Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Dalam penelitian ini, terdapat dua buah variabel yang ingin diteliti, yaitu Big
Five Personality, dan depresi.

3.1.1 Variabel Prediktor


Kepribadian adalah jumlah skor yang diperoleh individu atau respon
yang diberikan terhadap pernyataan-pernyataan berdasarkan alat ukur Big Five
Personality Inventory (BFI), sehingga dapat menunjukkan kepribadian dominan
yang dimiliki individu berupa kepribadian dominan Extraversion (cenderung
periang, komunikatif, antusiasme tinggi), Agreeableness (ramah, kooperatif,
mudah percaya, dan juga hangat), Conscientiousness (gemar berorganisasi,
ketekunan, dan motivasi dalam perilaku berarah tujuan), Neuroticism (bereaksi
negatif terhadap suatu peristiwa), dan Openness (imajinatif, menyenangkan,
kreatif, dan artistik).

3.1.2 Variabel Kriterian


Depresi adalah tinggi rendahnya skor yang menunjukkan keadaan
abnormal organisme yang ditandai dengan gejala-gejala seperti merasa tertekan,
tidak merasa senang, gangguan somatik dan aktivitas, hubungan interpersonal
buruk, yang diperoleh dengan dengan alat ukur Center for Epidemiologic
Studies Depression Scale (CES-D).

3.2 Subjek Penelitian dan Teknik Sampling


3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Jumlah penduduk terbanyak di Jakarta berdasarkan usia yakni sebanyak
lebih dari 7 juta penduduk dipegang oleh usia dewasa muda yaitu 18-44 tahun
(BPS, 2013). Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian ini pada jumlah
penduduk Jakarta terbanyak berdasarkan usia. Subjek yang akan dipilih dalam
penelitian ini adalah masyarakat dewasa muda yang tidak atau belum memiliki
pekerjaan, yang berdomisili di Jakarta.
Memasuki tahapan dewasa muda, bukan hanya mengenai kematangan
fisik atau mencapai umur kronologis tertentu. Pada tahapan tersebut individu
menjadi mandiri secara ekonomi dan psikologis. Dewasa muda merupakan titik
di mana individu memasuki masa dewasa yang ditentukan oleh berbagai pilihan,
termasuk dalam mencari pekerjaan untuk menyeimbangi sosial ekonomi mereka
(Arnett, 2000). Meski demikian, bagi beberapa orang telah membuktikan bahwa
peralihan ke masa dewasa kurang begitu mudah, dikarenakan meningkatnya
tanggung jawab serta kemandirian merupakan hal yang sulit dihadapi
(Schulenberg & Zarrett, 2006).
Bekerja merupakan hakikat dasar seorang dewasa muda (Blustein, 2008).
Pekerjaan akan berpengaruh pada faktor finansial, tempat tinggal, tempat
individu menghabiskan waktu, mendapatkan sahabat, dan tingkat kesehatan pada
dewasa muda (Hodson, 2009). Dewasa muda yang tidak atau belum
mendapatkan pekerjaan seringkali terkait dengan masalah keuangan (Santrock,
2011), rendahnya tingkat percaya diri (Perrucci & Perrucci, dalam Santrock,
2011; Romans, Cohen, & Forte, 2010), sistem imun kurang berfungsi (Cohen, et
al., dalam Santrock, 2011), cenderung mempunyai masalah fisik seperti serangan
jantung dan stroke, serta masalah mental seperti rentan terhadap tingkat
kecemasan tinggi dan depresi (Gallo et al., dalam Santrock 2011).
Karakteristik subjek yang akan dijadikan sampel penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Berdomisili di Jakarta.
2. Berusia dewasa muda (18-44 tahun).
3. Tidak atau belum memiliki pekerjaan.

3.2.2 Teknik Sampling


Teknik sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel dari populasi
(Nazir, 2005). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non-probability sampling. Teknik non-probability sampling adalah
jumlah populasi tidak diketahui secara pasti, sampel tidak memiliki kesempatan
yang sama dan pengambilan sampel berdasarkan faktor kebetulan atau
kemudahan (Gravetter & Forzano, 2012). Dalam teknik non-probability
sampling, peneliti memilih teknik accidental sampling. Teknik accidental
samping adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel didapatakan dengan
cara menyeleksi individu yang mudah didapat atas dasar kesediaan partisipan
untuk menjadi sampel (Gravetter & Forzano, 2012).

3.3 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian korelasional
prediktif (predictive correlational). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
antara variabel dan predictive yang dapat memprediksi hubungan antar variabel
(Gravetter, 2012). Penelitian ini bersifat non eksperimental, atau tidak dilakukan
manipulasi pada variabel maupun pada sampel penelitian. Pada penelitian ini, peneliti
ingin melihat peran variabel prediktor yaitu Big Five Personality dengan variabel
kriterian yaitu depresi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.
Kuantitatif adalah suatu karakteristik dari suatu variabel yang nilai-nilainya dinyatakan
dalam bentuk numerical atau angka (Sugiyono, 2013:13). Data kuantitatif diperoleh
dengan memberikan tes kepribadian Big Five Inventory-10 (BFI), dan tes depresi
Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D).

3.4 Alat Ukur Penelitian


3.4.1 Alat Ukur
3.4.1.1 Alat Ukur Kepribadian
Alat ukur kepribadian yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan sebuah alat ukur yang berasal dari teori kepribadian menurut
Costa & McCrae, yaitu teori yang sering disebut dengan istilah The Big
Five Personality Traits. Dalam teori kepribadian tersebut, terdapat lima
dimensi yang menentukan kepribadian seorang individu. Kelima dimensi
tersebut adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,
Neuroticism, dan Openness.
Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah dilakukan, dalam
penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan alat ukur berupa
alat tes kepribadian yang telah ada. Alat tes kepribadian yang dipilih
yaitu BFI (Big Five Inventory). BFI merupakan alat tes kepribadian
dalam bentuk objective atau inventory (alat tes dengan format terstruktur
dan terdapat soal serta pilihan jawaban).
BFI diadaptasi dari Rammstedt, B. & John, O. P. (2007). Sesuai
dengan namanya, alat ukur ini memiliki 10 item yang masing-masing
item mewakili tipe kepribadian The Big Five Personality Traits. Alat
ukur ini merupakan versi pendek dari Big Five Inventory di Inggris dan
Jerman. Kelebihan dari BFI adalah responden hanya membutuhkan
waktu yang singkat (kurang lebih satu menit) untuk mengerjakan, serta
sangat mudah untuk membuat skoring (penilaian hasil tes).
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Rammstedt & John (2007), mereka memberi saran agar menambahkan
item ketiga untuk dimensi Agreeableness, yaitu ‘perhatian dan baik
kepada hampir semua orang’. Hal tersebut disarankan agar meningkatkan
validitas.
Skala yang digunakan dalam BFI ini adalah skala Likert. Skala
tersebut memiliki lima pilihan jawaban pada tiap item. Skala Likert
termasuk dalam skala Interval, dimana pada tiap-tiap jawaban memiliki
selisih atau jarak yang sama besarnya. Responden diminta untuk memilih
satu jawaban dari kelima pilihan tersebut. Dimulai dari pilihan jawaban
“Sangat Tidak Setuju” dengan skor 1, “Tidak Setuju” dengan skor 2,
“Netral” dengan skor 3, “Setuju” dengan skor 4, hingga “Sangat Setuju”
dengan skor 5.

Tabel 3.1 Dimensi The Big Five Personality Traits


No. Dimensi Nomor Item
1. Extraversion 1R, 5
2. Agreeableness 2, 7R, 11
3. Conscientiousness 3R, 8
4. Neuroticism 4R, 9
5. Opennes to Experience 5R, 10
*R = skor terbalik.

3.4.2.2 Alat Ukur Depresi


Alat ukur depresi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang
didesain oleh Radloff pada tahun 1977. CES-D berfungsi untuk
mengidentifikasi gejala-gejala depresi pada seseorang. Alat tes ini terdiri
dari 20 item dan dikerjakan dalam waktu kurang lebih 5 menit. CES-D
merupakan alat tes depresi dalam bentuk objective atau inventory (alat
tes dengan format terstruktur dan terdapat soal serta pilihan jawaban).
Penilaian identifikasi gejala depresi diukur berdasarkan pada hal
yang dialami responden dalam jangka waktu seminggu terakhir.
Penilaian berdasarkan pada 20 item dan total skor yang akan didapat
adalah 0 hingga 60.
Skala yang dipakai dalam alat ukur CES-D adalah skala Likert, di
mana pada skala tersebut memiliki lima pilihan jawaban pada tiap item.
Responden diminta untuk memilih satu jawaban dari kelima pilihan
tersebut. Dimulai dari pilihan jawaban “Tidak Pernah” dengan skor 0,
“Hampir Tidak Pernah, Tapi Terkadang Muncul” dengan skor 1,
“Beberapa Kali” dengan skor 2, “Sering” dengan skor 3 (Antony &
Barlow, 2010).
Pada alat ukur CES-D terdapat 4 faktor struktur di dalamnya,
yaitu Depressed Affect, Positive Affect, Somatic & Retarded Activity, dan
Interpersonal (Antony & Barlow, 2010). Pada dimensi Positive Affect
merupakan item yang non-favorable atau diskor dengan kebalikannya.

Tabel 3.2 Dimensi Depresi


No. Dimensi Nomor Item
1 Depressed Affect 3, 6, 9, 10, 14, 17, 18
2 Positive Affect (Reverse) 4, 8, 12, 16
3 Somatic & Retarded Activity 1, 2, 5, 7, 11, 13, 20
4 Interpersonal 15, 19
3.4.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes
atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tes tersebut berhasil menjalankan fungsi ukurnya (Djaali & Muljono, 2007).
Pada penelitian ini, uji validitas alat ukur tipe kepribadian The Big Five
Personality Traits dan depresi akan dilakukan dengan menggunakan content
validity dan face validity. Untuk mendukung uji validitas, peneliti melakukan
expert judgement oleh yang ahli di bidangnya untuk melakukan content validity,
yaitu dengan memperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan
analisis rasional (Kerlinger, 1990). Expert judgement dilakukan oleh dosen
Psikologi, yaitu Pingkan Cynthia B. Rumondor S.Psi., M.Psi dan Esther Widhi
Andangsari M.Psi., Psi. Uji validitas selanjutnya adalah face validity, yaitu
dengan menganalisis validitas melalui penampilan luar alat ukur tersebut, hal
tersebut dapat tercapai dengan cara melakukan wawancara kepada beberapa
sample mengenai pendapat mereka akan alat ukur tersebut. Uji validitas pada
masing-masing item dilakukan dengan metode Corrected Item-Total
Correlation, yaitu merupakan korelasi antara skor item dengan skor total yang
merupakan hasil dari uji validitas instrumen (Nisfiannoor, 2009). Berdasarkan
hasil rangkuman dari Prof. Dali S. Naga (dalam Nisfioannoor, 2009), 0.2 adalah
patokan terendah yang menyatakan bahwa item telah valid.
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Hal tersebut dapat dibuktikan jika dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
memperoleh hasil yang relatif sama (Djaali & Muljono, 2007). Pada penelitian
ini, alat ukur tipe kepribadian dilakukan uji reliabilitas dengan cara coefficient of
stability, adalah pengukuran konsistensi pada tes dalam satu waktu dengan tes di
lain waktu, dengan cara mengkorelasikan skor responden antara tes pertama dan
tes kedua yang biasa disebut dengan test-retest (Aiken & Marnat, 2006), hal
tersebut dikarenakan jumlah item pada alat ukur hanya 11, dimana satu tipe
kepribadian hanya diwakilkan oleh 2 hingga 3 item, sehingga tidak dapat diukur
dengan cronbach alpha. Sedangkan untuk alat ukur depresi dilakukan uji
reliabilitas dengan cara internal consistency yang merupakan indikasi
homogenitas item dalam menilai karakteristik kualitas yang sama dan
melakukan uji statistik dengan cronbach alpha. Untuk menentukan apakah
instrumen reliabel atau tidak, menurut Sekaran (1992) reliabilitas kurang dari
0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik.

3.4.2.1 Validitas Item Alat Ukur Big Five Personality Inventory


Alat ukur Big Five Personality Inventory pada awalnya berjumlah
10 item. Namun jika mengikuti saran dari penelitian sebelumnya yang
menambahkan 1 item untuk tipe kepribadian Agreeableness, maka indeks
korelasi dimensi tersebut bertambah.

Tabel 3.3 Validitas Item Extraversion


Item Validitas
1R 0.723
5 0.762
Sumber: Data Olahan Peneliti

Item untuk kepribadian dominan Extraversion yaitu item 1


(reverse) yang berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang
pendiam’, dan item 5 yang berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai
seseorang yang hanya sedikit minat pada keindahan seni’. Dapat
disimpulkan bahwa validitas item 1R lebih besar dari 0.2 (0.723 > 0.2)
maka item 1R memiliki korelasi yang baik. Validitas untuk item 5 lebih
besar dari 0.2 (0.762 > 0.2) maka item 5 memiliki korelasi yang baik
pula. Sehingga tidak ada item untuk Extraversion yang dihapus.

Tabel 3.4 Validitas Item Agreeableness


Item Validitas
2 0.631
7R 0.613
11 0.579
Sumber: Data Olahan Peneliti
Item untuk kepribadian dominan Agreeableness yaitu item 2 yang
berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang secara umum
mudah percaya’, item 7 (reverse) yang berbunyi ‘saya melihat diri saya
sebagai seseorang yang cenderung mencari kesalahan orang lain’, dan
item 11 yaitu ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang perhatian &
baik hamper kepada semua orang’. Dapat disimpulkan bahwa validitas
item 2 lebih besar dari 0.2 (0.631 > 0.2) maka item 2 memiliki korelasi
yang baik. Validitas untuk item 7R lebih besar dari 0.2 (0.613 > 0.2)
maka item 7R memiliki korelasi yang baik pula. Selanjutnya untuk
validitas item 11 lebih besar dari 0.2 (0.579 > 0.2) maka item 11
memiliki korelasi yang baik. Sehingga tidak ada item untuk
Agreeableness yang dihapus.

Tabel 3.5 Validitas Item Conscientiousness

Item Validitas
3R 0.846
8 0.782
Sumber: Data Olahan Peneliti

Item untuk kepribadian dominan Conscientiousness yaitu item 3


(reverse) yang berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang
cenderung pemalas’, dan item 8 yaitu ‘saya melihat diri saya sebagai
seseorang yang melakukan pekerjaan secara teliti’. Dapat disimpulkan
bahwa validitas item 3R lebih besar dari 0.2 (0.846 > 0.2) maka item 3R
memiliki korelasi yang baik. Validitas untuk item 8 lebih besar dari 0.2
(0.782 > 0.2) maka item 8 memiliki korelasi yang baik pula. Sehingga
tidak ada item Conscientiousness yang dihapus.

Tabel 3.6 Validitas Item Neuroticism


Item Validitas
4R 0.829
9 0.839
Sumber: Data Olahan Peneliti
Item untuk kepribadian dominan Neuroticism yaitu item 4
(reverse) yang berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang
rileks, dapat menangani stres dengan baik’, dan item 9 yaitu ‘saya
melihat diri saya sebagai seseorang yang mudah merasa cemas’. Dapat
disimpulkan bahwa validitas item 4R lebih besar dari 0.2 (0.829 > 0.2)
maka item 4R memiliki korelasi yang baik. Validitas untuk item 9 lebih
besar dari 0.2 (0.839 > 0.2) maka item 9 memiliki korelasi yang baik
pula.

Tabel 3.7 Validitas Item Openness


Item Validitas
5R 0.830
10 0.734
Sumber: Data Olahan Peneliti

Item untuk kepribadian dominan Openness yaitu item 5 (reverse)


yang berbunyi ‘saya melihat diri saya sebagai seseorang yang hanya
sedikit minat pada keindahan seni’, dan item 10 yaitu ‘saya melihat diri
saya sebagai seseorang yang memiliki imajinasi yang aktif’. Dapat
disimpulkan bahwa validitas item 5R lebih besar dari 0.2 (0.830 > 0.2)
maka item 5R memiliki korelasi yang baik. Validitas untuk item 10 lebih
besar dari 0.2 (0.734 > 0.2) maka item 10 memiliki korelasi yang baik
pula.

3.4.2.2 Validitas Item Alat Ukur Depresi

Tabel 3.8 Validitas Item Alat Ukur Depresi


Item Validitas Item Validitas
1 0.412 11 0.460
2 0.449 12 0.438
3 0.720 13 0.456
4 0.029 (dihapus) 14 0.730
5 0.528 15 0.588
6 0.725 16 0.430
7 -0.087(dihapus) 17 0.498
8 0.420 18 0.694
9 0.716 19 0.636
10 0.721 20 0.689
Sumber: Data Olahan Peneliti

Alat ukur depresi pada awalnya memiliki jumlah item sebanyak


20 butir. Namun karena item nomor 4 memiliki validitas < 0.2 (0.029 <
0.2) dan item nomor 7 memiliki validitas < 0.2 (-0.087 < 0.2) maka item-
item tersebut secara sengaja dihapuskan.

3.4.2.3 Reliabilitas Alat Ukur Big Five Personality Inventory


Setelah dilakukan test dan retest terhadap 51 responden pilot
study, dihasilkan reliabilitas dengan cara melakukan korelasi antara tes
pertama dan tes kedua (test-retest) pada responden. Penelitian
sebelumnya menggunakan jarak waktu antara tes pertama dan tes kedua
adalah 6 hingga 8 minggu. Namun dalam penelitian ini jarak waktu
antara tes pertama dan tes kedua adalah sekitar 2 hingga 3 minggu saja.
Hal tersebut dikarenakan reliabilitas akan cenderung tinggi apabila jarak
antara tes pertama dan tes kedua dalam jangka waktu yang singkat
(beberapa hari atau beberapa minggu), dan sebaliknya, reliabilitas akan
cenderung rendah apabila jarak antara tes pertama dan tes kedua dalam
jangka waktu yang lama (beberapa bulan atau beberapa tahun) (Aiken &
Marnat, 2006).

Tabel 3.9 Reliabilitas Extraversion

Correlations
Skor Total Skor Total
Extraversion 1 Extraversion 2
Skor Total Pearson Correlation 1 .899**
Extraversion 1 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**
Skor Total Pearson Correlation .899 1
Extraversion 2 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
Sumber: Data Olahan Peneliti
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil hubungan antara
skor test dan retest untuk Extraversion kepada 51 responden pilot study
adalah sebesar > 0.6 (0.899 > 0.6) yang berarti terjadi konsistensi antara
test dan retest, serta mempunyai reliabilitas yang baik.

Tabel 3.10 Reliabilitas Agreeableness

Correlations
Skor Total Skor Total
Agreeableness 1 Agreeableness 2
Skor Total Pearson Correlation 1 .681**
Agreeableness 1 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**
Skor Total Pearson Correlation .681 1
Agreeableness 2 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
Sumber: Data Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil hubungan antara


skor test dan retest untuk Agreeableness kepada 51 responden pilot study
adalah sebesar > 0.6 (0.681 > 0.6) yang berarti terjadi konsistensi antara
test dan retest, serta mempunyai reliabilitas yang dapat diterima.

Tabel 3.11 Reliabilitas Conscientiousness

Correlations
Skor Total Skor Total
Conscientiousness 1 Conscientiousness 2
Skor Total Pearson Correlation 1 .751**
Conscientiousness 1 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**
Skor Total Pearson Correlation .751 1
Conscientiousness 2 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
Sumber: Data Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil hubungan antara


skor test dan retest untuk Conscientiousness kepada 51 responden pilot
study adalah sebesar > 0.6 (0.751 > 0.6) yang berarti terjadi konsistensi
antara test dan retest, serta mempunyai reliabilitas yang dapat diterima.

Tabel 3.12 Reliabilitas Neuroticism

Correlations
Skor Total Skor Total
Neuroticism1 Neuroticism2
Skor Total Pearson Correlation 1 .793**
Neuroticism 1 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**
Skor Total Pearson Correlation .793 1
Neuroticism 2 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
Sumber: Olahan Data Peneliti

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil hubungan antara


skor test dan retest untuk Neuroticism kepada 51 responden pilot study
adalah sebesar > 0.6 (0.793 > 0.6) yang berarti terjadi konsistensi antara
test dan retest, serta mempunyai reliabilitas yang dapat diterima.

Tabel 3.13 Reliabilitas Openness

Correlations
Skor Total Skor Total
Openness1 Openness2
Skor Total Pearson Correlation 1 .725**
Openness1 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**
Skor Total Pearson Correlation .725 1
Openness2 Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
Sumber: Olahan Data Peneliti

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil hubungan antara


skor test dan retest untuk Neuroticism kepada 51 responden pilot study
adalah sebesar > 0.6 (0.725 > 0.6) yang berarti terjadi konsistensi antara
test dan retest, serta mempunyai reliabilitas yang dapat diterima.
3.4.2.4 Reliabilitas Alat Ukur Depresi

Tabel 3.14 Reliabilitas Depresi

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha N of Items


Based on
Standardized Items
.882 .880 18
Sumber: Olahan Data Peneliti

Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha


sebesar 0.882 > 0.6 yang berarti alat ukur depresi mempunyai reliabilitas
yang baik.

3.5 Teknik Pengolahan Data


3.5.1 Prosedur Penelitian
Langkah pertama peneliti adalah menentukan topik dan judul penelitian
dengan berdasarkan pada fenomena-fenomena yang terjadi di Jakarta. Kemudian
peneliti melakukan studi literatur yang sesuai dengan topik penelitian sebagai
landasan dan acuan dalam pembuatan penelitian ini. Studi literatur dilakukan
dengan cara mencari sumber dari buku, e-book, jurnal, data fakta dari internet,
artikel, dan berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.
Setelah studi literatur dilakukan, peneliti membuat metodologi penelitian
yang terdiri atas menentukan alat ukur yang digunakan, serta pengumpulan
sampel untuk dilakukan pilot study. Kedua alat ukur yang digunakan oleh
peneliti adalah berdasarkan adaptasi, yakni Big Five Personality Inventory (BFI)
yang diadaptasi oleh Rammstedt, B. & John, O. P (2007) untuk alat ukur
kepribadian, dan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D)
yang didesain oleh Radloff (1977).
Kemudian peneliti melakukan expert judgement dengan dua dosen
Psikologi yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, hal tersebut
bertujuan untuk menguji kelayakan dan content validity dari masing-masing alat
ukur tersebut. Setelah melakukan uji validitas alat ukur dengan expert
judgement, peneliti kemudian akan melakukan face validity kepada beberapa
sampel untuk mendukung tingkat validitas ketiga alat ukur tersebut.
Setelah itu peneliti akan melakukan pilot study pada dewasa muda yang
tidak atau belum bekerja dengan tujuan menguji validitas dan reliabilitas dari
ketiga alat ukur yang digunakan.

3.5.2 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data pada penelitian ini akan diawali dengan
memasukan dan menjumlah seluruh skor dari respon jawaban partisipan pada
setiap alat ukur dengan menggunakan software Microsoft Excel. Setelah itu uji
analisis data akan menggunakan software Statistical Package for Social Science
(SPSS). Data dalam SPSS akan diolah dalam beberapa uji asumsi dasar pada
model analisis regresi linear berganda.
Regresi adalah sebuah teknik yang dapat melihat bagaimana variabel
kriterian (terikat) dapat diprediksi melalui variabel prediktor (bebas) (Sugiyono,
2006). Dalam hal ini, tujuannya bukan bermaksud untuk membuat sebuah
prediksi yang sempurna, namun dengan informasi pada variabel bebas
bermaksud membuat prediksi nilai variabel terikat dengan error sekecil-kecilnya
(Sumanto, 2014).
Pada penelitian ini menggunakan regresi berganda, hal tersebut
dikarenakan dalam setiap individu terdapat kelima kepribadian, namun memang
terdapat kepribadian yang dominan pada setiap individu, oleh sebab itu tidak
dapat dilakukan regresi secara sendiri-sendiri, namun dilakukan regresi secara
bersama-sama terhadap depresi. Analisis regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen dengan satu variabel dependen (Priyatno, 2014).
Sumanto (2014) menyatakan bahwa dalam regresi, variabel yang
digunakan untuk memprediksi disebut Prediktor. Sedangkan variabel yang
diprediksi disebut Kriterian. Persamaan yang menyatakan hubungan antara
variabel Prediktor dan Kriterian disebut dengan persamaan regresi.
Pengujian asumsi klasik merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik
yang harus dipenuhi pada analisis linear berganda yang berbasis ordinary least
square (OLS). Berikut adalah beberapa uji asumsi klasik yang dapat mendukung
penelitian ini:
a. Uji Asumsi Klasik Normalitas Residual
Pada uji ini dilakukan untuk menguji data variabel prediktor (X) dan
variabel kriterian (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal, jika titik-
titik menyebar sekitar garis mengikuti garis diagonal. Metode pengujian
ini akan menggunakan uji normal probability-plot yaitu membandingkan
data asli dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara
kumulatif.
b. Uji Asumsi Klasik Multikolieritas
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik multikolinearitas yaitu ditandai dengan adanya hubungan
linear antar variabel independen dalam model regresi. Metode regresi
yang baik adalah ketika tidak ada korelasi sempurna antar variabel
independen. Metode pengujian ini akan dilakukan dengan melihat nilai R
Square dan inflation factor (VIF) pada model regresi.
c. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
Pada uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu ditandai dengan adanya
korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan lain pada
model regresi. Metode regresi yang baik adalah seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Metode pengujian ini menggunakan Durbin-Watson (DW).
DW adalah sebuah tes yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi residual (prediction errors) dari sebuah analisis regresi.
d. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Metode
regresi yang baik adalah ketika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji asumsi dasar yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas
adalah usaha untuk menentukan apakah data variabel yang kita
terdistribusi normal atau tidak. Ada beragam cara menguji normalitas,
namun uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah Kolmogorov-
Smirnov Test.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka dapat dilakukan analisis
regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai