Anda di halaman 1dari 14

Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah


Memasuki Sekolah Dasar Berdasarkan Nijmeegse
Schoolbekwaamheids Test (Nst) (Studi di SDIT Ukhuwah
Banjarmasin, Tahun 2017)
Yulia Hairina
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menggambarkan kesiapan anak masuk
Sekolah Dasar ditinjau dari hasil test N.S.T (Nijmeegse SchoolbekwaamheidsTest). Penelitian
ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah anak
prasekolah yang akan masuk Sekolah Dasar di SDIT Ukhuwah Banjarmasin. Jumlah subjek
penelitian adalah 75 orang anak prasekolah yang berasal dari beberapa Taman Kanak-
Kanak di Kotamadya Banjarmasin. Alat ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (N.S.T) dan juga observasi. Analisis terhadap data
akan dilakukan secara kuantitatif dengan teknik statistik sederhana. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dari 75 orang subyek, 72% dinyatakan memiliki kesiapan yaitu
sejumlah 54 anak, 21% cukup siap yaitu sejumlah 16, sedangkan yang belum siap ada 7%
yaitu sejumlah 5 anak. Aspek yang paling menonjol tingkat kematangannya adalah aspek
pengamatan bentuk dan kemampuan membedakan yaitu sebanyak 86% sejumlah 65 orang
anak.  Aspek yang paling kurang pada tugas menggambar orang yaitu 32 % sejumlah 24
orang anak. Secara kualitatif, aspek kesiapan masuk Sekolah dasar yang terkait dengan
aspek kognitif yaitu pengamatan dan kemampuan membedakan, pengertian tentang besar,
jumlah dan perbandingan, pengamatan kritis, konsentrasi, motorik halus dan memahami
cerita adalah aspek-aspek yang sudah mencapai tingkat kematangan yang cukup optimal.
Sedangkan aspek yang terkait dengan kemampuan aspek pengamatan tajam, aspek
penilaian terhadap situasi dan gambar orang tingkat kesiapannya yang belum optimal.

Kata Kunci: Kesiapan Sekolah, Tes NST, Anak Prasekolah

ABSTRACT

This study was a descriptive study to describe the children go to elementary school
readiness in terms of the test results N.S.T (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test). This
research is a quantitative approach. The subjects were preschoolers will go to elementary
school in Banjarmasin SDIT Ukhuwah . Number of research subjects are 75 preschoolers
from several kindergartens in the municipality of Banjarmasin. Measuring instrument used
in this study is Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (N.S.T) and observation. Analysis
of the data will be performed quantitatively by simple statistical techniques. The results
showed that of the 75 subjects, 72% had expressed readiness is a number of 54 children,
21% quite ready for that number of 16, while those not ready to have 7% is the sum of
5 children. The most outstanding aspect is an aspect of maturity level observation forms
and the ability to distinguish as many as 86% of the 65 children. Aspects that at least on
the task of drawing people ie 32% some 24 children. Qualitatively, aspects of readiness
for primary schools related to cognitive aspects, namely observation and the ability to
distinguish, the notion of large, amount and ratio, critical observation, concentration, fine
motor skills and understand the story are aspects that have reached a level of maturity
that is quite optimal. While the aspects related to the capability of keen observation,
aspects of assessment of the situation and drawing the readiness level is not optimal.

Keywords: School Readiness, Test NST, Preschool Children

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 27
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

PENDAHULUAN sekolah akan memberikan efek yang


Seorang anak akan bersiap untuk positif yaitu pada saat anak mengikuti
mengikuti pendidikan formal di proses belajar mengajar sudah memiliki
sekolah dasar setelah ia menyelesaikan kesiapan, dia mampu mengenal huruf
pendidikan prasekolah di taman dan membedakannya, sudah mampu
kanak-kanak. Tugas perkembangan menulis, menghitung jumlah gambar,
dan tuntutan belajar yang harus berani mencoba memecahkan masalah,
dilalui anak membuat anak harus menceritakan dan mengurutkan cerita
dipersiapkan agar mampu menghadapi dari gambar-gambar. Ditambahkan
tugas perkembangan dan tuntutan di juga bahwa rata-rata anak-anak yang
sekolah dasar. Kondisi peralihan dari memiliki kesiapan maka ia akan mampu
taman kanak kanak ke sekolah dasar duduk dengan lebih tenang dan dapat
merupakan satu fase yang tidak mudah, menyelesaikan tugas-tugas akademik di
hal ini merupakan satu langkah besar sekolah SD.
bagi anak, bisa dikatakan anak akan Secara umum perkembangan anak
memasuki dunia baru yaitu dari dunia normal usia 6 tahun sudah siap untuk
bermain sambil belajar ke dunia belajar belajar dan telah mencapai masa peka
formal yang terstruktur dan terorganisir. untuk belajar keterampilan akademik
Tuntutan yang diterima di sekolah di tingkat sekolah dasar, namun hal ini
dasar akan berbeda dengan saat anak bukan berarti indikatornya kesiapan
tersebut berada di taman kanak kanak. sekolahnya adalah anak harus mampu
Di tingkat sekolah dasar anak dituntut menguasai calistung dan hal itu
untuk mandiri, disiplin, bertanggung bukan syarat dasar untuk memasuki
jawab terhadap tugas-tugas yang pendidikan formal pertama atau sekolah
diberikan guru dan wajib memenuhi dasar.
tuntutan-tuntutan akademik pendidikan Kesiapan bersekolah atau istilah
dasar. Pendidikan ini merupakan awal asingnya school readiness artinya
dari pendidikan seorang anak karena seorang anak telah memiliki suatu
melatih seorang anak untuk membaca kualitas dan keterampilan sehingga anak
dengan baik, mengasah kemampuan mampu melakukan penyesuaian diri
berhitung serta berpikir. Oleh karena itu terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah
kesiapan anak untuk sekolah memiliki (Sulistyaningsih 2005, 2). Menurut
peran yang sangat penting karena hal Lewitt dan Baker (1995, 128) Kesiapan
ini akan mempengaruhi keuntungan sekolah adalah“ Readiness to Learn,
dan kemajuan dalam perkembangan generally, has been thought of as the level
selanjutnya. of development at which an individual (of
Anak yang telah memiliki kesiapan any age) is ready to undertake the learning
untuk bersekolah akan memperoleh of specific material”. Kesiapan sekolah
keuntungan dan kemajuan dalam atau School Readiness merupakan status
perkembangan yang selanjutnya. perkembangan anak, yaitu milestones
Sementara itu anak yang belum memiliki tumbuh kembang anak pada usia dini
kesiapan, justru akan frustasi bila pada tahap mana anak sudah siap untuk
ditempatkan di lingkungan akademis. mengikuti perubahan / transisi kegiatan
Berbagai bentuk perilaku sebagai dari rumah ke sekolah.
cerminan frustrasi ini diantaranya Sedangkan pengertian kesiapan
adalah menarik diri, berlaku acuh tak sekolah dinyatakan oleh Fitzgerald dan
acuh, menunjukkan gejala-gejala fisik, Strommen (1972) sebagai kemampuan
atau kesulitan menyelesaikan tugasnya anak mencapai tingkat perkembangan
di sekolah (Sulistiyaningsih 2005, 2). emosi, fisik, dan kognitif yang memadai
Selain itu, dari hasil wawancara sehingga anak mampu atau berhasil
kepada salah satu guru Sekolah Dasar dengan baik. Menurut Hurlock (1974)
di Banjarmasin adanya kesiapan kesiapan bersekolah ini terdiri dari

28 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

segi fisik dan kesiapan psikologis yang harapan-harapan dan aturan-aturan di


meliputi kognitif, emosi dan sosial juga sekolah (Damayanti dkk, 2016, 43)
mental. Menurut Haditono (1986, 35)
Anak dikatakan memiliki kesiapan kesiapan sosial anak juga dapat dilihat
fisik bila perkembangan motoriknya dari kemampuan menyesuaikan diri
sudah matang, terutama koordinasi terhadap orang yang baru dikenal,
antara mata dengan tangan (visio- seperti guru dan teman-teman barunya.
motorik) berkembang baik. Kesiapan Hal ini menjadi dasar untuk anak
ini menjadi modal bagi anak untuk mencapai kemandiriannya bahkan lebih
melakukan kegiatan di sekolah dasar lanjut dapat memungkinkan anak untuk
mulai dari tuntutan duduk dalam menjadi individu yang berani tampil
jangka waktu yang lama, kemampuan dan mampu secara asertif menyatakan
menulis, menggambar dan lain-lain. pendapat.
Lebih lanjut lagi, kematangan motorik Namun, pada kenyataannya dari
menjadi dasar kenyamanan fisik anak hasil obervasi di lapangan kesiapan
yang pada akhirnya membantu anak sekolah yang di maksud seperti di
untuk dapat mengendalikan perilaku sebutkan di atas yaitu meliputi kesiapan
dan memfokuskan kegiatan pada satu fisik, kognitif,emosi dan sosial menjadi
tugas hingga tuntas (Damayanti dkk, hal yang tidak diperhatikan, realitasnya
2016, 43) tidak sedikit sekolah dasar yang menerima
Untuk kesiapan di aspek kognitif yang murid dengan melakukan tes calistung
dimaksud dalam kesiapan mengikuti (membaca, menulis dan berhitung) yang
pendidikan sekolah dasar tidak hanya bisa dikatakan kurang tepat untuk
sebatas tingkat kecerdasan, namun juga menilai kesiapan sekolah anak. Hal ini
dengan memperhatikan kematangan juga berbanding lurus dengan anggapan
dari aspek-aspek kognitifnya seperti orang tua yang menilai keberhasilan di
ketajaman pengamatan, kemampuan sekolah TK adalah mempersiapkan anak
persamaan-perbedaan, juga pemisahan untuk mampu calistung sebelum masuk
figure and ground yang menjadi dasar sekolah dasar.
anak untuk melakukan seleksi dan Masalah lain juga timbul ketika ada
memfokuskan perhatiannya. Aspek murid yang belum cukup usia ingin
kognitif itu menjadi dasar bagi anak masuk sekolah dasar. Padahal menurut
untuk memenuhi tuntutan pada Janke, Comenius, Buhler dan Hetzer
berbagai bidang pelajaran baik itu (Kustimah, 2008, ) usia 6-7 tahun tahun
membaca, berhitung dan juga ketajaman adalah usia yang dianggap usia yang
dalam identifikasi dan mengkritisi suatu cukup matang untuk sekolah. Pada
masalah (Damayanti dkk 2016, 17) usia ini anak memiliki pembendaharaan
Kemudian, untuk kesiapan pada kata yang cukup banyak, memiliki
aspek emosi dan sosial artinya anak kemampuan membayangkan, dapat
dapat cukup mandiri lepas dari mengemukakan ide secara verbal serta
bantuan dan bimbingan orang dewasa, organ-organ indera dan motoriknya telah
tidak mengalami kesulitan untuk terkoordinasi dengan baik. Oleh karena
berpisah dalam waktu tertentu dengan itu adanya kriteria ketrampilan yang
orangtuanya, dapat menerima dan dipersyaratkan untuk kesiapan masuk
mengerti setiap tuntutan di sekolah, sekolah merupakan masalah yang perlu
serta dapat mengontrol emosinya seperti mendapat perhatian bagi sekolah dasar
rasa marah, takut, dan iri. Selain itu dalam proses seleksi penerimaan murid
anak harus sudah dapat bekerjasama, baru, agar tidak ada masalah yang
saling menolong, menunggu giliran timbul karena ketidakmatangan anak
untuk suatu tugas dan sebagainya. saat masuk sekolah dasar. Penting bagi
Anak yang telah siap secara sosial orangtua untuk mengetahui apakah
akan mudah menyesuaikan diri dengan

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 29
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

putra putrinya telah memiliki kesiapan meliputi gambaran umum kesiapan serta
masuk sekolah dasar. melihat tiap aspek kesiapan sekolah,
Dengan merujuk pembahasan di yaitu: pengamatan dan kemampuan
atas mengingat pentingnya “kesiapan membedakan, motorik halus, pengertian
sekolah” sebagai dasar kemampuan tentang besar, jumlah dan perbandingan,
untuk mengikuti berbagai tuntutan ketajaman pengamatan, pengamatan
kegiatan dan kurikulum sekolah dasar, kritis, konsentrasi, daya ingat,
maka perlunya instrumen untuk pengertian tentang objek dan penilaian
mengukur kematangan anak pada terhadap situasi, memahami cerita dan
berbagai aspek perkembangannya gambar orang serta kemandirian dan
sebagai modal kesiapan anak dalam penyesuaian diri.
jenjang pendidikan formal sekolah dasar SDIT Ukhuwah sebagai salah satu
khususnya pada penerimaan siswa SD favorit dan unggulan yang ada di
sekolah dasar. Kota Banjarmasin memiliki proses
Sebagaimana telah berkembangnya seleksi yang cukup ketat dan standar
NST (Nijmeegse Schoolbekwaamheid untuk bisa mengikuti pendidikan di
Test) adalah salah satu tes yang lazim tingkat sekolah dasar. Salah satu cara
digunakan untuk mengukur kesiapan pengukuran terkait dengan kesiapan
anak sekolah, yang populer di Indonesia sekolah untuk murid yang bersekolah di
sekitar tahun 2010-an hingga saat ini. SDIT Ukhuwah adalah dengan tes NST .
Berbagai penelitian di Indonesia tentang Adapun manfaat penelitian ini
kematangan siswa taman kanak-kanak diharapkan dapat menyumbangkan
atau prasekolah mengunakan NST data empirik mengenai gambaran
sebagai instrumen pengukurannya. kesiapan anak masuk Sekolah Dasar
Tes ini merupakan alat ukur untuk di SDIT Ukhuwah, dan secara praktis
mengetahui kematangan aspek-aspek dapat dijadikan sebagai tambahan
yang menunjang kesiapan anak masuk informasi sebagai evaluasi metode
Sekolah Dasar. NST merupakan suatu pendidikan. Dari profiling juga dapat
alat tes yang bersifat non verbal dan diketahui aspek mana yang masih
disajikan secara individual. Melalui perlu diberikan stimulasinya, karena
NST akan tergambar kematangan anak stimulasi yang disajikan pada anak
dalam sisi kognitif, motorik dan sosial akhirnya akan mewujudkan sebuah
emosinya (Supartini 2006, 63). kesiapan . Selain itu, data yang diperoleh
Tes ini memiliki tujuan diantaranya pada penelitian ini dapat memberikan
1) Mengetahui tingkat kematangan anak kontribusi pada pengembangan N.S.T.
memasuki pendidikan tingkat Sekolah (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test)
Dasar. 2) Prognosis (meramalkan) dan pengembangan penelitian bagi
terhadap prestasi sekolah anak di SD. 3) peneliti selanjutnya.
Mengetahui kemampuan-kemampuan
tertentu anak yang sudah/belum LANDASAN TEORI
matang dan perlu latihan/ pembinaan/
pengembangan/ peningkatan (Mariyati Kesiapan Sekolah Anak
2016, 195). Kesiapan berasal dari kata dasar
Adapun tujuan penelitian ini siap yang mendapatkan awalan ke-
untuk profiling kesiapan masuk dan akhiran –an, menurut Kamus
sekolah dasar anak prasekolah yang Besar Bahasa kesiapan artinya adalah
mengikuti seleksi penerimaan murid trampil/ profesional dalam menjalankan
baru di SDIT Ukhuwah Banjarmasin tugas-tugasnya, namun ada hal yang
ditinjau dari hasil test N.S.T (Nijmeegse perlu diperhatikan adalah adanya dua
Schoolbekwaamheids Test) dan juga konsep yang berbeda antara dua konsep
Observasi. Gambaran yang diberikan istilah “kesiapan untuk belajar”, dengan
“kesiapan untuk sekolah”. Kesiapan

30 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

untuk belajar secara umum adalah berpisah dengan ibu dalam waktu yang
tingkat perkembangan (pada berbagai cukup lama. Ia pun harus sudah dapat
tingkat usia) untuk mencapai kesiapan menerima otoritas lain (seperti ibu/
untuk mempelajari materi pelajaran bapak guru), mampu mematuhi aturan
secara spesifik. Kondisi yang sebatas sekolah dan mampu menyesuaikan diri
siap untuk belajar belum tentu menjadi dengan suasana sekolah serta dapat
jaminan untuk mencapai kesuksesan di mengendalikan emosinya (misalnya
sekolah (Mariyati dkk, 2016, 197) tidak cengeng atau mudah marah)
Konsep dari kesiapan untuk sekolah Secara sosial, anak harus lebih
adalah termasuk di dalamnya kesiapan mandiri untuk mampu memilih kegiatan
untuk belajar didasarkan pada standar yang ingin dilakukannya. Dan tidak
tingkat perkembangan fisik, kognitif dan lagi diliputi perasaan ragu-ragu/takut
sosial yang memungkinkan anak untuk dalam menentukan kegiatan tsb. Selain
memenuhi tuntutan dan menjalani itu, anak telah memiliki kesadaran
kurikulum yang telah ditentukan (Wesley akan tugas yang dihadapinya sehingga
dan Buysse, dalam Marquez, 2006, 11- mampu menyelesaikan tugas yang
15). dipilihnya dan dalam menyelesaikan
Rich (2008, 2) menyatakan bahwa tugas yang dipilih sendiri dibutuhkan
kesiapan sekolah pernah dianggap inisiatif daripada tugas yang diberikan
sebagai sesuatu yang relatif sederhana, guru. Sedangkan untuk menghasilkan
hanya terkait masalah membeli buku prestasi belajar yang optimal, maka
tulis baru dan sepasang sepatu baru. perlu diperhatikan sejauh mana anak
Pada dasarnya kesiapan sekolah adalah mampu memperhatikan, berapa lama
sesuatu yang rumit. Anak diharapkan perhatiannya tidak mudah beralih,
dapat menunjukkan kesiapan sekolah bagaimana daya konsentrasinya,
yang baik, sehingga ketika memasuki keuletan kerjanya (apakah ia mudah
dunia sekolah anak tidak akan minta bantu guru atau tidak) dan berapa
merasa canggung dan takut, sehingga lama waktu yang digunakan untuk
berpengaruh terhadap keberhasilan menyelesaikan tugas tsb. Keteraturan
yang dicapainya. Mengingat pentingnya dalam berpikir maupun bertingkah
“kesiapan sekolah” sebagai dasar laku, termasuk tingkah laku sosial. cara
kemampuan untuk mengikuti berbagai anak berbicara, bekerja sama dalam
tuntutan kegiatan dan kurikulum kelompok, bermain serta menyesuaikan
sekolah dasar diri dengan teman-teman dan gurunya
Hal yang perlu diperhatikan pada (Nugraha, 2004, 10).
anak yang hendak masuk sekolah adalah
meliputi kesiapan fisik, mental, sosial, Pengukuran Kesiapan Sekolah Anak
emosi, dan intelegensi (Sulistiyaningsih Prasekolah
2005, 3) Anak dikatakan siap masuk Destiwati dan Junardi (2011, 213)
sekolah jika secara fisik mampu menyatakan bahwa NST merupakan
mengontrol otot-ototnya sehingga dapat tes yang digunakan untuk mengukur
menulis, menggambar, mengerjakan kesiapan sekolah pada anak-anak
keterampilan tangan seperti menempel, prasekolah. Kesiapan sekolah pada anak
menggunting, menguntai dsb. Ia pun adalah kemampuan yang dimiliki anak
mampu duduk diam dan tertib dalam dan menentukan dalam keberhasilan
waktu yang cukup lama. Secara mental/ anak di sekolah. Kesiapan sekolah pada
kognitif, anak harus sudah mampu anak akan diukur dengan menggunakan
memahami penjelasan guru, dapat Tes Kesiapan Sekolah Nijmeegse
menjawab pertanyaan guru dengan Schoolbekwaamheids Test (NST).
kata-kata yang dapat dimengerti. Secara Tes ini memiliki tujuan diantaranya:
emosi, anak sudah harus tidak “terikat” 1) Mengetahui tingkat kematangan anak
lagi dengan ibu sehingga anak dapat

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 31
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

memasuki pendidikan tingkat Sekolah pengolahan tes Gopinger dari Jerman


Dasar. 2) Prognosis (meramalkan) yang digunakan sebagai alat ukur
terhadap prestasi sekolah anak di SD. 3) untuk mengetahui kematangan aspek
Mengetahui kemampuan-kemampuan aspek yang menunjang kesiapan anak
tertentu anak yang sudah atau masuk Sekolah Dasar, yang meliputi
belum matang dan perlu latihan atau aspek kognitif, motorik, dan juga sosial-
pembinaan atau pengembangan atau emosi (Damayanti dkk, 2016, 44).
peningkatan (Mariyanti dkk, 2016, 197). Tes ini terdiri atas 10 subtes, dengan
Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test gambaran tes yang berisi gambar gambar
(NST) disusun oleh F. J. Mönks, H. Rost, atau melengkapi gambar sekaligus
dan N. H. Coffie, yang di kembangkan jawabannya, yang masing-masing
di Nijmegen-Nederland dan merupakan mengungkap kemampuan yang berbeda,
yaitu:

Tabel 1. Sepuluh Sub-Tes dalam NST

Tes Aspek Yang di Ukur Materi Tes

Terdiri dari 8 soal, dalam masing-masing soal


Pengamatan bentuk dan terdapat 1 gambar (di sebelah kiri) yang harus
Subtes 1
kemampuan membedakan dicocok dengan 1 gambar dari kelima gambar
pilihan (sebelah kanan).

Terdiri dari 8 soal, masing-masing soal berupa


Subtes 2 Motorik Halus dua gambar. 1 gambar lengkap bentuknya, 1
gambar lain tidak lengkap bentuknya.

Pengertian tentang besar, Terdiri dari 8 soal, terdapat benda/orang yang


Subtes 3
jumlah dan perbandingan berderet

Terdiri dari 8 soal. Setiap soal terdiri dari


Subtes 4 Ketajaman pengamatan bentuk binatang yang tersamar di antara
bentuk lainnya

Terdiri dari 8 soal. Masing-masing soal berupa


Subtes 5 Pengamatan Kritis
gambar yang tidak lengkap bentuknya

Terdiri dari 12 baris yang berisikan berbagai


Subtes 6 Konsentrasi bentuk. Terdapat 8 bentuk yang sesuai dengan
bentuk yang diminta untuk di temukan

Terdiri dari 16 gambar, 8 di antaranya adalah


Subtes 7 Daya ingat
gambar yang pernah diperlihatkan sebelumnya

Terdiri dari 8 soal. Di setiap soal terdapat 4


Pengertian tentang obyek dan
Subtes 8 pilihan gambar/ situasi. Satu gambar/ situasi
penilaian terhadap situasi
yang merupakan pilihan yang di maksud

Terdiri dari 15 pilihan gambar. 8 diantaranya


Subtes 9 Memahami cerita
merupakan yang sesuai dengan cerita

Halaman kosong untuk anak menggambar


Subtes 10 Gambar orang
orang sebagus yang ia mampu

32 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

Lebih lanjut Supartini (2006) Lokasi Penelitian


menjelaskan bahwa untuk mengetahui Tempat penelitian adalah SDIT
seorang anak siap sekolah, anak Ukhuwah, yang beralamat Komplek
diminta mengerjakan keseluruhan tes, Bumi Handayani, Jl.Bumi Mas Raya No.
kemudian skoring. Setiap jawaban yang 12 A, RT.33/RW.02, Pemurusa Baru,
diberikan jika benar akan di nilai 1 (satu) Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin.
dan untuk jawaban yang salah tidak Waktu pelaksanaan pada tanggal 10
di berikan skor (0). Hasil setiap subtes Januari 2017 sampai dengan 16 Januari
kemudian dipindahkan pada kolom 2017.
profil di setiap subtesnya yang masuk
dalam norma kesiapan. Norma ini yang Subyek Penelitian
akan menentukan apakah pada subtes Pengambilan subyek penelitian
tersebut anak masuk dalam kategori dengan menggunakan sampel jenuh
siap, cukup siap atau belum siap untuk dimana semua calon siswa menjadi
masuk sekolah dasar. subyek penelitian. Subyek penelitian ini
adalah anak prasekolah dari beberapa
taman kanak-kanak yang akan masuk
Tugas Perkembangan Anak Usia sekolah dasar di tahun ajaran 2017/2018
Prasekolah dengan jumlah 75 anak yang dari terdiri
Tugas perkembangan anak usia dari laki-laki 36 orang dan perempuan
prasekolah menurut Elizabeth Hurlock 39 anak.
(1999, 85) adalah sebagai berikut:
Metode Pengumpulan Data
a. Mengembangkan keterampilan dalam Metode pengumpulan data dalam
motorik kasar dan motorik halus penelitian ini adalah metode tes dan
b. Belajar mengendalikan pembuangan juga observasi (pengamatan). Hasil tes
kotoran tubuh diperoleh dari tes yakni menggunakan
NST sebagai instrumennya. NST
c. Belajar berbicara dan berkomunikasi
digunakan untuk melihat kesiapan
dengan orang lain
masuk sekolah dasar yang terdiri dari 10
d. Belajar membedakan jenis kelamin sub tes dan 8 tes setiap subtesnya. NST
dan kesopanan seksual telah menetapkan tiga standar, untuk
e. Mencapai stabilitas fisiologis hasilnya yaitu belum matang, ragu
dan matang. Selain itu juga digunakan
f.
Membentuk konsep sederhana metode observasi. Sedangkan untuk
mengenai kenyataan sosial dan fisik observasi dilakukan dalam mengamati
g.
Berhubungan secara emosional kemandirian dan juga penyesuaian
dengan orang lain diri dengan menggunakan panduan
observasi atau daftar isianyang berisi
h. Belajar mengembangkan hati nurani serentetan perilaku yang menunjukkan
serta membedakan konsep benar dan tentang aspek-aspek tersebut.
salah
Teknik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian
METODE PENELITIAN ini adalah statistik deskriptif yang
Jenis dan Metode Penelitian digunakan, seperti: 1) Penyajian data
Jenis penelitian ini adalah penelitian dalam bentuk tabel atau distribusi
kuantitatif dengan metode survey. frekuensi dan tabulasi silang. Dengan
Analisis terhadap data akan dilakukan analisis ini akan diketahui kecendrungan
secara kuantitatif dengan teknik statistik hasil temuan penelitian, apakah masuk
sederhana. dalam kategori rendah, sedang atau
tinggi; 2) Penyajian data dalam bentuk
visual, seperti histogram, poligon, ogive,

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 33
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

diagram batang, diagram lingkaran, pengamatan, pengamatan kritis,


diagram pastel, dan diagram lambang; 3) konsentrasi, daya ingat, pengertian
Penghitungan ukuran tendensi sentral tentang objek dan penilaian terhadap
(mean, median, modus); 4) Penghitungan situasi, memahami cerita dan gambar
ukuran letak (kuartil, desil dan presentil); orang.
5) Penghitungan ukuran penyebaran
(standar deviasi, varians, range, deviasi
kuartil, mean deviasi dan sebagainya) HASIL DAN PEMBAHASAN
(Sudjana 1994, 30). Setelah dilakukan penilaian terhadap
hasil tes mengenai kesiapan belajar
Hasil Analisis Data dengan menggunakan NST (Nijmeegse
Hasil Analisis data yang digunakan Schoolbekwaamheids Test) didapatkan
dalam penelitian ini berupa analisis hasil sebagai berikut: pada pemeriksaan
statistik deskriptif, yakni statistik terhadap 75 orang anak prasekolah.
yang digunakan dalam menganalisis Didapatkan hasil bahwa terdapat 54
data dengan cara mendeskripsikan anak yang memiliki kesiapan untuk
atau menggambarkan data yang telah mengikuti proses belajar di sekolah
terkumpul (Suryabrata, 1994, 75 ). Hasil dasar, 21 anak belum sepenuhnya
analisis yang akan diperoleh merupakan siap sedangkan 5 anak belum memiliki
gambaran deskriptifmengenai kesiapan kesiapan untuk mengikuti proses belajar
anak masuk Sekolah Dasar ditinjau di sekolah dasar. Adapun hasilnya dapat
dari hasil test N.S.T (Nijmeegse di gambarkan seperti yang ada di gambar
Schoolbekwaamheids Test) yang 1. di bawah ini:
meliputi gambaran umum aspek-aspek
kesiapan belajar, yaitu: pengamatan
dan kemampuan membedakan, motorik
halus, pengertian tentang besar,
jumlah dan perbandingan, ketajaman

Gambar 1. Hasil Tes NST Keseluruhan

7%
21%
SIAP
CUKUP SIAP
BELUM SIAP
72%

Perolehan data dari hasil tes kategori siap, cukup siap dan belum
kemudian dimasukkan dalam excel siap di setiap subtesnya (ada 10 subtes).
untuk diolah dalam statistik sederhana Hasil yang diperoleh dari setiap subtes
untuk memperoleh kategori dan jumlah yang diukur dalam NST disajikan dalam
prosentase anak yang masuk dalam Gambar 2.berikut ini:

34 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

Gambar 2. Profil Hasil Tes NST Per-Subtes

J 70
u 60
m
50
l
h 40 SIAP
30 CUKUP SIAP
A
20 BELUM SIAP
n
a 10
k
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Subtes

Pada subtes 1 yakni pengamatan menggunakan alat tulis secara luwes,


bentuk dan kemampuan membedakan. masih memerlukan latihan. Sedangkan
Pada subtes ini terdiri dari 8 soal, dalam yang dikategorikan belum siap berarti
masing-masing soal terdapat 1 gambar anak masih belum mampu memegang
(di sebelah kiri) yang harus dicocokkan alat tulis dengan tepat dan melakukan
dengan 1 gambar dari kelima gambar gerakan jari-jemari yang terarah dan
pilihan (sebelah kanan). Terlihat bahwa terkendali, sehingga perlu bimbingan.
sebanyak 65 anak prasekolah (86% Aspek keterampilan motorik halus ini
dari 75 anak prasekolah) mampu merupakan dasar yang penting bagi
melakukan dengan benar. Hal ini berarti anak untuk bisa melakukan kegiatan
sebagian besar secara kognitif mereka tulis-menulis yang menjadi tuntutan
telah mampu mengenali dan mencari akademik di Sekolah Dasar. Selain itu,
perbedaan maupun persamaan antara keterampilan motorik halus juga menjadi
berbagai bentuk melalui pengamatan dasar bagi anak untuk melakukan
yang dilakukan. Aspek ini menjadi dasar aktivitas bantu-diri secara mandiri,
dalam kemampuan mengenali angka seperti makan dan minum sendiri,
dan huruf secara tepat di sekolah dasar. memakai kaos kaki sendiri, menggosok
Pada subtes 2 yakni motorik halus gigi atau mengancing.
dengan terdiri dari 8 soal, masing-masing Subtes 3 yakni pengertian tentang
soal berupa 2 gambar. 1 gambar lengkap besaran jumlah dan perbandingan yang
bentuknya, 1 gambar lain tidak lengkap terdiri dari 8 soal, terdapat benda/ orang
bentuknya. Pada tahap ini sebanyak 41 yang berderet. Anak yang telah mampu
anak prasekolah (55%) telah memiliki memahami dan membandingkan besaran
kesiapan dalam perkembangan aspek serta jumlah suatu benda sebanyak 39
motorik halus, sementara itu 24 anak anak (52%),sedangkan yang berada di
prasekolah (32%) berada pada taraf ragu- kategori cukup siap ada 23 anak (31%)
ragu atau dikategorikan cukup siap, dan dan yang belum siap ada 13 anak (17%).
hanya 10 (13% ) yang tergolong pada taraf Kemampuan ini menjadi dasar bagi
belum siap. Anak yang dikategorikan mereka untuk memahami pelajaran
siap artinya mereka dapat mengerjakan matematika, yang terkait dengan operasi
tugas yang menuntut kehalusan gerakan bilangan seperti penjumlahan dan
tangan, seperti misalnya menulis, pengurangan.
mewarnai, menggambar, dll. Sedangkan
Subtes 4 berupa pengamatan tajam.
anak yang berada pada tahap cukup
Stimulus yang diberikan adalah mencari
masih mengalami hambatan untuk bisa

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 35
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

binatang yang tersamar dalam bentuk- SD sampai tuntas, dengan kualitas yang
bentu benda. Kejelian dalam mengamati baik.
situasi dan gambar hanya mampu Subtes 7 adalah daya ingat. Pada
dilakukan oleh 37 anak (49%). Sedangkan subtes ini anak kembali mengingat
yang masih memerlukan stimulasi dan stimulus gambar yang telah disajikan
pengembangan atau kategori cukup siap sebelumnya. Pada hal ini 52 anak
dapat dilakukan dengan jumlah 33 anak (69%) mampu mengingat dengan baik,
(44%), sedangkan kategori belum siap 5 sedangkan dikategori cukup siap
anak (7%). Aspek ini perlu di stimulasi diperoleh 14 anak (19%) dan untuk
oleh pihak sekolah agar secara kognitif kategori yang belum siap diperoleh
mereka akan mampu memisahkan 9 orang anak (12%). Aspek ini akan
antara figure and ground, bagian membuat anak mampu mengingat
mana yang menjadi fokus, dan bagian berbagai informasi penting termasuk
mana yang harus diabaikan agar tidak materi pelajaran di SD dan dapat
mengganggu objek yang menjadi fokus menggunakannya pada saat dibutuhkan.
pengamatan. Aspek ini menjadi dasar Subtes 8 berupa pengertian tentang
bagi kemampuan anak untuk membaca, objek dan penilaian terhadap situasi.
dimana ia dituntut untuk memisahkan Sebanyak 38 anak (51%) mampu
mana huruf, kata, dan kalimat yang memahami situasi dan mengerti arti
menjadi fokus untuk di baca, dan mana suatu kejadian. Hal ini berarti bahwa
yang perlu diabaikan. anak telah memiliki kematangan untuk
Subtes 5 adalah pengamatan kritis memahami aturan dan penilaian sosial
dimana siswa mampu untuk menilai yang meliputi nilai benar-salah, baik-
kondisi atau situasi yang dirasa kurang buruk, dan sebagainya. Pemahaman
atau belum lengkap. Pada subtes ini kognitif ini penting agar mereka bisa
sebanyak 42 anak (56%) sudah mampu mengantisipasi maupun mengatur
melakukannya dengan baik dan dapat perilaku sesuai dengan harapan dan
dikategorikan siap. Sedangkan 26 anak aturan lingkungan. Sebanyak 27 anak
(35%) dikategori cukup siap dan hanya (36%) yang tergolong kategori cukup
7 anak (9%) yang berada pada kategori dan 10 orang anak (13%) yang tergolong
belum siap. Kemampuan ini menjadi kategori belum siap dan masih mengalami
dasar kemampuan menentukan prioritas hambatan dan kesulitan untuk
dalam pengerjaan berbagai tugas yang berperilaku sesuai dengan harapan dan
dihadapinya kelak. aturan lingkungan, sehingga jika tidak
Subtes 6 adalah konsentrasi, yang mendapatkan stimulasi dalam aspek ini
mana siswa membutuhkan fokus dengan berpotensi mengalami hambatan dalam
batasan waktu untuk mencari benda yang adaptasi dan sosialisasi di SD.
sama. Pada hal ini 52 anak (69%) mampu Dilanjutkan dengan subtes 9 adalah
berkonsentrasi dengan baik, artinya kemampuan siswa untuk memahami
situasi sekitar tidak begitu berpengaruh sebuah cerita. Sebanyak 39 orang
dalam menggangggu konsentrasi (52%) anak sudah mampu menangkap
mereka untuk menyelesaikan tugas cerita yang disampaikan, dalam hal
dengan baik. Sedangkan dikategori ini penjelasan yang ia terima mampu
cukup siap diperoleh 14 anak (19%) dituangkan dalam jawaban yang dipilih.
dan untuk kategori yang belum siap Hal ini berarti bahwa mereka yang
diperoleh 9 orang anak (12%), ini kategori siap telah mampu menerima,
berarti mereka masih perlu latihan agar mengolah, menyimpan dan mengingat
mampu memusatkan perhatian pada kembali informasi yang cukup banyak
satu jenis tugas tertentu. Kemampuan dan diberikan secara sekaligus.
ini menjadi bekal bagi mereka untuk Sedangkan yang berada di kategori
dapat menyelesaikan tugas akademik di cukup siap sebanyak 29 orang (39%)
dan yang belum siap ada 7 orang (9%).

36 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

Kemampuan ini menjadi bekal bagi siswa sama. Hal ini disebabkan karena ada
untuk menerima pengarahan dan materi banyak faktor yang mempengaruhi
pelajaran di SD yang penyampaiannya terbentuknya kesiapan bersekolah anak.
bersifat klasikal. Selain dipengaruhi oleh kemasakan,
Subtes 10 adalah bagian terakhir lingkungan tempat anak berkembang
dari rangkaian tes NST. Pada bagian ini juga ikut membentuk kesiapan anak
anak diminta untuk membuat gambar bersekolah. Kesiapan anak masuk
orang yang menurutnya paling bagus. sekolah dasar akan berbeda satu
Pada kemampuan ini hanya 23 orang dengan yang lain. Hal ini tergantung
(31%) anak yang mampu menggambar pada stimulasi yang diberikan dan
dengan baik, artinya dalam memahami kematangan yang dicapai. Capaian
fungsi tubuh dan mengenali diri sudah kematangan yang perlu diperhatikan
mampu dilakukan. Selain itu, anak yang meliputi aspek-aspek perkembangan
berada di kategori siap dapat mengenali anak, yakni fisik dan motorik, sosial,
bagian-bagian tubuhnya dengan baik emosi, dan kognitif (Jannah , 2015).
selain itu ia mampu menampilkannya Boethel (2004, 14) juga menyatakan
menjadi suatu aktivitas atau fungsi bahwa faktor yang memengaruhi
keseharian dari masing-masing bagian kesiapan sekolah, antara lain status
tubuhnya. Sedangkan yang termasuk sosial ekonomi (yang sering berinteraksi
dalam kategori cukup siap diperoleh dengan ras atau etnis), kesehatan anak,
28 orang anak (37%) dan 24 orang karakteristik latar belakang keluarga,
anak (32%) yang termasuk kategori terutama pendidikan ibu, orangtua
belum siap. Pada subtes ini dapat di tunggal status, dan kesehatan mental,
lihat perbandingannya merata ditiap lingkungan rumah dan masyarakat,
kategorinya artinya masih cukup banyak termasuk faktor risiko dan faktor terkait
anak prasekolah yang belum terlatih buta huruf, serta partisipasi dalam
untuk menggunakan bagian tubuhnya beberapa jenis program prasekolah.
sehingga perlu diberikan berbagai Selain itu terdapat faktor yang menjadi
kegiatan yang melibatkan gerak anggota pendukung atau penghambat proses
tubuhnya, sehingga kesadaran terhadap kesiapan anak di sekolah, baik dari
tubuhnya (body image) dapat meningkat. individu, keluarga atau komunitas.
Hasil analisis data yang dilakukan Dari hasil observasi selama proses
memang menunjukkan hampir pengetesan juga dapat di gambarkan
umumnya sudah matang atau cukup tentang aspek kemandirian dan
matang dapat diartikan kebanyakan penyesuaian diri anak prasekolah, di
anak prasekolah yang mengikuti mana aspek ini juga menjadi aspek
tes seleksi masuk di SDIT Ukhuwah penting dalam kesiapan sekolah. Hasil
memiliki kesiapan untuk mengikuti yang diperoleh dapat di sajikan dalam
proses belajar di tingkat Sekolah Dasar gambar 3. sebagai berikut:
(sebanyak 54 orang dinyatakan siap dan Pada aspek kemandirian, sebanyak
21 orang dinyatakan cukup siap, hanya 42 orang anak (56%) dapat di katakan
5 orang yang di nyatakan belum siap), memiliki kemandirian yang baik, artinya
yaitu sebagaimana yang diungkapkan secara emosional ia mampu berpisah
oleh Damayanti dkk (2016) bahwa dengan orangtuanya. Sedangkan pada
konsep kesiapan untuk sekolah adalah aspek penyesuaian diri pada kategori
termasuk di dalamnya fisik dan kognitif. siap dan mampu menyesuaikan diri
Sedangkan dari aspek-aspek diperoleh 29 orang (37%), untuk kategori
kesiapan sekolah dari hasil analisis yang cukup mampu menyesuaikan diri
data memang tampak berbeda-beda. sebanyak 31 orang anak (41%) dan pada
Kesiapan bersekolah anak yang satu kategori kurang penyesuaian dirinya ada
belum tentu sama dengan anak yang 15 orang anak (20%). Aspek kemandirian
lainnya, bahkan meskipun usianya dan penyesuaian diri ini akan membantu

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 37
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

Gambar 3. Kemandirian dan Penyesuaian Diri

50
40
30
Baik
20 Cukup Baik
10 Kurang
0
Kemandirian Penyesuaian
Sosial

anak untuk banyak mengenal teman baru ini yang akan menyulitkan kemampuan
dan menemukan hal hal baru lagi yang anak dalam mengikuti proses belajar
berada diluar lingkungan rumahnya. mengajar di Sekolah Dasar. Tuntutan
Anak akan bergaul dengan lingkungan akademis di SD untuk melakukan
sosial yang lebih luas, sehingga peranan kegiatan tulis-menulis membutuhkan
sosialnya akan semakin berkembang, ketrampilan motorik halus. Diperlukan
sehingga ketika memasuki dunia latihan untuk melemaskan jari-jari
sekolah anak tidak akan merasa misalnya dengan mewarnai, meronce,
canggung dan takut. Sebagaimana menggunting, menempel, bermain lilin
diungkapkan oleh Damayanti (2016) dsb.
bahwa kematangan pada aspek emosi Sedangkan aspek yang belum
dan sosial memungkinkan anak untuk optimal terkait dengan kemampuan
secara nyaman ‘terpisah’ dari lingkungan aspek pengamatan tajam, aspek
rumah, terutama orang tua, dan mulai penilaian terhadap situasi dan
memperluas lingkup sosial pada konteks gambar orang . Aspek yang tingkat
pertemanan, baik dengan sebaya, dan kematangannya belum optimal adalah
juga dengan orang dewasa lain, dalam hal aspek 10 yakni menggambar orang.
ini guru. Kondisi ini juga menjadi dasar Masih banyak yang belum memiliki
untuk mencapai kemandirian dalam kesadaran akan bagian tubuhnya. Hal
penyelesaian tugas. Bahkan lebih lanjut ini menunjukkan bahwa ia tidak terlatih
lagi dapat memungkinkan anak untuk untuk menggunakan bagian tubuhnya
menjadi individu yang berani tampil sehingga harus diberikan berbagai
dan mampu secara asertif menyatakan kegiatan yang melibatkan anggota
pendapat. Kematangan pada aspek tubuh agar body imagenya meningkat.
ini juga memungkinkan anak untuk Selanjutnya aspek 8 pengertian tentang
mengembangkan kepekaan dan rasa objek dan penilaian terhadap situasi
kebersamaan dengan orang lain. sosial. Perkembangan sosial-emosi
Jika dicermati aspek-aspek anak usia prasekolah ditandai dengan
yang tingkat kematangannya sudah perkembangan anak dalam mengerti
optimal adalah aspek-aspek yang perasaan dan belajar mengembangkan
terkait dengan kemampuan kognitif, hubungan interpersonal yang efektif.
yaitu pengamatan dan kemampuan Kesulitan dalam adaptasi dan sosialisasi.
membedakan, pengertian tentang besar,
jumlah dan perbandingan, pengamatan
kritis, konsentrasi, dan memahami KESIMPULAN DAN SARAN
cerita. Pada aspek motorik juga cukup Kesimpulan
baik, namun demikian kemampuan ini Dari hasil penelitian kesiapan
masih perlu peningkatakatan melihat sekolah anak prasekolah yang mengikuti
masih ada beberapa siswa yang belum seleksi penerimaan di SDIT Ukhuwah
mencapai kesiapan secara optimal. Hal Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa
38 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40
Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah Yulia Hairina

sebagian besar anak sudah siap, dari 75 munculnya permasalahan pada kelas
orang subyek, 72% dinyatakan memiliki yang makin tinggi nantinya.
kesiapan yaitu sejumlah 54 anak, 21% 3. Sekolah kiranya dapat memfasilitasi
cukup siap yaitu sejumlah 16, sedangkan orangtua dalam kegiatan parenthing
yang belum siap ada 7% yaitu sejumlah untuk lebih mengenali kebutuhan
5 anak. tumbuh kembang putra-putrinya
Aspek yang paling menonjol
tingkat kematangannya adalah aspek 4. Bagi peneliti selanjutnya untuk
pengamatan bentuk dan kemampuan melakukan penyempurnaan alat ukur
membedakan yaitu sebanyak 86% kesiapan anak bersekolah sesuai
sejumlah 65 orang anak.  Aspek yang dengan konteks budaya indonesia.
paling kurang pada tugas menggambar
orang yaitu 32 % sejumlah 24 orang DAFTAR PUSTAKA
anak. Secara kualitatif, aspek kesiapan Damayanti, A.K & Rachmawati, R. 2016.
masuk Sekolah dasar yang terkait dengan Kesiapan Anak Masuk Sekolah
aspek kognitif yaitu pengamatan dan Dasar ditinjau dari Dukungan
kemampuan membedakan, pengertian Orangtua dan Motivasi Belajar.
tentang besar, jumlah dan perbandingan,
Jurnal PSIKOVIDYA. Volume 1-
pengamatan kritis, konsentrasi, motorik
2016.
halus dan memahami cerita adalah aspek-
Destiwati, R., dan Junardi, H. 2011.
aspek yang sudah mencapai tingkat
kematangan yang dikategorikan cukup The Process of Communication in
optimal. Sedangkan aspek yang terkait Theaching and Learning Process
dengan kemampuan aspek pengamatan Between Teacher and Student.
tajam, aspek penilaian terhadap situasi Prosiding onferensi Nasional ICT-M.
dan gambar orang tingkat kesiapannya Haditono, S.R. 1986. Pengasuhan Anak
yang belum optimal. Menuju Kesiapan Masuk SD.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Saran Hurlock, Elizabeth. 1997. Psikologi
Berdasarkan hasil penelitian maka Perkembangan Suatu Pendekatan
kepada orangtua dan guru dapat
Sepanjang Rentang Kehidupan
disarankan untuk:
(terjemahan). Edisi kelima.
1. Memberikan stimulasi yang seimbang Jakarta: Erlangga.
pada berbagai aspek perkembangan Kustimah,  (2008).  Gambaran Kesiapan
anak agar kesiapan dapat optimal, Anak Masuk Sekolah Dasar
tidak hanya memberikan perhatian Dtinjau dari Hasil T est NS
dan stimulasi yang sifatnya kognitif (NijmeegseSchoolbekwaamheids
semata, tetapi aspek lain pun Test).  Bandung:  Universitas
harus diperhatikan mengingat Padjadjaran. Laporan Penelitian
perkembangan anak secara optimal
peneliti Muda (LITMUD).
hanya dapat dicapai apabila seluruh
Lewitt, E.M & Baker, L.S 1995. School
aspek perkembangan terstimulasi
Readiness. The Future of Children.
dengan baik termasuk aspek sosial
dan emosi. Vol.5, No.2, Critical Issues for
Children and Youths (Summer
2. Dengan melihat bahwa proses Autumn). 128-139. Published by:
menstimulasi anak adalah proses yang Princeton University.
berkelanjutan, maka perlu kiranya Mariyati, L.I, Affandi, G.R Tepatkah
guru terus mengoptimalkan proses Nijmeegse Schoolbekwaamheids
kesiapan sekolah anak, terutama Tes (NST) Untuk Mengukur
pada awal-awal usia mereka masuk
Kesiapan Sekolah Siswa Sekolah
SD. Hal ini dapat meminimalisir

Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40 39
Yulia Hairina Profil Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah

Dasar Awal pada Konteks Sulistiyaningsih, W. 2005. Kesiapan


Indonesia? (Analisis Empirik Bersekolah Anak Ditinjau Dari
Berdasar Teori tes Klasik). Jurnal Jenis Pendidikan Pra Sekolah Anak
Ilmiah Psikologi Terapan. Edisi dan Tingkat Pendidikan Orangtua.
Vol. 04, No.02, Agustus. Jurnal Psikologia. Volume 01 –
Marquez, H. B. 2006. School Readiness: Juni 2005
Kindergartner’s Social Development Supartini, E. (2006). Pengukuran
and Developmentally Appropriate Kesiapan Sekolah. Jurnal
Classroms. Kansas: Kansas State Pendidikan Khusus, Vol. 2 No.2.
University. Suryabrata, S. (1994). Metodologi
Mussen, P.H., Conger, J.J dan Kagan, Penelitian. Jakarta: Raja Garafindo
J. (1980) Essential of Child Persada.
Development and Personality. Boethel. 2004. Readiness: School, Family
Newyork: Haroer and Row and Community Connections.
Publisher. http://www.sedl.org/connections/
Rich, D. 2008. Pengajaran dan Bimbingan resources/readiness-synthesis.pdf.
Prasekolah Membangun Dasar Jannah, M. (2015). Menakar Kesiapan
bagi Keberhasilan di Sekolah. Anak Masuk Sekolah. [Online].
Alih Bahasa: Tri Budhi Sastrio. Tersedia: http://www.mj-ariseno.
Jakarta: PT. Indeks. blogspot.com/2015/02/menakar-
Sudjana. (1994). Metoda Statistika. kesiapan-anak-masuk-sekolah.
Bandung: Tarsito html? m=1. [30 Januari 2016].

40 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. IV No. 1, Januari-Juni 2017,27-40

Anda mungkin juga menyukai