Anda di halaman 1dari 44

RAHASIA

KASUS INDIVIDU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


DI SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi


Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing
Dr. Wisjnu Martani SU

Disusun oleh :
Erlyani Fachrosi
13/356716/PPS/2816

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


BIDANG PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
RAHASIA
RAHASIA
RAHASIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang
Pendidikan Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan


dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian
laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan


Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan
selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.
2. Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas
masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Ibu Dra. Retno Suhapti, SU., MA., Psi., selaku dosen internal yang telah
memberikan masukan saat penerjunan ke SMP.
4. Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih
sayang setiap saat
5. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X,
khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SMP
Negeri 1 Yogyakarta, kepada Bapak Kepala Sekolah Tyas Ismullah, S.Pd., atas
izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SMP ini, kepada
ibu Dra. Tri Sakti selaku Supervisor Lapangan dan guru Bimbingan Konseling
kelas VII yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan
PKPP, serta guru-guru di sekolah yang telah mendampingi klien .

i
RAHASIA

Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada klien dan
keluarga yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini. Akhir kata,
penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk
dunia pendidikan.

Yogyakarta, Juli 2015

Penulis

Erlyani Fachrosi, S.Psi

ii
RAHASIA

DAFTAR ISI

I. IDENTITAS ........................................................................................... 1
A. Identitas Klien ................................................................................... 1
B. Identitas Keluarga .............................................................................. 1
II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN .................. 1
III. ASESMEN .............................................................................................. 2
A. Tujuan Asesmen ................................................................................ 2
B. Prosedur Asesmen ............................................................................. 2
C. Hasil Asesmen ................................................................................... 3
1. Hasil Observasi ............................................................................ 3
2. Hasil Wawancara ......................................................................... 5
3. Tes Psikologi ............................................................................... 10
4. Dokumentasi ............................................................................... 11
D. Integrasi Data..................................................................................... 12
IV. DINAMIKA PSIKOLOGI .................................................................... 13
A. Riwayat Kasus ................................................................................... 13
B. Dinamika Kasus ................................................................................ 14
C. Penegakan Diagnosa .......................................................................... 18
D. Prognosis ........................................................................................... 19
V. INTERVENSI ....................................................................................... 19
A. Tujuan Intervensi .............................................................................. 19
B. Rancangan Intervensi ............................................................. 19
1. Penetapan baseline ...................................................................... 19
2. Evidence Based ............................................................................ 20
3. Prosedur Intervensi ..................................................................... 22
C. Pelaksanaan Intervensi ..................................................................... 24
D. Hasil Intervensi ................................................................................. 33
1. Perubahan ABC .......................................................................... 33
2. Perubahan perilaku ...................................................................... 33
3. Perubahan pada diri target intervensi ......................................... 34

iii
RAHASIA

E. Evaluasi Pelaksanaan Program ......................................................... 35


VI. REKOMENDASI ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36

iv
RAHASIA

I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
Nama : TPAM
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan kelahiran : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Status : Anak kandung
Agama :Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Kelas : VII - C
B. Identitas Keluarga
Tabel 1. Identitas Keluarga Klien
Keterangan Ibu Kakak
Nama S CA
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Usia 46 tahun 17 tahun
Agama Islam Islam
Suku Jawa Jawa
Pendidikan SMK SMA
Pekerjaan Buruh cuci Pelajar
Alamat Gondokusuman Tangerang

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN


Keluhan datang dari guru Bimbingan Konseling (BK) menyatakan bahwa
klien sering membolos untuk bermain game online. Klien juga termasuk siswa
yang tidak naik kelas akibat tujuh mata pelajaran tidak tuntas karena di bawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Klien termasuk siswa dari jalur Keluarga
Menuju Sejahtera (KMS) yang mendapatkan kesempatan sekolah di SMP ini.
Klien kerap membolos dengan alasan tidak ada yang mengantarnya ke sekolah. Di
rumah, klien hanya tinggal bersama dengan ibunya yang juga sekaligus penafkah
utama bagi klien.
Tujuan dari pendampingan ini adalah:

1
RAHASIA

1. Mengidentifikasi permasalahan klien untuk mengetahui faktor utama yang


menyebabkan perilaku membolos dan prestasi yang rendah.
2. Merancang program pendampingan dan melakukan intervensi terhadap
permasalahan yang dihadapi klien.

III. ASESMEN
A. Tujuan Asesmen
Tujuan dari asesmen yang dilakukan adalah mendapatkan data yang akurat
untuk menegakkan diagnosa dan menyimpulkan permasalahan yang dihadapi
klien.
B. Prosedur Asesmen
Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
No Aspek yang Diases Metode Sasaran Pelaksanaan Tempat
1 Kognitif
Prestasi akademik Dokumentasi Klien 26 Agustus Sekolah
Rapor 2014
Gambaran prestasi Wawancara Walikelas 3 September Sekolah
akademik tidak terstruktur
VII 2013- 2014
2014
Potensi intelektual Tes psikologi: Klien 22 September Kampus
WISC & CFIT 17 Oktober Psikologi
2014 UGM
2. Emosi
Gambaran emosi dan Wawancara Guru BK, 13, 15 Sekolah,
motivasi belajar klien tidak terstruktur orang tua, Agustus 2014 McD
wali kelas,
klien
Wawancara Klien 27 September Ruang BK
semi terstruktur 2014
Gambaran emosi dan Tes Psikologi: Klien 22 September Psikologi
motivasi klien Grafis 2014 UGM
3. Sosial
Interaksi sosial klien Wawancara Teman, 4 September Sekolah
dengan teman tidak terstruktur klien, wali 2014
kelas
Observasi event Klien dan 2 September Kantin
sampling teman 2014 sekolah
(anecdotal
record)

2
RAHASIA

4. Perilaku
Frekuensi, dan Wawancara tak Walikelas, 20 Agustus, 3, Sekolah,
konsekuensi perilaku terstruktur guru BK, 16 September Rumah
membolos Ibu 2014
Pola perilaku belajar Wawancara Teman, 2,3,4 Sekolah
klien selama di tidak terstruktur walikelas September
sekolah 2014
Pola perilaku belajar Wawancara Klien 6,8, rumah
klien di rumah tidak terstruktur Ibu September
2,6 Oktober
2014
Pengamatan perilaku Observasi event Klien, guru 18 Agustus Kelas VIIC
belajar klien selama sampling 2014
di kelas IPA (anecdoctal
record)
5. Fisik
Pengamatan kondisi Observasi Klien 23 Agustus Sekolah
fisik klien 2014
Pengamatan kondisi Obeservasi Rumah 15,16 Rumah
rumah klien unobstrusive klien September klien
2014
6. Gambaran Dokumentasi: Klien 16 Agustus
Sekolah
permasalahan yang Daftar Cek 2014
klien hadapi dan Masalah (DCM)
penyebab klien Wawancara Wali kelas 3, 6, 8, dan 9 Sekolah,
tinggal kelas tidak terstruktur guru BK, September Rumah
orang tua, 2013
dan klien

C. Hasil Asesmen
1. Hasil Observasi
a. Observasi Fisik
Klien memiliki perawakan tubuh kecil dan berkulit sawo matang. Tinggi
badan klien hampir sama dengan siswa-siswa di kelasnya. Penampilan klien
terlihat mencolok jika dibandingkan dengan teman-temannya, hal ini
dikarenakan pakaian klien yang mulai menguning dibandingkan teman-teman
di kelasnya yang menggunakan baju baru sebagai pertanda awal semester
baru. Barang-barang yang dipakai klien juga berbeda, hal ini terlihat dari tas
dan sepatu yang digunakan yang sudah mulai rusak.

3
RAHASIA

b. Observasi rumah klien


Klien yang tinggal di kawasan keluarga dengan label KMS (Keluarga
Menuju Sehat). Rumah klien berdekatan dengan rumah-rumah tetangganya.
Rumah klien yang berukuran satu petak tersebut berisikan satu ruangan serba
guna, satu kamar tidur dan kamar mandi. Ruangan serba guna tersebut dibagi
menjadi dua, satu ruangan televisi yang juga merangkap menjadi ruangan
tidur dan ruangan kerja ibunya yang berisi mesin cuci dan perlengkapan
menyetrika ibunya. Ruangan sebelahnya sebagai dapur untuk keperluan
makan sehari-hari.
c. Observasi Pelajaran IPA
Saat guru menjelaskan klien cenderung memandangi buku ataupun
memainkan alat tulis di atas mejanya. Mayoritas teman-temannya sedang
mencatat apa yang sedang guru jelaskan, sedangkan klien cenderung
bermalas-malasan tanpa antusias mendengarkan. Saat siswa mulai
mengelompok untuk melihat beberapa alat peraga yang ditunjukkan guru.
Klien tidak ikut bergabung dengan kelompok untuk melihat atau mencoba alat
peraga tersebut. Klien tidak ikut aktif bertanya kepada guru mengenai alat
peraga tersebut seperti teman lainnya. Klien hanya duduk di kursinya sembari
memandangi dan memainkan pensilnya. Guru memberikan tugas, teman lain
mulai mencatat sedangkan klien masih memandangi dan memainkan pensil.
Ketika teman-temannya mulai bergegas mengemasi buku bersiap untuk
pulang, barulah klien mulai mencatat tugas yang diberikan guru.
d. Observasi di kantin sekolah
Setelah bel pulang sekolah, klien keluar dan memilih bergabung bersama
anak lain yang juga tinggal kelas dengannya. Klien cenderung menghindari
bergabung dengan anak-anak dari kelasnya. Klien memilih ikut dengan teman
yang juga tinggal kelas dan bergabung dengan anak kelas VIII yang berada di
kantin sekolah yang dekat dengan kelas VIII dan IX. Saat di kelompok, klien
cenderung pasif saat berinteraksi dengan teman-temannya. Klien cenderung
menjadi penonton dibandingkan menjadi bagian dari kelompok tersebut. Hal
ini didukung dengan perilaku klien yang tidak mengikuti teman di kelompok

4
RAHASIA

tersebut ketika meminta makanan anak lain yang menghampiri kelompok


tersebut.
e. Kesimpulan Hasil Observasi
Klien kurang antusias belajar di sekolah maupun di rumah. Di sekolah
klien kurang termotivasi memperhatikan pelajaran dan kurangnya rasa ingin
tahu klien untuk mencari informasi di kelas seperti bertanya kepada guru atau
teman. Sedangkan kondisi rumah klien kurang kondusif untuk klien belajar.
Klien kurang mampu beradaptasi dengan teman di kelasnya, klien cenderung
memilih teman dari kelas atas atau bersama teman yang juga tinggal kelas.
2. Hasil Wawancara
a. Wawancara klien
Penyebab tinggal kelas adalah perilaku membolos dan beberapa nilai yang
tidak tuntas sesuai KKM. Kebiasaan klien membolos di sekolah dikarenakan
alasan tidak ada yang mengantar, sudah terlambat hadir, ataupun karena belum
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Ketakutan ini muncul dikarenakan
klien merasa takut karena dipermalukan guru di depan kelas. Hal ini membuat
klien memilih tidak masuk sekolah dan bermain game online kesukaannya di
warung internet (warnet).
Kegiatan sehari-hari klien selain diisi dengan aktivitas di sekolah, klien
banyak menghabiskan waktunya untuk bermain. Setelah pulang sekolah klien
tidak langsung pulang ke rumah, melainkan bermain dengan teman di sekolah
atau ikut berkumpul di tempat tertentu. Klien mengaku jarang belajar di rumah
maupun mengerjakan tugas dari guru. Saat belajar di rumah ibu hanya
menunggui klien yang sedang belajar. Jika tidak paham materi klien tidak bisa
bertanya kepada ibu karena tidak paham. Klien merasa malu jika harus
bertanya kepada kakak sepupu yang dekat dengan rumahnya.
Klien merasa dirinya sendiri tidak mampu untuk berprestasi baik, karena
sulit untuk menghapal. Klien merasa nilai-nilai yang didapatkan sekarang ini
akibat kurangnya sarana seperti buku cetak. Sehingga klien menilai
ketidakmampuan mendapat nilai bagus dikarenakan sumber bacaan klien
hanya LKS saja. Klien kerap membandingkan kondisi dirinya dengan kondisi

5
RAHASIA

teman-temannya. Klien menilai kondisi temannya lebih beruntunng


dibandingkan kondisinya. Tujuan klien untuk sekolah lebih dikarenakan
paksaan ibu klien walaupun klien ingin mencontoh kakaknya yang tamat dari
SMP dan melanjut ke SMK. Klien tetap merasa optimis akan mampu naik
kelas untuk semester berikutnya.
Klien mengaku tidak memiliki jadwal belajar tetap. Hal ini dikarenakan
klien merasa tidak bisa belajar ketika di rumah. Klien lebih memprioritaskan
bermain game daripada belajar. Persiapan klien untuk tes hanya bermodalkan
apa yang sudah dipelajari di kelas dan tidak diulangi ketika di rumah. Klien
menggunakan alasan mengerjakan tugas untuk pergi ke warnet. Klien jarang
sekali bertanya atau berdiskusi dengan orang lain mengenai kesulitannya
dalam belajar.
Klien lebih suka menghabiskan waktu di warnet. Klien merasa kurang
termotivasi untuk belajar di rumah dan lebih sering ke luar rumah. Hal ini
terkadang membuat ibunya marah dan menyuruhnya untuk belajar. Klien bisa
menghabiskan waktu sampai 18 jam di warnet selama seminggu untuk
bermain game. Ibu pernah meminta klien untuk mengurangi aktivitas main
game, namun klien merasa sulit mengontrol karena berusaha mengejar level
tertinggi. Demi kepuasannya bermain game online di warnet, klien mampu
menghemat uang jajannya yang seadanya sampai tidak pernah jajan di
sekolah.
Klien merasa sulit bersosialisasi dengan kelas yang baru ini. Klien merasa
teman-temannya jahil, tidak “nyambung” ketika berbicara hobi game online-
nya. Saat harus membuat kelompok di kelas, klien sering kali tidak
mendapatkan kelompok. Oleh karena itu, klien lebih suka jika guru yang
memilihkan kelompoknya. Selama jam istirahat klien tidak pernah bermain
dengan teman sekelasnya, cenderung bermain dengan anak di kelas VIII dan
IX yang memiliki hobi terhadap “game dota”.

6
RAHASIA

b. Wawancara ibu klien


Klien termasuk anak yang pendiam, namun ketika diberi nasihat klien
cenderung tidak melakukannya. Ibu sering dikunjungi oleh guru BK maupun
wali kelas akibat kebiasaan klien membolos. Klien selalu pergi dengan
pakaian sekolah lengkap namun kenyataan berada di warnet. Ibu sampai
meminta pamannya untuk mengantarkan klien setiap pagi ke sekolah.
Kesibukan ibu terhadap pekerjaan menyebabkan kesulitan untuk
memperhatikan frekuensi belajar klien. Ibu melihat klien jarang sekali berada
di rumah untuk belajar, jika sedang di rumah klien lebih menghabiskan waktu
untuk menonton televisi atau tidur. Klien sering pulang sekitar jam 11-12
malam. Jika ibu sudah selesai bekerja, ibu menjemput klien di warnet untuk
memintanya pulang. Akibat keterbatasan pengetahuan dan fasilitas tentang
teknologi, tak jarang ibu mendiamkan klien dengan aktivitasnya.
Tanggapan ibu terhadap aktivitas bermain klien dengan sesekali
menasihati dan mengingatkan mengenai kondisi keluarga mereka. Respon
klien hanya diam namun kembali mengulangi hal yang sama. Ibu juga tetap
memberikan uang jajan setiap hari sekitar Rp 3000-5000, walaupun tahu
terkadang digunakan klien untuk bermain game online di warnet yang berada
di dekat rumah mereka.
c. Wawancara guru BK 2013/2014
Sebagai siswa KMS klien memiliki nilai UN SD 25.6 dimana standar
penerimaan siswa regular sebesar 27.5. Penyebab klien tinggal kelas akibat
beberapa pelajaran di bawah KKM. Hal ini terjadi karena nilai saat ujian
tengah semester dan akhir semester anjlok dibandingkan nilai hariannya. Klien
juga jarang mengumpulkan tugas yang diminta oleh guru.
Guru BK beberapa kali melakukan kunjungan rumah karena kebiasaan
klien membolos sampai 19 hari tanpa keterangan, jarang mengumpulkan
tugas, sering datang terlambat, dan nilai pelajaran yang dibawah KKM.
Alasan klien membolos karena terlambat hadir akibat jarak rumah sekolah
yang jauh. Apalagi klien merasa takut jika sampai di sekolah terlambat dari

7
RAHASIA

waktu yang sudah ditentukan. Guru BK juga pernah menemui klien langsung
di warnet untuk menegur kebiasaan klien bermain game.
Guru BK melihat kurangnya perhatian orang tua menyebabkan
pengawasan dan kontrol perilaku belajar di rumah terganggu. Hal ini
dikarenakan kesibukan ibu sebagai tonggak utama nafkah keluarga. Apalagi
pola asuh ibu di rumah cenderung dingin dan kurang tegas terhadap klien.
d. Wawancara guru BK 2014/2015
Berdasarkan informasi dari guru BK manyatakan bahwa klien termasuk
anak yang pemalu di kelas. Guru selalu berusaha untuk menjaga harga diri
klien di depan teman-temannya. Klien pernah mendapatkan kasus tertangkap
oleh satpol PP akibat ikut serta dalam kelompok vandalism di desanya.
Berdasarkan pengakuan klien, bahwa klien diajak ikut oleh temannya untuk
bermain bersepeda dan teman yang lain mencoret dinding sebuah posko jaga.
Klien dinilai kurang asertif kepada teman-temannya, ia sulit menolak ajakan
teman-temannya walaupun ia tidak ikut serta dalam mencoret dinding
tersebut.
e. Wawancara wali kelas VII C tahun ajaran 2013/2014
Hasil wawancara dengan wali kelas lama mengatakan bahwa riwayat
akademik klien saat semester satu cukup baik, klien hanya memiliki dua nilai
mata pelajaran di bawah KKM. Namun saat semester dua klien mengalami
penurunan prestasi dimana sampai tujuh mata pelajaran di bawah KKM.
Perilaku membolos klien mulai tampak saat di semester dua. Klien mulai
banyak tidak masuk tanpa keterangan, terkadang membuat alasan palsu untuk
tidak hadir ke sekolah. Alasan klien membolos karena sering menghampiri
warnet.
Klien termasuk anak yang pediam, pasif, dan jarang bertanya kepada guru
ketika di kelas. Saat di kelas klien cenderung duduk sendiri tanpa ada teman
sebangku. Walaupun terkadang anak cukup mampu berinteraksi dengan
teman-teman di kelasnya. Setiap pulang sekolah klien selalu berjalan sendirian
dan mampir ke warnet dekat sekolah.

8
RAHASIA

f. Wawancara wali kelas VII C tahun ajaran 2014/2015


Wali kelas klien yang baru sudah mendapat catatan mengenai kebiasaan
klien membolos. Di tahun ajaran baru ini klien masih terlihat tidak masuk
tanpa keterangan. Wali kelas yang juga merangkap sebagai guru mata
pelajaran IPA menyatakan bahwa klien masih mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Saat ujian klien juga sering mendapatkan ujian remedial. Guru
merasa klien memiliki keterbatasan intelektual yang menghambatnya dalam
memahami pelajaran di kelas sehingga beberapa nilai mata pelajaran klien
tidak tuntas.
g. Wawancara teman-teman kelas VII C tahun ajaran 2013/2014
Teman-teman klien yang pernah sekelas dengan klien menyatakan bawah
klien termasuk anak yang kurang memiliki semangat di sekolah. Klien malas
mengerjakan PR ataupun melakukan sesuatu di sekolah. Klien selalu diam
memperhatikan guru namun sering kali tidak paham namun tidak bertanya
kepada guru. Alasan klien tidak paham karena kurang jelas melihat papan
tulis. Teman yang mengetahui kondisi keluarga klien sengaja membelikan
kacamata namun tidak juga digunakan klien.
Kondisi klien yang hanya tinggal dengan ibunya diketahui oleh teman-
temannya. Teman-teman memaklumi perilaku klien yang jarang belajar karena
harus membantu ibunya. Klien juga dinilai kurang mendapatkan perhatian dari
ibunya.Klien juga tidak memiliki teman akrab di kelasnya walaupun klien
cukup mampu bersosialisasi dengan siapa pun di kelas. Klien mampu
bercanda dengan teman-teman di kelas. Setiap pulang sekolah klien selalu
terlihat sendirian. Tidak pernah satu pun teman sekelas klien yang pernah
datang ke rumah klien, ketika klien membolos lebih dari 10 hari.
h. Kesimpulan hasil wawancara
Frekuensi belajar klien di rumah sangat sedikit, klien lebih sering
menghabiskan waktu untuk bermain dibandingkan belajar. Klien tidak pernah
mengulang pelajaran atau mengerjakan PR di rumah. Pengawasan ibu
terhadap belajar klien sangat kurang dikarenakan kesibukkan ibu bekerja dan
juga ketidakpahaman ibu terhadap pelajaran anaknya. Klien kurang

9
RAHASIA

termotivasi untuk belajar di sekolah serta kurang memiliki inisiatif untuk


mencari materi pembelajaran. Klien cenderung kurang terikat dengan sekolah,
saat terlambat datang klien lebih memilih membolos dan pergi menuju warnet.
Ketidaksukaan klien dengan materi dan guru mata pelajaran tertentu menjadi
alasan klien untuk membolos. Selain itu, klien yang pendiam dan mudah
dipengaruhi teman lainnya cenderung terikut untuk memilih bermain-main
atau membolos. Persepsi klien terhadap penilaian diri negatif, klien merasa
sebagai anak yang kurang dibandingkan teman-temannya.
3. Tes Psikologi
a. Tes inteligensi
Berdasarkan asesmen inteligensi klien memiliki inteligensi yang
berada dalam kategori rata-rata. Kemampuan ini menunjukkan kliem mampu
untuk menangkap dan memahami informasi yang ada di sekitarnya. Hal ini
menunjukkan klien cukup mampu memahami konsep verbal dan
mengeluarkan performansinya. Adapun hasil dari tes inteligensi klien
Tabel 3. Hasil WISC
Kemampuan Verbal IQ = 108
Kemampuan Performansi IQ = 104
Full IQ IQ = 107
Hasil ini menunjukkan bahwa klien tidak mengalami hambatan apapun
dalam inteligensinya, sehingga permasalahan akademik yang terjadi tidak
berasal dari faktor kecerdasan.
b. Grafis
Klien cukup memiliki keinginan untuk mencapai prestasi yang baik dalam
kehidupannya. Selain itu klien juga cukup mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Hanya saja muncul perasaan inferior dari dirinya saat
membandingkan dengan lingkungannya. Klien merasa sebagai korban dari
lingkungannya, sehingga klien merasa tidak berdaya dan tidak puas serta
membatasi diri dengan lingkungannya. Hal ini menyebabkan klien merasa
terhambat dalam hal belajar. Hubungan keluarga klien tidak begitu hangat, hal

10
RAHASIA

ini membuat klien menginginkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari
orang tua, khususnya ibu.
4. Dokumentasi
a. Tes Prestasi
Tabel 4. Hasil Rapor
Mata Pelajaran Nilai KKM Nilai Nilai
Semester I Semester II
Pendidikan Agama 80 80 80
Pendidikan Kewarganegaraan 80 80 65
Bahasa Indonesia 75 76 70
Bahasa Inggris 75 68 65
Matematika 75 76 73
Ilmu Pengetahuan Alam 75 75 73
Ilmu Pengetahuan Sosial 75 70 70
Seni Budaya 80 80 77
Penjaskes 75 81 82
TIK 75 75 80
Keterampilan Elektronika 75 80 75
Bahasa Jawa 75 78 75
Seni Tari 80 82 80
Karawitan 80 80 80
b. Daftar Cek Masalah/ Profil Masalah Individu
Tabel 5. Profil DCM
No. Topik Masalah nM n % KET
1. Kesehatan 4 25 16 C
2. Keadaan Ekonomi 2 20 10 B
3. Keluarga 2 20 10 B
4. Agama dan Moral 2 24 8 B
5. Pribadi 1 14 7 B
6. Hubungan sosial 8 26 31 D
7. Rekreasi 3 19 16 C
8. Penyesuaian lingkungan sekolah 5 21 24 C
9. Penyesuaian kurikulum 1 15 7 B
10. Masa depan jabatan 1 11 9 B
11. Kebiasaan belajar 5 15 33 D
12. Asmara 0 21 0 A
*Ket: A = tidak bermasalah; B = cukup bermasalah; C = agak bermasalah; D =
bermasalah; E = sangat bermasalah

11
RAHASIA

c. Daftar Absensi Siswa


Tabel 6. Daftar Absensi Siswa
No. Semester / Tahun Ajaran Jumlah ketidakhadiran
1. 1/2013-2014 Sakit 2 hari
2. 2/2013-2014 Izin 7 hari; alpha: 8 hari

D. Integrasi Data
1. Kognitif
Klien memiliki kemampuan intelektual yang baik, hal ini menunjukkan
bahwa klien mampu dalam menangkap maupun memahami informasi. Klien
memiliki potensi yang berimbang dengan siswa-siswi di sekolahnya. Hanya
saja potensi kecerdasan klien belum teraktualisasi secara optimal. Klien
cenderung mempersepsikan kemampuan dirinya lebih rendah dibandingkan
orang lain. Klien kurang termotivasi dan inisiatif dalam belajar.
2. Sosial
Klien memiliki kemampuan sosial yang kurang baik. Klien hanya
berteman dengan orang-orang tertentu. Klien lebih senang berinteaksi dengan
teman yang memiliki kondisi yang sama dengannya.. Klien cenderung pasif
saat di dalam kelompok dan cenderung untuk menyendiri dibandingkan
berbaur dengan anak-anak di kelasnya.
3. Emosi
Klien cenderung tidak ekspresif dalam memunculkan emosinya. Klien
lebih pendiam dan pasif. Klien kurang mampu mengarahkan diri ataupun
mengontrol dirinya terhadap aktivitas yang sangat disukainya. Klien juga
belum mampu memilih dan memprioritaskan aktivitas yang lebih penting
dilakukan.
4. Perilaku
Frekuensi klien bermain lebih besar daripada frekuensi klien belajar di
rumah. Klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game
dibandingkan belajar. Klien tidak memiliki jadwal belajar saat di rumah. Saat
tidak termotivasi klien cenderung tidak mengumpulkan tugas dan membolos,

12
RAHASIA

sehingga prestasi belajar klien yang cenderung rendah dan menyebabkannya


tinggal kelas.

IV. DINAMIKA PSIKOLOGI


A. Riwayat Kasus
Klien merupakan anak dari suami kedua ibunya dan belum pernah bertemu
dengan ayah kandungnya. Semenjak kecil klien tinggal bersama dengan ibu dan
kakak tiri di Yogyakarta. Ayah tiri klien tinggal di luar Yogyakarta, sesekali
mengunjungi dan memberi nafkah untuk biaya hidup kakak tirinya. Ibu klien yang
bekerja sebagai buruh cuci kerap kali tidak memiliki waktu lebih untuk
memperhatikan perkembangan anaknya dan lebih berfokus untuk mencari nafkah
demi kebutuhan sehari-hari.
Klien masuk di SMP Negeri 1 melalui jalur KMS Sehingga nilai penerimaan
masuk disesuaikan dengan jalur tersebut. Klien masuk dengan modal nilai ijazah
SD sekitar 25,6 dimana standar penerimaan di SMP minimal 27,5. Banyak kerabat
keluarga klien yang juga bersekolah di SMP ini. Kakak tiri klien juga alumni dari
SMP ini. Kakak klien sendiri dinilai lebih bermasalah dan lebih berani
dibandingkan klien yang dinilai lebih pendiam. Saat ini kakak klien telah lulus
dan melanjutkan pendidikannya di kota Tangerang bersama ayah kandungnya.
Sehingga sekarang klien hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Saat semester 1, klien mampu mengikuti pelajaran dengan baik, hal ini
ditunjukkan dari nilai rapor semesteran yang hanya tertinggal dua mata pelajaran
di bawah standar KKM. Semenjak di semester dua, jumlah ketidakhadiran klien
sebanyak 19 kali.Alasan klien membolos karena tidak ada yang mengantar ke
sekolah atau karena terlambat datang sekolah. Jika sudah terlambat ke sekolah
klien lebih memilih pergi ke warnet untuk bermain game online.
Saat ini klien kembali mengulang di kelas VII dengan teman-teman yang
berbeda. Selama beberapa waktu setelah tahun ajaran baru ini, klien masih
dikeluhkan sering membolos dengan alasan yang sama. Klien juga tidak berbaur
dengan teman-teman di kelasnya kerena merasa berbeda hobbi dan sering bermain
dengan anak kelas atas atau teman yang juga tinggal kelas.

13
RAHASIA

B. Dinamika Kasus
Pendekatan kognitif perilaku merupakan teknik yang dapat membantu siswa
untuk mengontrol perilakunya sendiri (Robinson, 2007). Kesulitan klien dalam
mengontrol perilaku belajar ditandai dari kesenjangan potensi klien dan hasil
belajar yang ditunjukkan dari proses belajar yang buruk pula. Frekuensi klien
bermain khususnya bermain game lebih banyak dibandingkan waktu untuk
belajar. Kesuksesan akademik tidak lepas dari kemampuan seseorang dalam
memanajemen diri (academic self management) dengan baik sebagai kunci utama
untuk menghadapi berbagai tuntutan dan kondisi lingkungan (Dembo, 2004).
Klien kesulitan untuk memprioritas belajar dengan bermain.
Cara efektik dalam menggunakan strategi belajar dengan cara memanfaatkan
lingkungan fisik dan sosial (Dembo, 2004). Dalam kasus ini, klien tidak
menggunakan strategi belajar tertentu untuk mengulang pelajaran ketika di rumah.
Klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Klien belum mampu
memprioritaskan aktivitas belajar di atas aktivitas bermain klien bersama teman
atau bermain game. Hal ini dikarenakan klien belum menentukan tujuan
belajarnya.
Pencapaian hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait
dengan cara individu untuk mengontrol perilaku (self-management). Menurut
Garrison (dalam Gerhardt, 2006) self management berhubungan dengan masalah
pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana cara untuk mencapai tujuan belajar
dan bagaimana mengatur hasil dan dukungan dari belajar. Hal ini mengharapkan
siswa mampu membuat pilihan dan berhadapan dengan konsekuensi,
menyusun tujuan dan prioritas, memanajemen waktu, berkolaborasi dalam
proses belajar, dan membangun hubungan yang dapat dipercaya dengan guru
dan teman sekelas yang dapat dipercaya (Lewis, 2001; Rogers & Firierberg,
1994 dalam Woolfolk, 2004).
Penyebab dari kegagalan akademik adalah dikarenakan faktor inteligensi dan
faktor motivasi (Laidra, Pullman, & Allik, 2007). Hasil belajar klien ditandai
dengan tujuh mata pelajaran yang di bawah kriteria KKM. Sedangkan potensi
kecerdasan klien berada di kategori rata-rata yang berarti memiliki potensi belajar

14
RAHASIA

yang cukup. Fakta menunjukkan adanya kesenjangan dengan potensi personal


dengan hasil belajar klien. Kesenjangan ini menunjukkan adanya proses belajar
klien yang tidak maksimal untuk mencapai kesuksesan akademik di sekolah.
Faktor motivasi sebagai faktor internal yang juga berkontribusi untuk
kesuksesan akademik seorang siswa (Laidra, Pullman, & Allik, 2007). Ciri dari
individu yang mampu memiliki motivasi baik adalah mampu berkonsentrasi dan
mengatasi distraksi personal dan lingkungan saat belajar (Zimmerman &
Risemberg, dalam Dembo, 2004). Motivasi klien belajar di sekolah kurang, hal
ini disebabkan persepsi klien terhadap guru yang negatif sehingga klien memilih
untuk membolos. Persepsi klien terhadap diri yang membandingkan kondisi
kurang beruntung dengan teman-teman lainnya. Begitu pula, motivasi belajar
klien di rumah yang rendah terkait dengan kondisi lingkungan klien dengan status
ekonomi rendah yang menyebabkan rumah menjadi faktor yang tidak kondusif
untuk klien belajar. Selain itu gambaran tujuan belajar klien yang masih kabur
membuat klien kurang antusias untuk belajar di sekolah.
Faktor lingkungan merupakan hasil interaksi timbal balik dengan faktor
pribadi. Hal ini ditandai dengan kemampuan pribadi seseorang untuk mengatur
perilaku secara terencana dan mengatur lingkungan belajar (Dembo, 2004).
Gambaran kondisi lingkungan rumah klien, dimana klien hidup berdua saja
dengan ibu (single mother). Ibu sebagai penafkah utama dengan berbagai
kesibukkannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kerap kali sulit
memberikan pengawasan khusus terhadap belajar klien di rumah. Hal ini menjadi
konsekuensi yang menguatkan perilaku klien yang malas belajar di rumah. Ibu
jarang mengapresiasi hasil belajar anak melalui pujian ataupun reward. Selain itu,
kondisi rumah yang kurang kondusif dan letak warnet dekat dengan rumah
menjadi sumber distraksi klien untuk bermain game dibandingkan belajar. Begitu
pula hubungan dengan teman sebaya yang mempengaruhi klien untuk lebih
bermain dibandingkan belajar.
Kesuksesan akademik tidak lepas dari kemampuan seseorang dalam
memanajemen diri dengan baik sebagai kunci utama untuk menghadapi berbagai
tuntutan dan kondisi lingkungan (Dembo, 2004). Bentuk dari self management

15
RAHASIA

sendiri mementingkan elemen berpikir abstrak yang berhubungan dengan cara


pandang individu dalam memandang dunia dan mempersepsikan intensi dari suatu
perilaku (Robinson, 2007). Hal ini terkait dengan cara siswa mempersepsikan
tuntutan akademik sekolah sebagai tugas-tugas yang harus dipenuhi untuk
mencapai tujuan ataupun harapan yang diinginkan.
Klien sebagai siswa SMP dan dalam fase remaja diharapkan mampu
memprioritaskan kegiatan yang lebih penting dibandingkan kegiatan lain.
Kesulitan klien mengontrol perilaku personal dalam hal mendispilinkan diri
sehingga menyebabkan klien mendapatkan prestasi akademik rendah. Menurut
Robinson (2007) pendekatan Cognitive Behavioral menggunakan bahasa sebagai
kontrol internal dari pemikiran rasional yang berpengaruh terhadap perilaku
tampak. Tambahan pula menurut Frayne (dalam Gerhardt, 2006) perilaku
manajemen diri dapat dilakukan dengan cara menerapkan sistem reinforcement
dan punishment untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

16
RAHASIA

DINAMIKA KASUS

Kondisi Fisik Kondisi Eksternal Kondisi Personal

- SES rendah - Ibu sibuk bekerja (single - Mudah dipengaruhi


(KMS) mother) orang lain
- Ruangan belajar di - Teman sebaya sering - Pendiam dan pasif
rumah tidak mengajak bermain - Belum memiliki
kondusif tujuan
- Jarak rumah dan - Persepsi terhadap
warnet dekat diri negatif

Pemikiran klien Kondisi Sekolah

Merasa PR ataupun pelajaran sulit, - Stigma guru


mementingkan bermain game. terhadap siswa KMS
- Teman sekelas tidak
dekat dengan klien
Kesulitan memprioritaskan belajar dan
mengontrol perilaku bermain

Tidak antusias dalam belajar

Academic Self Management


Rendah

Perilaku klien

Malas mengerjakan PR, tidak pernah


belajar di rumah. Hampir setiap hari
bermain game atau berada di warnet

Akibat

- Prestasi belajar rendah


- Sering membolos
- Tinggal kelas

17
RAHASIA

C. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan data asesmen, karakteristik academic self management menurut
Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004) adalah
Tabel 7. Penegakan Diagnosis
No. Karakteristik Academic Self Kemunculan pada klien Ceklist
management (Zimmerman &
Risemberg, dalam Dembo, 2004)
1. Motivasi - Klien memiliki motivasi yang (-)
- Siswa mampu memotivasi diri kurang untuk belajar agar
sendiri untuk menyelesaikan berhasil di sekolah
ataupun untuk menjaga tujuan - Klien sulit berkonsentrasi ketika
yang ingin dicapai. belajar di rumah, mudah
- Siswa mampu berkonsentrasi terdistraksi ajakan teman untuk
dan mengatasi ditraksi personal bermain
dan lingkungan saat belajar
2. Metode belajar Klien tidak menggunakan metode (-)
Siswa menggunakan berbagai belajar tertentu untuk mengerjakan
metode pembelajaran untuk tugas atau tes. Klien kerap jarang
mendapatkan informasi dalam mengulang pembelajaran di rumah.
mengerjakan tugas ataupun tes.
3. Penggunaan waktu Klien memanfaatkan waktunya lebih (-)
Siswa mampu memanfaatkan waktu untuk bermain dibandingkan belajar.
mereka dengan cara memutuskan Klien lebih mengutamakan untuk
untuk mengerjakan tugas yang main game dibandingkan
paling penting dibandingkan tugas mengerjakan tugas atau belajar.
yang lain
4. Lingkungan fisik - Klien kurang mampu belajar di (-)
- Kemampuan siswa untuk rumah karena lingkungan fisik
merestrukturisasi lingkungan rumah yang dirasa tidak nyaman
fisik dan sosial mereka sesuai - Klien belum mampu
dengan kebutuhannya menentukan kapan saat untuk
- Siswa mampu menentukan belajar, selain itu klien tidak
kapan ia butuh belajar sendiri meminta bantuan dari orang lain
dan kapan untuk meminta untuk membantunya belajara
bantuan dari tutor, teman
sebaya atau sumber lainnya.
5. Performansi - Terdapat kesenjangan hasil (-)
Proses manajemen diri akan belajar dengan potensi diri klien.
mempengaruhi kualitas performansi Hasil belajar dengan 7 nilai mata
dengan mendeteksi kesenjangan pelajaran di bawah KKM
antara tujuan dan hasil performansi padahal klien memiliki potensi
sekarang. inteligensi yang baik.

18
RAHASIA

Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klien memiliki


akademik manajemen diri (academic self-management) yang rendah.
D. Prognosis
Dalam pelaksanaan pendampingan terdapat beberapa faktor pendukung serta
penghambat. Faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan program yang
telah disusun, yakni:
Tabel 8. Prognosis
Faktor Pendukung Penghambat
Internal Klien memiliki kemampuan Klien sangat menyukai bermain
inteligensi yang baik game online
Klien memiliki keinginan Klien belum mampu
untuk berubah agar bisa naik
memprioritaskan kegiatan
kelas penting yang akan dilakukan
Eksternal Ibu ingin anak berubah Kesulitan ibu mengatur waktu
Ibu sepakat untuk
antara kerja dan pengawasan
menyisihkan waktu 1 jam terhadap klien
untuk mengawasi klien Letak warnet yang dekat dengan
rumah
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan klien di atas, prognosis
terhadap permasalahan klien adalah cukup baik. Hal pendukung utama adalah
klien memiliki keinginan untuk berubah agar bisa naik kelas.

V. INTERVENSI
A. Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi adalah untuk membantu klien membuat prioritas belajar
dibandingkan bermain game online sehingga terbentuk kebiasaan perilaku
belajar di rumah.
B. Rancangan Intervensi
1. Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dapat diformulasikan sebagai berikut melalui analisa
fungsi permasalahan dengan model ABC menurut Kahn (1999), yakni:

19
RAHASIA

Tabel 9. Model ABC (Kahn,1999)


Antecendent Behavior (B) Consequence
(A) Covert Overt (C)
Saat ada PR yang Klien berpikir lebih Excessive: bermain Tidak ada jadwal
harus dikerjakan di baik bermain game game di warnet rutin di rumah
rumah daripada mengerjakan sampai 3 jam tiap Ibu tidak mengawasi
PR harinya belajar anak di rumah
Klien berpikir PR
masih bisa dikerjakan Deficit: tidak pernah
di sekolah mengerjakan PR dan
Klien berpikir PR sulit belajar malam hari di
dikerjakan rumah
Sehingga baseline dari kasus ini adalah
1) Klien kurang mampu memprioritaskan kegiatan yang terpenting yang
harus dilakukan
2) Klien belum memiliki jadwal belajar tetap untuk mengulang pelajaran
baik belajar mandiri maupun belajar dengan pendampingan
2. Evidence Based
Pendekatan dalam intervensi ini adalah Cognitive Behavior Intervention
(CBI). Menurut Hughes (dalam Robinson, 2007) menyatakan bahwa CBI
merupakan perkembangan dari prosedur terapi behavioral yang berakar dari
classical dan operant conditioning yang menggunakan reinforce ataupun
punisher untuk melemahkan atau menguatkan perilaku. CBI dapat mengubah
perilaku di sekolah dan di luar sekolah, sehingga intervensi self-management
melalui konseling terbukti efektif mengontrol perilaku siswa (Creegan dalam
Robinson, 2007).
Teknik yang digunakan dalam mengatasi kemampuan manajemen diri
klien dapat menggunakan pendekatan CBI dengan mengkombinasikan self
instructional training dan teknik terapi behavioral seperti
reinforcement/punishment dalam mengkontrol perilaku (Robinson. 2007).
Menurut Sundel & Sundel (2005) self-instructional training merupakan
modifikasi kognitif-perilaku dengan mengajarkan instruksi diri secara verbal
lalu diminta untuk mengucapkan instruksi tersebut dengan suara keras dan
bertahap hingga mengucapkan ke dalam hati.

20
RAHASIA

Dari penjelasan teoritis di atas, maka langkah-langkah intervensi menurut


Robinson, (2007):
Tabel 10. Langkah-Langkah Intervensi
Fase Bentuk Target Indikator
Intervensi
Cognitive Konseling Klien 1) Menyadari klien mengenai
Modelling permasalahan dan sumber
permasalahan
2) Membantu klien menentukan
tujuan (goal-setting) dan
prioritas aktivitas yang
diutamakan
Self- Klien 1) Membantu klien membentuk
Instructional dan mengumpulkan pernyataan
Training (self-statement)
2) Membuat target sasaran
perilaku secara bertahap
dengan periode tertentu
Panduan Konseling Ibu a) Mengetahui kondisi klien dan
eksternal berbagai penyebabnya
b) Melihat kemungkinan adanya
pendamping (guru les) untuk
klien
c) Menyadari bahwa klien
membutuhkan pendampingan
dalam belajar untuk memberi
bantuan dalam mengerjakan
tugas
d) Mengetahui cara mendukung
klien dengan kalimat yang
positif
Panduan Operant Klien a) Membantu mendesain jadwal
Internal Conditioning (time-table) mengenai kegiatan
(self- (Reward & belajar klien
guidance) Punishment) b) Klien diajak untuk menetapkan
reward dan punishment jika
suatu target dapat tercapai
secara memuaskan
Penerapan Konseling Ibu Melakukan pengawasan terhadap
self- penjadwalan (time-table) yang telah
guidance dilakukan klien
bertahap Klien Menerapkan jadwal yang telah
dirancang sendiri dan konsekuensi
dari target untuk kegiatan

21
RAHASIA

selanjutnya
Covert self- Konseling Klien a) Melakukan follow-up terhadap
instruction penjadwalan (time-table) yang
telah klien lakukan
b) Mengingatkan kembali
statement untuk
memprioritaskan belajar
dibandingkan akativitas non
belajar

3. Prosedur Intervensi
a. Intervensi klien
Waktu : 12 kali pertemuan x 60 menit
Tujuan :
1) Memberikan pemahaman mengenai permasalahan klien
2) Memunculkan insight bahwa pentingnya melakukan self-statement
penyemangat diri
3) Memunculkan insight bahwa pentingnya memiliki tujuan dalam
belajar
4) Memunculkan perilaku belajar rutin di rumah
Prosedur :
1) Memberikan pemahaman mengenai permasalahan dan sumber
permasalahan yang klien alami berdasarkan hasil asesmen yang telah
dilakukan
2) Praktikan membantu klien menentukan tujuan (goal-setting) dan
prioritas aktivitas belahjar yang diutamakan dibandingakan bermain
3) Praktikan membantu klien membentuk dan mengumpulkan
pernyataan (self-statement)
4) Klien membuat target sasaran perilaku secara bertahap dengan periode
tertentu
5) Praktikan membantu mendesain jadwal (time-table) mengenai
kegiatan belajar klien
6) Klien diajak untuk menetapkan reward dan punishment jika suatu
target dapat tercapai secara memuaskan

22
RAHASIA

7) Menerapkan jadwal yang telah dirancang sendiri dan konsekuensi dari


target untuk kegiatan selanjutnya
8) Melakukan follow-up terhadap penjadwalan (time-table) yang telah
klien lakukan
9) Mengingatkan kembali statement untuk memprioritaskan belajar
dibandingkan akativitas non akademik
b. Konseling Ibu
Waktu : 2 kali pertemuan x 45 menit
Tujuan :
1) Memberikan pemahaman kepada ibu mengenai kondisi klien serta
faktor yang mempengaruhi terhadap kondisi klien
2) Memunculkan insight bahwa klien membutuhkan pendampingan
belajar
3) Memunculkan insight bahwa pentingnya menciptakan suasana yang
peduli dengan pendidikan klien
4) Mengetahui penjadwalan pembelajaran klien sehingga dapat
diberikan pengawasan
5) Mengikutsertakan orang tua dalam memberikan reward dan
punishment terhadap perilaku belajar.
Prosedur :
1) Praktikan menjelaskan hasil asesmen kepada orang tua. Praktikan
memberikana pemahaman kondisi klien, sekolah, guru, kelas dan
kondisi rumah yang berperan terhadap perilaku klien
2) Praktikan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
belajar klien
3) Praktikan menanyakan usaha ibu untuk memberikan pendampingan
belajar kepada klien dalam hal mengerjakan tugas. Jika sulit
dilakukan mencari pendampingan alternative terhadap belajar klien
di rumah.

23
RAHASIA

4) Praktikan mengajak ibu untuk mengetahui dan melakukan


pengawasan terhadap penjadwalan (time-table) yang telah dilakukan
klien
5) Mengajak ibu untuk terlibat dalam apresiasi aktivitas belajar klien
melalui kalimat positif sebagai reward untuk mendukung klien.
C. Pelaksanaan Intervensi
a. Fase Cognitive Modelling
Target : Klien
Tabel 11. Pelaksanaan Intervensi Fase Cognitive Modelling
No. Sesi Kegiatan Uraian
1. Sesi 1 Konseling Tujuan :
22 Nov 2014 direktif Memberikan pemahaman mengenai
permasalahan klien
Deskripsi :
1. Praktikan menjelaskan hasil asesmen yang
telah dilakukan mengenai kajian terhadap
permasalahan yang terjadi di diri klien.
2. Praktikan memberikan dukungan bahwa
klien bukan termasuk anak yang bodoh
seperti label selama ini dengan
berdasarkan hasil inteligensi yang telah
dilakukan
3. Klien menyadari bahwa klien juga
memiliki potensi yang sama dengan anak-
anak lain di kelasnya
2. Sesi 2 Konseling Tujuan :
6 Desember direktif Memberikan pemahaman mengenai potensi
2014 dan hambatan pada diri klien
Deskripsi :
1. Klien diberikan pemahaman bahwa hasil
belajar klien yang buruk selama ini
bukanlah disebabkan oleh
ketidakmampuan klien dalam berpikir,
namun dikarenakan kesulitan klien
memprioritaskan kegiatan belajar dan
bermain sehingga klien menyadari bahwa
klien kurang memiliki penjadwalan belajar
yang rutin.
2. Praktikan memberikan bukti hasil belajar
di semester 1 yang hanya memiliki 2 mata
pelajaran di bawah KKM untuk

24
RAHASIA

membangun kepercayaan diri klien bahwa


klien sebenarnya mampu secara kognitif.
3. Sesi 3 Konseling Tujuan :
13 Desember Direktif Klien memahami secara penuh permasalahan
2014 yang sedang dialaminya dan memunculkan
insight bahwa pentingnya memiliki tujuan
dalam belajar
Deskripsi
1. Praktikan mengajak klien menonton film
“I’m Not Stupid too” untuk menguatkan
bahwa klien tinggal kelas bukan
dikarenakan klien termasuk anak yang
bodoh.
2. Klien dapat mengimitasi kondisi diri klien
yang kekurangan secara material dengan
actor pemain film untuk tetap semangat
dalam belajar.
3. Klien juga menyadari pentingnya
dukungan orang tua dalam kasus ini peran
ibu terhadap perkembangan klien
khususnya dalam pendidikan
4. Sesi 4 Self- Tujuan
19 Desember Intructional Memunculkan insight bahwa pentingnya
2014 training melakukan self-statement penyemangat diri
Deskripsi
1. Praktikan mengajak klien untuk
menuliskan kelebihan dan kelemahan
yang klien ketahui terhadap dirinya sendiri
2. Praktikan mengajak klien untuk melihat
sisi positif yang ada di dirinya sebagai
potensi utama untuk mengatasi
permasalahan klien
3. Klien diajarkan untuk menyatakan dirinya
lebih positif dengan pernyataan bahwa
“aku bisa” dan membiasakannya sebagai
self-talk.
5. Sesi 5 Self- Tujuan:
12 Januari Intructional Memunculkan insight bahwa pentingnya
2015 training memiliki tujuan dalam belajar
Deskripsi :
1. Praktikan mereview kembali mengenai
sesi sebelumnya mengenai pernyataan diri
positif. Klien memaparkan kalimat seperti
“Saya Pasti Bisa”, “Saya bisa
mengusahakan belajar di rumah minimal
30 menit”, “Saya akan membuktikan kalau

25
RAHASIA

saya bisa”.
2. Praktikan meminta klien untuk
memikirkan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek klien untuk mengatasi
permasalahan yang selama ini muncul.
3. Klien memaparkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk naik kelas,
masuk SMK, dan menjadi orang sukses.
Klien juga diminta untuk menyadari
tujuan jangka pendeknya selama di kelas
VII semester dua ini. Klien merancang
tujuan untuk memperbaiki nilai pelajaran
IPS dan PKn, mengontrol nilai minimal 3
mata pelajaran di bawah KKM, belajar di
rumah, mengerjakan tugas yang diberikan
guru, target nilai minimal 80 untuk semua
pelajaran, akan mengikuti remedi jika nilai
rendah, tidak akan membolos lagi, dan
bermain game online hanya di akhir pekan
maksimal 5 jam.
Kesimpulan :
Pada fase ini klien menyadari bahwa penyebab klien tidak naik kelas bukan
dikarenakan oleh ketidakmampuan yang ada pada diri klien. Klien menyadari
potensi yang ada di diri klien sebagai modal untuk mengangkat kepercayaan diri
bahwa klien dapat mengejar ketertinggalannya dengan melalui beberapa usaha
untuk mencapai tujuannya. Klien menyadari bahwa ia memiliki kecerdasan yang
setara dengan teman-temannya, klien mampu jika berusaha, dan perlunya
mengontrol waktu bermain.
b. Fase Panduan Eksternal
Target : Ibu klien
Tabel 12. Pelaksanaan Intervensi Fase Panduan Eksternal
No. Sesi / Kegiatan Uraian
Tanggal
1. Sesi 1 Konseling Tujuan:
20 Memberikan pemahaman kepada ibu mengenai
November kondisi klien serta faktor yang mempengaruhi
2014 terhadap kondisi klien
Memunculkan insight bahwa klien
membutuhkan pendampingan belajar

26
RAHASIA

Deskripsi
1. Praktikan memberikan gambaran mengenai
hasil asesmen yang telah dilakukan,
sehingga ibu mendapatkan informasi
mengenai kondisi akademik klien, sosial,
dan emosi.
2. Praktikan mengajak ibu untuk lebih
memahami kondisi anak ketika berada di
rumah, mendiskusikan cara untuk
menciptakan kondisi belajar saat malam hari
dengan lebih respek terhadap apa yang
dikerjakan anak, menanyakan kegiatan
anak, serta mau ikut serta mendukung anak
di luar akademik
3. Ibu menyadari bahwa anak merupakan
korban dari pengasuhan yang selama ini
terabaikan akibat kesibukan ibu bekerja. Ibu
juga menyadari kesulitan mendampingi
anak untuk belajar karena ketidakpahaman
ibu mengenai pelajaran sehingga mencoba
untuk meminta bantuan dari saudara yang
tinggal di sekitar.
2. Sesi 2 Konseling Tujuan:
21 Januari direktif 1. Memunculkan insight bahwa klien
2015 membutuhkan pendampingan belajar
2. Memunculkan insight bahwa pentingnya
menciptakan suasana yang peduli dengan
pendidikan klien
Deskripsi:
1. Praktikan menanyakan kepada ibu
mengenai kesediaannya untuk
mendampingi setidaknya mengawasi
jadwal belajar anak. Praktikan
menyediakan buku pengawasan jam belajar
anak kepada ibu untuk melaporkan jadwal
harian yang dijalani klien.
2. Ibu menyepakati untuk mengingatkan klien
menjalankan jam belajarnya yang sesuai
tabel dan berusaha untuk konsisten
terhadap pemberian reward dan
punishment terhadap perilaku belajar anak.
3. Ibu menyadari pentingnya mengapresiasi
perilaku belajar klien dengan kalimat
positif kepada klien untuk memberikan
motivasi untuk menguatkan perilaku
belajar klien.

27
RAHASIA

Kesimpulan :
Ibu menyadari bahwa perlu adanya dukungan terhadap perilaku belajar
klien. Ibu memiliki kemauan untuk mengawasi belajar klien ditengah
pekerjaannya yang sibuk untuk mencari nafkah. Ibu sepakat untuk mengawasi
jam belajar klien di rumah. Ibu juga belajar untuk memberikan apresiasi positif
melalui pujian terhadap perilaku baik klien dan hukuman dengan potongan uang
jajan jika klien tidak memenuhi jadwal belajar yang ia buat sendiri.
c. Fase Panduan Internal
Target : Klien
Tabel 13. Pelaksanaan Intervensi Fase Panduan Internal
No. Sesi / Kegiatan Uraian
Tanggal
1. Sesi 6 Konseling Tujuan:
16 Januari Direktif: Memunculkan insight bahwa pentingnya
2015 Prioritas memiliki tujuan dalam belajar
tujuan Deskripsi:
Penerapan 1. Praktikan mereview kembali hasil
Reward & pernyataan diri positif yang telah diajarkan
Punishment di sesi sebelumnya, klien menanam kembali
pernyataan bahwa “Aku Pasti Bisa” sebagai
bentuk menyemangati diri sendiri.
2. Praktikan meminta klien menggambarkan
aktivitas-aktivas keseharian klien, yang
kemudian menomorinya 1-9 mulai dari yang
dianggap penting untuk mengatasi
permasalahan klien. Klien menyatakan
prioritas utamanya adalah mengerjakan
tugas, membaca buku, dan mengulang
pelajaran di sekolah dibandingkan aktivitas
bermain dengan teman, main game, maupun
menonton televisi.
3. Pada fase ini klien menyadari bahwa
perilaku bermain klien yang lebih banyak
dibandingkan perilaku belajar. Praktikan
meminta klien memprioritaskan sendiri
untuk lebih bertanggung jawab terhadap
pilihannya yang disesuaikan dengan tujuan
yang telah dibuat di sesi sebelumnya
4. Setelah menentukan prioritas klien diajak
untuk menerjemahkan prioritas tersebut ke
dalam jadwal belajar harian. Klien dibantu

28
RAHASIA

praktikan merancang jam-jam belajar dan


bermain yang dilakukan perharinya.
5. Klien diminta untuk memikirkan
konsekuensi reward mauapun punishment
ketika jadwal belajar klien di tetapkan.
Praktikan menyarankan klien jika mampu
mengikuti jadwal belajar selama 2 minggu
berturut-turut klien diizinkan bermain game
online selama 2 jam di hari Minggu .
Kesimpulan :
Pada fase ini belajar untuk membuat prioritas dari berbagai aktivitas
harian klien selama ini. Klien juga belajar untuk merancang jadwal belajar sesuai
dengan kebutuhan klien.
d. Fase Penerapan Self Guidance
Target : Klien dan Ibu
Tabel 13. Pelaksanaan Intervensi Fase Penerapan Self-Guidance
No. Sesi / Kegiatan Uraian
Tanggal
1. Sesi 7 Behavioral: Tujuan:
20 Januari Operant 1) Ibu mengetahui penjadwalan pembelajaran
2015 Conditioning klien sehingga dapat diberikan
pengawasan
2) Mengikutsertakan ibu dalam memberikan
reward dan punishment terhadap perilaku
belajar.
Deskripsi:
1) Praktikan bersama dengan ibu
menyaksikan jadwal-jadwal belajar yang
telah dirancang anak yang telah dituliskan
di time-table klien yang akan di temple di
ruang belajar klien. Praktikan
mendampingi ibu dan anak dalam
memutuskan jam belajar dan lama waktu
belajar yang diperlukan anak selama di
rumah.
2) Praktikan memfasilitasi ibu dan anak
mengenai penetapan reward dan
punishment yang akan diberlakukan. Anak
dan ibu sepakat jika jadwal dijalankan
selama setiap seminggu anak akan
mendapatkan reward berupa uang saku
untuk bermain game selama 2 jam di hari

29
RAHASIA

Minggu. Jika tidak menjalankan jadwal


klien akan menerima konsekuensi
mengurangi uang saku klien sebanyak
1000 setiap bolos dari waktu yang telah
ditentukan.
2. Sesi 8 Konseling Tujuan
21 Januari Mengikutsertakan orang tua dalam memberikan
2015 reward dan punishment terhadap perilaku
belajar.
Deskripsi
Praktikan mengajak ibu untuk mendukung
jadwal belajar klien dengan memberikan
perhatian seperti dukungan melalui verbal
dengan pujian terhadap klien. Selain itu ibu
juga diajak untuk mengisi buku pengawasan
terhadap jam belajar klien. Buku tersebut
berisikan tanggal, jam belajar malam dan
keterangan mengenai aktivitas dan mata
pelajaran yang sedang klien kerjakan saat itu.
Sehingga ibu dapat mengawasi jumlah jam
pelajaran yang klien penuhi dalam seminggu
sehingga mampu menerapkan reward dan
punishment yang telah ditetapkan oleh ibu dan
klien
Kesimpulan :
Pada fase ini, klien dan ibu bersama membuat kesepakatan berdasarkan
kemampuan dan keinginan klien untuk mencapai tujuan belajar secara bersama-
sama. Klien menerapkan jadwal belajar yang telah dirancangnya sendiri serta ibu
meaplikasikan cara mengapresiasi terhadap perilaku klien.
e. Fase Covert Self-Instruction
Target : Klien dan Ibu
Tabel 13. Pelaksanaan Intervensi Fase Covert Self-Instruction
No. Sesi / Kegiatan Uraian
Tanggal
1. Sesi 9 Konseling Tujuan:
29 Januari klien Menerapkan jadwal yang telah dirancang
2015 sendiri dan konsekuensi dari target untuk
kegiatan selanjutnya
Deskripsi
Praktikan mereview hasil time table yang
pertama kali klien tetapkan. Berdasarkan hasil

30
RAHASIA

rancangan time table yang pertama klien merasa


kesulitan untuk memenuhi waktu yang telah
dirancang sendiri. Praktikan menanyakan
kesulitan klien untuk memenuhi jadwal yang
telah ditetapkan sendiri. Klien merasa waktu
bermain yang ia miliki tidak ada. Lalu praktikan
menawarkan untuk merancang time table baru
dengan hari belajar minimal 4 hari yang
didasarkan pada mata pelajaran yang berada di
bawah KKM. Rancangan time table klien
membuat jadwal belajar satu jam saat pukul
19.00 WIB selama 4 hari dalam seminggu di
hari minggu, senin, selasa, dan rabu.
2. Sesi 10 Monitoring Tujuan
1 Februari Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
2015 jadwal belajar klien sesuai time-table yang telah
dirancang.
Deskripsi
Praktikan secara random datang ke rumah klien
untuk melihat waktu belajar klien. Pada hari itu
ibu menyediakan ruang bagi klien untuk belajar
dengan mengecilkan suara televisi. Ibu
mendampingi klien yang sedang belajar sambil
menyetrika. Klien belajar selama 1 jam
mengerjakan PR matematika. Ibu sesekali
melontarkan dukungan bahwa klien akan naik
kelas jika rajin belajar seperti ini.
3. Sesi 11 Monitoring Tujuan
11 Februari Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
2015 jadwal belajar klien sesuai time-table yang telah
dirancang.
Deskripsi
Praktikan bersama dengan klien mendiskusikan
mengenai progress jadwal belajar klien yang
mulai meningkat. Klien diapresiasi terhadap
peningkatan jadwal belajar yang terjadi di
rumah. Klien menyatakan bahwa jadwal
pelajaran di sekolah berubah akibat perubahan
kurikulum yang kembali ke kurikulum 2006
sehingga jadwal mata pelajaran ikut berubah.
Praktikan mendampingi klien untuk membuat
time table baru sesuai dengan jadwal pelajaran
yang baru. Klien mulai menentukan jadwal
belajar di rumha yang ditekankan kepada
pelajaran yang tidak tuntas pada saat mid tes,
yakni pelajaran IPS dan PKn. Klien membuat

31
RAHASIA

jadwal belajar pada hari sebelum yang di esok


harinya ada kedua pelajaran tersebut
4. Sesi 12 Monitoring Tujuan
17 Februari Melakukan pengawasan terhadap jadwal
2015 pelajaran dan kegiatan belajar di rumah
bersama dengan ibu
Deskripsi
Pada saat praktikan datang ke rumah untuk
melihat proses belajar, klien sedang
mengambek terhadap ibu akibat tidak di jemput
saat pulang sekolah. Klien tidak mau mengikuti
jadwal belajar di rumah dan menyalahkan ibu
karena tidak mau menjemput. Klien
menyampaikan kekesalannya kepada ibu yang
tidak menjemput dan ketidakmampuan ibu
mengajar materi pelajaran SMP kepada klien.
Ibu memberikan alasan tidak menjemput dan
alasan tidak mengajari klien. Praktikan
mengajak klien dan ibu berdiskusi, klien
diberikan gambaran pekerjaan yang dilakukan
ibu selama ini untuk memenuhi kebutuhan
klien. Klien juga diingatkan bahwa uang yang
digunakan klien untuk bermain game juga
berasal dari kerja keras ibu. Setelah
mendapatkan gambaran dan diminta untuk
membayangkan kerja keras ibu klien mulai
memahami pekerjaan ibu. Setelah makan dan
mandi akhirnya klien melanjutkan pengerjaan
tugas lagi.
Kesimpulan :
Pada fase in klien mulai menerapkan rancangan jadwal belajar yang telah
dibuatnya. Perilaku belajar klien juga diawasi ibu dengan memberikan catatan di
buku pengawasan belajar klien agar ibu dapat memberikan reward dan
punishment.

32
RAHASIA

D. Hasil Intervensi
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil berikut:
1. Perubahan ABC
Tabel 14. Perubahan ABC
Antecendent Behavior (B) Consequence
(A) Covert Overt (C)
Saat ada PR yang Klien berpikir dapat Klien Klien mulai
harus dikerjakan di mengurangi main game mengerjakan PR belajar
rumah beberapa hari saja di rumah (mengerjakan PR)
minimal 1 jam di rumah minimal
Klien berpikir “Pasti dalam 4 hari 2 kali dalam satu
Bisa” dan mengerjakan perminggu minggu.
PR semampu yang Ibu menyisihkan
klien bisa waktu 30 menit
untuk menemani
klien belajar
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku tampak pada perilaku nyata yang muncul sebagai
berikut:

Grafik 1. Jadwal belajar malam hari di rumah


3.5

2.5

1.5 Jadwal belajar malam


hari di rumah
1

0.5

Pengukuran jumlah hari klien belajar di rumah selama beberapa hari


dalam seminggu dilakukan semenjak sesi 6 setelah klien merancang time table
yang dibuat sendiri.

33
RAHASIA

Tabel 15. Jadwal belajar klien


Minggu Tanggal Pelajaran Keterangan
Minggu I 20 Januari 2015 IPS Intervensi
Minggu II 29 Januari 2015 IPS
1 Februari 2015 IPS
Minggu III 3 Februari 2015 IPS
4 Februari 2015 B.Ind
8 Februari 2015 IPA
Minggu IV 10 Februari 2015 B.Ind Follow-up
15 Februari 2015 IPS
Minggu V 17 Februari 2015 IPS
22 Februari 2015 IPS
Minggu VI 24 Februari 2015
27 Februari 2015
3. Perubahan pada diri target intervensi
Tabel 16. Perubahan pada diri target intervensi
Target Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Klien  Klien tidak pernah belajar  Klien setidaknya mampu belajar
di rumah dan sering berada di rumah minimal 1 jam.
di warnet baik bermain Sesudah intervensi klien mampu
game atau sekedar belajar di rumah sebanyak 2-3
menonton di warnet. hari dalam seminggu
 Klien selalu “ngeyel”  Ibu merasa klien sudah mulai
ketika diberitahu oleh ibu tidak terlalu banyak “ngeyel”
 Klien membolos satu  Klien masih membolos saat jam
harian untuk bermain game mata pelajaran tertentu seperti
di dekat sekolah IPS dan PKn.
Ibu  Ibu sibuk mengerjakan  Ibu mulai menyisihkan waktu
pekerjaan saat malam hari untuk sambil memperhatikan
di rumah jadwal belajar klien dan
 Ibu jarang memberikan pelajaran apa yang sedang
apresiasi positif terhadap dipelajari
klien dan lebih sering  Ibu mulai menerapkan kalimat
memarahi klien positif untuk memberikan
 Ibu tidak pernah apresiasi terhadap perilaku
menerapkan hukuman belajar klien
terhadap klien  Ibu menerapkan hukuman
terhadap kesepakatan belajar
yang tidak dipenuhi klien
dengan mengurangi uang jajan
klien sebanyak 1000/hari untuk
satu jadwal yang tidak dipenuhi

34
RAHASIA

E. Evaluasi Proses dan Dampak Intervensi


Pada saat pelaksanaan terdapat beberapa hambatan namun proses
intervensi dapat berjalan sesuai dengan rancangan. Pada saat fase kognitif
konseling, praktikan merasa kesulitan untuk membuat klien berpikir pentingnya
bagi klien untuk memprioritaskan belajar dibandingkan bermain game. Klien
termasuk anak yang saat diberitahu mampu mendengarkan namun beberapa hari
kemudian perilaku bermain game berulang kembali. Sehingga praktikan beberapa
kali untuk mengajak klien merasa penting untuk belajar dengan mengingat
tujuannya naik kelas, membuktikan kepada guru, serta mengingat kerja keras ibu.
Hambatan lainnya adalah kurang asertif klien dalam menanggapi ajakan teman-
temannya untuk bermain, klien kerap diajak membolos oleh teman lain yang juga
tinggal kelas. Selain itu, klien juga kerap diajak membolos oleh teman dari
kelasnya yang selalu mentraktir sesuatu jika mengikuti suruhan temannya. Di
sekitar rumah, klien juga sering diajak oleh teman-teman satu tim game warnet
klien untuk bermain bersama dengan gratis.

VI. Rekomendasi
Proses keberlanjutan terhadap hasil intervensi ini perlu adanya perhatian
ataupun pengawasan keterpenuhan jadwal belajar klien oleh pihak otoritas yang
ada di sekolah. Hal ini diharapkan agar klien tetap melaksanakan program belajar
di rumah dengan adanya perhatian dari pihak otoritas tersebut. Cara yang dapat
dilakukan dengan melihat laporan dari buku pengawasan yang ditulis ibu klien.
Klien juga dapat di-follow up melalui program PKPP selanjutnya untuk melatih
kemampuan asertif klien terhadap pengaruh dari lingkungan sosial klien,
khususnya teman-teman klien yang mudah mempengaruhi klien untuk melakukan
hal-hal negatif. Selain itu klien memerlukan dukungan yang kuat dari ibu sebagai
proteksi utama dari lingkungan yang ada di rumah. Perlu adanya kontrol klien
terhadap kesenangan klien untuk pergi ke warnet yang ada di sekitar rumah. Ibu
perlu untuk memberikan kenyamanan di rumah agar klien lebih betah saat di
rumah.

35
RAHASIA

DAFTAR PUSTAKA

Dembo, M. H.(2004). Motivation and Learning Strategies for College Success-A


self-Management Approach. Second Edition. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates,Publishers
Gerhardt, M. W. (2006). Individual Self-Management Training in Management
Education. Miami University: Oxford.
Kahn, J. W. (1999). The A-B-C’s of Human Experience: An Integrative Model.
Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Laidra, K., Pullman, H., & Allik, J. (2007). Motivation and learning strategies as
predictors of high school students math achievement. Cukurova
University Faculty of Education Journal, 42(1), 96-109
Robinson, T. R. (2007). Cognitive behavioral interventions: startegies to help
students make wise behavioral choices. Journal of Beyond Behavior,
17(1), 7-13.
Sundel, M., & Sundel S.S. (2005). Behavior Change in the Human Services:
Behavioral and Cognitive Principles and Application (fifth edition).
London: Sage Publication.
Woolfolk, A. (2004). Educational Psychology (9 th Ed). USA : Pearson
Education, Inc.

36
RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai