,507
sesuai dengan kunci jawaban yang sudah dengan p sebesar 0,142 (p>0,05) yang berarti
tersedia. data kesiapan sekolah anak SD yang mengikuti
pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti
2. Item yang jawaban salah yaitu item yang
pendidikan TK adalah homogen.
tidak sesuai dengan kunci jawaban yang
sudah tersedia.

Bentuk jawaban terdiri dua alternatif Tabel 1


jawaban yaitu Benar (B) dan salah (S). Pada Perbedaan Rerata Kesiapan Sekolah Anak
jawaban benar (B) diberi nilai 1 dan jawaban SD yang Mengikuti Pendidikan TK dengan
salah (S) diberi nilai 0 lalu jumlah jawaban yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK
subyek pada setiap subtes dan diakumulasi Paired Samples Statistics
untuk disesuaikan dengan norma. Std. Std. Error
Mean N
Deviation Mean
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test Pair TK 25.98 57 1.302 .173
(N.S.T.) yang telah digunakan oleh Woelan (24- 1 NON_TK 11.25 57 1.607 .213
08-2010; http://www.adln.lib.unair.ac.id)
memiliki validitas antara 0,220 sampai 0,510
dan reliabilitas sebesar 0,829. Untuk menguji Tabel 2
perbedaan kesiapan sekolah anak yang Uji Perbedaan Kesiapan Sekolah Anak SD
mengikutikan pendidikan TK dengan yang tidak yang Mengikuti Pendidikan TK dengan
mengikuti pendidikan TK digunakan analisis uji yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK
t. Paired Samples Test
Paired Differences
Std. Error
Mean Std. Deviation
Hasil Penelitian Mean
Pair 1 TK - NON_TK 14.74 2.083 .276
1. Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas dengan teknik Paired Differences


95% Confidence
Kolmogorof-Smirnov terhadap data kesiapan df Sig. (2-tailed)
Interval of the t
sekolah anak SD yang mengikuti pendidikan Difference
TK diperoleh nilai K-SZ sebesar 1,941 dengan Lower Upper
14.18 15.29 53.405 56 .000
p sebesar 0,138 (p > 0,05) dan anak yang tidak
mengikuti pendidikan TK diperoleh nilai K-SZ
sebesar 1,157 dengan p sebesar 0,138 (p >
5
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

Hasil analisis data menunjukkan koefisien lingkungan akademis (Sulistiyaningsih, 2005).


beda t1.2 sebesar 53,405 dengan p sebesar
Adapun menurut Cronbach (dalam
0,000 (p<0,01), menunjukkan ada perbedaan
Soemanto, 2003) kesiapan (readiness)
sangat signifikan kesiapan sekolah anak SD
sebagai segenap sifat atau kekuatan yang
yang mengikuti pendidikan TK dengan yang
membuat seseorang dapat bereaksi dengan
tidak mengikuti pendidikan TK. Hal ini juga
cara tertentu. Dalam hal kesiapan ini
ditunjukkan dengan perbedaan rerata
melibatkan beberapa faktor antara lain (1)
keduanya yaitu untuk anak yang mengikuti
perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis,
pendidikan TK sebesar 25,98 dan untuk anak
yang menyangkut pertumbuhan terhadap
yang tidak mengikuti pendidikan TK sebesar
kelengkapan pribadi seperti tubuh pada
11,25. Berdasarkan hasil analisis data di atas
umumnya seperti alat indra dan kapasitas
maka hipotesis yang diajukan yaitu ada
intelektual, (2) motivasi, yang menyangkut
perbedaan kesiapan sekolah anak yang
kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu
mengikuti pendidikan TK dengan anak yang
untuk mempertahankan serta
tidak mengikuti pendidikan TK; diterima.
mengembangkan diri.

Hal lain yang mempengaruhi kesiapan


Diskusi sekolah anak adalah keluarga dan lingkungan.
Hurlock (1980) menyatakan lingkungan yang
Kesiapan bersekolah anak yang satu belum
terdekat dengan anak adalah keluarga. Dari
tentu sama dengan anak yang lainnya, bahkan
berbagai karakteristik keluarga, faktor tingkat
meskipun usianya sama. Hal ini disebabkan
pendidikan orangtua merupakan sesuatu yang
karena ada banyak faktor yang mempengaruhi
besar pengaruhnya terhadap perkembangan
terbentuknya kesiapan bersekolah anak.
anak. Tingkat pendidikan orangtua ini sangat
Selain dipengaruhi oleh kemasakan,
penting hubungannya dengan cara mereka
lingkungan tempat anak berkembang juga ikut
mengasuh anak, sementara itu cara
membentuk kesiapan anak bersekolah.
pengasuhan anak berhubungan dengan
Dapat dipahami bahwa pendidikan anak perkembangan anak. Dalam hal ini tingkat
pada usia prasekolah merupakan dasar yang pendidikan dan lingkungan orangtua
penting untuk keberhasilan pada jenjang studi mempengaruhi cara pengasuhan anak. Dalam
yang selanjutnya. Setelah menyelesaikan lingkungan yang terpencil dan tidak ada akses
pendidikan prasekolah di TK, seorang anak pendidikan banyak orangtua tidak
akan bersiap untuk mengikuti pendidikan memasukkan anaknya ke lingkup pendidikan
formal di SD (Sulistiyaningsih, 2005). Anak sekolah yang memadai, hal ini akan berbeda
yang mengikuti pendidikan TK dimungkinkan dengan orangtua yang tinggal di lingkungan
lebih matang dari pada anak yang tidak yang mempunyai banyak akses pendidikan,
mengikuti pendidikan TK seperti terungkap kebanyakan dari mereka merasa bahwa
dalam penelitian Kustimah (2008). Kesiapan pendidikan usia dini adalah hal yang penting
bersekolah menjadi penting artinya karena untuk perkembangan kognitif anak-anak
anak yang telah memperoleh keuntungan dan khususnya anak-anak usia prasekolah.
kemajuan dalam perkembangannya yang
Pada hasil penelitian juga dapat dilihat
selanjutnya. Sementara itu anak yang belum
adanya perbedaan rerata yaitu rerata anak
memiliki kesiapan, justru akan mengalami
yang mengikuti pendidikan TK lebih besar yaitu
hambatan-hambatan bila ditempatkan di
6
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

sebesar 25,98 dan rerata anak yang tidak kemasakan emosi, sosial, dan intelektual
mengikuti pendidikan TK sebesar 11,25. Hal ini dalam mengikuti pendidikan di sekolah
dapat dipengaruhi oleh kondisi pendidikan dasar.
prasekolah yang ditempuh sebelum mengikuti
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar melibatkan
pendidikan sekolah serta lingkungan tempat
faktor pendukung kesiapan belajar yang
tinggal anak-anak. Anak-anak yang sebelum
lain, misalnya dukungan orangtua, tingkat
SD mengikuti pendidikan TK dimungkinkan
kecerdasan, dan motivasi.
secara kognitif, fisik, dan emosi sudah siap
dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.

Anak-anak yang tidak mengenyam


pendidikan TK ketika memasuki pendidikan
sekolah dasar secara kognitif, fisik dan emosi Daftar Pustaka
rata-rata belum siap. Anak yang belum memiliki Dalyono, M. (1997). Psikologi Pendidikan.
kesiapan, justru akan frustrasi bila ditempatkan Jakarta: PT. Rieka Cipta
di lingkungan akademis. Berbagai bentuk
perilaku sebagai cerminan frustrasi ini Djoehaeni, H. (2006). Pengembangan Potensi
diantaranya adalah untuk menarik diri, berlaku Anak Usia Dini Melalui Penerapan Kelas
acuh tak acuh, menunjukkan gejala- gejala Ya n g B e r p u s a t P a d a A n a k :
sakit fisik, atau kesulitan menyelesaikan http://www.jurnal.psikologi.ac.id. 22-06-
tugasnya di sekolah (Rowen dkk dalam 2010, 10.30
Sulistiyaningsih, 2005). ___________. (2008). Pengembangan
Potensi Anak Usia Dini melalui Penerapan
Kelas yang Berpusat pada Anak:
Simpulan dan Saran http://www.jurnal.psikologi.ac.id. 22-06-
Simpulan 2010, 10.00

Berdasarkan hasil penelitian, dapat Haditono, S.R.(1986). Pengasuhan Anak


disimpulkan ada perbedaan sangat signifikan Menuju Kesiapan Masuk SD. Yogyakarta:
kesiapan sekolah antara anak SD yang Fakultas Psikologi UGM
mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak Hurlock. (1980). Perkembangan Anak. Jakarta:
mengikuti pendidikan TK, dimana anak SD Erlangga
yang sebelumnya mengikuti pendidikan TK
memiliki kesiapan sekolah lebih tinggi Kustimah, (2008). Gambaran Kesiapan Anak
dibandingkan yang tidak mengikuti pendidikan Masuk Sekolah Dasar Dtinjau dari Hasil
TK. Test NS (Nijmeegse Schoolbekwaamheids
Test). Bandung: Universitas Padjadjaran.
http://www.pustaka.unpad.ac.id. 10-06-
Saran 2010, 13:30.

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan : Monks dkk. (2004). Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
1. Bagi orangtua agar memasukkan anaknya
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
di pendidikan prasekolah sebelum
memasuki sekolah dasar agar memiliki Munarsih, C. (2010). Pembelajaran Terpadu
kesiapan fisik dan kesiapan psikis; berupa pada Pendidikan Usia Dini bagi Anak
7
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus

Miskin di Jakarta: http://www.adln.lib.unj-


upi.ac.id. 5-05-2010, 13.20.

Soemanto, W. (2003). Psikologi Pendidikan.


Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sulistiyaningsih, W. (2005). Kesiapan


Bersekolah Anak Ditinjau Dari Jenis
Pendidikan Pra Sekolah Anak dan Tingkat
Pendidikan Orangtua. Jurnal Psikologia.
Volume 01 – Juni 2005. Universitas
Sumatera Utara.

Woelan, H. (2010). Uji Validitas dan Reliabilitas


Tes NST. http://www.adln.lib.unair.ac.id.
24-08-2010, 22:00.

8
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK


FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

Wahyu Pranoto 1
2
Iranita Hervi Mahardayani

Abstract Masa remaja adalah masa peralihan dari


masa anak menuju masa dewasa yang
This study aims to empirically examine the mengalami perkembangan semua aspek atau
relationship between consumer behavior of fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini,
teenagers using branded fashion products with 2004). Periode transisi pada usia remaja
confidence. In this study the subjects of membuat remaja akan selalu berusaha untuk
research is student in the Muria Kudus dapat diterima dengan baik oleh kelompok
University, with a purposive sampling based
sosialnya. Mereka mengusahakan berbagai
sampling that samples with characteristics of
teenagers using branded fashion products. cara yang ditujukan pada konformitas
Measuring instrument used to obtain the data is kelompoknya. Penampilan fisik merupakan
scale consumer behavior teenagers use prioritas utama yang menjadi perhatian para
fashion branded products and the confidence remaja, bahkan banyak yang hanya mau
scale.
membeli produk fashion dengan merek tertentu
The results obtained from both the saja yang harganya mahal, hanya untuk
correlation coefficient rxy of 0.433 with p of
meningkatkan harga diri dan menambah
0.000 (p <0.050), this means there is a
significant positive relationship on teenagers kepercayaan dirinya. Sejumlah penelitian telah
consumer behavior using branded fashion menemukan bahwa penampilan fisik
products with confidence. So the hypothesis merupakan suatu kontributor yang sangat
accepted. Teenangers consumer behavior berpengaruh pada rasa percaya diri remaja,
using branded fashion product and confidence (Santrock dalam Kusumaningtyas, 2009).
gained on medium category. Effective
contribution to the behavior variable of Penampilan remaja dalam kesehariannya,
consumer confidence at 43.3%. fashion merupakan salah satu hal yang tidak
boleh dilupakan dalam menunjang
Keywords: consumer behavior and penampilannya. Remaja menyadari bahwa
confidence fashion sangat penting kerena mereka memiliki
keinginan untuk selalu tampil menarik ditengah
– tengah kelompok sosialnya. Salah satu
bentuk perilaku remaja dalam menambah
penampilan dirinya dimata kelompoknya
adalah dengan mengikuti mode yang diminati
oleh kelompok sebayanya (Mappiare,1982).
1 Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus.
2 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muria Remaja cenderung membeli produk
Kudus. fashion bukan karena alasan kebutuhan, tetapi

9
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

hanya untuk berpenampilan agar lebih dihargai Mode yang terus berkembang seiring
dan dapat diterima oleh kelompoknya atau perubahan jaman, menyebabkan remaja terus
teman sebayanya. Perilaku ini lebih menerus mengikuti perkembangan arus mode.
dipengaruhi oleh faktor emosi dari pada rasio, Semakin tinggi kecenderungan mengikuti
karena pertimbangan – pertimbangan dalam mode maka kepercayaan diri pada remaja
membuat keputusan untuk membeli suatu akan semakin kuat atau meningkat.
produk lebih menitikberatkan pada status Kecenderungan mengikuti mode memiliki
sosial, mode dan kemudahan, dari pada prediksi kuat terhadap terbentuknya
pertimbangan ekonomis. Pilihan emosional kepercayaan diri pada remaja, Buntaran
biasanya didasarkan atas rasa salah, rasa (dalam Kusumaningtyas, 2009). Dengan
takut, kurang percaya diri, dan keinginan begitu remaja yang kurang memiliki rasa
bersaing serta menjaga penampilan diri, percaya diri yang kuat secara otomatis akan
(Sarwono dalam Kusumaningtyas, 2009) menggunakan mode – mode yang sedang
Teman sebaya lebih memberikan pengaruh marak dikalangannya, guna menambah rasa
dalam memilih hal cara berpakaian, hobi, kepercayaan diri pada remaja tersebut.
perkumpulan (club), dan kegiatan sosial lainya Berdasarkan fenomena diatas, diduga
(Yusuf, 2004). Karena itu remaja berusaha bahwa remaja yang memiliki masalah dalam
berpenampilan sama dengan teman kepercayaan dirinya, kurang atau tidak
sebayanya, remaja merasa dirinya lebih percaya diri akan melakukan usaha untuk
diterima dan dihargai. Bagi seorang remaja, arti menutupi rasa kurang percaya dirinya tersebut
penerimaan atau penolakan teman sebaya dengan cara menggunakan produk fashion
dalam kelompok sangatlah penting. Hal itu bermerek. Untuk itu dalam kesempatan ini
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penulis ingin mengetahui adakah hubungan
pikiran, sikap, perasaan, perbuatan – antara perilaku konsumen remaja yang
perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Hal menggunakan produk fashion bermerek
yang demikian ini akan menimbulkan rasa dengan kepercayaan diri.
senang, gembira, puas bahkan rasa bahagia
yang pada gilirannya memberi rasa percaya diri
yang besar (Mappiare, 1982) Tujuan Penelitian

Salah satu penyebab dari rasa kurang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
percaya diri tersebut yaitu bahwa remaja menguji secara empirik hubungan antara
merasa dirinya memiliki kekurangan dan tidak perilaku konsumen remaja menggunakan
sama dengan kelompok teman sebayanya produk fashion bermerek dengan kepercayaan
dalam konteks secara fisik. Hal ini yang diri.
menyebabkan remaja memilih untuk menutupi
kekuranganya tersebut dan berusaha untuk
untuk berpenampilan sama dengan Hipotesis
kelompoknya. Remaja yang tidak percaya diri Ada hubungan positif antara kepercayaan
ini cenderung akan menggunakan produk diri dengan perilaku konsumen remaja yang
fashion bermerek sebagai kompensasi menggunakan produk fashion bermerek,
terhadap kekuranganya, Sinaga (dalam dimana semakin tinggi kepercayaan dirinya
Kusumaningtyas, 2009) maka perilaku konsumen menggunakan

10
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

produk fashion bermerek semakin tinggi pula, menggunakan produk fashion bermerek
begitu pula sebaliknya semakin rendah pula menunjukkan, dari 40 item tidak terdapat item
kepercayaan dirinya semakin rendah perilaku yang gugur, item yang valid dengan koefisien
konsumen remaja menggunakan produk validitas berkisar antara 0,2202 sampai
fashion bermerek. 0,7460.

Hasil reliabilitas skala perilaku konsumen


remaja menggunakan produk fashion
Metode Penelitian
bermerek menunjukkan reliabilitas alpha (rtt)
Untuk menguji hipotesis penelitian, sebesar 0,9467
sebelumnya dilakukan identifikasi dari
variabel– variabel yang akan dipakai dalam
penelitian ini, yaitu : Skala Kepercayaan Diri

1. Variabel Bebas: Kepercayaan Diri. Sedangkan item Skala Kepercayaan Diri


menunjukkan, dari 40 item pada tahap 1
2. Variabel Tergantung: Perilaku Konsumen
perhitungan terdapat 6 item yang gugur
Remaja menggunakan produk fashion
dengan koefisiensi validitas –0,0056 sampai
bermerek.
dengan 0,1766, pada tahap 2 perhitungan
Penelitian ini menggunakan purposive terdapat 1 item yang gugur dengan koefisien
sampling, yaitu mahasiswa fakultas psikologi, validitas 0,1638, jadi hasil akhir perhitungan
fakultas ekonomi, fakultas teknik, fakultas terdapat 33 item yang valid dengan koefisiensi
keguruan dan ilmu pendidikan, fakultas hukum, validitas berkisar antara 0,2254 sampai
dan fakultas pertanian, tetapi dalam penelitian 0,7198.
ini hanya diambil sampel dari masing-masing
Hasil reliabilitas skala kepercayaan diri
populasi tersebut yaitu remaja yang berusia 18-
menunjukkan bahwa kepercayaan diri
21 tahun dan menggunakan produk fashion
mempunyai reliabilitas alpha (rtt) pada tahap 1
bermerek.
sebesar 0,8433, tahap 2 sebesar 0,8661 dan
Dalam penelitian ini dikumpulkan dengan pada tahap terakhir dengan hasil sebesar
metode skala. Adapun skala yang dibuat dalam 0,8682,
penulis ini adalah skala perilaku konsumen
Analisis Data
remaja menggunakan produk fashion
bermerek dan skala kepercayaan diri. Metode Tabel 1
analisis data yang dipakai dalam penelitian ini Uji Normalitas Sebaran
adalah menggunakan metode teknik korelasi No. Variabel K-SZ P Keterangan
poduct moment 1. Perilaku Konsumen 0,713 > 0,05 Distribusi Normal

2. Kepercayaan Diri 0,520 > 0,05 Distribusi Normal

Hasil Penelitian
Tabel 2
Validitas dan Reliabilitas Uji Linieritas Hubungan
Skala Perilaku Konsumen Remaja F Sig.
PKR* PD Between (combined) 1,805 ,020
Menggunakan Produk Fashion Bermerek
Groups linierity 23,939 ,000
Devitiation from Linierity 1,190 ,270
Item skala perilaku konsumen remaja Within Groups
Total

11
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

dengan kelompok teman sebayanya dalam


Tabel 3
konteks secara fisik. Hal ini yang
Uji Hipotesis
menyebabkan remaja memilih untuk
X PD Y P.KNSMN
X kepercayaan diri Pearson Correlation 1 ,433** menutupi kekuranganya tersebut dan
Sig.(1- tailed) ,000
N 99 99 berusaha untuk untuk berpenampilan
Y P. Konsmn Pearson Correlation ,433** 1
Sig.(1- tailed) ,000
sama dengan kelompoknya. Remaja yang
N 99 99 tidak percaya diri ini cenderung akan
** Correlation is significant at the 0,01 level
menggunakan produk fashion bermerek
sebagai kompensasi terhadap
Diskusi kekuranganya, Sinaga (dalam
Berdasarkan analisis data hipotesis yang Kusumaningtyas, 2009).
diajukan yaitu ada hubungan positif antara Sifat remaja selalu ingin diakui
perilaku konsumen remaja menggunakan eksistensinya oleh lingkungan dengan
produk fashion bermerek dengan kepercayaan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
diri, dengan rxy sebesar 0,433 dengan P < itu. Kebutuhan untuk diterima dan
0,05, dengan demikian hipotesis yang diajukan diakuinya remaja tersebut oleh orang lain
diterima yaitu semakin tinggi perilaku atau teman sebaya itu menyebabkan
konsumen remaja menggunakan produk remaja berusaha untuk mengikuti berbagai
fashion bermerek maka semakin tinggi atribut yang sedang in (Tambunan, 2001).
kepercayaan diri. Sebaliknya, semakin rendah Karena itu remaja akan menggunakan
perilaku konsumen remaja menggunakan produk fashion bermerek yang dasarnya
produk fashion bermerek maka semakin produk tersebut sesuai dengan mode atau
rendah pula kepercayaan dirinya. tren yang sedang in.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Besarnya pengaruh perilaku konsumen
yang dikemukakan Tambunan (2001) bahwa remaja menggunakan produk fashion
remaja yang memiliki kekurangan pada bermerek terhadap kepercayaan diri
fisiknya membuat remaja tersebut akan tampak pada besarnya sumbangan efektif
merasa kurang percaya diri pada kelompok sebesar 43,3%, berarti masih terdapat
sosialnya, dan remaja tersebut akan mudah 56,7% faktor lain yang mempengaruhi
terbujuk oleh penawaran produk – produk kepercayaan diri. Besarnya sumbangan
fashion bermerek terbaru yang menurutnya efektif perilaku konsumen remaja
bisa membuat dirinya lebih bisa percaya diri. menggunakan produk fashion bermerek
Bagi produsen, remaja yang tidak percaya diri yang relatif besar ini penting untuk
ini merupakan pasar potensial bagi produk – diperhatikan khususnya bagi remaja. Bagi
produk fashion yang mereka ciptakan. Remaja remaja yang memiliki perilaku konsumen
yang seperti ini akan cenderung menggunakan dalam penggunaan produk – produk
produk fashion bermerek untuk meningkatkan fashion bermerek yang sangat tinggi hanya
kualitas yang ada pada dirinya khususnya guna untuk sekedar menambah
dalam hal penampilan. kepercayaan dirinya hendaknya untuk
Salah satu penyebab dari rasa kurang tetap bisa dikontrol. Fatimah (dalam
percaya diri tersebut bahwa remaja merasa Rosita, 2010) menyebutkan kepercayaan
dirinya memiliki kekurangan dan tidak sama diri muncul bukan dari penampilan luar kita

12
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

saja melainkan dari rasa optimisme dalam diri, kepercayaan diri yang rendah ada 23 orang
selalu berpikir positif, berpikir realistik dan apa (23,23%), remaja dengan kepercayaan diri
adanya serta evaluasi diri yang objektif. sedang ada 41 orang (41,41%), remaja dengan
kepercayaan diri tinggi ada 24 orang (24,24%),
Hasil analisis variabel perilaku konsumen
dan remaja dengan kepercayaan diri yang
remaja menggunakan produk fashion
sangat tinggi ada 5 orang (5%).
bermerek diperoleh mean empirik sebesar
113,77 dan SD empirik sebesar 15,675.
Berdasarkan norma kategorisasi tingkat
Simpulan dan Saran
perilaku konsumen remaja menggunakan
produk fashion bermerek, diperoleh bahwa Simpulan
perilaku konsumen remaja menggunakan Berdasarkan hasil analisis data dan
produk fashion bermerek tersebut tergolong pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
sedang. Hal ini diketahui dari hasil respon disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
subyek pada item dalam skala yang signifikan antara perilaku konsumen remaja
menunjukkan prosentase perilaku konsumen menggunakan produk fashion bermerek
remaja menggunakan produk fashion dengan kepercayaan diri.
bermerek terbesar pada tingkat sedang.
Saran
Remaja dengan perilaku konsumennya
menggunakan produk fashion bermerek Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
sangat rendah ada 11 orang (11,11%), Remaja dan kesimpulan di atas maka peneliti
dengan perilaku konsumennya menggunakan mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
produk fashion bermerek rendah ada 15 orang 1. Remaja
(15,15%), Remaja dengan perilaku
konsumennya menggunakan produk fashion Bagi remaja yang kurang percaya diri dalam
bermerek yang tergolong sedang ada 46 orang berpenampilan dan merasa mendapati
(46,46%), Remaja dengan perilaku kekurangan yang ada pada dirinya apabila
konsumennya menggunakan produk fashion mungkin diharapkan menggunakan produk
bermerek tinggi ada 19 orang (19,19%) dan fashion bermerek untuk tetap bisa tampil lebih
Remaja dengan perilaku konsumennya percaya diri atau dengan cara optimis dengan
menggunakan produk fashion bermerek yang kemampuan, berpikir positif, berpikir realistik
tergolong sangat tinggi ada 8 orang (8,08%). dan apa adanya serta evaluasi diri yang
objektif, pengendalian diri yang baik dan
Sedangkan hasil analisis variabel kemampuan bersosialisasi yang baik.
kepercayaan diri diperoleh mean empirik
sebesar 97,44 dengan SD empirik sebesar 2. Peneliti selanjutnya
9,417. Berdasarkan norma kategorisasi tingkat Bagi peneliti lain disarankan untuk
kepercayaan diri diperoleh bahwa menggunakan faktor lain yang mempengaruhi
kepercayaan diri remaja tergolong sedang. Hal perilaku konsumen sebagai variabel
ini diketahui dari hasil respon subyek pada item dependent atau variabel tergantung karena
dalam skala yang menunjukkan prosentase karena masih terlalu luas arti tentang perilaku
kepercayaan diri terbesar pada tingkat sedang. konsumen.
Remaja dengan kepercayaan diri yang sangat
rendah ada 6 orang (6%), remaja dengan

13
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri

Daftar Pustaka Barang Bermerek (Branded Item).


http://dzumar.wordpress.com
Assianbrain. (2008). Mengenal Perilaku
Konsumen. www.AssianBrain.com

Beureukat. (2003). Faktor Lingkungan Sebagai


Penentu Perilaku Konsumen. Fakultas
Ekonomi, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

Edris, M. (2008). Perilaku Konsumen. Fakultas


Ekonomi, Universitas Muria Kudus.

Engel, J. F. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 2.


Jakarta : Binarupa Aksara.

Ferrinadewi, E. (2008). Merek Dan Psikologi


Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hakim, T, (2005). Mengatasi Rasa Tidak


Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi


Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.

Kusumaningtyas, R. (2009). Hubungan


Konsep Diri dengan Minat Membeli Produk
Fashion Bermerek Terkenal Pada Remaja.
Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang:
Fakultas Psikologi UNNES.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja.


Surabaya : Usaha Nasional

Rosita, H. (2010). Hubungan Antara Perilaku


Asertif Dengan Kepercayaan Diri Pada
Mahasiswa. Jurnal: Unversitas
Gunadarma.

Rumini, S dan Sundari, S. (2004). Psikologi


Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta :
Rineka Cipta.

Tambunan, R. (2001). Kepercayaan Diri Anda.


www.e-psikologi.com

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan


Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya.

Zumars, D. (2010). Konsumen Indonesia Suka


14
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

PENGARUH STRES KERJA, BEBAN KERJA


TERHADAP KEPUASAN KERJA
(STUDI PADA MEDICAL REPRESENTATIF DI KOTA KUDUS)

Dhini Rama Dhania


Universitas Muria Kudus

Abstract perkembangan dalam dunia perdagangan di


mana persaingan produk semakin ketat
With the growth of world trade in products disertai dengan target-target yang begitu tinggi
where competition is accompanied by dari perusahaan kepada para marketing.
increasingly stringent targets are so high from Dengan demikian para marketing ini sangat
the company to its marketing, as well as the diperlukan agar setiap produk yang dihasilkan
marketing of drug company called Medical dapat dikenal dan tertanam dalam pikiran dan
Representative is charged with a high enough
hati masyarakat baik melalui penjelasan door
target. Therefore this study aims to determine
Workload Influence on Job Stress, Job Stress to door, dan face to face.
and Effect on Medical Representative Job Dalam perusahaan farmasi para karyawan
Satisfaction in Kudus. From the results of
marketing ini biasa disebut dengan medical
hypothesis test showed that the adjusted R2 of -
, 025 indicates that the effect of workload on job representative. Terkait dengan produk yang
stress at 2.5%. With a very small effect, may ditawarkan, sasaran pasarnya juga sangat
imply that no form of workload influence on spesifik, yakni kalangan dokter. Tugas seorang
work stress. while for the Effect of Work Stress medical representative tidak jauh berbeda
on Job Satisfaction gained 0,033 Adjusted R2
dengan sales, tugasnya antara lain
results show an effect of work stress on job
satisfaction by 3.3%, With very little effect, may mempresentasikan di depan dokter mengenai
imply that no form of the effect of job stress on keunggulan dan kelebihan obat yang mereka
job satisfaction. tawarkan, menjelaskan kegunaan dari jenis
obat baru, ia harus dapat menjelaskan secara
Keywords: Job Stress, Workload, Job rinci segala informasi yang berkaitan dengan
Satisfaction produk yang diwakilinya.

Dengan demikian para medical


representative dituntut oleh pihak perusahaan
Kepala Badan Pengawasan Obat dan
untuk selalu dapat menutup target yang telah
Makanan Indonesia H Sampurno, 2005 (dalam
ditetapkan perusahaan. Adanya target yang
Republika) mengatakan, dalam tiga tahun
telah dibebankan pada para medical
mendatang ada masalah domestik yang
representative tersebut, maka munculah
menyangkut nasib distribusi obat nasional,
sebuah permasalahan dalam pemasaran
terutama yang berskala kecil. Akibatnya, lebih
produk obat khususnya di kota Kudus. Hal ini
dari ribuan pedagang besar farmasi harus
dikarenakan minimnya unit pelayanan
memperebutkan pasar lokal yang tersisa,
kesehatan yang ada di kota Kudus, dan
sekitar 20 % saja. Sedangkan 80 % sudah
banyaknya cabang perusahaan farmasi yang
dikuasai distributor asing. Dengan
15
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

berdiri di kota Kudus, ini membuat para medical psikis seseorang.


representative mengalami kesulitan dalam
Menurut Menpan (1997), pengertian beban
menutup target yang ditetapkan perusahaan
kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
karena kurangnya tempat untuk memasarkan
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu
produknya, dengan begitu para medical
unit organisasi atau pemegang jabatan dalam
representatif saling berlomba-lomba satu sama
jangka waktu tertentu. Hart and Staveland
lain untuk segera dapat menutup target.
(dalam Wikipedia, 2008) mendefinisikan beban
Adanya ketergantungan perusahaan akan kerja sebagai berikut :
sumber daya manusia (karyawan) dapat dilihat
“the perceived relationship between the
dalam bentuk keaktifan karyawan dalam
amount of mental processing capability or
menetapkan rencana, sistem, proses dan
resources and the amount required by the
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
task”.
perusahaan (Hasibuan, 1994). Oleh karena itu
sangat perlu adanya perhatian khusus dalam Dari beberapa pengertian mengenai Beban
kesejahteraan karyawan dalam suatu kerja dapat ditarik kesimpulan beban kerja
organisasi. Kesejahteraan karyawan menjadi adalah ” sejumlah kegiatan yang
sangat penting pada masa sekarang ini, karena membutuhkan proses mental atau
apabila kesejahteraan rendah akan muncul kemampuan yang harus diselesaikan dalam
akibat-akibat seperti banyak demonstrasi dan jangka waktu tertentu, baik dalam bentuk fisik
aksi mogok kerja.. maupun psikis.

Kepuasan kerja yang dirasa oleh medical Stres merupakan suatu kondisi internal
representatif tidak terlepas dari suatu keadaan yang terjadi dengan ditandai gangguan fisik,
yang mengikuti seorang individu, salah lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi
satunya yaitu stress. Sullivan & Bhagat (1992) pada kondisi yang tidak baik. Pendapat
menyebutkan bahwa banyak penelitian tersebut diungkapkan oleh Morgan & King,
mengenai pengaruh stres kerja terhadap (1986: 321) yang lebih jelasnya sebagai
kepuasan kerja dalam suatu organisasi. Hasil berikut:
penelitian Alberto (1995), Praptini (2000) “…as an internal state which can be caused
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang by physical demands on the body (disease
mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya conditions, exercise, extremes of temperature,
adalah stres kerja. and the like) or by environmental and social
Lebih lanjut penyebab stress dapat dibagi situations which are evaluated as potentially
menjadi dua, yaitu internal dan eksternal, di harmful, uncontrollable, or exceeding our
mana salah satu penyebab stress yang berasal resources for coping”
dari eksternal yaitu beban kerja yang dirasakan Ada beberapa definisi yang dikemukakan
individu sebagaimana diungkapkan oleh oleh para ahli tentang kepuasan kerja
Cooper (dalam Rice, 1999). Beban kerja itu diantaranya Wagner III & Hollenbeck (1995),
sendiri misalnya target yang telah ditetapkan mengutip ungkapan yang diberikan oleh Locke,
perusahaan merupakan suatu beban kerja yang menjelaskan kepuasan kerja adalah
yang harus ditanggung oleh para medical suatu perasaan menyenangkan yang datang
representative. Beban kerja yang dirasa cukup dari persepsi seseorang mengenai
berat dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan pekerjaannya atau yang lebih penting yaitu nilai

16
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

kerja, untuk lebih jelasnya sebagai berikut : tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
”a pleasurable feeling that results from the merusak). Lebih lanjut Eustress dapat
perception that one's job fulfills or allows for the memunculkan suatu kondisi kepuasan dalam
fulfillment of one's important job values”. pekerjaannya. Sebagaimana diungkapkan
oleh Nilvia (2002) bahwa Kepuasan kerja
karyawan merupakan salah satu aspek penting
Kerangka Berpikir yang perlu diperhatikan dalam usaha
peningkatan kemampuan sumber daya
Dalam suatu kesempatan Smith (1981)
manusia suatu organisasi, karena dengan
mengemukakan bahwa konsep stres kerja
kepuasan kerja yang dirasakan maka seorang
dapat ditinjau dari beberapa sudut yaitu:
karyawan mampu bekerja secara optimal.
pertama, stres kerja merupakan hasil dari
keadaan tempat kerja. Kedua, stres kerja Sullivan & Bhagat (1992) menyebutkan
merupakan hasil dari dua faktor organisasi bahwa banyak penelitian mengenai pengaruh
yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan stres kerja terhadap kepuasan kerja dalam
organisasi. Ketiga, stres karena ”work load” suatu organisasi. Hasil penelitian Lee (dalam
atau beban kerja. Keempat, akibat dari waktu Google.com, 2008) menunjukkan bahwa
kerja yang berlebihan. Dan kelima, faktor faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
tanggung jawab kerja. Kahn dan Quin (dalam kerja salah satunya adalah stres kerja.
Ivanceviech et al, 1982) menambahkan bahwa Selanjutnya penelitian Alberto (1995),
stres kerja merupakan faktor-faktor lingkungan mengungkapkan bahwa stress kerja
kerja yang negatif, salah satunya yaitu beban berpengaruh terhadap kepuasan kerja staf
kerja yang berlebihan dalam pekerjaan. Hal audit. Penelitian yang senada juga ditemukan
senada juga diungkapkan oleh Keenan dan oleh Praptini (2000) yang menunjukkan bahwa
Newton (1984) yang menyebutkan bahwa stress berpengaruh terhadap kepuasan kerja
stress kerja merupakan perwujudan dari yang dirasakan oleh tenaga edukatif tetap
kekaburan peran dan beban kerja yang Universitas Airlangga.
berlebihan. Namun hasil penelitian Lut (2008)
Hasil penelitian Kuan (1994), Bat (1995), menunjukkan bahwa pengaruh stres kerja
Aun (1998) dan Yahya (1998) membuktikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT
bahwa beban kerja yang berlebih berpengaruh SHARP Electronics Indonesia adalah stres
pada stres kerja. Selanjutnya, penelitian kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan
Widjaja (2006) menemukan bahwa beban terhadap kepuasan kerja karyawan. Karena
pekerjaan yang terialu sulit untuk dikerjakan dengan stres, seseorang semakin terpacu
dan teknologi yang tidak menunjang untuk untuk mengerahkan segala kemampuan dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sering sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya
menjadi sumber stres bagi karyawan. agar dapat memenuhi persyaratan dan
kebutuhan kerja.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan
jenis stres menjadi dua, yaitu: Eustress, yaitu Berdasarkan kerangka berpikir diatas
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat maka dapat dibuat suatu model sebagai
sehat, positif, dan konstruktif (bersifat kerangka pemikiran teoritis untuk menjawab
membangun), dan yang ke dua Distress, yaitu masalah penelitian sebagai berikut:
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat

17
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

Motivator Factor. Antara lain : Achievement


?
Kepuasan (keberhasilan menyelesaikan tugas,
Beban Kerja Stres Kerja
Kerja Recognition (penghargaan), Work it self
H1 H2
(pekerjaan itu sendiri), Responbility
(tanggung jawab), Possibility of growth
Dari hasil penelitian terdahulu dari model
(kemungkinan untuk mengembangkan diri),
penelitian di atas, dapat dibuat hipotesis
Advancement (kesempatan untuk maju),
penelitian sebagai berikut :
Hygiene
? factor, antaralain :working
a) Beban kerja berpengaruh secara signifkan
condition (kondisi kerja), interpersonal
terhadap stres kerja.
relation (hubungan antar pribadi), company
b) Stres kerja berpengaruh secara signifikan policy and administration (kebijaksanaan
terhadap kepuasan kerja. perusahaan), supervision technical (tekhnik
pengawasan), Job security (perasaan
aman dalam bekerja.
Metode Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Medical
Penelitian ini merupakan penelitian Representatif di kota Kudus. Cara pengambilan
lapangan yang bersifat kuantitatif dengan sample pada penelitian ini dilakukan secara
pengumpulan data melalui skala. Dalam Purposive Sampling. Pengambilan sample
penelitian ini yang menjadi variabel bebas dilakukan langsung oleh peneliti di rumah sakit,
adalah beban kerja, variabel intervening apotik, dan tempat prakter dokter.
adalah stres kerja, dan variabel terikatnya
Dalam penelitian yang telah dikumpulkan
adalah kepuasan kerja medical representatif.
kemudian dianalisis menggunakan tekhnik
Pengumpulan data dilakukan dengan analisis statistik multiple linier regression
menggunakan tiga skala pengukuran yaitu : menggunakan program analisis statistik SPSS
a). Skala beban kerja. versi 11,5 for windows. tekhnik analisis regresi
linier untuk mengukur kekuatan hubungan
Dalam pengukuran beban kerja dengan
antar 2 variabel atau lebih, juga menunjukkan
menggunakan metode NASA TLX, (NASA-
arah hubungan antara variabel dependen
Task Load Index) faktornya antara lain:
dengan variabel independen. Analisis regresi
Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Mental (KM),
linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Kebutuhan Waktu (KW), Performansi (PF),
satu variabel independen terhadap satu
Usaha (U), dan Tingkat Stress (TS).
variabel dependen.
b). Skala Stres Kerja
Sebelum melakukan uji hipotesis, data
Untuk mengukur stres kerja adalah perlu diuji agar memenuhi kriteria Best Linear
indikator yang digunakan oleh Patricia (2006). Unbiased Estimator (BLUE) sehingga dapat
dimana indikatornya antara lain : Fisiologis, menghasilkan parameter penduga yang sahih
Kognitif, Subyektif, Perilaku, dan (Supramono & Haryanto, 2005) yaitu dengan
Keorganisasian. menguji multikoleniaritas, heterokedastisitas,
c). Skala Kepuasan Kerja dan normalitas.

Indikator kepuasan kerja disusun berdasarkan


teori dua faktor Herzberg, yaitu :

18
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

Hasil Penelitian Tabel 4


Pengumpulan data dilakukan dengan Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Masing-
menyebar 60 kuesioner. Kuesioner yang telah Masing Skala
diisi dan dikembalikan sebanyak 50 kuesioner, Skala Koef. Validitas Item
Reliabilitas gugur
sedangkan yang digunakan dalam melakukan Skala Beban Kerja 0, 7516 0,3521 0,6231
– 3
analisis data hanya 42 kuesioner karena 8 Skala Stres Kerja 0, 9034 0,3342 – 0,7561 19
Skala Kepuasan Kerja 0, 9659 0,2954 – 0,9013 2
kuesioner lainnya rusak (tidak diisi secara
lengkap). Berikut karakteristik responden yang
Untuk melihat bahwa suatu data
ditemui dilapangan :
terdistribusi secara normal atau tidak. Model
Tabel 1 regresi yang baik adalah datanya
Responden berdasarkan Jenis Kelamin terdistribusi secara normal atau mendekati
normal (Bida, 2006). Dalam penelitian ini,
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
digunakan diagram normal P plot untuk
Pria 24 57 %
mengetahui distribusi data. Dari dua (2)
Wanita 18 43 %
grafik normal Pplot cenderung menyebar
Jumlah 42 100 %
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau garis histogram. Hal ini
Tabel 2 berarti data yang digunakan dalam penelitian
Responden berdasarkan Usia ini mengalami gejala normalitas.

Uji multikolinearitas dilakukan untuk


Usia Frekuensi Prosentase
mengetahui ada tidaknya korelasi yang
< 30 tahun 16 38 %
sempurna. Indicator tidak terjadinya
30 - 45 tahun 26 62 %
multikolinearitas adalah variance inflation
Jumlah 42 100 %
factor /VIP disekitar angka 1, angka
tolerance mendekati 1, dan koeefisien
Tabel 3 korelasi antar variable independent harus
Responden berdasarkan Lama Bekerja lemah (dibawah 0,5). Hasil uji
sebagai Medical Representatif multikolinearitas menunjukkan bahwa nlai
VIF dari kedua variabel sekitar angka 1, nilai
Usia Frekuensi Prosentase
tolerance mendekati 1, dan koefisien korelasi
1 – 5 tahun 12 29 %
dibawah 0.5, maka dapat disimpulkan bahwa
5 – 10 tahun 24 57 %
tdak terdapat masalah multikolnearitas pada
> 10 tahun 6 14 %
model regresi ini.
Jumlah 42 100 %
Seperti yang telah dikemukakan
Sesuai dengan prosedur penelitian, sebelumnya, gejala heteroskedastisitas
langkah selanjutnya adalah menguji validitas & terjadi sebagia akibat dari variasi residual
reabilitas masing-masing skala. berikut hasil uji yang tidak sama untuk semua pengamatan,
validitas dan reabilitas masing-masing skala. untuk mendeteksinya digunakan grafik
Scatterplot. Dari hasil grafik dilihat titik-titik
menyebar secara acak diatas dibawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini

19
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

menunjukkan bahwa tidak ada masalah Hasil tersebut lebih diperjelas dengan nilai
heteroskidastisitas yang mengindikasikan F hitung sebesar 2,391 dengan signifikansi
varians konstan yang menghasilkan model 0,130. Dan dari perhitungan uji t diperoleh nilai
estimator yang tidak bias. Maka dapat sebesar 1.546 dengan signifikansi sebesar
dikatakan model regresi memenuhi syarat 0.130. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
untuk memprediksi stres. stres kerja terhadap kepuasan kerja tidak
signifikan. Hasil penelitian ini berarti menolak
Dari hasil pengujian hipotesis dengan
Hipotesis 2 yaitu : stres kerja berpengaruh
menggunakan tekhnik analisis regresi
secara signifikan terhadap kepuasan kerja.
diperoleh hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
Adjusted R2 sebesar -,025 ini menunjukkan
bahwa pengaruh beban kerja terhadap stres Diskusi
kerja sebesar 2,5 %. Dengan pengaruh yang
sangat kecil tersebut, dapat diartikan bahwa Hasil penelitian ini bertentangan dengan
tidak ada bentuk pengaruh beban kerja hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
terhadap stres kerja, yang berarti semakin menyatakan bahwa beban kerja
tinggi beban kerja, stres kerja yang dirasakan mempengaruhi stres yang dirasakan seorang
dapat tinggi ataupun rendah. Begitupun juga karyawan. Hasil penelitian tersebut antara lain :
sebaliknya semakin kecil beban kerja yang Kuan (1994), Bat (1995), Aun (1998) dan
ditanggung, stres kerja yang dirasakan dapat Yahya (1998) membuktikan bahwa beban kerja
tinggi ataupun rendah.. Selain itu diketahui yang berlebih berpengaruh pada stres kerja.
hasil nilai F hitung sebesar 0.000 dengan Selanjutnya, penelitian Widjaja (2006)
tingkat signifikansi 0.993, dan nilai t hitung - menemukan bahwa beban pekerjaan yang
0.009 dengan sigifkansi 0.993. Hal ini terialu sulit untuk dikerjakan dan teknologi yang
menunjukan bahwa beban kerja tidak tidak menunjang untuk melaksanakan
berpengaruh secara signifikan terhadap stress pekerjaan dengan baik sering menjadi sumber
kerja. Hasil penelitian berarti menolak hipotesis stres bagi karyawan.
1 penelitian, yaitu beban kerja berpengaruh Namun pada kenyataanya beban tidak
secara signifikan terhadap strees kerja. selalu menjadi sumber penyebab stress yang
Dari hasil pengujian hipotesis dengan dirasakan medical represntatif, terdapat faktor-
menggunakan tekhnik analisis regresi faktor lain yang dapat mempengaruhi stres
diperoleh: Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai kerja medical representatif . dimana faktor
Adjusted R2 sebesar 0,033 ini menunjukkan yang mempengaruhi stres kerja itu sendiri
stres kerja berpengaruh terhadap kepuasan sangat banyak sekali dan juga tergantung dari
kerja sebesar 3,3 %, Dengan pengaruh yang persepsi individu dalam menghadapi suatu
juga sangat kecil, dapat diartikan bahwa tidak masalah. Terkadang ada individu yang saat
ada bentuk pengaruh stres kerja terhadap menghadapi beban kerja yang berat menjadi
kepuasan kerja, yang berarti semakin tinggi merasa tertantang untuk dapat
stres kerja, kepuasan kerja yang dirasakan menyelesaikannya sehingga akan lebih rajin
dapat tinggi ataupun rendah. Begitupun juga dan giat dalam mencapai target yang telah
sebaliknya semakin kecil stres kerja, kepuasan dibebankan. Sehingga individu yang demikian
kerja yang dirasakan dapat tinggi ataupun tidak merasakan stres dalam pekerjaannya
rendah. tetapi merasa lebih bersemangat untuk bekerja
memenuhi target.
20
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan semakin kecil stres kerja, kepuasan kerja yang
Selye (dlm Brief et al,1981) bahwa stres kerja dirasakan dapat tinggi ataupun rendah.
adalah konsep yang terus bertambah. Ini
Hasil dari penelitian ini mendukung
terjadi akibat adanya permintaan yang
penelitian yang dilakukan oleh Lut (2008) yang
bertambah, maka semakin bertambah pula
menunjukkan bahwa pengaruh stres kerja
munculnya potensi kerja yang disebakan oleh
terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT
banyak hal.
SHARP Electronics Indonesia tidak memiliki
Stres kerja itu bisa diakibatkan karena pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pengaruh gaji atau salary yang diterima kerja karyawan. Karena dengan stres,
karyawan, seperti yang dikemukakan oleh seseorang semakin terpacu untuk
Cooper & Payne (dlm Robins, 2001). apalagi mengerahkan segala kemampuan dan
pada saat sekarang ini perekonomian menjadi sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya
sangat sulit sehingga seseorang banyak yang agar dapat memenuhi persyaratan dan
mengalami stres karena kesulitan untuk kebutuhan kerja.
mencukupi kebutuhan hidup. Hasil uji hipotesis
Sejalan dengan penelitian diatas, McGee,
menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar -,025
Goodson & Cashman (1984) mendapati bahwa
ini menunjukkan bahwa pengaruh beban kerja
beberapa faktor yang menyebabkan pegawai
terhadap stres kerja sebesar 2,5 %. Dengan
mengalami stres kerja tetapi masih merasa
pengaruh yang sangat kecil tersebut, dapat
puas terhadap pekerjaannya. Hal ini
diartikan bahwa tidak ada bentuk pengaruh
diantaranya disebabkan oleh tugas yang
beban kerja terhadap stres kerja, yang berarti
mereka kerjakan penuh dengan tantangan dan
semakin tinggi beban kerja, stres kerja yang
menyenagkan hati mereka. Selain itu terjadi
dirasakan dapat tinggi ataupun rendah.
komomunikasi yang efektif di antara para
Begitupun juga sebaliknya semakin kecil
anggota dalam organisasi tersebut.
beban kerja yang ditanggung, stres kerja yang
dirasakan dapat tinggi ataupun rendah Selain dari penelitian Lut, beberapa
pendapat juga menyatakan bahwa terdapat
Begitu juga dengan hasil penelitian stres
banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja tidak berpengaruh secara signifikan
kerja karyawan yaitu insentif dan gaji yang
terhadap kepuasan. Jadi stres kerja tidak
diterima (Parwanto & Wahyudin, 2008).
secara otomatis mempengaruhi kepuasan
Pendapat yang lain juga diungkapkan oleh
kerja Medical representatif di kota Kudus.
Soewondo (1992) dimana faktor yang
Artinya stres kerja bukan sebagai prediktor
mempengaruhi kepuasan kerja itu antara lain
terhadap munculnya variabel kepuasan kerja.
hubungan personal, tempat kerja, dan karir
Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai Adjusted
yang tidak jelas.
R2 sebesar 0,033 ini menunjukkan stres kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar
3,3 %, Dengan pengaruh yang juga sangat Simpulan dan Saran
kecil, dapat diartikan bahwa tidak ada bentuk
Simpulan
pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja,
yang berarti semakin tinggi stres kerja, Berdasarkan dari penelitian yang telah
kepuasan kerja yang dirasakan dapat tinggi dilakukan didapatkan hasil bahwa stres kerja
ataupun rendah. Begitupun juga sebaliknya tidak secara signifikan mempengaruhi

21
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

kepuasan kerja yang dirasakan medical rekomendasi bagi penelitian selanjutnya


representatif di kota Kudus. Terdapat banyak adalah penelitian ini difokuskan hanya pada
hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja satu kota. Pada kenyataannya medical
seseorang. Berdasarkan hasil wawancara reprentatif bukan hanya ada di kota Kudus
awal didapat bahwa salah satu alasan merasa saja. Oleh karena itu hasil penelitian ini masih
nyaman dengan pekerjaan yang dijalani saat sulit digeneralisasikan kedalam medical
iini adalah meskipun berat tetapi mereka representatif di kota lain, dan penelitian
sangat mengharapkan mendapatkan insentif selanjutnya bisa dilakukan dikota-kota yang
guna menambah untuk kebutuhan keluarga. lain.
Hal ini juga didukung oleh Cooper & Payne
Penelitian mengenai kepuasan kerja tidak
(dlm Robins, 2001) yang mempengaruhi
bersifat statis, ketidakpuasan yang saat ini
kepuasan kerja seseorang salah satunya
terjadi dimasa yang akan datang bisa saja
adalah salary yang diterima. Untuk itu
mengalami perubahan oleh karena itu masih
diharapkan para medical representatif tidak
sangat terbuka untuk dilakukannya pelatihan
hanya fokus terhadap gaji dan insentif sebagai
yang sama sehingga dapat diketahui tingkat
pendorong untuk dapat merasakan kepuasan
improvement kepuasan. Berdasarkan hasil
kerja. Banyak hal yang dapat menjadi
penelitian terdapat variabel-variabel lain yang
pendorong untuk dapat merasakan kepuasan
mempengaruhi variabel dependen yang belum
kerja, misalnya saja karena stres kerja yang
terdeteksi, misalnya: variabel lain yang
tinggi membuat medical representatif menjadi
mempengaruhi stres dan kepuasan medical
terpacu untuk melakukan tugasnya sebaik
representatif yaitu iklim organisasi dan insentif.
mungkin sehingga mampu merasakan puas
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ke
dengan pekerjaannya.
dua variabel ini untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap stres dan kepuasan.

Saran

Diharapkan para Medical representatif


mampu mengatasi stres yang berkaitan
Daftar Pustaka
dengan perasaan yang hanya dapat dirasakan
oleh individu, yaitu perasaan gelisah dan Alberto., (1995). A comparison of
ketakutan, agresif, lesu, merasa lelah, merasa organizational structure, job stress, and
sangat kecewa, kehilangan kesabaran. Karena satisfaction in audit and Management. All
bila stres dibiarkan berkepanjangan akan Businnes
berpengaruh pada kondisi fisiologis, dan Arifin Haji Zainal. (1977). Pengkhususan dan
kognitif yang pada akhirnya akan merugikan Kepuasan kerja. Dewan Masyarakat, Julai:
diri individu. 40-41
Rekomendasi penerapan bagi Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O'Driscoll, M. P.
perusahaan, lebih menjamin kesejahteraan (1991). Organizational Stress: A Review
dari medical representatif, lebih jeli dan peka and Critique of Theory, Research, and
mengenai hal-hal yang dapat menjadi Applications. California: Sage Publications,
kepuasan bagi karyawannya. Rekomendasi Inc.
penerapan bagi penelitian lanjutan, beberapa
Ivancevich, J. M. dan Mattson, M.T., dan
keterbatasan dari penelitian ini dan
22
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)

Preston,. (1982). Occupational Stress, 278.


Type A a behavior, and Psychological Well
Wijono, S. (2007). Kepuasan dan Stres Kerja.
Being. Accademy of Management Journal.
Salatiga: Widya Sari Press
25(2).373-391.
W i k i p e d i a . ( 2 0 0 ) .
Keenan, A., & Newton, T.J. (1984).Fractration
http://en.wikipedia.org/wiki/Workload
in Organizations: Relationship to role stress
Chinate, and Psychological Strain. Journal
of Occupational Pychologi. 57, 57-65.

Lee., (2008) The Effect of Job Characteristics


and Personal Factors on Work Stress, Job
Satisfaction and Turnover Intention.
www.google.com

Matteson, M.T & Ivancevich, J.M. (1988).


Controlling work stress. San Fransisc.

Praptini., (2000). Pengaruh stress kerja


terhadap kepuasan kerja tenaga edukatif
tetap Fakultas Ilmu Social Universitas
Airlangga. Surabaya. Airlangga University
Library.

Republika., (2003). Medical Representative

Smith, M.J.(1981). Occupational Stress: an


Overview of Psychologi factors. Dalam
Selvendy.G & Smith M.J. (ed), Pacing and
Occupational Stress. London: Taylor &
Francis. Ltd.

Sullivan, Rabi, Bhagat., (1992). Organizational


stress, Job satisfaction, and Job
Performance. www.google.com.

Supramono & Haryanto., (2005). Desain


Proposal Penelitian Studi Pemasaran.
Yogyakarta. Andi Offset

Wagner, III, J.A. & Hollenbeck, J.R.


1995.Management of Organizational
Behavior. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Wijono, S., (2001). Pengaruh interaksi motivasi


kerja dan kepribadian terhadap prestasi
kerja supervisor disebuah pabrik tekstil di
Salatiga. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dian
Ekonomi. Vol.VII No.2. September hal 248-

23
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

METODE DONGENG DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN


KECERDASAN MORAL ANAK USIA PRASEKOLAH

Latifah Nur Ahyani


Universitas Muria Kudus

Abstract antara benar dan salah, baik dan tidak baik,


perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
The research aims to know the storytelling Banyak masalah yang diselesaikan dengan
method in increasing the development of moral kekerasan, adu kekuatan fisik dan
intelligence of preschool children. Subject of mengabaikan cara penyelesaian dengan
the research is the five year students of mengandalkan pertimbangan moral.
kindergarten. The research is designed using
model of The Untreated Control Group Design Kondisi ini menimbulkan keprihatinan dan
with Pretest and Posttest. This design uses two hal tersebut dapat terjadi karena dalam semua
groups examined which consist of an aspek telah terjadi pengabaian terhadap
experiment group and a control group. The
bagian yang sangat mendasar yaitu nilai-nilai
measurement is conducted twice using moral
intelligence measurement instrument, namely moral. Kepekaan seseorang mengenai
before it is given treatment (pre-test) and after it kesejahteraan dan hak orang lain merupakan
has been given treatment (post-test). The result pokok persoalan ranah moral. Kepekaan
of analysis using covariance analysis tersebut tercermin dalam kepedulian
(anacova) shows that there is difference of seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi
moral intelligence achievement level of the
orang lain, dan dalam orientasinya terhadap
preschool children between those who
received moral value guidance using pemilikan bersama. Faktor yang sangat
storytelling method and those who do not dirasakan kurang menunjang terbentuknya
receive it. The result of analysis also shows that nilai moral anak adalah pengaruh lingkungan.
there is difference of moral intelligence Pola asuh yang adekuat, supervisi orang
achievement level before they receive moral
dewasa di sekitar anak dan model perilaku
value guidance through storytelling method and
after the have received it. The importance of moral diharapkan dapat meminimalisir
storytelling method toward the moral pengaruh lingkungan tersebut.
intelligence of preschool children is 34 %.
Anak usia prasekolah dipandang sebagai
individu yang baru mulai mengenal dunia. Anak
Keywords: moral intelligence, storytelling belum memahami tata krama, sopan santun,
method. aturan, norma, etika, dan berbagai hal lain yang
terkait dengan kehidupan dunia. Usia
prasekolah merupakan masa bagi seorang
Anak-anak tumbuh dan berkembang dalam anak untuk belajar berkomunikasi dengan
kehidupan yang diwarnai oleh pelanggaran orang lain serta memahaminya. Oleh karena itu
terhadap hak orang lain, kekerasan, seorang anak perlu dibimbing dan diberi
pemaksaan, ketidakpedulian, kerancuan stimulasi agar mampu memahami berbagai hal

24
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

tentang kehidupan dunia dan segala isinya. moral anak dan didukung dengan kondisi yang
baik, anak berpotensi menguasai moralitas
Pemberian stimulasi pada anak selama
yang lebih tinggi. Setiap kali anak berhasil
proses pengembangan kepribadian menjadi
menguasai satu kebajikan, kecerdasan
sangat penting. Stimulasi identik dengan
moralnya bertambah dan ia pun menaiki
pemberian rangsangan yang berasal dari
tangga kecerdasan moral yang lebih tinggi.
lingkungan di sekitar anak guna lebih
mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Temuan penting yang dilaporkan adalah
Salah satu stimulasi yang diperlukan dan anak-anak dengan kecerdasan moral tinggi
penting untuk anak adalah penanaman nilai- menunjukkan korelasi dengan academic
nilai moral. Penanaman nilai-nilai moral sangat performance dan peningkatan prestasi yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan signifikan (Blocks, 2002). Kochanska, Murray,
perkembangan kecerdasan moral mereka. dan Harlan (McCartney & Phillips, 2006)
menyimpulkan dari berbagai penelitian bahwa
Borba (2001) merumuskan bahwa
kecerdasan moral berpengaruh terhadap
kecerdasan moral yaitu kemampuan
kemampuan regulasi diri pada anak usia dini
memahami kebenaran dari kesalahan, artinya
maupun prasekolah.
memiliki keyakinan etika yang kuat dan
bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, Konsep kecerdasan moral memberikan
sehingga orang bersikap benar dan terhormat. pemahaman bahwa kecerdasan moral dapat
Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup diajarkan. Anak dapat meniru model, anak
karakter-karakter utama, seperti kemampuan dapat menangkap inspirasi mengenai perilaku
memahami penderitaan orang lain dan tidak moral, dapat diberikan penguatan
bertindak jahat, mampu mengendalikan (reinforcement) sehingga setahap demi
dorongan dan menunda pemuasan, setahap anak dapat meningkatkan kecerdasan
mendengarkan dari berbagai pihak sebelum moralnya. Semakin dini diajarkan kepada anak
memberikan penilaian, menerima dan semakin besar kapasitas anak untuk mencapai
menghargai perbedaan, dapat memahami karakter yang solid yaitu growing to think,
pilihan yang tidak etis, dapat berempati, believe, and act morally (Coles, 1999).
memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan
Fittro (Mukti & Hwa, 2004) menyatakan
kasih sayang dan rasa hormat pada orang lain.
bahwa anak-anak mengembangkan moralitas
Borba (2001) menyatakan kecerdasan perlahan dan bertahap. Setiap tahap
moral terbangun dari tujuh kebajikan utama membawa anak lebih dekat dengan
yaitu empati, nurani, kontrol diri, respek, baik pembangunan moral dewasa. Fittro juga
budi, toleransi dan adil yang membantu anak mencatat bahwa salah satu cara yang efektif
menghadapi tantangan dan tekanan etika yang untuk membantu anak-anak kita mengubah
tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya moral mereka menjadi positif adalah mengajar
kelak. Kebajikan-kebajikan utama tersebut perilaku moral dengan contoh. Namun, anak-
yang akan melindunginya agar tetap berada di anak dikelilingi oleh contoh buruk. Selain
jalan yang benar dan membantunya agar selalu menetapkan contoh yang baik bagi anak-anak,
bermoral dalam bertindak. salah satu hal sederhana yang dapat kita
lakukan adalah membaca sebuah dongeng
Perkembangan moral merupakan suatu
yang dapat menghubungkan mereka dengan
proses yang terus menerus berkelanjutan
sebuah prinsip atau nilai.
sepanjang hidup. Meningkatnya kapasitas
25
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

Menurut Lenox (2000) pendidik masa awal mereka berpikir bahwa mereka pun dapat
kanak-kanak ditantang untuk memperkenalkan melakukan sesuatu bagi dunia.
anak-anak kepada dunia untuk masa depan
Metode dongeng dapat dijadikan sebagai
mereka, suatu dunia yang akan terus
media pembentuk kepribadian dan moralitas
meningkat menjadi multicultural dan bersuku
anak usia dini, melalui metode dongeng akan
banyak. Metode dongeng adalah suatu alat
memberikan pengalaman belajar bagi anak
kuat untuk meningkatkan suatu pemahaman
usia dini. Metode dongeng memiliki sejumlah
diri dan orang lain.
aspek yang diperlukan dalam perkembangan
Collin (Isbell dkk., 2004) menegaskan kejiwaan anak, memberi wadah bagi anak
mendongeng mempunyai banyak kegunaan di untuk belajar berbagai emosi dan perasaan
dalam pendidikan utama anak. Dia dan belajar nilai-nilai moral. Anak akan belajar
menyimpulkan bahwa dongeng menyediakan pada pengalaman-pengalaman sang tokoh
suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang dalam dongeng, setelah itu memilah mana
menyebabkan anak dapat membentuk yang dapat dijadikan panutan olehnya
pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat sehingga membentuknya menjadi moralitas
mereka pahami. Dongeng menyebabkan yang dipegang sampai dewasa.
mereka dapat memetakan secara mental
pengalaman dan melihat gambaran di dalam
kepala mereka, mendongengkan dongeng Tujuan Penelitian
tradisional menyediakan anak-anak suatu Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
model bahasa dan pikiran bahwa mereka dapat mengetahui metode dongeng dalam
meniru. meningkatkan perkembangan kecerdasan
Sanchez dkk. (2009) mengungkapkan moral anak usia prasekolah.
kekuatan utama strategi dongeng adalah
menghubungkan rangsangan melalui
Hipotesis
penggambaran karakter. Dongeng memiliki
potensi untuk memperkuat imajinasi, Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
memanusiakan individu, meningkatkan empati adalah sebagai berikut :
dan pemahaman, memperkuat nilai dan etika, 1. Ada perbedaan tingkat pencapaian
dan merangsang proses pemikiran kecerdasan moral anak usia prasekolah antara
kritis/kreatif. yang mendapatkan penyampaian nilai-nilai
Menurut Horn (Staden & Watson, 2007) moral melalui metode dongeng dengan yang
dongeng mempunyai kemampuan untuk tidak mendapatkan penyampaian nilai-nilai
menciptakan lingkungan belajar yang benar moral melalui metode dongeng. Anak yang
untuk siswa anak usia dini. Selain itu, metode mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral
dongeng dapat dijadikan sebagai media melalui metode dongeng memiliki tingkat
membentuk kepribadian dan moralitas anak kecerdasan moral yang lebih tinggi
usia dini. Menurut Borba (2001) dongeng dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
tentang suatu kebajikan serta pengaruhnya penyampaian nilai-nilai moral melalui metode
dalam memberikan perubahan yang positif di dongeng.
dunia akan membantu anak memahami 2. Ada perbedaan tingkat pencapaian
kekuatan kebajikan tersebut dan membuat kecerdasan moral anak usia prasekolah
26
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

sebelum mendapatkan penyampaian nilai-nilai setting) sehari-hari anak usia 4-6 tahun dan ada
moral melalui metode dongeng dan setelah keterlibatan dengan teman sebaya. Situasi dan
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral “others' yang terlibat sesuai dengan relevansi
melalui metode dongeng. Tingkat kecerdasan masing-masing kebajikan. Objek dalam
moral sebelum mendapatkan penyampaian gambar merupakan bagian dan situasi (tidak
nilai moral melalui metode dongeng lebih terlalu banyak back ground) sehingga tidak
rendah dibandingkan tingkat kecerdasan moral memecah perhatian anak dalam memahami
setelah mendapatkan penyampaian nilai moral situasi. Figure focus dapat berganti (parallel)
melalui metode dongeng. antara anak laki-laki dan perempuan.

Instrumen ini dibuat berdasarkan tujuh


kebajikan sebagai unsur dari kecerdasan moral
Metode Penelitian
menurut Borba (2001) yaitu empati, nurani,
Subyek penelitian adalah siswa TK X dan kontrol diri, respek, baik budi, toleran, adil.
TK Y di Surakarta dengan karakter sekolah Pengujian validitas menggunakan model
bukan sekolah favorit, memiliki fasilitas yang construct validity dan content validity. Skala
terbatas, sekolah memiliki rumpun yang sama. terdiri dari tujuh gambar dan diposisikan
Sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian sebagai instrumen aitem. Subyek uji coba
adalah TK Q. Sampel penelitian ditetapkan terdiri dari 24 orang anak yang berasal dari
dengan tidak random atau non random yaitu empat orang siswa PAUD di Semarang, dua
melalui penunjukan. Siswa yang menjadi orang siswa TK di Solo, enam orang siswa TK
sampel penelitian adalah siswa TK B berusia 5 di Bantul, delapan orang siswa PAUD di
tahun. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan Sleman, empat orang siswa TK di Kodya
pada kelompok eksperimen dan kelompok Yogyakarta. Hasil angka corrected item-total
kontrol sama. correlation berada pada kisaran 0,304 – 0,623.
Rancangan penelitian ini menggunakan Berdasarkan angka korelasi tersebut
model The Untreated Control Group Design disimpulkan bahwa tujuh butir skala (gambar)
with Pretest and Posttest (Cook & Campbell, cukup valid untuk mengukur kecerdasan moral
1979). Desain ini menggunakan dua kelompok anak. Butir yang valid diuji reliabilitasnya
yang diamati yang terdiri dari satu kelompok dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach.
eksperimen dan satu kelompok kontrol. Angka reliabilitasnya tidak terlalu tinggi yaitu
Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum berkisar antara 0,617-0,760.
diberikan perlakuan (pre-test) dan sesudah Prosedur penyajian alat ukur diberikan
diberikan perlakuan (post-test). langsung pada anak secara individual dan anak
Penelitian ini menggunakan instrumen diminta memberikan respon dengan cara
pengukuran kecerdasan moral untuk menceritakan situasi apa yang dapat ditangkap
mengumpulkan data tentang kecerdasan moral anak dari gambar yang disajikan satu per satu.
anak usia prasekolah. Instrumen dibuat dalam Jawaban masing-masing subyek dicatat pada
bentuk gambar berwarna dengan ukuran lembar jawab. Jawaban masing-masing
kertas (21cm x 16cm) yang terdiri dari tujuh subyek diberi skor antara 1 – 3. Skor 3 apabila
gambar yang mewakili tujuh kebajikan dan memenuhi semua kriteria, skor 2 apabila
dijilid menjadi sebuah buku instumen. memenuhi lebih dari satu kriteria, skor 1 apabila
Instrumen berupa situasi dalam kehidupan (life hanya memenuhi satu kriteria atau sama sekali

27
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

tidak memenuhi kriteria. Seluruh jawaban anak Ketiga kategori tersebut adalah rendah,
nantinya akan digunakan sebagai sedang dan tinggi. Kategori kecerdasan moral
pembahasan. ditentukan berdasarkan skor total subyek pada
pengukuran dengan menggunakan instrumen
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian
kecerdasan moral. Hasil data penelitian untuk
ini adalah metode dongeng. Sebuah modul
pengukuran ini diperoleh data mean hipotetik
metode dongeng dirancang bagi anak-anak
sebesar 14 dan standar deviasi sebesar 2,33.
usia prasekolah dengan tujuan untuk
meningkatkan kecerdasan moral. Modul Berdasarkan pengelompokkan dengan
metode dongeng disusun dengan mengajak norma kategorisasi kecerdasan moral dapat
anak mendengarkan dongeng yang terdiri dari diketahui jumlah anak pada masing-masing
pengenalan nilai-nilai moral yang harus dimiliki kategori. Pada kelompok eksperimen, jumlah
anak-anak. Nilai moral terkandung dalam anak dengan kategori rendah tidak ada atau
setiap dongeng, penelitian ini dilakukan dalam kosong, kategori sedang ada empat anak dan
10 kali pertemuan sehingga dibutuhkan 10 dengan kategori tinggi ada 13 anak. Pada
dongeng berbeda yang mengandung nilai kelompok kontrol, jumlah anak dengan kategori
moral berbeda. Waktu yang dibutuhkan dalam rendah ada dua anak, kategori sedang ada 10
satu kali pertemuan adalah 25 menit. Kegiatan anak dan dengan kategori tinggi ada lima anak.
di kelas disusun dengan urutan kegiatan awal,
Uji normalitas dalam penelitian ini
pelajaran inti, evaluasi, kegiatan penutup
menggunakan formulasi one-sample
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, Kolmogorov-Smirnov test. Hasil uji normalitas
data-data yang terkumpul akan dianalisis menunjukkan bahwa sebaran data kedua
secara statistik melalui analisis kovarians kelompok subyek adalah normal dengan p
(anakova) dan anava amatan ulangan dengan sebesar 0,972 p > 0,05 untuk data pre-test dan
mengendalikan usia siswa atau usia sebagai p sebesar 0,535 p > 0,05 untuk data post-test
kovariabel, hanya siswa yang berusia 5 tahun pada kelompok eksperimen, p sebesar 0,541 p
yang diambil sebagai sampel penelitian. > 0,05 untuk data pre-test dan p sebesar 0,681
p > 0,05 untuk data post-test pada kelompok
kontrol, sehingga pengujian asumsi kemudian
Hasil Penelitian dilanjutkan pada uji homogenitas.
Hasil analisis diskripstif menunjukkan Uji homogenitas menunjukkan F sebesar
kenaikan skor empirik pada pre-test dan post- 0,217 dengan p = 0,645 (p > 0,05).
test kelompok eksperimen dan kelompok Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
kontrol. Pada kelompok eksperimen dengan dinyatakan bahwa varian variabel terikat
melihat rerata pada pre-test 11,18 dengan adalah homogen.
standar deviasi 3,522 terjadi kenaikan rerata
Uji hipotesis dilakukan dengan
pada post-test menjadi 17,47 dengan standar
menggunakan analisis covariance (anacova)
deviasi 2,695. Pada kelompok kontrol juga
dan anava amatan ulangan.
terjadi kenaikan dengan melihat rerata pada
kelompok pre-test 11,82 dengan standar Hipotesis Pertama
deviasi 3,067 menjadi 14,41 dengan standar
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh F
deviasi 2,575 pada post-test.
untuk metode adalah 15,974 dengan p = 0,00
Penelitian ini menggunakan tiga kategori. (p < 0,05) yang berarti signifikan dengan

28
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

demikian hipotesis diterima. Hal ini post-test 17,47 dengan standar deviasi 2,695.
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang Hal ini menunjukkan tingkat kecerdasan moral
signifikan pada tingkat pencapaian kecerdasan sebelum mendapatkan penyampaian nilai
moral anak usia prasekolah antara yang moral melalui metode dongeng lebih rendah
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral dibandingkan tingkat kecerdasan moral setelah
melalui metode dongeng dengan yang tidak mendapatkan penyampaian nilai moral melalui
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral metode dongeng.
melalui metode dongeng.

Perbedaan tingkat pencapaian kecerdasan


Diskusi
moral anak usia prasekolah dengan melihat
rerata, rerata pada kelompok yang Mendongeng adalah salah satu bentuk seni
mendapatkan metode dongeng 17,47 dengan rakyat tertua yang mengajak anak-anak pada
standar deviasi 2,695 sedangkan rerata pada perjalanan yang menarik dan pada saat yang
kelompok yang tidak mendapatkan metode sama mengajarkan mereka sejarah, budaya
dongeng 14,41 dengan standar deviasi 2,575. dan nilai-nilai moral. Dongeng dapat digunakan
Hal ini menunjukkan anak yang mendapatkan secara efektif sebagai awal untuk diskusi
penyampaian nilai-nilai moral melalui metode mengenai isu-isu hak pribadi dan nilai-nilai
dongeng memiliki tingkat kecerdasan moral sosial.
yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak Penelitian ini untuk mengetahui metode
mendapatkan penyampaian nilai moral melalui dongeng dalam meningkatkan perkembangan
metode dongeng. kecerdasan moral anak usia prasekolah. Anak
Berdasarkan nilai partial eta squared ( ç2 ) usia prasekolah yang menjadi sampel dalam
diketahui besarnya sumbangan metode penelitian ini adalah anak usia 5 tahun, siswa
dongeng terhadap perkembangan kecerdasan TK B di TK Q yang merupakan sekolah dengan
moral anak usia prasekolah adalah 34 %. fasilitas terbatas dan bukan sekolah favorit.
Menurut Dodge dkk. (2002) usia 5 tahun adalah
usia dimana munculnya minat anak-anak akan
Hipotesis Kedua penalaran dan penggambaran mengapa
sesuatu seperti itu, mereka bisa berfikir dengan
Berdasarkan hasil analisis data diketahui F
cara yang kompleks, menghubungkan
sebesar 61,389 dengan p = 0,00 (p < 0,05) yang
informasi baru yang mereka kumpulkan
berarti signifitan dengan demikian hipotesis
dengan sesuatu yang mereka ketahui
diterima. Hal ini menunjukkan ada perbedaan
sebelumnya.
yang signifikan pada tingkat pencapaian
kecerdasan moral anak usia prasekolah antara Hasil analisis dengan menggunakan
sebelum mendapatkan penyampaian nilai-nilai program SPSS 16.00 for windows dengan
moral melalui metode dongeng dengan setelah teknik analisis covariance (anacova)
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral menunjukkan hipotesis yang mengatakan
melalui metode dongeng. bahwa ada perbedaan tingkat pencapaian
kecerdasan moral anak usia prasekolah antara
Perbedaan tingkat pencapaian kecerdasan
yang mendapatkan penyampaian nilai-nilai
moral anak usia prasekolah dengan melihat
moral melalui metode dongeng dengan yang
rerata, rerata pada pre-test 11,18 dengan
tidak mendapatkan penyampaian nilai-nilai
standar deviasi 3,522 sedangkan rerata pada

29
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

moral melalui metode dongeng dinyatakan dongeng dan setelah mendapatkan


diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji penyampaian nilai-nilai moral melalui metode
hipotesis yang menyatakan bahwa ada dongeng dinyatakan diterima. Hal ini dapat
perbedaan post-test yang signifikan pada level dilihat dari hasil uji hipotesis yang menyatakan
0,05 antara kelompok yang mendapatkan bahwa ada perbedaan nilai pre-test dan pos-
metode dongeng dengan kelompok yang tidak test yang signifikan pada level 0,05 pada
mendapatkan metode dongeng dengan p = kelompok yang mendapatkan metode dongeng
0,00 (p < 0,05). dengan p = 0,00 (p < 0,05).

Collin (Isbell dkk., 2004) menegaskan Menurut Ellis (Isbell dkk., 2004)
mendongeng mempunyai banyak kegunaan di mendongeng secara meningkat diakui
dalam pendidikan utama anak. Dia mempunyai implikasi praktis dan teoritis
menyimpulkan bahwa dongeng menyediakan penting. Hasil analisis menunjukkan besarnya
suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang sumbangan metode dongeng terhadap
menyebabkan anak dapat membentuk perkembangan kecerdasan moral anak usia
pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat prasekolah adalah 34 %. Hal ini sejalan dengan
mereka pahami. Dongeng menyebabkan yang diungkapkan Borba (2001) dongeng
mereka dapat memetakan secara mental tentang suatu kebajikan serta pengaruhnya
pengalaman dan melihat gambaran di dalam dalam memberikan perubahan yang positif di
kepala mereka, mendongengkan dongeng dunia akan membantu anak memahami
tradisional menyediakan anak-anak suatu kekuatan kebajikan tersebut dan membuat
model bahasa dan pikiran bahwa mereka dapat mereka berpikir bahwa mereka pun dapat
meniru. melakukan sesuatu bagi dunia.

Para guru menemukan bahwa anak-anak Penelitian yang telah dilakukan ini juga
dapat dengan mudah mengingat apapun juga tidak lepas dari berbagai kelemahan.
fakta yang ilmiah atau histories yang mereka Kelemahan yang perlu ditekankan dalam
pelajari melalui dongeng. Anak-anak penelitian ini adalah dalam proses pemberian
menyadari gambaran yang mereka buat di perlakuan dalam penelitian ini yang terlalu
dalam pikiran mereka ketika mereka cepat yaitu 10 kali pertemuan, sehingga nilai-
mendengar dongeng yang diceritakan, dan nilai yang terkandung dalam dongeng belum
mereka menjaga gambaran yang dibuat benar-benar dipahami dan diterapkan oleh
bahkan waktu mereka membaca dengan diam anak.
untuk diri mereka (Baldwin & Dudding, 2007).
Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah
Menurut Forester dkk. (Peel & Shortland, proses pemberian perlakuan tidak dapat
2004 ) metode mendongeng secara meningkat sepenuhnya dikontrol dengan ketat, karena
dikenali sebagai cara kuat untuk perlakuan dilakukan di dalam kelas di mana
mengkomunikasikan gagasan dan juga ada kelas-kelas lain yang juga sedang
menyebabkan transformasi belajar. Hasil belajar. Akibatnya anak-anak yang mengikuti
analisis juga menunjukkan bahwa hipotesis proses perlakuan terkadang mudah beralih
yang menyatakan ada perbedaan tingkat perhatian. Selain itu kelemahan yang lain
pencapaian kecerdasan moral anak usia adalah subyek penelitian yang masih berusia
prasekolah sebelum mendapatkan sangat muda membuat pengontrolan terhadap
penyampaian nilai-nilai moral melalui metode anak juga lebih sulit karena anak tidak dapat

30
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

dipaksa untuk terus menerus memperhatikan dongeng sebagai metode pembelajaran untuk
bila mereka merasa bosan. mata pelajaran. Penelitian selanjutnya juga
diharapkan untuk mempertimbangkan faktor
lain yang dapat mempengaruhi perkembangan
Simpulan dan Saran kecerdasan moral anak usia prasekolah
Simpulan misalnya tingkat kecerdasan, kondisi emosi,
faktor sosial lain seperti keluarga, televisi,
Metode dongeng sebagai stimulasi
teman sebaya.
berperan dalam meningkatkan perkembangan
kecerdasan moral anak usia 5 tahun yang
menjadi siswa di TK B di sekolah dengan
fasilitas terbatas dan bukan sekolah favorit. Daftar Pustaka
Anak yang mendapatkan penyampaian nilai- Baldwin, J. & Dudding, K. (2007). Storytelling in
nilai moral melalui metode dongeng memiliki school. www.storytellingschools.org.
tingkat kecerdasan moral yang lebih tinggi Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2009.
dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
penyampaian nilai moral melalui metode Blocks,J.H. (2002). The role of ego – control
dongeng. Selain itu, tingkat kecerdasan moral and ego resilience in the organization of
setelah mendapatkan penyampaian nilai moral behavior. The minesota symposium on
melalui metode dongeng lebih tinggi child psychology, 13 (79), 118-122.
dibandingkan tingkat kecerdasan moral Borba, M. (2001). Building moral intelligence.
sebelum mendapatkan penyampaian nilai San Fransisco : Josey-Bass.
moral melalui metode dongeng.
Coles, R. (1999). The moral intelligence of
children. Madison : Random House.
Saran Cook, T.D & Campbell, D.T. (1979). Quasi-
1. Bagi guru experimentation design and analysis issues
for field settings. USA : Houghton Mifflin
Mengingat bahwa metode dongeng Company.
sebagai stimulasi memiliki kontribusi dalam
meningkatkan perkembangan kecerdasan Dodge, D.T., Colker, L.J., & Heroman, C.
moral anak usia prasekolah, maka guru (2002). The creative curriculum for
diharapkan menggunakan metode dongeng preschooll. Fourt edition. Wasington DC.
secara berkelanjutan untuk menyampaikan Teaching strategies inc
nilai-nilai moral agar perkembangan Isbell, R., Sobol, J., Lindauer, L & Lowrance.
kecerdasan moral anak terus meningkat. (2004). The effects of storytelling and story
2. Bagi penelitian selanjutnya reading on the oral language complexity
and story comprehension of young children.
Penelitian selanjutnya diharapkan di dalam Early childhood education journal, 32 (3).
proses pemberian suatu perlakuan dilakukan Springer Science Business Media, Inc.
dalam kurun waktu yang lebih lama, secara
berkelanjutan dan di seluruh tingkatan usia. Lenox, M.F. (2000). Storytelling for young
Selain itu, penelitian selanjutnya dapat children in a multicultural world. Early
diarahkan untuk mengetahui efektifitas metode childhood education journal, 28 (2). Human
Sciences Press, Inc.
31
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

McCartney, K. & Philips, D. (2006). Blackwell


handbook of early childhood development.
UK : Blackwell Publishing Ltd.

Mukti, N.A & Hwa, S.P. (2004). Malaysian


perspective : designing interactive
multimedia learning environment for moral
values education. Educational technology
& society, 7 (4). International Forum of
Educational Technology & Society.

Peel, D. & Shortland, S. (2004). Student


teacher collaborative reflection:
perspective on learning together.
Innovation in education and teaching
international. Taylor & Francis Ltd.

Sanchez, T., Zam, G., Lambert, J. (2009).


Story-telling as an effective strategy in
teaching character education in middle
grade social studies. Journal for the liberal
arts and sciences, 13 (2).

Staden, CJS. & Watson, R. (2007). When old is


new : exploring the potential of using
indigenous stories to construct learning in
early childhood settings. A paper presented
at the AARE conference, Fremantle 26-29th
November.

32
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI EMPATI DAN


KEMATANGAN EMOSI

Gusti Yuli Asih1


2
Margaretha Maria Shinta Pratiwi

Abstract Tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi


oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan
sesuatu untuk dirinya. Tindakan prososial lebih
This recearched was aimed to realize the
relation between empathy and emotional menuntut pada pengorbanan tinggi dari si
maturity toward prosocial behavior. There were pelaku dan bersifat sukarela atau lebih
two hypotheses proposed, which, there was a ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain
relationship existed between empathy and daripada untuk mendapatkan imbalan materi
emotional maturity. Second hypothesis, there maupun sosial.
was a difference prosocial behavior among
man and woman. Akhir-akhir ini banyak kejadian atau
Indicator used for measuring prosocial kecurangan yang terjadi di dunia pendidikan.
behavior, empathy, and emotional maturity was Banyaknya perilaku yang tidak seharusnya
the use of scale. Subjects used in this research dilakukan oleh seorang pendidik, seperti
are 49 subjects. Data analysis used regression memberi bocoran soal, memberikan jawaban
and t-test analysis. The result of the test
pada saat ujian akhir nasional berjalan, serta
showed that there was a significant positive
relationship between empathy, emotional memberikan peluang kepada anak didiknya
maturity, toward prosocial behavior showed by saling bertukar jawaban ketika ujian, serta
Rxy=0,932 with p=0,000, and no difference in masih banyak lagi perilaku prososial yang
prosocial behavior among men and women. seharusnya tidak dilakukan, akan tetapi hal ini
banyak ditemui, demi membantu anak
Keyword: prosocial behavior, empathy, didiknya. Contoh kasus yang terjadi yaitu
emotional maturity kecurangan Ujian Negara di Malang. Kasus
kecurangan yang dilakukan oleh para guru
agar membantu siswa dengan cara
Perilaku prososial merupakan salah satu memberikan kunci jawaban (NN, 2006)
bentuk perilaku yang muncul dalam kontak Kenyataan yang kita temui, adanya empati
sosial, sehingga perilaku prososial adalah yang diberikan guru kepada muridnya bukan
tindakan yang dilakukan atau direncanakan karena keinginan untuk memberikan
untuk menolong orang lain tanpa pertolongan kepada anak didik, tetapi lebih
mempedulikan motif-motif si penolong. karena takut bila kredibilitas sekolah terancam,
bila banyak anak didik yang tidak lulus.

Robert dan Strayer (1986: 2)


1 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas
Semarang. mengungkapkan bahwa empati nampaknya
2 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas
Semarang berhubungan dengan perilaku prososial

33
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

individu. Empati berkaitan dengan kemampuan menguntungkan di dalamnya terdapat unsure-


individu dalam mengekspresikan emosinya, unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif,
oleh karena itu empati seseorang dapat diukur dan altruisme. Perilaku prososial dapat
melalui wawasan emosionalnya, ekspresi memberikan pengaruh bagaimana individu
emosional, dan kemampuan seseorang dalam melakukan interaksi sosial. Sears (1991: 61)
mengambil peran dari individu lainnya. Pada memberikan pemahaman mendasar bahwa
dasarnya, empati merupakan batasan dari masing-masing individu bukanlah semata-
individu apakah ia akan melakukan atau mata makhluk tunggal yang mampu hidup
mengaktualisasikan gagasan prososial yang sendiri, melainkan sebagai makhluk social
mereka miliki ke dalam perilaku mereka atau yang sangat bergantung pada individu lain,
tidak. individu tidak dapat menikmati hidup yang
wajar dan bahagia tanpa lingkungan sosial.
Hurlock (1999: 118) mengungkapkan
Seseorang dikatakan berperilaku prososial jika
bahwa empati adalah kemampuan seseorang
individu tersebut menolong individu lain tanpa
untuk mengerti tentang perasaan dan emosi
memperdulikan motif-motif si penolong, timbul
orang lain serta kemampuan untuk
karena adanya penderitaan yang dialami oleh
membayangkan diri sendiri di tempat orang
orang lain yang meliputi saling membantu,
lain. Empati pada diri individu, akan dapat
s a l i n g m e n g h i b u r, p e r s a h a b a t a n ,
menggerakkan hati dan perilakunya untuk
penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati,
membantu anak didiknya supaya dapat lulus
dan saling membagi.
ujian atau lulus UAN. Perilaku prososial yang
dilakukan guru terhadap anak didiknya lebih Myers (dalam Sarwono, 2002: 328)
banyak dilakukan oleh guru laki-laki daripada menyatakan bahwa perilaku prososial atau
guru perempuan. altruisme adalah hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan
Faktor personal yang mendasari perilaku
kepentingan sendiri. Perilaku prososial dapat
prososial dikategorikan menjadi dua, yaitu
dimengerti sebagai perilaku yang
faktor personal dan faktor situasional.
menguntungkan orang lain. Secara konkrit,
Karakteristik kepribadian yang mempengaruhi
pengertian perilaku prososial meliputi tindakan
perilaku prososial yaitu adanya kematangan
berbagi (sharing), kerjasama (cooperation),
emosi. Individu yang matang secara emosi,
menolong (helping), kejujuran (honesty),
akan mampu berperilaku prososial dengan baik
dermawan (generousity) serta
Perilaku prososial mempertimbangkan hak dan kesejahteraan
Chaplin (1995: 53) memberikan pengertian orang lain (Mussen dalam Dayakisni, 1988:
perilaku sebagai segala sesuatu yang dialami 15).
oleh individu meliputi reaksi yang diamati. Berdasarkan teori di atas dapat
Watson (1984: 272) menyatakan bahwa disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah
perilaku prososial adalah suatu tindakan yang suatu tindakan yang mendorong seseorang
memiliki konsekuensi positif bagi orang lain, untuk berinteraksi, bekerjasama, dan
tindakan menolong sepenuhnya yang menolong orang lain tanpa mengharapkan
dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa sesuatu untuk dirinya.
mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Kartono
Mussen, dkk (1989: 360) menyatakan
(2003: 380) menyatakan bahwa perilaku
bahwa aspek-aspek perilaku prososial
prososial adalah suatu perilaku sosial yang
34
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

meliputi: Aspek-aspek perilaku prososial yang


dipakai dalam penelitian ini yaitu berbagi,
a. Berbagi
menolong, kerja sama, bertindak jujur,
Kesediaan untuk berbagi perasaan dengan berderma.
orang lain dalam suasana suka dan duka.

b. Kerjasama
Empati
Kesediaan untuk bekerjasama dengan
Empati diartikan sebagai perasaan simpati
orang lain demi tercapainya suatu tujuan.
dan perhatian terhadap orang lain, khususnya
c. Menolong untuk berbagi pengalaman atau secara tidak
langsung merasakan penderitaan orang lain
Kesediaan untuk menolong orang lain yang
(Sears, dkk, 1991: 69). Hal senada
sedang berada dalam kesulitan.
diungkapkan oleh Hurlock (1999: 118) yang
d. Bertindak jujur mengungkapkan bahwa empati adalah
Kesediaan untuk melakukan sesuatu kemampuan seseorang untuk mengerti
seperti apa adanya, tidak berbuat curang. tentang perasaan dan emosi orang lain serta
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri
e. Berderma
di tempat orang lain. Kemampuan untuk empati
Kesediaan untuk memberikan sukarela ini mulai dapat dimiliki seseorang ketika
sebagian barang miliknya kepada orang yang menduduki masa akhir kanak-kanak awal (6
membutuhkan. tahun) dengan demikian dapat dikatakan
Bringham (1991: 277) menyatakan aspek- bahwa semua individu memiliki dasar
aspek dari perilaku prososial adalah: kemampuan untuk dapat berempati, hanya
saja berbeda tingkat kedalaman dan cara
a. Persahabatan mengaktualisasikannya. Empati seharusnya
Kesediaan untuk menjalin hubungan yang sudah dimiliki oleh remaja, karena kemampuan
lebih dekat dengan orang lain. berempati sudah mulai muncul pada masa
kanak-kanak awal (Hurlock, 1999: 118)
b. Kerjasama
Leiden, dkk (1997: 317) menyatakan
Kesediaan untuk bekerjasama dengan
empati sebagai kemampuan menempatkan diri
orang lain demi tercapai suatu tujuan.
pada posisi orang lain sehingga orang lain
c. Menolong seakan-akan menjadi bagian dalam diri. Lebih
Kesediaan untuk menolong orang lain yang lanjut dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2005:
sedang berada dalam kesulitan. 111) yang menyatakan bahwa empati
merupakan kemampuan untuk merasakan
d. Bertindak jujur
keadaan emosional orang lain, merasa
Kesediaan untuk melakukan sesuatu simpatik dan mencoba menyelesaikan
seperti apa adanya, tidak berbuat curang. masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
Arwani (2002: 56) menyatakan empati
e. Berderma
terhadap pasien merupakan perasaan dan
Kesediaan untuk memberikan sukarela “pemahaman” dan “penerimaan” perawat
sebagian barang miliknya kepada orang yang terhadap pasien yang dialami pasien dan
membutuhkan. kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
35
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

Empati merupakan sesuatu yang jujur, d) kasihan


sensitive dan tidak dibuat-buat didasarkan
Kasihan merupakan suatu perasaan yang
atas apa yang dialami orang lain.
dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau
Berdasarkan uraian tersebut dapat belas asih terhadap orang lain.
disimpulkan bahwa empati merupakan
Aspek-aspek empati yang digunakan
kemampuan yang dimiliki individu untuk
dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
mengerti dan menghargai perasaan orang lain
Wa t s o n y a n g m e l i p u t i : k e h a n g a t a n ,
dengan cara memahami perasaan dan emosi
kelembutan, peduli, dan kasihan.
orang lain serta memandang situasi dari sudut
pandang orang lain.

Baron dan Byrne (2005: 111) menyatakan Kematangan Emosi


bahwa dalam empati juga terdapat aspek- Emosi terbentuk melalui perkembangan
aspek, yaitu: yang dipengaruhi oleh pengalaman dan dalam
a. Kognitif perkembangan, emosi menuju tingkat yang
konstan, yaitu adanya integrasi dan organisasi
Individu yang memiliki kemampuan empati
dari semua aspek emosi (Osho, 2008: 102).
dapat memahami apa yang orang lain rasakan
Emosi tersebut bersifat positif seperti cinta,
dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada
seks, berharap, teguh, simpati, optimis, loyal,
orang tersebut.
dan bersifat negative seperti takut, benci,
b. Afektif marah, tamak, iri, dendam, dan percaya
tahayul. Anderson (dalam Mappiare, 1983: 18)
Individu yang berempati merasakan apa
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
yang orang lain rasakan.
kematangan emosional belum tentu dapat
Batson dan Coke (Watson, 1984: 290) dikatakan sebagai orang dewasa. Seseorang
menyatakan bahwa di dalam empati juga yang memiliki kematangan emosional berarti
terdapat aspek-aspek: orang tersebut sudah dewasa, tetapi orang
a. kehangatan dewasa belum tentu memiliki kematangan
emosional. Kartono (1995: 165) mengartikan
Kehangatan merupakan suatu perasaan
kematangan emosi sebagai suatu keadaan
yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat
atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari
terhadap orang lain.
perkembangan emosional, oleh karena itu
b. kelembutan pribadi yang bersangkutan tidak lagi
Kelembutan merupakan suatu perasaan menampilkan pada emosional seperti pada
yang dimiliki seseorang untuk bersikap masa kanak-kanak. Seseorang yang telah
maupun bertutur kata lemah lembut terhadap mencapai kematangan emosi dapat
orang lain. mengendalikan emosinya. Emosi yang
terkendali menyebabkan orang mampu berpikir
c. peduli secara lebih baik, melihat persoalan secara
Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki objektif (Walgito, 2004: 42) Lebih lanjut
seseorang untuk memberikan perhatian Davidoff (1991: 49) menerangkan bahwa
terhadap sesame maupun lingkungan kematangan emosi merupakan kemampuan
sekitarnya. individu untuk dapat menggunakan emosinya

36
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

dengan baik serta dapat menyalurkan c. Dapat mengontrol emosinya dengan baik
emosinya pada hal-hal yang bermanfaat dan dan dapat mengontrol ekspresi emosinya
bukan menghilangkan emosi yang ada dalam walaupun dalam keadaan marah dan
dirinya. kemarahan itu tidak ditampakkan keluar.

Hurlock (1999: 213) mendefinikan d. Dapat berpikir objektif sehingga akan


kematangan emosi sebagai tidak meledaknya bersifat sabar, penuh pengertian dan cukup
emosi di hadapan oranng lain melainkan mempunyai toleransi yang baik.
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat
e. Mempunyai tanggung jawab yang baik,
untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-
dapat berdiri sendiri, tidak mengalami frustrasi
cara yang lebih dapat diterima. Sartre (2002: 7)
dan mampu menghadapi masalah dengan
mengatakan bahwa kematangan emosi adalah
penuh penngertian.
keadaan seseorang yang tidak cepat
terganggu rangsang yang bersifat emosional, Ciri-ciri kematangan emosi menurut
baik dari dalam maupun dari luar dirinya, selain Anderson (dalam Mappiare, 1983: 153), yaitu:
itu dengan kematangan emosi maka individu a. Kasih sayang: individu mempunyai rasa
dapat bertindak dengan tepat dan wajar sesuai kasih saying seperti yang didapatkan dari
dengan situasi dan kondisi. Meichati (1983: 8) orang tua atau keluarganya sehingga dapat
mengatakan bahwa kematangan emosional diwujudkan secara wajar terhadap orang lain
adalah keadaan seseorang yang tidak cepat sesuai dengan norma sosial yang ada.
terganggu rangsang yang bersifat emosional,
b. Emosi terkendali: individu dapat menyetir
baik dari dalam maupun dari luar dirinya, selain
perasaan-perasaan terutama terhadap orang
itu dengan matangnya emosi maka individu
lain, dapat mengendalikan emosi dan
dapat bertindak tepat dan wajar sesuai dengan
mengekspresikan emosinya dengan baik.
situasi dan kondisi.
c. Emosi terbuka, lapang: individu
Kematangan emosi adalah kemampuan
menerima kritik dan saran dari orang lain
dan kesanggupan individu untuk memberikan
sehubungan dengan kelemahan yang
tanggapan emosi dengan baik dalam
diperbuat demi pengembangan diri,
menghadapi tantangan hidup yang ringan dan
mempunyai pemahaman mendalam tentang
berat serta mampu menyelesaikan, mampu
keadaan dirinya.
mengendalikan luapan emosi dan mampu
mengantisipasi secara kritis situasi yang Jersild (dalam Sobur, 2003: 404-406)
dihadapi. menjelaskan ciri-ciri individu yang memiliki
kematangan emosi, antara lain:
Menurut Walgito (2004: 43) orang yang
matang emosinya mempunyai ciri-ciri antara a. Penerimaan diri yang baik
lain: Individu yang memiliki kematangan emosi
a. Dapat menerima keadaan dirinya akan dapat menerima kondisi fisik maupun
maupun orang lain sesuai dengan objektifnya. psikisnya, baik secara pribadi maupun secara
sosial.
b. Pada umumnya tidak bersifat impulsive,
dapat mengatur pikirannya dalam memberikan b. Kemampuan dalam mengontrol emosi
tanggapan terhadap stimulus yang Dorongan yang muncul dalam diri individu
mengenainya. untuk melakukan sesuatu yang bertentangan

37
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

dengan nilai-nilai yang berlaku akan dapat memberikan bantuan kepada anak didiknya
dikendalikan dan diorganisasikan ke arah yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
baik.
Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan
c. Objektif empati adalah hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
Individu akan memandang kejadian
Empati lebih menitikkan pada kesejahteran
berdasarkan dunia orang laindan tidak hanya
orang lain. Empati yang tinggi pada diri
dari sudut pandang pribadi.
pendidik akan menjadikannya memiliki
Berdasarkan pengertian di atas, dapat keinginan untuk menolong anak didik atau
disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang muridnya. Djauzi (2003: 59) menjelaskan
memiliki kematangan emosional adalah tidak kemampuan empati yang ditunjukkan oleh
impulsive, mempunyai tanggung jawab yang individu akan dapat membuatnya memahami
baik, dapat mengendalikan emosi, menerima orang lain secara emosional dan intelektual.
keadaan dirinya, dan berpikir objektif Empati membuat seseorang peduli dan rela
untuk memberikan perhatian terhadap anak
didik. Perasaan kasihan terhadap orang lain
Jenis kelamin
dapat meningkatkan kesediaan pendidik untuk
Perbedaan stereotype pria dan wanita bekerjasama dan mau berbagi memberikan
menyebabkan perbedaan dalam perilaku sumbangan yang berarti kepada orang lain.
prososial antara pria dan wanita. Eisenberg Stephan dan Stephan (1989: 272) meyatakan
dan Lennon (dalam Berndt, 1992) menyatakan bahwa orang yang mempunyai rasa empati
bahwa anak perempuan lebih mudah merasa akan berusaha untuk menolong orang lain yang
tidak enak jika melihat orang lain mengalami membutuhkan pertolongan dan merasa
kesusahan. kasihan terhadap penderitaan orang tersebut.

Empati banyak disebut sebagai motif dasar


Kerangka Berpikir bagi seseorang untuk bertindak prososial
(Iannotti, 1978). Banyak penelitian tidak
Manusia sebagai makhluk sosial ditunjukkan hubungan langsung antara empati
hendaknya senantiasa memberikan bantuan dengan prososial dalam arti perilakunya.
kepada orang lain. Hal ini dikarenakan manusia Penelitian lebih menekankan hubungan empati
membutuhkan kehadiran dari individu lain dengan motif prososial (Bar-Tal, dkk., 1981).
dalam kesehariannya. Sears (1991: 61) Hoffman (1977) dalam penelitiannya
menegaskan bahwa manusia adalah makhluk menyebutkan bahwa pada tingkat empati
sosial yang hidupnya bergantung pada individu tinggi, empati sebagai vicarious affective
lain. Manusia harus kompeten atau memiliki arousal berperan besar. Anak wanita tampak
ketrampilan sosial yang memadai agar dapat lebih prososial karena mereka lebih memiliki
bertahan hidup dan merasakan kebahagiaan tekanan empatetik, lebih mudah dipengaruhi
dalam kehidupan tersebut. Berbagai rencana perasaannya, dengan demikian cenderung
yang mengakibatkan banyaknya anak didik mengurangi ketegangannya dengan jalan
yang mengalami stres dapat mendorong memberikan reaksi prososial. Empati yang
individu untuk memberi bantuan, baik dalam rendah, maka recognition of affect in others
bentuk materi maupun bantuan non materi. yang mengandung aspek kognitif lebih
Usaha yang dilakukan individu untuk dapat
38
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

berpengaruh dalam ikutserta memberikan dan laki-laki dan perempuan


melahirkan intensi prososial.

Emosi yang terkendali menyebabkan


Metode Penelitian
seseorang mampu berpikir secara baik, melihat
persoalan secara objektif (Walgito, 2004: 42). Subyek penelitian merupakan faktor utama
Kematangan emosi sebagai keadaan yang harus ditentukan sebelum kegiatan
seseorang yang tidak cepat terganggu penelitian dilakukan. Tujuan dari penentuan
rangsang yang bersifat emosional, baik dari subyek penelitian adalah untuk menghindari
dalam maupun dari luar dirinya, selain itu kesalahan pengambilan sampel yang dapat
dengan matangnya emosi maka individu dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
bertindak tepat dan wajar sesuai dengan situasi pengambilan simpulan dan generalisasi hasil
dan kondisi dengan tetap mengedepankan simpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
tugas dan tanggung jawabnya, sehingga guru-guru SMA di lingkungan Universitas
dengan kematangan emosi yang dimilikinya, Semarang. Teknik pengambilan sampel
individu mampu memberikan atau berperilaku menggunakan non random sampling
prososial sesuai dengan yang diharapkan. (pengambilan sampel dengan penunjukan).
Penelitian Power dan Parke (dalam Eiserberg Pengumpulan data dalam penelitian ini
dan Mussen, 1989) melakukan penelitian dengan menggunakan skala. Ada tiga buah
dengan hasil menurut budaya perilaku skala yang akan dipakai yaitu skala perilaku
membantu dan menolong lebih pantas prososial, skala empati, dan skala kematangan
dilakukan oleh wanita sehingga wanita lebih emosi. Pengumpulan data jenis kelamin,
cenderung memberikan pertolongan daripada dengan melihat data identitas yang terdapat di
pria. dalam skala.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hipotesis yang diajukan, diuji secara
secara empiris hubungan antara empati, statistik dengan menggunakan teknik Analisis
kematangan emosi, jenis kelamin, dan perilaku Regresi untuk menguji hubungan keempat
prososial. variabel, serta Uji T untuk menguji perbedaan
perilaku prososial. Semua perhitungan statistik
dalam penelitian ini menggunakan program
Hipotesis
SPSS.
Hipotesis yang diajukan:

Hipotesis mayor: Ada hubungan antara


Hasil Penelitian
empati, kematangan emosi, dan jenis kelamin
terhadap perilaku prososial. Pengujian validitas aitem menggunakan
teknik Product Moment yang kemudian
Hipotesis minor:
dikoreksi dengan menggunakan teknik korelasi
a. Ada hubungan positif antara empati Part Whole. Uji validitas dimaksudkan untuk
terhadap perilaku prososial. mengetahui aitem-aitem mana saja yang valid
dan nantinya akan digunakan dalam
b. Ada hubungan antara kematangan emosi
penyusunan alat ukur penelitian
terhadap perilaku prososial.
Penyusunan Skala Perilaku Prososial yang
c. Ada perbedaan perilaku prososial antara
semula berjumlah 31 aitem terdapat 4 aitem
39
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

yang gugur sehingga tersisa 27 aitem yang muridnya. Baron dan Byrne (2005: 111)
valid. Koefisien aitem berkisar antara 0,290 - menyatakan bahwa empati merupakan
0,779 dengan taraf signifikansi 5%. kemampuan untuk merasakan keadaan
Penyusunan Skala Empati yang semula emosional orang lain, merasa simpatik dan
berjumlah 33 aitem terdapat 4 aitem yang mencoba menyelesaikan masalah, dan
gugur sehingga tersisa 29 aitem yang valid. mengambil perspektif orang lain. Seorang
Koefisien aitem berkisar antara 0,280 - 0,825 pendidik merasa memiliki tanggung jawab
dengan taraf signifikansi 5% . Penyusunan terhadap proses keberhasilan seorang anak
Skala Kematangan Emosi yang semula didik. Seorang pendidik akan merasa sedih
berjumlah 30 aitem terdapat 4 aitem yang apabila ada anak didiknya yang tidak berhasil
gugur sehingga tersisa 26 aitem yang valid. atau tidak lulus, sehingga akan berusaha
Koefisien aitem berkisar antara 0,255-0,591 semaksimal mungkin untuk menolong anak
dengan taraf signifikansi 5%. didiknya. Seorang pendidik akan menolong
dengan iklas dan tidak mengharapkan hadiah
Berdasarkan hasil uji analisis data yang
maupun ber'pamrih' apabila anak didiknya
diperoleh diketahui bahwa Rxy = 0,932 dan
berhasil.
p= 0,000 sehingga hipotesis dalam penelitian
ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada Kematangan emosional sebagai keadaan
hubungan yang positif yang sangat signifikan seseorang yang tidak cepat terganggu
antara empati, kematangan emosi, jenis rangsang yang bersifat emosional, baik dari
kelamin terhadap perilaku prososial. Empati dalam maupun dari luar dirinya, selain itu
terhadap perilaku prososial rxy = 0,884 dan p dengan matangnya emosi maka individu dapat
= 0,000. Kematangan emosi terhadap perilaku bertindak tepat dan wajar sesuai dengan situasi
prososial rxy = 0,794 dan p = 0,000. Sementara dan kondisi (Meichati, 1983:8). Kematangan
itu hipotesis yang menyatakan bahwa ada emosi merupakan kemampuan dan
perbedaan perilaku antara laki-laki dan kesanggupan individu untuk memberikan
perempuan terhadap perilaku prososial tidak tanggapan emosi dengan baik dalam
terbukti, karena tidak ada perbedaan antara menghadapi tantangan hidup yang ringan dan
keduanya. berat serta mampu menyelesaikan, mampu
mengendalikan luapan emosi dan mampu
mengantisipasi secara kritis situasi yang
Diskusi dihadapi. Seorang pendidik yang memiliki
Koestner dan Franz (1990) empati kematangan emosi, akan menujukkan perilaku
merupakan kemampuan untuk menempatkan yang objektif dan mampu berpikir secara logis.
diri dalam perasaan atau pikiran orang lain Perbuatan yang dilakukan berdasarkan
tanpa harus secara nyata terlibat dalam pertimbangan yang matang serta mampu
perasaan atau tanggapan orang tersebut. memilih perilaku yang tepat pula.
Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan Hasil penelitian ini juga menunjukkan
empati adalah hasrat untuk menolong orang bahwa tidak terdapat perbedaan skor prososial
lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri. antara laki-laki dan perempuan, sehingga
Empati lebih menitikkan pada kesejahteran dapat disimpulkan bahwa perbedaan
orang lain. Empati yang tinggi pada diri stereotype tidak menyebabkan perbedaan
pendidik akan menjadikannya memiliki dalam perilaku prososial. Perilaku prososial
keinginan untuk menolong anak didik atau
40
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda yang mempengaruhi perilaku prososial pada
karena dalam hal-hal tertentu perempuan lebih guru, seperti kepribadian dan faktor situasional.
mudah memberikan pertolongan, namun pada
situasi yang lain perempuan lebih mudah
bereaksi untuk memberikan pertolongan
Daftar Pustaka
(Purnamasari, dkk, 2004: 41).
Arwani. (2002). Komunikasi dalam
keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Simpulan dan Saran Kedokteran EGC.
Simpulan Baron, R. A. dan Byrne. D.(2005). Psikologi
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan sosial. Jilid 2. Alih Bahasa: Ratna Djuwita.
ternyata hipotesis yang menyatakan Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

1. Ada hubungan yang sangat signifikan Bar Tal, & Shavut, N. (1981). Motives for
antara empati, kematangan emosi, dan jenis helping behaviour: Kibbutz and City
kelamin terhadap perilaku prososial. Children in Kindergarten & School.
Development Psychology. 17, (6) 766-772.
2. Ada hubungan positif antara empati
terhadap perilaku prososial. Berndt, T. J. (1992). Child development. New
York: Brace Jovenovich College Publisher.
3. Ada hubungan antara kematangan
emosi terhadap perilaku prososial. Bringham, J. C. (1991). Social psychology.
Edisi 2. New York: Harper Colling Publisher
4. Tidak ada perbedaan perilaku prososial
Inc.
antara laki-laki dan perempuan
Davidoff, L. L. (1991). Psikologi suatu
pengantar. Alih Bahasa: Mari Juniati.
Saran Jakarta: Erlangga
Berkaitan dengan simpulan dan Dayakisni, T. (1988). Perbedaan intensi
pembahasan yang telah disebutkan di atas, prososial siswa siswi ditinjau dari pola asuh
maka ada beberapa saran yang dapat orangtua. Jurnal Psikologi.1, (V) 14-17.
disampaikan yaitu: Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
1. Bagi guru Gadjah Mada.

Faktor yang mempengaruhi perilaku Djauzi, S. (2004). Komunikasi dan empati


prososial yang tertinggi adalah empati, dalam hubungan dokter pasien. Jakarta:
disarankan para pendidik atau guru lebih arif Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
dalam memberikan perilaku prososialnya. Hurlock, E. B. (1999). Perkembangan anak.
2. Bagi penelitian selanjutnya Jilid 2. Alih Bahasa: Med. Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Edisi
Penelitian ini masih banyak terdapat keenam. Jakarta: Erlangga.
keterbatasan dan kekurangan, bagi peneliti
selanjutnya yang berminat melakukan Hoffman. (1977). Sex differences in empathy
penelitian lebih lanjut dapat disarankan agar and related behavior. Psychological
peneliti memperhitungkan aspek-aspek lain Bulletin. 84, (4) 712-722

41
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi

Iannotti, R.J. (1978). Effect of role-taking Sears, D.O; Fredman, J.L., dan Peplau, L. A.
experiences on role-taking, empathy, (1991). Psikologi sosial. Jilid 2. Alih Bahasa:
altruism and aggression. Developmental Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Psychology. 14, 119-124.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung:
Kartono, K. (1992). Psikologi wanita. Jilid 1. Pustaka Setia
Bandung: Mandar Maju.
Stephan, C. W. and Stephan, W. G. (1985). Two
Kartono, K. (2003). Kamus psikologi. Bandung: social psychological. Chicago: The Dorley
Pionir Jaya Press.

Mappiare, A. (1983). Psikologi remaja. Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum.


Surabaya; Usaha Nasional. Yogyakarta: Andi.

Meichati, S. (1983). Kesehatan mental. Watson. (1984). Psychology science and


Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas application. Illionis: Scoot Foresmar and
Gadjah Mada. Company.

Mussen, P. H. Conger, J. J and Kagan, J.


(1989). Child development and personality
(Fifth Edition). Harper and Row Publishers.

NN. (2006). Kronologis kecurangan ujian


nasional di Malang. Diunduh 22 Maret
2 0 1 0 . w w w. p p i g r o n i n g e n . n l / p p i g /
Kronologi%20Malang.doc.

Osho. (2008). Emotional learning. Alih Bahasa:


Ahmadi Kahfi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purnamasari, A., Ekowarni, E., Fadhila, A.,


(2004). Perbedaan intensi prososial siswa
SMUN dan MAN di Yogyakarta. Humanitas
Indonesian Psychological Journal. Vol. 1.
No. 1 Januari: 32-42

Robert and Strayer, J. (1996). Adolescent


p r o s o c i a l b e h a v i o u r .
www.personal.psi.edu./fakulty/j/g/jgp4/497
/prosocial2.htm.

Sartre, J. P. (2002). Pengantar teori emosi. Alih


Bahasa: Luthfi Ashari. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial,


individu dan teori-teori psikologi sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.

42
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

ORIENTASI NILAI PELAKU MUSIK HARDCORE


Anto Sanjaya1
2
Mochamad Widjanarko

Abstract Setiap manusia sebagai individu pasti


mempunyai keinginan, harapan dan berbagai
Human being is unique. No one is either capain hidup. Minat manusia juga beragam,
physically or psychologically identical with antara individu yang satu dengan lainya saling
others. Being different from others requires berbeda namun terdapat pula invidu yang
courage and is the choice in life. Selection of mempunyai ketertarikan akan hal sama.
value orientation will make an individual being
Demikian pula orientasi nilai setiap individu,
has a way and control of life as a form of value
orientation which is believed and embraced. satu sama lain pasti berbeda
Hardcore music performer is one of many Kesamaan minat, memicu banyak pribadi
differences in value orientation adopted by
yang berbeda dalam berbagai latar belakang;
men. A hardcore music performer certainly has
a reason in choosing it as a a way of life. hal baik fisik, pendidikan, kondisi ekonomi,
suku, agama, ras serta berbagai latar belakang
The objective of the research is to know and
to understand the value orientation of the kehidupan lainya bertemu, menjalin ikatan,
hardcore music performers in the Kudus membentuk perkumpulan dan melakukan
Regency. The informants of the reasearch are berbagai bentuk hubungan sosial lainya.
the hardcore music performers located in Sebaliknya dengan adanya perbedaan minat
Kudus Regency who are involved in Komunitas diantara individu yang satu dengan yang lain
Kudus Hardcore Community (KDHC). Value
dapat saling menutup diri, menjaga jarak dan
orientation in the research is viewed by using
motivational types of value which is proposed membatasi kontak sosial.
by Schwartz. Orientation value proposed by Di Kudus sendiri terdapat beberapa bentuk
Schwartz consists of 10 types of values
hubungan sosial yang mana hal itu terjadi
consisting of power, prestige, pleasure,
stimulation, self direction, unity, virtue, tradition, karena adanya kesamaan minat. Salah
compatibility and security. satunya adalah kesamaan minat akan musik
Based on the coding of interviews and hardcore. Dengan adanya kesamaan akan
observations conducted on the three minat terhadap musik hardcore individu-
informants shows that the hardcore music individu yang terdiri dari berbagai latar
performers in Kudus Regency have value belakang pendidikan serta berbagai tingkatan
orientations that lead to the value of creativity
umur membentuk suatu kelompok sosial. Di
and the other value that stands out is the value
orientation led to the value of independence. sini yang dimaksud kelompok, mereka saling
melakukan interaksi satu dengan yang lain dan
saling mempengaruhi, seperti yang
Keywords: Value Orientation, Hardcore Music
diungkapkan oleh Shaw (dalam, Bimo Walgito,
Performer
2003). Mereka hidup di dalam satu batasan
1 Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, geografis, atau nilai-nilai secara kepentingan
Gitaris Band Atasbawah bersama dan hidup dalam suatu daerah
2 Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muria
Kudus tertentu dan saling berinteraksi (Al Barry,
43
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

2005). Selanjutnya ini disebut sebagai yang bisa dikatakan sedang naik daun adalah
komunitas. Brooklyn. Band ini tengah menjadi bahan
pembicaraan banyak orang dan pentasnya
Komunitas yang lekat dengan musik
mampu menyedot perhatian banyak orang
hardcore di Kudus adalah Kudus Hardcore
(Radar Kudus, Minggu 26 Oktober 2008).
Community (KDHC), terdiri dari orang-orang
yang menyukai musik hardcore baik itu pemain Fenomena underground sendiri tidak bisa
musik, penggiat, maupun penikmat dan dilepaskan dengan istilah independent yang
mempunyai tujuan untuk memajukan musik berarti mandiri, bebas, merdeka. Istilah
hardcore di Kudus supaya diterima oleh independent ini kemudian populer dengan
masyarakat Kudus. Dari hasil wawancara idiom indie di kalangan musisi maupun media.
penulis lakukan tanggal 3 Mei 2009 di studio Pemakaian label indie dikaitkan dengan
musik Blitz, Komunitas ini didirikan tanggal 18 metode sistem produksi yang dilakukan oleh
Mei 2008 oleh beberapa band dan segelintir seorang pemusik atau band yag mulai dari
penggiat hardcore di Kudus ini. penciptaan lagu, merekam kemudian
memasarkan secara swadaya. Jadi, dari
Tanggal 18 Mei 2008 dipilih sebagai tanggal
proses kreatif membuat sampai
berdirinya KDHC karena pada tanggal tersebut
mendistribusikan produk bahkan tur konser
untuk kali pertama diadakan acara bertemakan
mereka secara mandiri dan di luar jalur
indie (independent) dimana mayoritas diisi oleh
mainstream, akhirnya disebut sebagai istilah
band-band hardcore Kudus dan selebihnya
DIY (Do It Yourself) yang dalam terjemahan
band yang masih dalam kategori indie. Terlebih
bahasa Indonesia berarti lakukan dengan
lagi acara tersebut diorganisir secara kolektif
sendiri. Karena dalam mendistribusikan atau
atau swadaya dari band pengisi serta anggota
memasarkan produk ini lewat gerilya atau jalan
komunitas, demikian menurut DS salah satu
bawah tanah. Itu dilatarbelakangi faktor
penggagas dan penggiat KDHC. Sebelum
ideologi, minimnya biaya ataupun memang
berdirinya KDHC ia bersama dengan beberapa
karya mereka tidak bisa diterima masyarakat
teman mendirikan Kudus Movement yang
umum. Maka muncul istilah underground.
dapat ia katakan sebagai embrio dari berdirinya
KDHC. Kudus Movement sendiri sebelumnya Orientasi nilai yang dimiliki oleh pelaku
berisikan aktivitas selayaknya anak band, musik hardcore di Kudus kemudian akan dilihat
bermain musik dan nongkrong. dengan kesepuluh tipe nilai berdasarkan
klasifikasi Schwartz, yaitu : rangsangan, arah
Selain sebagai penggiat komunitas, DS
diri, kecocokan, tradisi, keamanan,
juga mengisi posisi bass pada band emo-
kebersamaan, kebajikan, prestasi, kekusaan
hardcore Kudus bernama Brooklyn. Band ini
dan kesenangan.
sendiri telah mengeluarkan mini album berisi
lima lagu di bawah label indie Kudus Murvals Kesepuluh nilai tersebut dapat
records. Mini album bertajuk I”Ll Stand In My dikelompokan ke dalam dua dimensi. Dimensi
Way dikemas dalam format audio cd dengan yang pertama yaitu openness to change yang
full colour artwork serta profesional packing ini berlawanan dengan conservation. Kemudian
diedarkan secara independent melalui jaringan dimensi yang kedua yaitu self transedence
komunitas. Meski begitu band ini mampu yang berlawan dengan self enhancement.
melampaui batasan wilayah komunitas, respon
Berdasarkan hal diatas penulis
publik sangat antusias. Satu dari puluhan band
berpendapat bahwa pelaku musik hardcore
44
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

mempunyai orientasi nilai tersendiri yang dapat waktu bersama teman-teman untuk
membuat mereka tetap dapat bertahan, bersenang-senang. Hal ini menunjukan bahwa
menjadikan hardcore sebuah pilihan dan eksis informan di pandang teman-teman dan
dalam kehidupan masyarakat serta menikmati lingkunganya, informan juga memiliki kontrol
apa yang dilakukan dan dikerjakannya maka untuk menjalani kehidupannya
penulis tertarik untuk mengeksplorasi orientasi
Nilai prestasi memiliki intentitas yang kuat
nilai di kalangan pelaku hardcore di Kabupaten
dilihat dari pernyataan informan bahwa sejak
Kudus.
mengenal hardcore ia mempunyai kemampuan
desain grafis serta dapat bekerja sebagai
operator warnet. Informan merasa
Metode Penelitian
kebutuhannya saat ini dapat tercukupi dengan
Penelitian ini menggunakan metode bekerja sebagi operator warnet. Hal ini
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. dikuatkan oleh tipe nilai arah diri bahwa sejak
Subyek dalam penelitian ini adalah pelaku bergelut dengan hardcore dirinya telah banyak
musik hardcore yang terlibat dalam Komunitas membuat gigs hardcore, acara sosial dan t-shirt
Kudus Hardcore Community (KDHC). dari band lokal Kudus.
Pengambilan data melalui observasi dan
Nilai kesenangan mempunyai intensitas
wawancara. Analisis data menggunakan
yang kuat karena informan mengatakan dirinya
koding, dengan menggunakan tahapan
sangat menikmati kehidupan. Masalah dalam
sebagai berikut; melakukan transkripsi hasil
kehidupan dianggap informan sebagai sesuatu
wawancara dan observasi, identifikasi kata
yang wajar. Hal ini didukung oleh tipe nilai
kunci, menemukan tema dan kategori serta
rangsangan, informan menyatakan bahwa
menyusun bagan teoritis. Kredibilitas hasil
sebuah konsekuensi harus dihadapi. Dari situ
penelitian dilakukan dengan menggunakan
menunjukan informan memiliki tingkat
metode triangulasi, kecermatan transkrip, dan
kesenangan yang tinggi, bagi informan
pemeriksaan teman sejawat.
kesenangan hidupnya harus terpenuhi apapun
resikonya nanti akan dihhadapinya.
Hasil Penelitian Tipe nilai rangsangan pada informan kuat.
Intensitas Orientasi Nilai Informan 1 Informan berani menghadapi sebuah resiko
jika itu sudah menjadi sebuah kausalitas.
Tipe nilai kekuasaan, informan memiliki
Pernyataan berani berbuat berani bertanggung
intensitas yang kuat dilihat dari pernyataan
jawab menguatkan tipe nilai rangsangan.
informan bahwa ia dapat mengetahui makna
Informan bergairah dalam menjalani
hidup dan semangat dalam menjalani
kehidupan.
kehidupan. Ia merasa sikap orang-orang di
sekitar terutama keluarga sangat Nilai arah diri memiliki intensitas yang kuat
mendukungnya. Informan merasa nyaman terutama dilihat dari pernyataan informan
dengan mendapatkan banyak teman. Hal ini sangat merasa ingin tahu sesuatu hal yang
didukung oleh faktor kesenangan, informan baru terutama jika itu menyangkut
begitu menikmati kehidupannya karena pekerjaanya, menurut informan seusianya
mempunyai banyak teman dalam suasana harus mandiri. Banyak yang telah ia perbuat
kebersamaan dan banyak menghabiskan sejak menjadi seorang youthcrew, sampai
dengan membikin album.
45
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

Intensitas nilai kebersamaan pada menguatkan bawah motivasi untuk menjaga


informan kuat dilihat dari pernyataan informan harmoni bermasyarakat berada pada tingkat
yang akan membantu orang yang lemah.
membutuhkan bantuan jika memang dirinya
bisa membantu dan itu ia lakukan walaupun
orang tersebut tidak dikenalnya. Aspek ini Intensitas Orientasi Nilai Informan II
diperkuat oleh tipe nilai kebajikan. Ini terlihat Intensitas tipe nilai kekuasaan pada
dari pengakuan informan yang pernah informan kedua kuat. Dirinya yakin hardcore
membantu nenek yang tidak dikenalnya adalah sebuah jalan hidup dan ia merasa
menyeberang jalan. Kuatnya tipe nilai sebagai pribadi yang positif dan mempunyai
kebajikan juga dikuatkan oleh pernyataan kualitas hidup yang baik. Hal ini juga
informan bahwa memafkan adalah hal yang dikuatkan dengan pernyataan bahwa
sudah sewajarnya dilakukan. Ini menguatkan informan merasa yakin dengan ilmu dan
informan memang memiliki sisi kebajikan yang wacana yang ia dapat dari hardcore dapat
kuat. meningkatkan kualitas hidupnya secara
Nilai tradisi pada informan pada tingkat personal dan sosial. Aspek ini juga didukung
sedang. Terlihat dari pengakuanya bahwa ia dengan kuatnya tipe nilai prestasi informan
belum dapat menjalankan kewajiban agama yang menyatakan mendapatkan materi dari
dan Tuhannya. Informan mengaku belum bisa jurnalisme yang ia peroleh dari hardcore. Hal
menjadi orang yang religius meskipun ia ini menunjukan informan mempunyai
percaya dengan Tuhan. Informan mengerti penguasan hidup sehari-hari.
bahwa norma harus ditaati. Intensitas yang Informan memiliki intensitas tipe nilai
sedang pada aspek ini didukung aspek prestasi yang kuat terlihat dari
kecocokan, informan sering melanggar pernyataannya bahwa ia mendapatkan dan
perintah orang tua dan ingin bebas, tidak diatur. menguasai jurnalisme dari hardcore yang
Diantara semua aspek. Paling lemah pada akhirnya hal itu bisa mendatangkan
adalah nilai kecocokan dan keamanan. Ini materi bagi informan. Hal ini didukung oleh
terlihat dari pengakuanya yang sering tipe nilai arah diri pada informan dengan
melanggar perintah orang tua. Dirinya tidak pernyataan dirinya bangga dengan gaya
mau diatur oleh siapapun dan bebas hidup positifnya yang bisa mempengaruhi
berkehendak semaunya. Hal ini menunjukan generasi di bawahnya.
bahwa pembatasan tingkah laku dan dorongan Tipe nilai kesenangan pada informan kuat
yang tidak sesuai dengan norma sosial pada terlihar dari pernyataan informan yang
informan lemah. mengaku sangat bersyukur dengan dengan
Intensitas aspek keamanan pada informan apa yang ada pada dirinya sekarang dan
memiliki tingkat yang lemah karena informan menjalani kehidupan apa adanya. Banyak
tidak suka membersihkan rumah dan mengaku aktivitas bersenang-senang pada informan
bahwa kamar tidurnya berantakan. Informan seperti main games, membaca buku, melihat
juga menghindari obat jika sakit. Pernyataan gigs, mendengarkan musik dan lain-lain.
informan yang mengatakan melakukan Kuatnya tipe nilai kesenangan menunjukan
keinginan masyarakat dengan terpaksa, informan menikmati hidup pada dirinya.
karena dirinya tidak suka akan hal tersebut

46
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

Intensitas tipe nilai rangsangan pada itu disengaja atau tidak hal itu sering ia alami.
informan kuat, hal ini terlihat dari pernyataan Ini menunjukan informan memiliki kebajikan
informan yang mengaku berani menghadapi yang kuat.
semua resiko dari setiap perbuatanya. Dalam
Intensitas tipe nilai tradisi pada informan
melakukan setiap perbuatanya informan
kuat. Hal ini terlihat dari pernyataan informan
mengaku berlandaskan pada keyakinan
yang sangat meyakini Tuhan dan agama.
informan terhadap Tuhannya. Tipe nilai
Informan juga merasa sebagai orang yang
kesenangan juga didukung oleh tipe nilai
religius. Keseharian informan merasa tidak
kecocokan pada informan yang menyatakan
bertentangan dengan nilai agama yang ia
bawah apa yang dilakukanya bisa
percaya. Dalam memandang tradisi ia percaya
dipertanggungjawabkan.
budaya dibangun atas cipta, rasa dan karsa
Informan memiliki intensitas tipe nilai arah manusia. Pernyataan informan tersebut
diri kuat. Pengakuan informan bahwa dirinya memperlihatkan aspek tradisi pada informan
memilih hardcore bukan asal, penyampaian kuat
pesan lewat musik itu lah yang menjadikan
Tipe nilai kecocokan pada informan
hardcore sebagai pilihannya. Keingintahuan
memiliki intensitas yang kuat dilihat dari
informan juga kuat terlihat dari pernyataanya
pernyataan informan yang mengaku semua
yang mengaku juga suka belajar hal-hal baru
perbuatannya bisa dipertanggungjawabkan
yang menarik baginya dan akan
dan harus dihormati oleh siapapun termasuk
mendalaminya. Informan mengaku gaya
orang tuanya. Penghargaan terhadap orang
hidupnya adalah gaya hidup yang positif.
tua, kepatuhan juga dilakukanya terlihat dari
Melalui musik informan menyampaikan gaya
pernyataan informan yang akan melakukan
hidupnya kepada generasi dibawahnya. Bagi
apapun untuk membantu dalam masalah
dirinya kemandirian adalah hal yang mutlak.
keluarga dan hal itu bagi informan adalah hal
Intensitas tipe nilai kebersamaan pada yang sudah sewajarnya.
informan kuat, terlihat dari pernyataan informan
Diantara semua aspek, Intensitas tipe nilai
yang akan membantu orang yang
keamanan pada informan paling berbeda.
membutuhkan bantuan semampunya. Aspek
Informan memiliki intensitas tipe nilai
ini juga didukung oleh pernyataan informan
keamanan yang sedang. Menurut pengakuan
pada tipe nilai kebajikan yang mengaku sering
informan dirinya termasuk orang malas untuk
memberi uang kepada orang yang tidak dikenal
bersih-bersih. Dirinya juga hidup hanya untuk
untuk ongkos perjalanan Membantu baginya
dirinya dan keluarga bukan untuk masyarakat.
adalah sebuah kewajiban dari nilai yang
Ini memperliharkan bahwa keharmonisan dan
bersumber dari kultur yang ia percaya.
stabilitas dalam bermasyarakat cenderung
Tipe nilai kebajikan pada informan memiliki rendah. Meski begitu informan mempunyai
intensitas yang kuat. Informan adalah orang banyak teman, hal ini memperlihatkan bahwa
yang pemaaf terlihat dari pengakuannya yang informan hubungan yang baik dengan banyak
mengatakan dengan pasti dirinya adalah orang orang-orang di sekitarnya.
yang pemaaf. Sikap suka menolong ia tunjukan
dengan pengakuan informan yang sering
memberi uang kepada orang yang tidak ia Intensitas Oerientasi Nilai Informan III
kenal untuk ongkos perjalanan pulang, entah Intensitas tipe nilai kekuasaan pada

47
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

informan kuat. Dirinya mengaku di dukung oleh kemandirian secara luas yaitu melakukan apa
orang tua dalam keluarga. Teman-teman yang ada di pikiran untuk bergerak dan
informan bahan mendukungnya. Informan membuat keadaan sekitar menjadi lebih baik.
mengaku mendapatkan banyak pengalaman Rasa ingin tahu informan juga tinggi terlihat dari
dari hardcore terutama berdagang t-shirt yang pengakuanya.
saat ini menjadi sumber untuk mengisi uang
Tipe nilai kebersamaan pada informan
sakunya. Orang-orang di sekitar informan
memiliki intensitas yang kuat, hal ini dapat
mengetahui status informan sebagai seorang
dilihat dari pernyataan informan yang akan
youthcrew.
membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Tipe nilai prestasi pada informan kuat Motivasi tindakan prososial pada informan
terlihat dari pengakuan informan yang sangat tinggi terlihat dari tindakanya yang tidak
mempunyai keahlian berdagang t-shirt yang hanya membantu orang yang dikenalnya tapi
didapatnya dengan bergelut musik hardcore. juga akan membantu orang yang tidak
Kuatnya tipe nilai prestasi juga diperkuat oeh dikenalnya jika memang orang tersebut
pengakuanya yang tidak bisa seperti sekarang membutuhkan bantuan. Hal tersebut juga
jika tidak mengenal hardcore. Selain itu didukung oleh pernyataanya pada tipe nilai
informan juga mempunyai prestasi yang kebajikan yang menyatakan dirinya pernah
gemilang dalam bidang olahraga sepakbola memberikan tempat duduknya kepada seorang
sebagai kiper tim U-21 Persiku. Aspek ini ibu yang tidak dikenalnya di dalam perjalan dari
didukung oleh pernyataan informan pada tipe Kudus ke Malang. Ini menunjukan kuatnya
nilai kesenangan yang menyatakan membuat motivasi prososial informan
suatu gigs hardcore bagi informan satu hal
Intensitas tipe nilai kebajikan pada
yang menyenangkan.
informan kuat yang ditunjukan dengan
Intensitas tipe nilai kesenangan pada pengakuanya sebagai berikut. Informan
informan kuat. Hal ini terlihat dari pengakuan mengaku pernah dalam perjalanan pulang dari
informan bahwa dirinya sangat menikmati kudus ke malang melihat seorang ibu yang
hidup dan apa yang ada pada dirinya. Banyak berdiri. Kemudian informan memberikan
cara bersenang-senang yang dilakukan tempat duduknya untuk ibu tersebut dan dirinya
informan diantaranya melihat gigs, bermain rela untuk berdiri. Tak hanya sampai disitu,
bola dan jalan bersama pacar. Hal ini informan juga membayarkan ongkos
menguatkan aspek kesenangan, dilihat dari perjalanan ibu tersebut. Dalam hal memafkan
cara informan bersenang-senang dan sebisa mungkin informan akan memafkan
menikmati kehidupannya. orang yang menghinanya.

Tipe nilai rangsangan mempunyai Informan memiliki intensitas tipe nilai tradisi
intensitas yang kuat. Informan mengaku bahwa yang sedang. Informan percaya dengan Tuhan
dirinya tidak takut dalam menghadapi resiko. dan agama akan tetapi informan merasa
Dari hasil wawancara didapat bahwa tidak ada dirinya belum sebagai seorang yang religius.
kata takut dalam menghadapi sebuah resiko. Dalam memandang tradisi, informan
beranggapan budaya yang dimiliki oleh
Intensitas tipe nilai arah diri pada informan
bangsanya sangat beragam dan kaya dan tidak
ketiga kuat terlihat dari pernyataan informan
dimiliki oleh bangsa lain.
yang mengaku bahwa hardcore baginya lebih
menarik untuk dipahami. Informan mengartikan
48
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

Intensitas tipe nilai kecocokanpada Dilihat dari pencapaian status sosial dan
informan sedang, hal ini ditunjukan dengan prestise serta kontrol terhadap orang lain atau
seringnya informan berseberangan pendapat sumber daya tertentu, pada dasarnya semua
dengan orang tua. Hal ini disebabkan informan informan mendapatkan pengakuan dan
merasa tidak cocok dengan ayah. Dalam bahkan dukungan dari lingkungan mereka. Dari
wawancara informan menjawab dirinya sering segi kesuksesan, kecakapan dan ambisi
melanggar perintah orang tua. Namun ketiga informan merasa banyak mendapat hal
informan tidak begitu saja mengesampingkan yang bagi mereka itu sangat bermanfaat.
kedua orang tuanya. Informan mengaku sering Faktor-faktor untuk mencapai keberhasilan
membantu orang tua dalam hal kecil seperti pribadi sesuai dengan standar sosial dan
mengantar ayahnya ke toko, membeli gas dan menunjukannya kepada masyarakat dirasakan
mengantar ibunya berbelanja. Intensitas tipe oleh ketiga informan setelah mereka menjadi
nilai keamanan kuat pada informan, hal ini seorang youthcrew. Dalam segi kesenangan,
terlihat dari pengakuanya informan yang informan I, II dan III menikmati kehidupan yang
membersihkan rumah setiap hari minggu dan mereka jalani dan banyak melakukan kegiatan
hari libur di pagi harinya. Dalam menjaga bersenang-senang merupakan unsur
kesehatan informan akan minum obat jika sakit. pemuasan.
Hal ni diperkuat dengan pernyataan informan
Dari segi rangsangan dalam hal keberanian
yang akan melakukan apa yang memang
dalam hidup, menghadapi kehidupan yang ada
diinginkan masyarakat jika hal tersebut
dan semua informan tidak mempunyai rasa
berdampak positif.
takut. Ketiganya juga berani menghadapi
Diskusi kehidupan masing-masing. Aspek arah diri
ketiga informan seperti menentukan tujuan
Masih minimnya pengetahuan masyarakat
sendiri, bebas, dan mandiri yang memotivasi
tentang musik hardcore dan para pelakunya
tindakan yang independent terlihat kuat.
khusunya di Kabupaten Kudus mengharuskan
Kesemuanya memiliki tujuan yang jelas dan
penulis menyampaikan hasil penelitian
alasan yang kuat dari pilihan yang telah mereka
mendekati fakta di lapangan tentang para
tentukan. Dari segi kebersamaan yang
pelaku musik hardcore. Hal ini disebabkan
memotivasi tindakan sosial dan segi kebajikan
kekhawatiran terjadinya pandangan yang salah
yang berisi nilai seperti pemaaf dan suka
terhadap para para pelaku. Cara berpikr
menolong .
sempit seperti anggapan yang selama ini
terjadi pada pelaku semisal musik hardcore Dari segi tradisi yang akan memotivasi
adalah musik yang bising dan tidak mempunyai pada penghargaan, komitment dan
maksud dan tujuan, musik yang identik dengan penerimaan terhadap tradisi, kebiasaan, adat
narkotika karena dilihat dari cara pelaku istiadat dan agama tampak kuat pada informan
melakukan pogo berdampak pada II. Hal ini informan II mendasari segala
pengkerdilan potensi-potensi yang dimiliki oleh perbuatannya berdasar keyakinan dan agama
informan. Orientasi nilai pada pelaku musik yang dianutnya. Sedangkan pada informan I
hardcore dimaksudkan agar masyarakat dan III hanya pada tingkatan percaya saja
mendapat gambaran yang jelas mengenai belum pada penerapan dalam kehidupan
pemetaan sikap dan perilaku yang merupakan keseharian seperti informan II
manifestasi dari nilai-nilai yang diyakini pelaku.

49
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

Dari segi kecocokan terlihat pada semua Kesesuaian dengan dimensi teori yang
informan meskipun ketiganya memiliki sejalan dan berkonflik hanya terjadi pada
kekuatan yang berbeda. Informan kedua informan I pada dimensi openess to change
cenderung memiliki kontrol diri yang kuat dan yang muncul kuat dan berkebalikan pada
mampu menahan dorongan-dorongan yang dimensi conservation yang berseberangan.
berseberangan dengan nilai-nilai sosial. Pada Untuk informan kedua dan ketiga tidak terjadi
informan ketiga, hal ini berkurang atau konflik pada semua dimensi.
mempunyai kontrol yang sedang karena
Terjadinya perbedaan pada informan
informan seorang anak yang berseberangan
pertama dengan informan kedua dan III pasti
dengan orang tua dan tidak cocok dengan
mempunyai faktor penyebab. Setelah penulis
ayahnya. Pada informan pertama kemampuan
mencoba mencermati hasil observasi dan
kontrol terhadap dorongan negatif lemah, hal
wawancara dengan masing informan. Penulis
ini disebabkan suybyek mengedepankan
menemukan bahwa faktor tersebut disebabkan
kebebasan
oleh latar belakang keluarga informan I.
Dari segi keamanan yang memotivasi Intensitas yang lemah pada informan pada
tindakan untuk menjaga keharmonisan dimensi conservation yang berisi batasan-
hubungan dalam hidup bermasyarakat lemah batasan terhadap tingkah laku, ketaatan
pada informan I dan II dan kuat pada informan terhadap aturan tradisi dan perlindungan
ketiga. Kuatnya aspek ini pada informan ketiga terhadap stabilitas. Kelemahan tersebut
terlihat dari rutinnya informan membersihkan karena informan sejak kecil jauh dari orang tua.
rumah setiap minggu dan kemauan informan Bibi informan tidak mendidik informan secara
menjaga hubungan dengan masyarakat. keras atau sangat memanjakan informan
Berbeda dengan informan I dan II yang tidak karena takut informan akan ikut orang tuanya
memperdulikan apa keinginan dalam ke Bandung. Hal itu menyebabkan sikap
masyarakat. Informan II hanya hidup untuk informan yang bebas dan tidak mau diatur.
dirinya dan keluarga, di tetangga sedang terjadi
apa itu bukan urusan informan.
Simpulan dan Saran
Dari intensitas yang telah teridentifikasi
selanjutnya dikelompokan ke dalam dimensi Simpulan
nilai bipolar sebagai berikut. Dimensi openess Penulis menyimpulkan bahwa orientasi
to change pada kesemua informan muncul nilai pada pelaku musik hardcore adalah
dengan kecenderungan kuat. Sedangkan sebagai berikut :
dimensi conservation yang berlawanan dengan
1. Pelaku musik hardcore di Kabupaten
dimensi sebelumnya hanya pada informan I
Kudus mempunyai orientasi nilai yang
yang memiliki kecenderungan lemah. Untuk
mengarah pada nilai-nilai kreativitas
dimensi yang kedua yaitu dimensi self
enhancement dan self transendence muncul 2. Nilai lain yang menonjol pada pelaku
kuat pada semua informan. Begitu juga dengan musik hardcore di Kabupaten Kudus adalah
nilai kesenangan yang masuk ke dalam orientasi nilai yang mengarah pada nilai-nilai
dimensi openess to change dan self kemandirian
enhancement juga memperlihatkan
kecenderungan kuat pada semua informan.

50
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh Daftar Pustaka


beberapa hal :
Alsa, A. (2007). Pendekatan Kuantitatif &
1. Dukungan lingkungan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
2. Manfaat yang dirasakan oleh informan
Belajar.
Semakin tinggi dukungan lingkungan dan
Blaxter, L., Hughes, C dan Thight, M. (2006).
semakin besar manfaat yang dirasakan
How To Research Seluk Beluk Melakukan
informan maka semakin tinggi tingkat
Riset. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.
keyakinan informan terhadap hardcore sebagai
sebuah jalan hidup. C, Glesson. (1997). Menciptakan
Keseimbangan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sedangkan untuk output nilai dari pelaku
musik hardcore dipengaruhi oleh hal – hal Kamarulzaman, AKA., Y. Al Barry, M. Dahlan.
sebagai berikut: (2005). Kamus Ilmiah Serapan.
Yogyakarta: Absolut.
1. Teman sebagai pembentuk kepribadian
Kartini, K., Gulo, D. (2003). Kamus Ilmiah
2. Kedekatan dan tingkat kasih sayang dan
Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
perhatian orang tua dalam kehidupan keluarga
Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian
K u a l i t a t i f . B a n d u n g : P T. R e m a j a
Saran-saran Rosdakarya.
1. Untuk pelaku musik hardcore Patton, M. G. (2006). Metode Evaluasi
Menjadi seseorang yang berbeda memang Kualitatif. (terjemahan oleh Priyadi, B. P)
membutuhkan keberanian, apalagi juga Yogyakarta: Pustaka Belajar.
semacam menjadi seorang youthcrew yang Parker, S. R., J. Child, R. K dan Smith, M. A.
masih awam di masyarakat dan terbilang (1990). Sosiologi Industri. Jakarta: PT.
minoritas sebagai sebuah genre musik di Rhineka Cipta.
Indonesia. Oleh karena itu disarankan :
Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan
a. Lebih terbuka terhadap masyarakat Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
sebagai upaya sosialisasi hardcore Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: lembaga
b. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan Pengembangan Sarana Pengukuran dan
lingkungan agar tidak terkesan eksklusif. Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

2. Peneliti Prayitno, H., Amti, E. (1999). Dasar-Dasar


Bimbingan & Konseling. Edisi Revisi.
Orientasi nilai pada seseorang mempunyai
Jakarta: PT Rhineka Cipta.
perbedaan yang dapat berubah sewaktu-
waktu karena pengaruh kondisi psikologis Subyantoro, A., F. X, Suwarto.(2000). Metode &
seseorang, pembentukan kepribadian yang Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: C.V
terkait dengan perkembangan dan lingkungan. Andi Offset.
Orientasi nilai pada pelaku musik hardcore Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Suatu
sangat menarik untuk diteliti ulang oleh peneliti Pengantar. Yogyakarta: Andi.
yang lain.
--------------. (2006). Arti Nilai. Melayu Online,

51
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore

h t t p : / / w w w. m e l a y u o n l i n e . c o m /
index.php/nilai.html , (diakses 4 Mei 2009).

--------------. (2007). Nilai. Belajar Psikologi:


Bukan Hanya Untuk Anda,
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.ph
p/nilai.html, (diakses 4 Mei 2009).

--------------. April (2009). Hardcore Punk,


http://wikipedia.org/wiki/hardcore_punk.ht
m, (diakses 4 Mei dan 2 Agustus).

---------------. Radar Kudus, 8 Februari 2009 .


Sistemnya DIY (Do It Yourself), hlm. 4.

---------------. Radar Kudus, 26 Oktober 2008 .


Brooklyn The Shining Star, hlm. 3.

52
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
KETENTUAN PENULISAN JURNAL PSKOLOGI UMK
(Catatan: ketentuan ini merupakan format final artikel Jurnal Psikologi UMK)

Judul (12 point centered alignment, uppercase)


Nama lengkap penulis dan tanpa gelar (11 point centered)
Nama dan instansi penulis (11 point centered)

Abstrak

Abstrak di tulis dalam bahasa Inggris atau Indonesia, dengan


maksimal 250 kata, dalam satu paragrap. Abstrak berisi tujuan
penulisan, metode penelitian dan keterangan singkat hasil
penelitian. (11 point without indentation)

Kata kunci: 3 – 10 kata. (11 point, italic)

Bagian utama tulisan hasil penelitan terdiri Ketentuan daftar pustaka dengan urutan:
dari: nama belakang penulis, tahun penerbitan, kota
(1) Pendahuluan (berisi latar belakang penerbitan, penerbit, volume, dan halaman.
masalah, tinjauan pustaka, tujuan Tabel atau gambar di beri judul dan
penelitian dan hipotesis), keterangan yang jelas. Setiap gambar, tabel
(2) Metode penelitian (berisi rancangan atau grafik yang disertakan juga sumber
penelitan, pengambilan sample, dan penyuntingnya.
analisis data),
Artikel di kirim ke redaksi melalui email
(3) Hasil penelitian (hasil uji hipotesis),
psiumk@yahoo.com dan 1 salinan asli,
(4) Diskusi (memuat evaluasi hasil penelitian,
dengan ketentuan, kertas A4, Arial 11 point,
masalah yang terkait hasil penelitian, dan
spasi 2, justified alignment, top margin 2 cm,
rekomendasi,
bottom 2 cm, left 1 cm dan right 1 cm. Artikel
(5) Daftar pustaka.
ditulis maksimal 15 halaman, minimal 10
halaman.
Artikel hasil pemikiran disajikan dengan
meliputi: Redaksi berhak mengedit ulang artikel
(1) Pendahuluan (latar belakang, tujuan, dan tanpa mengubah isi. Artikel yang di muat
perumusan masalah), adalah artikel yang sesuai dengan ketentuan
(2) Pembahasan (terdiri dari beberapa yang telah disebutkan.
bagian),
(3) Kesimpulan dan rekomendasi,
(4) Daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai