Jurnal Psikologi UMK diterbitkan dua kali dalam setahun setiap bulan Juni dan Desember. Redaksi
menerima tulisan hasil penelitian atau artikel pemikiran yang kritis mengenai masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan bidang psikologi. Redaksi berhak melakukan edit dengan tidak mengubah isi
pemikiran tulisan.
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
Nur Halimah 1
2
Fajar Kawuryan
1
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
2
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
terhadap orang yang baru dikenal, seperti guru motorik telah terkoordinasi dengan baik.
dan teman-teman barunya.
c. Tingkat Kecerdasan
Kesiapan intelektual telah dimiliki anak
Kecerdasan/inteligensi merupakan
apabila anak sudah mampu mengenal
kemampuan seorang anak dalam memahami
berbagai macam simbol untuk huruf, angka,
instruksi verbal teoritis dan menyelesaikan
gambar, serta kata-kata yang digunakan untuk
tugas-tugas konkrit praktis dibandingkan
menyebut suatu benda, berpikir secara kritis,
dengan anak-anak seusianya. Anak-anak
menggunakan penalaran walaupun masih
dengan tingkat kecerdasan yang berfungsi
sederhana dalam memecahkan masalah
pada tahap rata-rata akan menyelesaikan
mampu berkonsentrasi dan memiliki daya ingat
tugas - tugas tersebut secepat anak-anak
yang baik sehingga anak dapat mengikuti
seusianya. Adapun anak-anak yang memiliki
pelajaran dengan lancar (Sulistiyaningsing,
tingkat kecerdasan tinggi akan menyelesaikan
2005).
tugas-tugas tersebut secara lebih cepat dan
K u s t i m a h ( 1 0 - 0 6 - 2 0 1 0 ; sebaliknya anak-anak yang memiliki tingkat
http://www.pustaka.unpad.ac.id) menyatakan kecerdasan rendah akan melaksanakannya
beberapa faktor dalam kesiapan sekolah anak dengan lebih lambat. Dengan demikian untuk
meliputi : memasuki dunia sekolah yang memiliki
program pembelajaran untuk usia tertentu,
a. Kesehatan Fisik
maka setidaknya seorang anak memiliki tingkat
Kesehatan yang baik dengan asupan gizi kecerdasan yang berfungsi pada tahap rata-
yang seimbang sangat dibutuhkan untuk dapat rata.
menunjang kesiapan masuk sekolah. Anak
d. Stimulasi Tepat
yang sehat akan lebih mudah mencerna
pengetahuan yang diajarkan serta Faktor lingkungan terdekat dengan anak
bersosialisasi dengan lebih baik, tampil gesit sangat berperan dalam menunjang kesiapan
dan bersemangat, baik dalam menerima anak untuk memasuki sekolah dasar, sehingga
informasi maupun dalam membina hubungan potensi perkembangan anak yang dimiliki anak
sosial dengan guru serta teman -temannya. dapat berkembang secara optimal. Orangtua
dan guru memegang peranan yang sangat
b. Usia
penting dalam mengembangkan aspek-aspek
Beberapa ahli mengatakan bahwa faktor yang sangat menunjang kesiapan anak untuk
usia sangatlah penting untuk menentukan sekolah meliputi semua perkembangan baik
kesiapan anak masuk sekolah dasar. Menurut perkembangan motorik kasar dan halus,
Janke, Comenius, Buhler dan Hetzer dalam perkembangan bahasa, perkembangan sosial,
buku Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test perkembangan kognisi dan perkembangan
(dalam Kustimah, 2008) menganggap usia 6 emosi anak.
tahun sebagai usia yang cukup matang untuk
e. Motivasi
sekolah. Pada usia ini umumnya anak telah
memiliki perbendaharaan kata yang cukup Anak yang merasa bahagia biasanya
banyak, memiliki kemampuan membayangkan memiliki motivasi baik untuk melakukan
seperti anak-anak seusianya, dapat sesuatu, serta umumnya melakukan kegiatan
mengemukakan secara verbal ide-ide dan didasari oleh tujuan tertentu.
pikiran-pikirannya serta organ-organ indra dan
3
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
Guna mengetahui kondisi faktor-faktor bersifat non verbal dan disajikan secara
kesiapan sekolah anak, digunakan Nijmeegse individual.
Schoolbekwaamheids Test (NST). NST terdiri
Dapat disimpulkan bahwa kesiapan anak
dari 10 sub tes yang berisi gambar-gambar
sekolah terdiri dari beberapa aspek, baik fisik
atau melengkapi gambar sekaligus
maupun psikologis dan salah satu alat tes
jawabannya, yang masing-masing
untuk mengukur kesiapan sekolah adalah
mengungkap kemampuan yang berbeda, yaitu:
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST)
1. Subtes 1: Pengamatan bentuk dan yang mengukur aspek-aspek kognitif, motorik
kemampuan membedakan (vorm halus dan motorik kasar, penilaian sosial, serta
waarneming en onderscheidings emosional.
vermogen);
4
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
mengungkap kesiapan sekolah adalah NST 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
(Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test) yang sebaran data kesiapan sekolah anak SD yang
disusun oleh Monks, Rost, dan Coffie. Tes ini mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak
terdiri dari 10 sub tes yang berisi gambar- mengikuti pendidikan TK memiliki distribusi
gambar atau melengkapi gambar sekaligus normal.
jawabannya, yang masing-masing
2. Uji Homogenitas
mengungkap kemampuan yang berbeda.
Hasil uji homogenitas varian kesiapan
Item-item yang digunakan dalam penelitian
sekolah anak SD yang mengikuti pendidikan
ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK
1. Item yang jawaban benar yaitu item yang menunjukkan koefisiensi F sebesar 1,507
sesuai dengan kunci jawaban yang sudah dengan p sebesar 0,142 (p>0,05) yang berarti
tersedia. data kesiapan sekolah anak SD yang mengikuti
pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti
2. Item yang jawaban salah yaitu item yang
pendidikan TK adalah homogen.
tidak sesuai dengan kunci jawaban yang
sudah tersedia.
sebesar 25,98 dan rerata anak yang tidak kemasakan emosi, sosial, dan intelektual
mengikuti pendidikan TK sebesar 11,25. Hal ini dalam mengikuti pendidikan di sekolah
dapat dipengaruhi oleh kondisi pendidikan dasar.
prasekolah yang ditempuh sebelum mengikuti
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar melibatkan
pendidikan sekolah serta lingkungan tempat
faktor pendukung kesiapan belajar yang
tinggal anak-anak. Anak-anak yang sebelum
lain, misalnya dukungan orangtua, tingkat
SD mengikuti pendidikan TK dimungkinkan
kecerdasan, dan motivasi.
secara kognitif, fisik, dan emosi sudah siap
dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan : Monks dkk. (2004). Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
1. Bagi orangtua agar memasukkan anaknya
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
di pendidikan prasekolah sebelum
memasuki sekolah dasar agar memiliki Munarsih, C. (2010). Pembelajaran Terpadu
kesiapan fisik dan kesiapan psikis; berupa pada Pendidikan Usia Dini bagi Anak
7
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar
Pada Anak Yang Mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak
Volume I, No 1, Desember 2010 Mengikuti Pendidikan TK Di Kabupaten Kudus
8
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
Wahyu Pranoto 1
2
Iranita Hervi Mahardayani
9
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
hanya untuk berpenampilan agar lebih dihargai Mode yang terus berkembang seiring
dan dapat diterima oleh kelompoknya atau perubahan jaman, menyebabkan remaja terus
teman sebayanya. Perilaku ini lebih menerus mengikuti perkembangan arus mode.
dipengaruhi oleh faktor emosi dari pada rasio, Semakin tinggi kecenderungan mengikuti
karena pertimbangan – pertimbangan dalam mode maka kepercayaan diri pada remaja
membuat keputusan untuk membeli suatu akan semakin kuat atau meningkat.
produk lebih menitikberatkan pada status Kecenderungan mengikuti mode memiliki
sosial, mode dan kemudahan, dari pada prediksi kuat terhadap terbentuknya
pertimbangan ekonomis. Pilihan emosional kepercayaan diri pada remaja, Buntaran
biasanya didasarkan atas rasa salah, rasa (dalam Kusumaningtyas, 2009). Dengan
takut, kurang percaya diri, dan keinginan begitu remaja yang kurang memiliki rasa
bersaing serta menjaga penampilan diri, percaya diri yang kuat secara otomatis akan
(Sarwono dalam Kusumaningtyas, 2009) menggunakan mode – mode yang sedang
Teman sebaya lebih memberikan pengaruh marak dikalangannya, guna menambah rasa
dalam memilih hal cara berpakaian, hobi, kepercayaan diri pada remaja tersebut.
perkumpulan (club), dan kegiatan sosial lainya Berdasarkan fenomena diatas, diduga
(Yusuf, 2004). Karena itu remaja berusaha bahwa remaja yang memiliki masalah dalam
berpenampilan sama dengan teman kepercayaan dirinya, kurang atau tidak
sebayanya, remaja merasa dirinya lebih percaya diri akan melakukan usaha untuk
diterima dan dihargai. Bagi seorang remaja, arti menutupi rasa kurang percaya dirinya tersebut
penerimaan atau penolakan teman sebaya dengan cara menggunakan produk fashion
dalam kelompok sangatlah penting. Hal itu bermerek. Untuk itu dalam kesempatan ini
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penulis ingin mengetahui adakah hubungan
pikiran, sikap, perasaan, perbuatan – antara perilaku konsumen remaja yang
perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Hal menggunakan produk fashion bermerek
yang demikian ini akan menimbulkan rasa dengan kepercayaan diri.
senang, gembira, puas bahkan rasa bahagia
yang pada gilirannya memberi rasa percaya diri
yang besar (Mappiare, 1982) Tujuan Penelitian
Salah satu penyebab dari rasa kurang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
percaya diri tersebut yaitu bahwa remaja menguji secara empirik hubungan antara
merasa dirinya memiliki kekurangan dan tidak perilaku konsumen remaja menggunakan
sama dengan kelompok teman sebayanya produk fashion bermerek dengan kepercayaan
dalam konteks secara fisik. Hal ini yang diri.
menyebabkan remaja memilih untuk menutupi
kekuranganya tersebut dan berusaha untuk
untuk berpenampilan sama dengan Hipotesis
kelompoknya. Remaja yang tidak percaya diri Ada hubungan positif antara kepercayaan
ini cenderung akan menggunakan produk diri dengan perilaku konsumen remaja yang
fashion bermerek sebagai kompensasi menggunakan produk fashion bermerek,
terhadap kekuranganya, Sinaga (dalam dimana semakin tinggi kepercayaan dirinya
Kusumaningtyas, 2009) maka perilaku konsumen menggunakan
10
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
produk fashion bermerek semakin tinggi pula, menggunakan produk fashion bermerek
begitu pula sebaliknya semakin rendah pula menunjukkan, dari 40 item tidak terdapat item
kepercayaan dirinya semakin rendah perilaku yang gugur, item yang valid dengan koefisien
konsumen remaja menggunakan produk validitas berkisar antara 0,2202 sampai
fashion bermerek. 0,7460.
Hasil Penelitian
Tabel 2
Validitas dan Reliabilitas Uji Linieritas Hubungan
Skala Perilaku Konsumen Remaja F Sig.
PKR* PD Between (combined) 1,805 ,020
Menggunakan Produk Fashion Bermerek
Groups linierity 23,939 ,000
Devitiation from Linierity 1,190 ,270
Item skala perilaku konsumen remaja Within Groups
Total
11
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
12
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
saja melainkan dari rasa optimisme dalam diri, kepercayaan diri yang rendah ada 23 orang
selalu berpikir positif, berpikir realistik dan apa (23,23%), remaja dengan kepercayaan diri
adanya serta evaluasi diri yang objektif. sedang ada 41 orang (41,41%), remaja dengan
kepercayaan diri tinggi ada 24 orang (24,24%),
Hasil analisis variabel perilaku konsumen
dan remaja dengan kepercayaan diri yang
remaja menggunakan produk fashion
sangat tinggi ada 5 orang (5%).
bermerek diperoleh mean empirik sebesar
113,77 dan SD empirik sebesar 15,675.
Berdasarkan norma kategorisasi tingkat
Simpulan dan Saran
perilaku konsumen remaja menggunakan
produk fashion bermerek, diperoleh bahwa Simpulan
perilaku konsumen remaja menggunakan Berdasarkan hasil analisis data dan
produk fashion bermerek tersebut tergolong pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
sedang. Hal ini diketahui dari hasil respon disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
subyek pada item dalam skala yang signifikan antara perilaku konsumen remaja
menunjukkan prosentase perilaku konsumen menggunakan produk fashion bermerek
remaja menggunakan produk fashion dengan kepercayaan diri.
bermerek terbesar pada tingkat sedang.
Saran
Remaja dengan perilaku konsumennya
menggunakan produk fashion bermerek Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
sangat rendah ada 11 orang (11,11%), Remaja dan kesimpulan di atas maka peneliti
dengan perilaku konsumennya menggunakan mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
produk fashion bermerek rendah ada 15 orang 1. Remaja
(15,15%), Remaja dengan perilaku
konsumennya menggunakan produk fashion Bagi remaja yang kurang percaya diri dalam
bermerek yang tergolong sedang ada 46 orang berpenampilan dan merasa mendapati
(46,46%), Remaja dengan perilaku kekurangan yang ada pada dirinya apabila
konsumennya menggunakan produk fashion mungkin diharapkan menggunakan produk
bermerek tinggi ada 19 orang (19,19%) dan fashion bermerek untuk tetap bisa tampil lebih
Remaja dengan perilaku konsumennya percaya diri atau dengan cara optimis dengan
menggunakan produk fashion bermerek yang kemampuan, berpikir positif, berpikir realistik
tergolong sangat tinggi ada 8 orang (8,08%). dan apa adanya serta evaluasi diri yang
objektif, pengendalian diri yang baik dan
Sedangkan hasil analisis variabel kemampuan bersosialisasi yang baik.
kepercayaan diri diperoleh mean empirik
sebesar 97,44 dengan SD empirik sebesar 2. Peneliti selanjutnya
9,417. Berdasarkan norma kategorisasi tingkat Bagi peneliti lain disarankan untuk
kepercayaan diri diperoleh bahwa menggunakan faktor lain yang mempengaruhi
kepercayaan diri remaja tergolong sedang. Hal perilaku konsumen sebagai variabel
ini diketahui dari hasil respon subyek pada item dependent atau variabel tergantung karena
dalam skala yang menunjukkan prosentase karena masih terlalu luas arti tentang perilaku
kepercayaan diri terbesar pada tingkat sedang. konsumen.
Remaja dengan kepercayaan diri yang sangat
rendah ada 6 orang (6%), remaja dengan
13
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Konsumen Remaja Menggunakan Produk
Volume I, No 1, Desember 2010 Fashion Bermerek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri
Kepuasan kerja yang dirasa oleh medical Stres merupakan suatu kondisi internal
representatif tidak terlepas dari suatu keadaan yang terjadi dengan ditandai gangguan fisik,
yang mengikuti seorang individu, salah lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi
satunya yaitu stress. Sullivan & Bhagat (1992) pada kondisi yang tidak baik. Pendapat
menyebutkan bahwa banyak penelitian tersebut diungkapkan oleh Morgan & King,
mengenai pengaruh stres kerja terhadap (1986: 321) yang lebih jelasnya sebagai
kepuasan kerja dalam suatu organisasi. Hasil berikut:
penelitian Alberto (1995), Praptini (2000) “…as an internal state which can be caused
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang by physical demands on the body (disease
mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya conditions, exercise, extremes of temperature,
adalah stres kerja. and the like) or by environmental and social
Lebih lanjut penyebab stress dapat dibagi situations which are evaluated as potentially
menjadi dua, yaitu internal dan eksternal, di harmful, uncontrollable, or exceeding our
mana salah satu penyebab stress yang berasal resources for coping”
dari eksternal yaitu beban kerja yang dirasakan Ada beberapa definisi yang dikemukakan
individu sebagaimana diungkapkan oleh oleh para ahli tentang kepuasan kerja
Cooper (dalam Rice, 1999). Beban kerja itu diantaranya Wagner III & Hollenbeck (1995),
sendiri misalnya target yang telah ditetapkan mengutip ungkapan yang diberikan oleh Locke,
perusahaan merupakan suatu beban kerja yang menjelaskan kepuasan kerja adalah
yang harus ditanggung oleh para medical suatu perasaan menyenangkan yang datang
representative. Beban kerja yang dirasa cukup dari persepsi seseorang mengenai
berat dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan pekerjaannya atau yang lebih penting yaitu nilai
16
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
kerja, untuk lebih jelasnya sebagai berikut : tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
”a pleasurable feeling that results from the merusak). Lebih lanjut Eustress dapat
perception that one's job fulfills or allows for the memunculkan suatu kondisi kepuasan dalam
fulfillment of one's important job values”. pekerjaannya. Sebagaimana diungkapkan
oleh Nilvia (2002) bahwa Kepuasan kerja
karyawan merupakan salah satu aspek penting
Kerangka Berpikir yang perlu diperhatikan dalam usaha
peningkatan kemampuan sumber daya
Dalam suatu kesempatan Smith (1981)
manusia suatu organisasi, karena dengan
mengemukakan bahwa konsep stres kerja
kepuasan kerja yang dirasakan maka seorang
dapat ditinjau dari beberapa sudut yaitu:
karyawan mampu bekerja secara optimal.
pertama, stres kerja merupakan hasil dari
keadaan tempat kerja. Kedua, stres kerja Sullivan & Bhagat (1992) menyebutkan
merupakan hasil dari dua faktor organisasi bahwa banyak penelitian mengenai pengaruh
yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan stres kerja terhadap kepuasan kerja dalam
organisasi. Ketiga, stres karena ”work load” suatu organisasi. Hasil penelitian Lee (dalam
atau beban kerja. Keempat, akibat dari waktu Google.com, 2008) menunjukkan bahwa
kerja yang berlebihan. Dan kelima, faktor faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
tanggung jawab kerja. Kahn dan Quin (dalam kerja salah satunya adalah stres kerja.
Ivanceviech et al, 1982) menambahkan bahwa Selanjutnya penelitian Alberto (1995),
stres kerja merupakan faktor-faktor lingkungan mengungkapkan bahwa stress kerja
kerja yang negatif, salah satunya yaitu beban berpengaruh terhadap kepuasan kerja staf
kerja yang berlebihan dalam pekerjaan. Hal audit. Penelitian yang senada juga ditemukan
senada juga diungkapkan oleh Keenan dan oleh Praptini (2000) yang menunjukkan bahwa
Newton (1984) yang menyebutkan bahwa stress berpengaruh terhadap kepuasan kerja
stress kerja merupakan perwujudan dari yang dirasakan oleh tenaga edukatif tetap
kekaburan peran dan beban kerja yang Universitas Airlangga.
berlebihan. Namun hasil penelitian Lut (2008)
Hasil penelitian Kuan (1994), Bat (1995), menunjukkan bahwa pengaruh stres kerja
Aun (1998) dan Yahya (1998) membuktikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT
bahwa beban kerja yang berlebih berpengaruh SHARP Electronics Indonesia adalah stres
pada stres kerja. Selanjutnya, penelitian kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan
Widjaja (2006) menemukan bahwa beban terhadap kepuasan kerja karyawan. Karena
pekerjaan yang terialu sulit untuk dikerjakan dengan stres, seseorang semakin terpacu
dan teknologi yang tidak menunjang untuk untuk mengerahkan segala kemampuan dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sering sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya
menjadi sumber stres bagi karyawan. agar dapat memenuhi persyaratan dan
kebutuhan kerja.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan
jenis stres menjadi dua, yaitu: Eustress, yaitu Berdasarkan kerangka berpikir diatas
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat maka dapat dibuat suatu model sebagai
sehat, positif, dan konstruktif (bersifat kerangka pemikiran teoritis untuk menjawab
membangun), dan yang ke dua Distress, yaitu masalah penelitian sebagai berikut:
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat
17
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
18
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
19
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
menunjukkan bahwa tidak ada masalah Hasil tersebut lebih diperjelas dengan nilai
heteroskidastisitas yang mengindikasikan F hitung sebesar 2,391 dengan signifikansi
varians konstan yang menghasilkan model 0,130. Dan dari perhitungan uji t diperoleh nilai
estimator yang tidak bias. Maka dapat sebesar 1.546 dengan signifikansi sebesar
dikatakan model regresi memenuhi syarat 0.130. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
untuk memprediksi stres. stres kerja terhadap kepuasan kerja tidak
signifikan. Hasil penelitian ini berarti menolak
Dari hasil pengujian hipotesis dengan
Hipotesis 2 yaitu : stres kerja berpengaruh
menggunakan tekhnik analisis regresi
secara signifikan terhadap kepuasan kerja.
diperoleh hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
Adjusted R2 sebesar -,025 ini menunjukkan
bahwa pengaruh beban kerja terhadap stres Diskusi
kerja sebesar 2,5 %. Dengan pengaruh yang
sangat kecil tersebut, dapat diartikan bahwa Hasil penelitian ini bertentangan dengan
tidak ada bentuk pengaruh beban kerja hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
terhadap stres kerja, yang berarti semakin menyatakan bahwa beban kerja
tinggi beban kerja, stres kerja yang dirasakan mempengaruhi stres yang dirasakan seorang
dapat tinggi ataupun rendah. Begitupun juga karyawan. Hasil penelitian tersebut antara lain :
sebaliknya semakin kecil beban kerja yang Kuan (1994), Bat (1995), Aun (1998) dan
ditanggung, stres kerja yang dirasakan dapat Yahya (1998) membuktikan bahwa beban kerja
tinggi ataupun rendah.. Selain itu diketahui yang berlebih berpengaruh pada stres kerja.
hasil nilai F hitung sebesar 0.000 dengan Selanjutnya, penelitian Widjaja (2006)
tingkat signifikansi 0.993, dan nilai t hitung - menemukan bahwa beban pekerjaan yang
0.009 dengan sigifkansi 0.993. Hal ini terialu sulit untuk dikerjakan dan teknologi yang
menunjukan bahwa beban kerja tidak tidak menunjang untuk melaksanakan
berpengaruh secara signifikan terhadap stress pekerjaan dengan baik sering menjadi sumber
kerja. Hasil penelitian berarti menolak hipotesis stres bagi karyawan.
1 penelitian, yaitu beban kerja berpengaruh Namun pada kenyataanya beban tidak
secara signifikan terhadap strees kerja. selalu menjadi sumber penyebab stress yang
Dari hasil pengujian hipotesis dengan dirasakan medical represntatif, terdapat faktor-
menggunakan tekhnik analisis regresi faktor lain yang dapat mempengaruhi stres
diperoleh: Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai kerja medical representatif . dimana faktor
Adjusted R2 sebesar 0,033 ini menunjukkan yang mempengaruhi stres kerja itu sendiri
stres kerja berpengaruh terhadap kepuasan sangat banyak sekali dan juga tergantung dari
kerja sebesar 3,3 %, Dengan pengaruh yang persepsi individu dalam menghadapi suatu
juga sangat kecil, dapat diartikan bahwa tidak masalah. Terkadang ada individu yang saat
ada bentuk pengaruh stres kerja terhadap menghadapi beban kerja yang berat menjadi
kepuasan kerja, yang berarti semakin tinggi merasa tertantang untuk dapat
stres kerja, kepuasan kerja yang dirasakan menyelesaikannya sehingga akan lebih rajin
dapat tinggi ataupun rendah. Begitupun juga dan giat dalam mencapai target yang telah
sebaliknya semakin kecil stres kerja, kepuasan dibebankan. Sehingga individu yang demikian
kerja yang dirasakan dapat tinggi ataupun tidak merasakan stres dalam pekerjaannya
rendah. tetapi merasa lebih bersemangat untuk bekerja
memenuhi target.
20
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan semakin kecil stres kerja, kepuasan kerja yang
Selye (dlm Brief et al,1981) bahwa stres kerja dirasakan dapat tinggi ataupun rendah.
adalah konsep yang terus bertambah. Ini
Hasil dari penelitian ini mendukung
terjadi akibat adanya permintaan yang
penelitian yang dilakukan oleh Lut (2008) yang
bertambah, maka semakin bertambah pula
menunjukkan bahwa pengaruh stres kerja
munculnya potensi kerja yang disebakan oleh
terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT
banyak hal.
SHARP Electronics Indonesia tidak memiliki
Stres kerja itu bisa diakibatkan karena pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pengaruh gaji atau salary yang diterima kerja karyawan. Karena dengan stres,
karyawan, seperti yang dikemukakan oleh seseorang semakin terpacu untuk
Cooper & Payne (dlm Robins, 2001). apalagi mengerahkan segala kemampuan dan
pada saat sekarang ini perekonomian menjadi sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya
sangat sulit sehingga seseorang banyak yang agar dapat memenuhi persyaratan dan
mengalami stres karena kesulitan untuk kebutuhan kerja.
mencukupi kebutuhan hidup. Hasil uji hipotesis
Sejalan dengan penelitian diatas, McGee,
menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar -,025
Goodson & Cashman (1984) mendapati bahwa
ini menunjukkan bahwa pengaruh beban kerja
beberapa faktor yang menyebabkan pegawai
terhadap stres kerja sebesar 2,5 %. Dengan
mengalami stres kerja tetapi masih merasa
pengaruh yang sangat kecil tersebut, dapat
puas terhadap pekerjaannya. Hal ini
diartikan bahwa tidak ada bentuk pengaruh
diantaranya disebabkan oleh tugas yang
beban kerja terhadap stres kerja, yang berarti
mereka kerjakan penuh dengan tantangan dan
semakin tinggi beban kerja, stres kerja yang
menyenagkan hati mereka. Selain itu terjadi
dirasakan dapat tinggi ataupun rendah.
komomunikasi yang efektif di antara para
Begitupun juga sebaliknya semakin kecil
anggota dalam organisasi tersebut.
beban kerja yang ditanggung, stres kerja yang
dirasakan dapat tinggi ataupun rendah Selain dari penelitian Lut, beberapa
pendapat juga menyatakan bahwa terdapat
Begitu juga dengan hasil penelitian stres
banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja tidak berpengaruh secara signifikan
kerja karyawan yaitu insentif dan gaji yang
terhadap kepuasan. Jadi stres kerja tidak
diterima (Parwanto & Wahyudin, 2008).
secara otomatis mempengaruhi kepuasan
Pendapat yang lain juga diungkapkan oleh
kerja Medical representatif di kota Kudus.
Soewondo (1992) dimana faktor yang
Artinya stres kerja bukan sebagai prediktor
mempengaruhi kepuasan kerja itu antara lain
terhadap munculnya variabel kepuasan kerja.
hubungan personal, tempat kerja, dan karir
Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai Adjusted
yang tidak jelas.
R2 sebesar 0,033 ini menunjukkan stres kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar
3,3 %, Dengan pengaruh yang juga sangat Simpulan dan Saran
kecil, dapat diartikan bahwa tidak ada bentuk
Simpulan
pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja,
yang berarti semakin tinggi stres kerja, Berdasarkan dari penelitian yang telah
kepuasan kerja yang dirasakan dapat tinggi dilakukan didapatkan hasil bahwa stres kerja
ataupun rendah. Begitupun juga sebaliknya tidak secara signifikan mempengaruhi
21
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Volume I, No 1, Desember 2010 (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus)
Saran
23
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
24
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
tentang kehidupan dunia dan segala isinya. moral anak dan didukung dengan kondisi yang
baik, anak berpotensi menguasai moralitas
Pemberian stimulasi pada anak selama
yang lebih tinggi. Setiap kali anak berhasil
proses pengembangan kepribadian menjadi
menguasai satu kebajikan, kecerdasan
sangat penting. Stimulasi identik dengan
moralnya bertambah dan ia pun menaiki
pemberian rangsangan yang berasal dari
tangga kecerdasan moral yang lebih tinggi.
lingkungan di sekitar anak guna lebih
mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Temuan penting yang dilaporkan adalah
Salah satu stimulasi yang diperlukan dan anak-anak dengan kecerdasan moral tinggi
penting untuk anak adalah penanaman nilai- menunjukkan korelasi dengan academic
nilai moral. Penanaman nilai-nilai moral sangat performance dan peningkatan prestasi yang
dibutuhkan untuk mengoptimalkan signifikan (Blocks, 2002). Kochanska, Murray,
perkembangan kecerdasan moral mereka. dan Harlan (McCartney & Phillips, 2006)
menyimpulkan dari berbagai penelitian bahwa
Borba (2001) merumuskan bahwa
kecerdasan moral berpengaruh terhadap
kecerdasan moral yaitu kemampuan
kemampuan regulasi diri pada anak usia dini
memahami kebenaran dari kesalahan, artinya
maupun prasekolah.
memiliki keyakinan etika yang kuat dan
bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, Konsep kecerdasan moral memberikan
sehingga orang bersikap benar dan terhormat. pemahaman bahwa kecerdasan moral dapat
Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup diajarkan. Anak dapat meniru model, anak
karakter-karakter utama, seperti kemampuan dapat menangkap inspirasi mengenai perilaku
memahami penderitaan orang lain dan tidak moral, dapat diberikan penguatan
bertindak jahat, mampu mengendalikan (reinforcement) sehingga setahap demi
dorongan dan menunda pemuasan, setahap anak dapat meningkatkan kecerdasan
mendengarkan dari berbagai pihak sebelum moralnya. Semakin dini diajarkan kepada anak
memberikan penilaian, menerima dan semakin besar kapasitas anak untuk mencapai
menghargai perbedaan, dapat memahami karakter yang solid yaitu growing to think,
pilihan yang tidak etis, dapat berempati, believe, and act morally (Coles, 1999).
memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan
Fittro (Mukti & Hwa, 2004) menyatakan
kasih sayang dan rasa hormat pada orang lain.
bahwa anak-anak mengembangkan moralitas
Borba (2001) menyatakan kecerdasan perlahan dan bertahap. Setiap tahap
moral terbangun dari tujuh kebajikan utama membawa anak lebih dekat dengan
yaitu empati, nurani, kontrol diri, respek, baik pembangunan moral dewasa. Fittro juga
budi, toleransi dan adil yang membantu anak mencatat bahwa salah satu cara yang efektif
menghadapi tantangan dan tekanan etika yang untuk membantu anak-anak kita mengubah
tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya moral mereka menjadi positif adalah mengajar
kelak. Kebajikan-kebajikan utama tersebut perilaku moral dengan contoh. Namun, anak-
yang akan melindunginya agar tetap berada di anak dikelilingi oleh contoh buruk. Selain
jalan yang benar dan membantunya agar selalu menetapkan contoh yang baik bagi anak-anak,
bermoral dalam bertindak. salah satu hal sederhana yang dapat kita
lakukan adalah membaca sebuah dongeng
Perkembangan moral merupakan suatu
yang dapat menghubungkan mereka dengan
proses yang terus menerus berkelanjutan
sebuah prinsip atau nilai.
sepanjang hidup. Meningkatnya kapasitas
25
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
Menurut Lenox (2000) pendidik masa awal mereka berpikir bahwa mereka pun dapat
kanak-kanak ditantang untuk memperkenalkan melakukan sesuatu bagi dunia.
anak-anak kepada dunia untuk masa depan
Metode dongeng dapat dijadikan sebagai
mereka, suatu dunia yang akan terus
media pembentuk kepribadian dan moralitas
meningkat menjadi multicultural dan bersuku
anak usia dini, melalui metode dongeng akan
banyak. Metode dongeng adalah suatu alat
memberikan pengalaman belajar bagi anak
kuat untuk meningkatkan suatu pemahaman
usia dini. Metode dongeng memiliki sejumlah
diri dan orang lain.
aspek yang diperlukan dalam perkembangan
Collin (Isbell dkk., 2004) menegaskan kejiwaan anak, memberi wadah bagi anak
mendongeng mempunyai banyak kegunaan di untuk belajar berbagai emosi dan perasaan
dalam pendidikan utama anak. Dia dan belajar nilai-nilai moral. Anak akan belajar
menyimpulkan bahwa dongeng menyediakan pada pengalaman-pengalaman sang tokoh
suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang dalam dongeng, setelah itu memilah mana
menyebabkan anak dapat membentuk yang dapat dijadikan panutan olehnya
pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat sehingga membentuknya menjadi moralitas
mereka pahami. Dongeng menyebabkan yang dipegang sampai dewasa.
mereka dapat memetakan secara mental
pengalaman dan melihat gambaran di dalam
kepala mereka, mendongengkan dongeng Tujuan Penelitian
tradisional menyediakan anak-anak suatu Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
model bahasa dan pikiran bahwa mereka dapat mengetahui metode dongeng dalam
meniru. meningkatkan perkembangan kecerdasan
Sanchez dkk. (2009) mengungkapkan moral anak usia prasekolah.
kekuatan utama strategi dongeng adalah
menghubungkan rangsangan melalui
Hipotesis
penggambaran karakter. Dongeng memiliki
potensi untuk memperkuat imajinasi, Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
memanusiakan individu, meningkatkan empati adalah sebagai berikut :
dan pemahaman, memperkuat nilai dan etika, 1. Ada perbedaan tingkat pencapaian
dan merangsang proses pemikiran kecerdasan moral anak usia prasekolah antara
kritis/kreatif. yang mendapatkan penyampaian nilai-nilai
Menurut Horn (Staden & Watson, 2007) moral melalui metode dongeng dengan yang
dongeng mempunyai kemampuan untuk tidak mendapatkan penyampaian nilai-nilai
menciptakan lingkungan belajar yang benar moral melalui metode dongeng. Anak yang
untuk siswa anak usia dini. Selain itu, metode mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral
dongeng dapat dijadikan sebagai media melalui metode dongeng memiliki tingkat
membentuk kepribadian dan moralitas anak kecerdasan moral yang lebih tinggi
usia dini. Menurut Borba (2001) dongeng dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
tentang suatu kebajikan serta pengaruhnya penyampaian nilai-nilai moral melalui metode
dalam memberikan perubahan yang positif di dongeng.
dunia akan membantu anak memahami 2. Ada perbedaan tingkat pencapaian
kekuatan kebajikan tersebut dan membuat kecerdasan moral anak usia prasekolah
26
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
sebelum mendapatkan penyampaian nilai-nilai setting) sehari-hari anak usia 4-6 tahun dan ada
moral melalui metode dongeng dan setelah keterlibatan dengan teman sebaya. Situasi dan
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral “others' yang terlibat sesuai dengan relevansi
melalui metode dongeng. Tingkat kecerdasan masing-masing kebajikan. Objek dalam
moral sebelum mendapatkan penyampaian gambar merupakan bagian dan situasi (tidak
nilai moral melalui metode dongeng lebih terlalu banyak back ground) sehingga tidak
rendah dibandingkan tingkat kecerdasan moral memecah perhatian anak dalam memahami
setelah mendapatkan penyampaian nilai moral situasi. Figure focus dapat berganti (parallel)
melalui metode dongeng. antara anak laki-laki dan perempuan.
27
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
tidak memenuhi kriteria. Seluruh jawaban anak Ketiga kategori tersebut adalah rendah,
nantinya akan digunakan sebagai sedang dan tinggi. Kategori kecerdasan moral
pembahasan. ditentukan berdasarkan skor total subyek pada
pengukuran dengan menggunakan instrumen
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian
kecerdasan moral. Hasil data penelitian untuk
ini adalah metode dongeng. Sebuah modul
pengukuran ini diperoleh data mean hipotetik
metode dongeng dirancang bagi anak-anak
sebesar 14 dan standar deviasi sebesar 2,33.
usia prasekolah dengan tujuan untuk
meningkatkan kecerdasan moral. Modul Berdasarkan pengelompokkan dengan
metode dongeng disusun dengan mengajak norma kategorisasi kecerdasan moral dapat
anak mendengarkan dongeng yang terdiri dari diketahui jumlah anak pada masing-masing
pengenalan nilai-nilai moral yang harus dimiliki kategori. Pada kelompok eksperimen, jumlah
anak-anak. Nilai moral terkandung dalam anak dengan kategori rendah tidak ada atau
setiap dongeng, penelitian ini dilakukan dalam kosong, kategori sedang ada empat anak dan
10 kali pertemuan sehingga dibutuhkan 10 dengan kategori tinggi ada 13 anak. Pada
dongeng berbeda yang mengandung nilai kelompok kontrol, jumlah anak dengan kategori
moral berbeda. Waktu yang dibutuhkan dalam rendah ada dua anak, kategori sedang ada 10
satu kali pertemuan adalah 25 menit. Kegiatan anak dan dengan kategori tinggi ada lima anak.
di kelas disusun dengan urutan kegiatan awal,
Uji normalitas dalam penelitian ini
pelajaran inti, evaluasi, kegiatan penutup
menggunakan formulasi one-sample
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, Kolmogorov-Smirnov test. Hasil uji normalitas
data-data yang terkumpul akan dianalisis menunjukkan bahwa sebaran data kedua
secara statistik melalui analisis kovarians kelompok subyek adalah normal dengan p
(anakova) dan anava amatan ulangan dengan sebesar 0,972 p > 0,05 untuk data pre-test dan
mengendalikan usia siswa atau usia sebagai p sebesar 0,535 p > 0,05 untuk data post-test
kovariabel, hanya siswa yang berusia 5 tahun pada kelompok eksperimen, p sebesar 0,541 p
yang diambil sebagai sampel penelitian. > 0,05 untuk data pre-test dan p sebesar 0,681
p > 0,05 untuk data post-test pada kelompok
kontrol, sehingga pengujian asumsi kemudian
Hasil Penelitian dilanjutkan pada uji homogenitas.
Hasil analisis diskripstif menunjukkan Uji homogenitas menunjukkan F sebesar
kenaikan skor empirik pada pre-test dan post- 0,217 dengan p = 0,645 (p > 0,05).
test kelompok eksperimen dan kelompok Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
kontrol. Pada kelompok eksperimen dengan dinyatakan bahwa varian variabel terikat
melihat rerata pada pre-test 11,18 dengan adalah homogen.
standar deviasi 3,522 terjadi kenaikan rerata
Uji hipotesis dilakukan dengan
pada post-test menjadi 17,47 dengan standar
menggunakan analisis covariance (anacova)
deviasi 2,695. Pada kelompok kontrol juga
dan anava amatan ulangan.
terjadi kenaikan dengan melihat rerata pada
kelompok pre-test 11,82 dengan standar Hipotesis Pertama
deviasi 3,067 menjadi 14,41 dengan standar
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh F
deviasi 2,575 pada post-test.
untuk metode adalah 15,974 dengan p = 0,00
Penelitian ini menggunakan tiga kategori. (p < 0,05) yang berarti signifikan dengan
28
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
demikian hipotesis diterima. Hal ini post-test 17,47 dengan standar deviasi 2,695.
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang Hal ini menunjukkan tingkat kecerdasan moral
signifikan pada tingkat pencapaian kecerdasan sebelum mendapatkan penyampaian nilai
moral anak usia prasekolah antara yang moral melalui metode dongeng lebih rendah
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral dibandingkan tingkat kecerdasan moral setelah
melalui metode dongeng dengan yang tidak mendapatkan penyampaian nilai moral melalui
mendapatkan penyampaian nilai-nilai moral metode dongeng.
melalui metode dongeng.
29
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
Collin (Isbell dkk., 2004) menegaskan Menurut Ellis (Isbell dkk., 2004)
mendongeng mempunyai banyak kegunaan di mendongeng secara meningkat diakui
dalam pendidikan utama anak. Dia mempunyai implikasi praktis dan teoritis
menyimpulkan bahwa dongeng menyediakan penting. Hasil analisis menunjukkan besarnya
suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang sumbangan metode dongeng terhadap
menyebabkan anak dapat membentuk perkembangan kecerdasan moral anak usia
pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat prasekolah adalah 34 %. Hal ini sejalan dengan
mereka pahami. Dongeng menyebabkan yang diungkapkan Borba (2001) dongeng
mereka dapat memetakan secara mental tentang suatu kebajikan serta pengaruhnya
pengalaman dan melihat gambaran di dalam dalam memberikan perubahan yang positif di
kepala mereka, mendongengkan dongeng dunia akan membantu anak memahami
tradisional menyediakan anak-anak suatu kekuatan kebajikan tersebut dan membuat
model bahasa dan pikiran bahwa mereka dapat mereka berpikir bahwa mereka pun dapat
meniru. melakukan sesuatu bagi dunia.
Para guru menemukan bahwa anak-anak Penelitian yang telah dilakukan ini juga
dapat dengan mudah mengingat apapun juga tidak lepas dari berbagai kelemahan.
fakta yang ilmiah atau histories yang mereka Kelemahan yang perlu ditekankan dalam
pelajari melalui dongeng. Anak-anak penelitian ini adalah dalam proses pemberian
menyadari gambaran yang mereka buat di perlakuan dalam penelitian ini yang terlalu
dalam pikiran mereka ketika mereka cepat yaitu 10 kali pertemuan, sehingga nilai-
mendengar dongeng yang diceritakan, dan nilai yang terkandung dalam dongeng belum
mereka menjaga gambaran yang dibuat benar-benar dipahami dan diterapkan oleh
bahkan waktu mereka membaca dengan diam anak.
untuk diri mereka (Baldwin & Dudding, 2007).
Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah
Menurut Forester dkk. (Peel & Shortland, proses pemberian perlakuan tidak dapat
2004 ) metode mendongeng secara meningkat sepenuhnya dikontrol dengan ketat, karena
dikenali sebagai cara kuat untuk perlakuan dilakukan di dalam kelas di mana
mengkomunikasikan gagasan dan juga ada kelas-kelas lain yang juga sedang
menyebabkan transformasi belajar. Hasil belajar. Akibatnya anak-anak yang mengikuti
analisis juga menunjukkan bahwa hipotesis proses perlakuan terkadang mudah beralih
yang menyatakan ada perbedaan tingkat perhatian. Selain itu kelemahan yang lain
pencapaian kecerdasan moral anak usia adalah subyek penelitian yang masih berusia
prasekolah sebelum mendapatkan sangat muda membuat pengontrolan terhadap
penyampaian nilai-nilai moral melalui metode anak juga lebih sulit karena anak tidak dapat
30
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
dipaksa untuk terus menerus memperhatikan dongeng sebagai metode pembelajaran untuk
bila mereka merasa bosan. mata pelajaran. Penelitian selanjutnya juga
diharapkan untuk mempertimbangkan faktor
lain yang dapat mempengaruhi perkembangan
Simpulan dan Saran kecerdasan moral anak usia prasekolah
Simpulan misalnya tingkat kecerdasan, kondisi emosi,
faktor sosial lain seperti keluarga, televisi,
Metode dongeng sebagai stimulasi
teman sebaya.
berperan dalam meningkatkan perkembangan
kecerdasan moral anak usia 5 tahun yang
menjadi siswa di TK B di sekolah dengan
fasilitas terbatas dan bukan sekolah favorit. Daftar Pustaka
Anak yang mendapatkan penyampaian nilai- Baldwin, J. & Dudding, K. (2007). Storytelling in
nilai moral melalui metode dongeng memiliki school. www.storytellingschools.org.
tingkat kecerdasan moral yang lebih tinggi Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2009.
dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
penyampaian nilai moral melalui metode Blocks,J.H. (2002). The role of ego – control
dongeng. Selain itu, tingkat kecerdasan moral and ego resilience in the organization of
setelah mendapatkan penyampaian nilai moral behavior. The minesota symposium on
melalui metode dongeng lebih tinggi child psychology, 13 (79), 118-122.
dibandingkan tingkat kecerdasan moral Borba, M. (2001). Building moral intelligence.
sebelum mendapatkan penyampaian nilai San Fransisco : Josey-Bass.
moral melalui metode dongeng.
Coles, R. (1999). The moral intelligence of
children. Madison : Random House.
Saran Cook, T.D & Campbell, D.T. (1979). Quasi-
1. Bagi guru experimentation design and analysis issues
for field settings. USA : Houghton Mifflin
Mengingat bahwa metode dongeng Company.
sebagai stimulasi memiliki kontribusi dalam
meningkatkan perkembangan kecerdasan Dodge, D.T., Colker, L.J., & Heroman, C.
moral anak usia prasekolah, maka guru (2002). The creative curriculum for
diharapkan menggunakan metode dongeng preschooll. Fourt edition. Wasington DC.
secara berkelanjutan untuk menyampaikan Teaching strategies inc
nilai-nilai moral agar perkembangan Isbell, R., Sobol, J., Lindauer, L & Lowrance.
kecerdasan moral anak terus meningkat. (2004). The effects of storytelling and story
2. Bagi penelitian selanjutnya reading on the oral language complexity
and story comprehension of young children.
Penelitian selanjutnya diharapkan di dalam Early childhood education journal, 32 (3).
proses pemberian suatu perlakuan dilakukan Springer Science Business Media, Inc.
dalam kurun waktu yang lebih lama, secara
berkelanjutan dan di seluruh tingkatan usia. Lenox, M.F. (2000). Storytelling for young
Selain itu, penelitian selanjutnya dapat children in a multicultural world. Early
diarahkan untuk mengetahui efektifitas metode childhood education journal, 28 (2). Human
Sciences Press, Inc.
31
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Metode Dongeng Dalam Meningkatkan Perkembangan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
32
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
33
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
b. Kerjasama
Empati
Kesediaan untuk bekerjasama dengan
Empati diartikan sebagai perasaan simpati
orang lain demi tercapainya suatu tujuan.
dan perhatian terhadap orang lain, khususnya
c. Menolong untuk berbagi pengalaman atau secara tidak
langsung merasakan penderitaan orang lain
Kesediaan untuk menolong orang lain yang
(Sears, dkk, 1991: 69). Hal senada
sedang berada dalam kesulitan.
diungkapkan oleh Hurlock (1999: 118) yang
d. Bertindak jujur mengungkapkan bahwa empati adalah
Kesediaan untuk melakukan sesuatu kemampuan seseorang untuk mengerti
seperti apa adanya, tidak berbuat curang. tentang perasaan dan emosi orang lain serta
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri
e. Berderma
di tempat orang lain. Kemampuan untuk empati
Kesediaan untuk memberikan sukarela ini mulai dapat dimiliki seseorang ketika
sebagian barang miliknya kepada orang yang menduduki masa akhir kanak-kanak awal (6
membutuhkan. tahun) dengan demikian dapat dikatakan
Bringham (1991: 277) menyatakan aspek- bahwa semua individu memiliki dasar
aspek dari perilaku prososial adalah: kemampuan untuk dapat berempati, hanya
saja berbeda tingkat kedalaman dan cara
a. Persahabatan mengaktualisasikannya. Empati seharusnya
Kesediaan untuk menjalin hubungan yang sudah dimiliki oleh remaja, karena kemampuan
lebih dekat dengan orang lain. berempati sudah mulai muncul pada masa
kanak-kanak awal (Hurlock, 1999: 118)
b. Kerjasama
Leiden, dkk (1997: 317) menyatakan
Kesediaan untuk bekerjasama dengan
empati sebagai kemampuan menempatkan diri
orang lain demi tercapai suatu tujuan.
pada posisi orang lain sehingga orang lain
c. Menolong seakan-akan menjadi bagian dalam diri. Lebih
Kesediaan untuk menolong orang lain yang lanjut dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2005:
sedang berada dalam kesulitan. 111) yang menyatakan bahwa empati
merupakan kemampuan untuk merasakan
d. Bertindak jujur
keadaan emosional orang lain, merasa
Kesediaan untuk melakukan sesuatu simpatik dan mencoba menyelesaikan
seperti apa adanya, tidak berbuat curang. masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
Arwani (2002: 56) menyatakan empati
e. Berderma
terhadap pasien merupakan perasaan dan
Kesediaan untuk memberikan sukarela “pemahaman” dan “penerimaan” perawat
sebagian barang miliknya kepada orang yang terhadap pasien yang dialami pasien dan
membutuhkan. kemampuan merasakan “dunia pribadi pasien”.
35
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
36
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
dengan baik serta dapat menyalurkan c. Dapat mengontrol emosinya dengan baik
emosinya pada hal-hal yang bermanfaat dan dan dapat mengontrol ekspresi emosinya
bukan menghilangkan emosi yang ada dalam walaupun dalam keadaan marah dan
dirinya. kemarahan itu tidak ditampakkan keluar.
37
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
dengan nilai-nilai yang berlaku akan dapat memberikan bantuan kepada anak didiknya
dikendalikan dan diorganisasikan ke arah yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
baik.
Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan
c. Objektif empati adalah hasrat untuk menolong orang
lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
Individu akan memandang kejadian
Empati lebih menitikkan pada kesejahteran
berdasarkan dunia orang laindan tidak hanya
orang lain. Empati yang tinggi pada diri
dari sudut pandang pribadi.
pendidik akan menjadikannya memiliki
Berdasarkan pengertian di atas, dapat keinginan untuk menolong anak didik atau
disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang muridnya. Djauzi (2003: 59) menjelaskan
memiliki kematangan emosional adalah tidak kemampuan empati yang ditunjukkan oleh
impulsive, mempunyai tanggung jawab yang individu akan dapat membuatnya memahami
baik, dapat mengendalikan emosi, menerima orang lain secara emosional dan intelektual.
keadaan dirinya, dan berpikir objektif Empati membuat seseorang peduli dan rela
untuk memberikan perhatian terhadap anak
didik. Perasaan kasihan terhadap orang lain
Jenis kelamin
dapat meningkatkan kesediaan pendidik untuk
Perbedaan stereotype pria dan wanita bekerjasama dan mau berbagi memberikan
menyebabkan perbedaan dalam perilaku sumbangan yang berarti kepada orang lain.
prososial antara pria dan wanita. Eisenberg Stephan dan Stephan (1989: 272) meyatakan
dan Lennon (dalam Berndt, 1992) menyatakan bahwa orang yang mempunyai rasa empati
bahwa anak perempuan lebih mudah merasa akan berusaha untuk menolong orang lain yang
tidak enak jika melihat orang lain mengalami membutuhkan pertolongan dan merasa
kesusahan. kasihan terhadap penderitaan orang tersebut.
yang gugur sehingga tersisa 27 aitem yang muridnya. Baron dan Byrne (2005: 111)
valid. Koefisien aitem berkisar antara 0,290 - menyatakan bahwa empati merupakan
0,779 dengan taraf signifikansi 5%. kemampuan untuk merasakan keadaan
Penyusunan Skala Empati yang semula emosional orang lain, merasa simpatik dan
berjumlah 33 aitem terdapat 4 aitem yang mencoba menyelesaikan masalah, dan
gugur sehingga tersisa 29 aitem yang valid. mengambil perspektif orang lain. Seorang
Koefisien aitem berkisar antara 0,280 - 0,825 pendidik merasa memiliki tanggung jawab
dengan taraf signifikansi 5% . Penyusunan terhadap proses keberhasilan seorang anak
Skala Kematangan Emosi yang semula didik. Seorang pendidik akan merasa sedih
berjumlah 30 aitem terdapat 4 aitem yang apabila ada anak didiknya yang tidak berhasil
gugur sehingga tersisa 26 aitem yang valid. atau tidak lulus, sehingga akan berusaha
Koefisien aitem berkisar antara 0,255-0,591 semaksimal mungkin untuk menolong anak
dengan taraf signifikansi 5%. didiknya. Seorang pendidik akan menolong
dengan iklas dan tidak mengharapkan hadiah
Berdasarkan hasil uji analisis data yang
maupun ber'pamrih' apabila anak didiknya
diperoleh diketahui bahwa Rxy = 0,932 dan
berhasil.
p= 0,000 sehingga hipotesis dalam penelitian
ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada Kematangan emosional sebagai keadaan
hubungan yang positif yang sangat signifikan seseorang yang tidak cepat terganggu
antara empati, kematangan emosi, jenis rangsang yang bersifat emosional, baik dari
kelamin terhadap perilaku prososial. Empati dalam maupun dari luar dirinya, selain itu
terhadap perilaku prososial rxy = 0,884 dan p dengan matangnya emosi maka individu dapat
= 0,000. Kematangan emosi terhadap perilaku bertindak tepat dan wajar sesuai dengan situasi
prososial rxy = 0,794 dan p = 0,000. Sementara dan kondisi (Meichati, 1983:8). Kematangan
itu hipotesis yang menyatakan bahwa ada emosi merupakan kemampuan dan
perbedaan perilaku antara laki-laki dan kesanggupan individu untuk memberikan
perempuan terhadap perilaku prososial tidak tanggapan emosi dengan baik dalam
terbukti, karena tidak ada perbedaan antara menghadapi tantangan hidup yang ringan dan
keduanya. berat serta mampu menyelesaikan, mampu
mengendalikan luapan emosi dan mampu
mengantisipasi secara kritis situasi yang
Diskusi dihadapi. Seorang pendidik yang memiliki
Koestner dan Franz (1990) empati kematangan emosi, akan menujukkan perilaku
merupakan kemampuan untuk menempatkan yang objektif dan mampu berpikir secara logis.
diri dalam perasaan atau pikiran orang lain Perbuatan yang dilakukan berdasarkan
tanpa harus secara nyata terlibat dalam pertimbangan yang matang serta mampu
perasaan atau tanggapan orang tersebut. memilih perilaku yang tepat pula.
Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan Hasil penelitian ini juga menunjukkan
empati adalah hasrat untuk menolong orang bahwa tidak terdapat perbedaan skor prososial
lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri. antara laki-laki dan perempuan, sehingga
Empati lebih menitikkan pada kesejahteran dapat disimpulkan bahwa perbedaan
orang lain. Empati yang tinggi pada diri stereotype tidak menyebabkan perbedaan
pendidik akan menjadikannya memiliki dalam perilaku prososial. Perilaku prososial
keinginan untuk menolong anak didik atau
40
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda yang mempengaruhi perilaku prososial pada
karena dalam hal-hal tertentu perempuan lebih guru, seperti kepribadian dan faktor situasional.
mudah memberikan pertolongan, namun pada
situasi yang lain perempuan lebih mudah
bereaksi untuk memberikan pertolongan
Daftar Pustaka
(Purnamasari, dkk, 2004: 41).
Arwani. (2002). Komunikasi dalam
keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Simpulan dan Saran Kedokteran EGC.
Simpulan Baron, R. A. dan Byrne. D.(2005). Psikologi
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan sosial. Jilid 2. Alih Bahasa: Ratna Djuwita.
ternyata hipotesis yang menyatakan Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
1. Ada hubungan yang sangat signifikan Bar Tal, & Shavut, N. (1981). Motives for
antara empati, kematangan emosi, dan jenis helping behaviour: Kibbutz and City
kelamin terhadap perilaku prososial. Children in Kindergarten & School.
Development Psychology. 17, (6) 766-772.
2. Ada hubungan positif antara empati
terhadap perilaku prososial. Berndt, T. J. (1992). Child development. New
York: Brace Jovenovich College Publisher.
3. Ada hubungan antara kematangan
emosi terhadap perilaku prososial. Bringham, J. C. (1991). Social psychology.
Edisi 2. New York: Harper Colling Publisher
4. Tidak ada perbedaan perilaku prososial
Inc.
antara laki-laki dan perempuan
Davidoff, L. L. (1991). Psikologi suatu
pengantar. Alih Bahasa: Mari Juniati.
Saran Jakarta: Erlangga
Berkaitan dengan simpulan dan Dayakisni, T. (1988). Perbedaan intensi
pembahasan yang telah disebutkan di atas, prososial siswa siswi ditinjau dari pola asuh
maka ada beberapa saran yang dapat orangtua. Jurnal Psikologi.1, (V) 14-17.
disampaikan yaitu: Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
1. Bagi guru Gadjah Mada.
41
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati dan
Volume I, No 1, Desember 2010 Kematangan Emosi
Iannotti, R.J. (1978). Effect of role-taking Sears, D.O; Fredman, J.L., dan Peplau, L. A.
experiences on role-taking, empathy, (1991). Psikologi sosial. Jilid 2. Alih Bahasa:
altruism and aggression. Developmental Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Psychology. 14, 119-124.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung:
Kartono, K. (1992). Psikologi wanita. Jilid 1. Pustaka Setia
Bandung: Mandar Maju.
Stephan, C. W. and Stephan, W. G. (1985). Two
Kartono, K. (2003). Kamus psikologi. Bandung: social psychological. Chicago: The Dorley
Pionir Jaya Press.
42
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
2005). Selanjutnya ini disebut sebagai yang bisa dikatakan sedang naik daun adalah
komunitas. Brooklyn. Band ini tengah menjadi bahan
pembicaraan banyak orang dan pentasnya
Komunitas yang lekat dengan musik
mampu menyedot perhatian banyak orang
hardcore di Kudus adalah Kudus Hardcore
(Radar Kudus, Minggu 26 Oktober 2008).
Community (KDHC), terdiri dari orang-orang
yang menyukai musik hardcore baik itu pemain Fenomena underground sendiri tidak bisa
musik, penggiat, maupun penikmat dan dilepaskan dengan istilah independent yang
mempunyai tujuan untuk memajukan musik berarti mandiri, bebas, merdeka. Istilah
hardcore di Kudus supaya diterima oleh independent ini kemudian populer dengan
masyarakat Kudus. Dari hasil wawancara idiom indie di kalangan musisi maupun media.
penulis lakukan tanggal 3 Mei 2009 di studio Pemakaian label indie dikaitkan dengan
musik Blitz, Komunitas ini didirikan tanggal 18 metode sistem produksi yang dilakukan oleh
Mei 2008 oleh beberapa band dan segelintir seorang pemusik atau band yag mulai dari
penggiat hardcore di Kudus ini. penciptaan lagu, merekam kemudian
memasarkan secara swadaya. Jadi, dari
Tanggal 18 Mei 2008 dipilih sebagai tanggal
proses kreatif membuat sampai
berdirinya KDHC karena pada tanggal tersebut
mendistribusikan produk bahkan tur konser
untuk kali pertama diadakan acara bertemakan
mereka secara mandiri dan di luar jalur
indie (independent) dimana mayoritas diisi oleh
mainstream, akhirnya disebut sebagai istilah
band-band hardcore Kudus dan selebihnya
DIY (Do It Yourself) yang dalam terjemahan
band yang masih dalam kategori indie. Terlebih
bahasa Indonesia berarti lakukan dengan
lagi acara tersebut diorganisir secara kolektif
sendiri. Karena dalam mendistribusikan atau
atau swadaya dari band pengisi serta anggota
memasarkan produk ini lewat gerilya atau jalan
komunitas, demikian menurut DS salah satu
bawah tanah. Itu dilatarbelakangi faktor
penggagas dan penggiat KDHC. Sebelum
ideologi, minimnya biaya ataupun memang
berdirinya KDHC ia bersama dengan beberapa
karya mereka tidak bisa diterima masyarakat
teman mendirikan Kudus Movement yang
umum. Maka muncul istilah underground.
dapat ia katakan sebagai embrio dari berdirinya
KDHC. Kudus Movement sendiri sebelumnya Orientasi nilai yang dimiliki oleh pelaku
berisikan aktivitas selayaknya anak band, musik hardcore di Kudus kemudian akan dilihat
bermain musik dan nongkrong. dengan kesepuluh tipe nilai berdasarkan
klasifikasi Schwartz, yaitu : rangsangan, arah
Selain sebagai penggiat komunitas, DS
diri, kecocokan, tradisi, keamanan,
juga mengisi posisi bass pada band emo-
kebersamaan, kebajikan, prestasi, kekusaan
hardcore Kudus bernama Brooklyn. Band ini
dan kesenangan.
sendiri telah mengeluarkan mini album berisi
lima lagu di bawah label indie Kudus Murvals Kesepuluh nilai tersebut dapat
records. Mini album bertajuk I”Ll Stand In My dikelompokan ke dalam dua dimensi. Dimensi
Way dikemas dalam format audio cd dengan yang pertama yaitu openness to change yang
full colour artwork serta profesional packing ini berlawanan dengan conservation. Kemudian
diedarkan secara independent melalui jaringan dimensi yang kedua yaitu self transedence
komunitas. Meski begitu band ini mampu yang berlawan dengan self enhancement.
melampaui batasan wilayah komunitas, respon
Berdasarkan hal diatas penulis
publik sangat antusias. Satu dari puluhan band
berpendapat bahwa pelaku musik hardcore
44
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
mempunyai orientasi nilai tersendiri yang dapat waktu bersama teman-teman untuk
membuat mereka tetap dapat bertahan, bersenang-senang. Hal ini menunjukan bahwa
menjadikan hardcore sebuah pilihan dan eksis informan di pandang teman-teman dan
dalam kehidupan masyarakat serta menikmati lingkunganya, informan juga memiliki kontrol
apa yang dilakukan dan dikerjakannya maka untuk menjalani kehidupannya
penulis tertarik untuk mengeksplorasi orientasi
Nilai prestasi memiliki intentitas yang kuat
nilai di kalangan pelaku hardcore di Kabupaten
dilihat dari pernyataan informan bahwa sejak
Kudus.
mengenal hardcore ia mempunyai kemampuan
desain grafis serta dapat bekerja sebagai
operator warnet. Informan merasa
Metode Penelitian
kebutuhannya saat ini dapat tercukupi dengan
Penelitian ini menggunakan metode bekerja sebagi operator warnet. Hal ini
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. dikuatkan oleh tipe nilai arah diri bahwa sejak
Subyek dalam penelitian ini adalah pelaku bergelut dengan hardcore dirinya telah banyak
musik hardcore yang terlibat dalam Komunitas membuat gigs hardcore, acara sosial dan t-shirt
Kudus Hardcore Community (KDHC). dari band lokal Kudus.
Pengambilan data melalui observasi dan
Nilai kesenangan mempunyai intensitas
wawancara. Analisis data menggunakan
yang kuat karena informan mengatakan dirinya
koding, dengan menggunakan tahapan
sangat menikmati kehidupan. Masalah dalam
sebagai berikut; melakukan transkripsi hasil
kehidupan dianggap informan sebagai sesuatu
wawancara dan observasi, identifikasi kata
yang wajar. Hal ini didukung oleh tipe nilai
kunci, menemukan tema dan kategori serta
rangsangan, informan menyatakan bahwa
menyusun bagan teoritis. Kredibilitas hasil
sebuah konsekuensi harus dihadapi. Dari situ
penelitian dilakukan dengan menggunakan
menunjukan informan memiliki tingkat
metode triangulasi, kecermatan transkrip, dan
kesenangan yang tinggi, bagi informan
pemeriksaan teman sejawat.
kesenangan hidupnya harus terpenuhi apapun
resikonya nanti akan dihhadapinya.
Hasil Penelitian Tipe nilai rangsangan pada informan kuat.
Intensitas Orientasi Nilai Informan 1 Informan berani menghadapi sebuah resiko
jika itu sudah menjadi sebuah kausalitas.
Tipe nilai kekuasaan, informan memiliki
Pernyataan berani berbuat berani bertanggung
intensitas yang kuat dilihat dari pernyataan
jawab menguatkan tipe nilai rangsangan.
informan bahwa ia dapat mengetahui makna
Informan bergairah dalam menjalani
hidup dan semangat dalam menjalani
kehidupan.
kehidupan. Ia merasa sikap orang-orang di
sekitar terutama keluarga sangat Nilai arah diri memiliki intensitas yang kuat
mendukungnya. Informan merasa nyaman terutama dilihat dari pernyataan informan
dengan mendapatkan banyak teman. Hal ini sangat merasa ingin tahu sesuatu hal yang
didukung oleh faktor kesenangan, informan baru terutama jika itu menyangkut
begitu menikmati kehidupannya karena pekerjaanya, menurut informan seusianya
mempunyai banyak teman dalam suasana harus mandiri. Banyak yang telah ia perbuat
kebersamaan dan banyak menghabiskan sejak menjadi seorang youthcrew, sampai
dengan membikin album.
45
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
46
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
Intensitas tipe nilai rangsangan pada itu disengaja atau tidak hal itu sering ia alami.
informan kuat, hal ini terlihat dari pernyataan Ini menunjukan informan memiliki kebajikan
informan yang mengaku berani menghadapi yang kuat.
semua resiko dari setiap perbuatanya. Dalam
Intensitas tipe nilai tradisi pada informan
melakukan setiap perbuatanya informan
kuat. Hal ini terlihat dari pernyataan informan
mengaku berlandaskan pada keyakinan
yang sangat meyakini Tuhan dan agama.
informan terhadap Tuhannya. Tipe nilai
Informan juga merasa sebagai orang yang
kesenangan juga didukung oleh tipe nilai
religius. Keseharian informan merasa tidak
kecocokan pada informan yang menyatakan
bertentangan dengan nilai agama yang ia
bawah apa yang dilakukanya bisa
percaya. Dalam memandang tradisi ia percaya
dipertanggungjawabkan.
budaya dibangun atas cipta, rasa dan karsa
Informan memiliki intensitas tipe nilai arah manusia. Pernyataan informan tersebut
diri kuat. Pengakuan informan bahwa dirinya memperlihatkan aspek tradisi pada informan
memilih hardcore bukan asal, penyampaian kuat
pesan lewat musik itu lah yang menjadikan
Tipe nilai kecocokan pada informan
hardcore sebagai pilihannya. Keingintahuan
memiliki intensitas yang kuat dilihat dari
informan juga kuat terlihat dari pernyataanya
pernyataan informan yang mengaku semua
yang mengaku juga suka belajar hal-hal baru
perbuatannya bisa dipertanggungjawabkan
yang menarik baginya dan akan
dan harus dihormati oleh siapapun termasuk
mendalaminya. Informan mengaku gaya
orang tuanya. Penghargaan terhadap orang
hidupnya adalah gaya hidup yang positif.
tua, kepatuhan juga dilakukanya terlihat dari
Melalui musik informan menyampaikan gaya
pernyataan informan yang akan melakukan
hidupnya kepada generasi dibawahnya. Bagi
apapun untuk membantu dalam masalah
dirinya kemandirian adalah hal yang mutlak.
keluarga dan hal itu bagi informan adalah hal
Intensitas tipe nilai kebersamaan pada yang sudah sewajarnya.
informan kuat, terlihat dari pernyataan informan
Diantara semua aspek, Intensitas tipe nilai
yang akan membantu orang yang
keamanan pada informan paling berbeda.
membutuhkan bantuan semampunya. Aspek
Informan memiliki intensitas tipe nilai
ini juga didukung oleh pernyataan informan
keamanan yang sedang. Menurut pengakuan
pada tipe nilai kebajikan yang mengaku sering
informan dirinya termasuk orang malas untuk
memberi uang kepada orang yang tidak dikenal
bersih-bersih. Dirinya juga hidup hanya untuk
untuk ongkos perjalanan Membantu baginya
dirinya dan keluarga bukan untuk masyarakat.
adalah sebuah kewajiban dari nilai yang
Ini memperliharkan bahwa keharmonisan dan
bersumber dari kultur yang ia percaya.
stabilitas dalam bermasyarakat cenderung
Tipe nilai kebajikan pada informan memiliki rendah. Meski begitu informan mempunyai
intensitas yang kuat. Informan adalah orang banyak teman, hal ini memperlihatkan bahwa
yang pemaaf terlihat dari pengakuannya yang informan hubungan yang baik dengan banyak
mengatakan dengan pasti dirinya adalah orang orang-orang di sekitarnya.
yang pemaaf. Sikap suka menolong ia tunjukan
dengan pengakuan informan yang sering
memberi uang kepada orang yang tidak ia Intensitas Oerientasi Nilai Informan III
kenal untuk ongkos perjalanan pulang, entah Intensitas tipe nilai kekuasaan pada
47
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
informan kuat. Dirinya mengaku di dukung oleh kemandirian secara luas yaitu melakukan apa
orang tua dalam keluarga. Teman-teman yang ada di pikiran untuk bergerak dan
informan bahan mendukungnya. Informan membuat keadaan sekitar menjadi lebih baik.
mengaku mendapatkan banyak pengalaman Rasa ingin tahu informan juga tinggi terlihat dari
dari hardcore terutama berdagang t-shirt yang pengakuanya.
saat ini menjadi sumber untuk mengisi uang
Tipe nilai kebersamaan pada informan
sakunya. Orang-orang di sekitar informan
memiliki intensitas yang kuat, hal ini dapat
mengetahui status informan sebagai seorang
dilihat dari pernyataan informan yang akan
youthcrew.
membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Tipe nilai prestasi pada informan kuat Motivasi tindakan prososial pada informan
terlihat dari pengakuan informan yang sangat tinggi terlihat dari tindakanya yang tidak
mempunyai keahlian berdagang t-shirt yang hanya membantu orang yang dikenalnya tapi
didapatnya dengan bergelut musik hardcore. juga akan membantu orang yang tidak
Kuatnya tipe nilai prestasi juga diperkuat oeh dikenalnya jika memang orang tersebut
pengakuanya yang tidak bisa seperti sekarang membutuhkan bantuan. Hal tersebut juga
jika tidak mengenal hardcore. Selain itu didukung oleh pernyataanya pada tipe nilai
informan juga mempunyai prestasi yang kebajikan yang menyatakan dirinya pernah
gemilang dalam bidang olahraga sepakbola memberikan tempat duduknya kepada seorang
sebagai kiper tim U-21 Persiku. Aspek ini ibu yang tidak dikenalnya di dalam perjalan dari
didukung oleh pernyataan informan pada tipe Kudus ke Malang. Ini menunjukan kuatnya
nilai kesenangan yang menyatakan membuat motivasi prososial informan
suatu gigs hardcore bagi informan satu hal
Intensitas tipe nilai kebajikan pada
yang menyenangkan.
informan kuat yang ditunjukan dengan
Intensitas tipe nilai kesenangan pada pengakuanya sebagai berikut. Informan
informan kuat. Hal ini terlihat dari pengakuan mengaku pernah dalam perjalanan pulang dari
informan bahwa dirinya sangat menikmati kudus ke malang melihat seorang ibu yang
hidup dan apa yang ada pada dirinya. Banyak berdiri. Kemudian informan memberikan
cara bersenang-senang yang dilakukan tempat duduknya untuk ibu tersebut dan dirinya
informan diantaranya melihat gigs, bermain rela untuk berdiri. Tak hanya sampai disitu,
bola dan jalan bersama pacar. Hal ini informan juga membayarkan ongkos
menguatkan aspek kesenangan, dilihat dari perjalanan ibu tersebut. Dalam hal memafkan
cara informan bersenang-senang dan sebisa mungkin informan akan memafkan
menikmati kehidupannya. orang yang menghinanya.
Tipe nilai rangsangan mempunyai Informan memiliki intensitas tipe nilai tradisi
intensitas yang kuat. Informan mengaku bahwa yang sedang. Informan percaya dengan Tuhan
dirinya tidak takut dalam menghadapi resiko. dan agama akan tetapi informan merasa
Dari hasil wawancara didapat bahwa tidak ada dirinya belum sebagai seorang yang religius.
kata takut dalam menghadapi sebuah resiko. Dalam memandang tradisi, informan
beranggapan budaya yang dimiliki oleh
Intensitas tipe nilai arah diri pada informan
bangsanya sangat beragam dan kaya dan tidak
ketiga kuat terlihat dari pernyataan informan
dimiliki oleh bangsa lain.
yang mengaku bahwa hardcore baginya lebih
menarik untuk dipahami. Informan mengartikan
48
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
Intensitas tipe nilai kecocokanpada Dilihat dari pencapaian status sosial dan
informan sedang, hal ini ditunjukan dengan prestise serta kontrol terhadap orang lain atau
seringnya informan berseberangan pendapat sumber daya tertentu, pada dasarnya semua
dengan orang tua. Hal ini disebabkan informan informan mendapatkan pengakuan dan
merasa tidak cocok dengan ayah. Dalam bahkan dukungan dari lingkungan mereka. Dari
wawancara informan menjawab dirinya sering segi kesuksesan, kecakapan dan ambisi
melanggar perintah orang tua. Namun ketiga informan merasa banyak mendapat hal
informan tidak begitu saja mengesampingkan yang bagi mereka itu sangat bermanfaat.
kedua orang tuanya. Informan mengaku sering Faktor-faktor untuk mencapai keberhasilan
membantu orang tua dalam hal kecil seperti pribadi sesuai dengan standar sosial dan
mengantar ayahnya ke toko, membeli gas dan menunjukannya kepada masyarakat dirasakan
mengantar ibunya berbelanja. Intensitas tipe oleh ketiga informan setelah mereka menjadi
nilai keamanan kuat pada informan, hal ini seorang youthcrew. Dalam segi kesenangan,
terlihat dari pengakuanya informan yang informan I, II dan III menikmati kehidupan yang
membersihkan rumah setiap hari minggu dan mereka jalani dan banyak melakukan kegiatan
hari libur di pagi harinya. Dalam menjaga bersenang-senang merupakan unsur
kesehatan informan akan minum obat jika sakit. pemuasan.
Hal ni diperkuat dengan pernyataan informan
Dari segi rangsangan dalam hal keberanian
yang akan melakukan apa yang memang
dalam hidup, menghadapi kehidupan yang ada
diinginkan masyarakat jika hal tersebut
dan semua informan tidak mempunyai rasa
berdampak positif.
takut. Ketiganya juga berani menghadapi
Diskusi kehidupan masing-masing. Aspek arah diri
ketiga informan seperti menentukan tujuan
Masih minimnya pengetahuan masyarakat
sendiri, bebas, dan mandiri yang memotivasi
tentang musik hardcore dan para pelakunya
tindakan yang independent terlihat kuat.
khusunya di Kabupaten Kudus mengharuskan
Kesemuanya memiliki tujuan yang jelas dan
penulis menyampaikan hasil penelitian
alasan yang kuat dari pilihan yang telah mereka
mendekati fakta di lapangan tentang para
tentukan. Dari segi kebersamaan yang
pelaku musik hardcore. Hal ini disebabkan
memotivasi tindakan sosial dan segi kebajikan
kekhawatiran terjadinya pandangan yang salah
yang berisi nilai seperti pemaaf dan suka
terhadap para para pelaku. Cara berpikr
menolong .
sempit seperti anggapan yang selama ini
terjadi pada pelaku semisal musik hardcore Dari segi tradisi yang akan memotivasi
adalah musik yang bising dan tidak mempunyai pada penghargaan, komitment dan
maksud dan tujuan, musik yang identik dengan penerimaan terhadap tradisi, kebiasaan, adat
narkotika karena dilihat dari cara pelaku istiadat dan agama tampak kuat pada informan
melakukan pogo berdampak pada II. Hal ini informan II mendasari segala
pengkerdilan potensi-potensi yang dimiliki oleh perbuatannya berdasar keyakinan dan agama
informan. Orientasi nilai pada pelaku musik yang dianutnya. Sedangkan pada informan I
hardcore dimaksudkan agar masyarakat dan III hanya pada tingkatan percaya saja
mendapat gambaran yang jelas mengenai belum pada penerapan dalam kehidupan
pemetaan sikap dan perilaku yang merupakan keseharian seperti informan II
manifestasi dari nilai-nilai yang diyakini pelaku.
49
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
Dari segi kecocokan terlihat pada semua Kesesuaian dengan dimensi teori yang
informan meskipun ketiganya memiliki sejalan dan berkonflik hanya terjadi pada
kekuatan yang berbeda. Informan kedua informan I pada dimensi openess to change
cenderung memiliki kontrol diri yang kuat dan yang muncul kuat dan berkebalikan pada
mampu menahan dorongan-dorongan yang dimensi conservation yang berseberangan.
berseberangan dengan nilai-nilai sosial. Pada Untuk informan kedua dan ketiga tidak terjadi
informan ketiga, hal ini berkurang atau konflik pada semua dimensi.
mempunyai kontrol yang sedang karena
Terjadinya perbedaan pada informan
informan seorang anak yang berseberangan
pertama dengan informan kedua dan III pasti
dengan orang tua dan tidak cocok dengan
mempunyai faktor penyebab. Setelah penulis
ayahnya. Pada informan pertama kemampuan
mencoba mencermati hasil observasi dan
kontrol terhadap dorongan negatif lemah, hal
wawancara dengan masing informan. Penulis
ini disebabkan suybyek mengedepankan
menemukan bahwa faktor tersebut disebabkan
kebebasan
oleh latar belakang keluarga informan I.
Dari segi keamanan yang memotivasi Intensitas yang lemah pada informan pada
tindakan untuk menjaga keharmonisan dimensi conservation yang berisi batasan-
hubungan dalam hidup bermasyarakat lemah batasan terhadap tingkah laku, ketaatan
pada informan I dan II dan kuat pada informan terhadap aturan tradisi dan perlindungan
ketiga. Kuatnya aspek ini pada informan ketiga terhadap stabilitas. Kelemahan tersebut
terlihat dari rutinnya informan membersihkan karena informan sejak kecil jauh dari orang tua.
rumah setiap minggu dan kemauan informan Bibi informan tidak mendidik informan secara
menjaga hubungan dengan masyarakat. keras atau sangat memanjakan informan
Berbeda dengan informan I dan II yang tidak karena takut informan akan ikut orang tuanya
memperdulikan apa keinginan dalam ke Bandung. Hal itu menyebabkan sikap
masyarakat. Informan II hanya hidup untuk informan yang bebas dan tidak mau diatur.
dirinya dan keluarga, di tetangga sedang terjadi
apa itu bukan urusan informan.
Simpulan dan Saran
Dari intensitas yang telah teridentifikasi
selanjutnya dikelompokan ke dalam dimensi Simpulan
nilai bipolar sebagai berikut. Dimensi openess Penulis menyimpulkan bahwa orientasi
to change pada kesemua informan muncul nilai pada pelaku musik hardcore adalah
dengan kecenderungan kuat. Sedangkan sebagai berikut :
dimensi conservation yang berlawanan dengan
1. Pelaku musik hardcore di Kabupaten
dimensi sebelumnya hanya pada informan I
Kudus mempunyai orientasi nilai yang
yang memiliki kecenderungan lemah. Untuk
mengarah pada nilai-nilai kreativitas
dimensi yang kedua yaitu dimensi self
enhancement dan self transendence muncul 2. Nilai lain yang menonjol pada pelaku
kuat pada semua informan. Begitu juga dengan musik hardcore di Kabupaten Kudus adalah
nilai kesenangan yang masuk ke dalam orientasi nilai yang mengarah pada nilai-nilai
dimensi openess to change dan self kemandirian
enhancement juga memperlihatkan
kecenderungan kuat pada semua informan.
50
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
51
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
Volume I, No 1, Desember 2010 Orientasi Nilai Pelaku Musik Hardcore
h t t p : / / w w w. m e l a y u o n l i n e . c o m /
index.php/nilai.html , (diakses 4 Mei 2009).
52
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus
KETENTUAN PENULISAN JURNAL PSKOLOGI UMK
(Catatan: ketentuan ini merupakan format final artikel Jurnal Psikologi UMK)
Abstrak
Bagian utama tulisan hasil penelitan terdiri Ketentuan daftar pustaka dengan urutan:
dari: nama belakang penulis, tahun penerbitan, kota
(1) Pendahuluan (berisi latar belakang penerbitan, penerbit, volume, dan halaman.
masalah, tinjauan pustaka, tujuan Tabel atau gambar di beri judul dan
penelitian dan hipotesis), keterangan yang jelas. Setiap gambar, tabel
(2) Metode penelitian (berisi rancangan atau grafik yang disertakan juga sumber
penelitan, pengambilan sample, dan penyuntingnya.
analisis data),
Artikel di kirim ke redaksi melalui email
(3) Hasil penelitian (hasil uji hipotesis),
psiumk@yahoo.com dan 1 salinan asli,
(4) Diskusi (memuat evaluasi hasil penelitian,
dengan ketentuan, kertas A4, Arial 11 point,
masalah yang terkait hasil penelitian, dan
spasi 2, justified alignment, top margin 2 cm,
rekomendasi,
bottom 2 cm, left 1 cm dan right 1 cm. Artikel
(5) Daftar pustaka.
ditulis maksimal 15 halaman, minimal 10
halaman.
Artikel hasil pemikiran disajikan dengan
meliputi: Redaksi berhak mengedit ulang artikel
(1) Pendahuluan (latar belakang, tujuan, dan tanpa mengubah isi. Artikel yang di muat
perumusan masalah), adalah artikel yang sesuai dengan ketentuan
(2) Pembahasan (terdiri dari beberapa yang telah disebutkan.
bagian),
(3) Kesimpulan dan rekomendasi,
(4) Daftar pustaka.