Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUGAS LAPANG

PSIKOLOGI REHABILITASI

Dosen Pengampu:

Ritna Sandri S.Psi, M.Psi.

Disusun Oleh:

Novia Anggi Winanti (21090000110)


Krisantius Happy (21090000111)
Rr. Maulitha Dian Safira (21090000140)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum MK Psikologi
Rehabilitasi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum pada mata
kuliah Psikologi Rehabilitasi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi seputar Psikologi Rehabilitasi bagi para pembaca dan juga
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Richo Surya Pradana, selaku
dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari, laporan praktikum yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

Malang, 02 Januari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
A. Riwayat.................................................................................................................................5
i. Identitas.........................................................................................................................5
ii. Keadaan fisik dan kesehatan umum...........................................................................5
iii. Kemampuan/kecekatan fisik (ADL).............................................................................5
iv. Aspek psikologis (Kecuali tes IQ) => problem emosi yang dihadapi......................5
v. Aspek sosial anak/individu..........................................................................................5
vii. Aspek keterampilan......................................................................................................5
viii. Aspek komunikasi.........................................................................................................5
B. Teori yang berkaitan dengan program rehabilitasi...........................................................5
C. Analisis.................................................................................................................................8
BAB III..............................................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................10
LAMPIRAN.....................................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan autisme pada anak menjadi fenomena yang menarik perhatian karena semakin
banyaknya kasus yang dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization), kejadian autisme di seluruh dunia terus
meningkat dan kini menjadi salah satu gangguan perkembangan paling umum pada anak.
Faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran, perubahan kriteria diagnostik, dan peningkatan
penelitian tentang autisme telah berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus yang
terdeteksi.
Dampak dari gangguan autis tidak hanya dirasakan oleh individu yang terkena, tetapi juga
oleh keluarga, pendidikan, dan masyarakat secara luas. Anak-anak dengan autisme sering
menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar, menghadiri sekolah, serta
membangun hubungan sosial yang sehat. Ini menciptakan tantangan signifikan bagi sistem
pendidikan dan kesehatan, serta menimbulkan kebutuhan akan pemahaman yang lebih baik dan
dukungan yang lebih efektif di tingkat masyarakat.
Gangguan autisme pada anak tidak hanya berdampak pada individu yang deritanya, namun
juga menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Pihak keluarga dari anak autis seringkali
menghadapi tantangan unik dalam mendukung tumbuh kembang anaknya baik secara emosional
maupun finansial. Di sisi lain, lingkungan pendidikan dan sosial secara umum juga harus
beradaptasi untuk menciptakan integrasi dan pemahaman yang lebih baik terhadap kebutuhan
anak autis.
Pemahaman masyarakat terhadap fenomena gangguan autisme sangat penting untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif. Stigma dan kurangnya pengetahuan
yang sering dikaitkan dengan autisme dapat menjadi penghambat integrasi sosial dan tumbuh
kembang yang optimal pada anak penderita autisme
Di Indonesia, autisme juga mendapat perhatian luas dari masyarakat dan para ahli seiring
dengan meningkatnya jumlah anak autis yang pesat. Hingga saat ini, belum ada angka resmi
mengenai jumlah anak autis di Indonesia, namun sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa
pada tahun 2004, jumlah anak autis atau GSA di Indonesia mencapai 475.000 jiwa dan setiap
anak autis itu unik. Setiap orang menunjukkan gejala dengan kuantitas dan kualitas yang
berbeda-beda. Inilah sebabnya mengapa dalam beberapa tahun terakhir muncul istilah ASD
(Autism Spectrum Disorder) atau GSA (Gangguan Spektrum Autistik).

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat
a. Cakupan data
i. Identitas
Nama subjek : Ibnu

Usia : 7 tahun
Gangguan yang : autisme
Lama gangguan :
Nama orangtua : Sulis dan
Fahmi
Pekerjaan : WIraswasta
Alamat : Jalan Sumen
ii. Keadaan fisik dan kesehatan umum
Setelah melakukan wawancara bersama subjek, didapati hasil bahwasannya
keadaan fisik subjek memiliki postur tubuh yang tinggi dan badan yang berisi. Fisik
subjek terlihat sangat baik seperti individu pada umumnya, sehingga hal tersebut
membuat subjek tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitasnya sehari-
hari. Untuk kesehatannya, subjek mengalami riwayat pada sarafnya.
iii. Kemampuan/kecekatan fisik (ADL)
Setelah dilakukannya wawancara subjek dapat melakukan beberapa hal namun
masih sedikit susah dalam berkomunikasi serta hanya mengikuti apa yang ingin dia
lakukan
iv. Aspek psikologis (Kecuali tes IQ) => problem emosi yang dihadapi
Keterbatasan psikologis yang dialami subjek Berdasarkan subjek mengalami
beberapa masa sulit seperti yang dapat dilihat hal tersebut dapat mengganggu
dalam pembelajarannya, namun tidak jarang subjek berhasil melewati hal tersebut
dan berusaha untuk mengikuti pelajaran atau perintah dengan baik
v. Aspek sosial anak/individu
Dengan keterbatasan yang subjek miliki subjek memiliki kesulitan untuk
berinteraksi dengan temannya namun subjek juga berusaha untuk mendekati
temannya dengan cara dengan cara interaksi yaitu memegang atau mengurus
temannya sehingga subjek dapat ikut bermain ataupun berinteraksi dengan
temannya

vi. Aspek agama dan budi pekerti

5
Berdasarkan hasil wawancara subjek beragama Islam dan berusaha untuk
mengikuti ibadah dengan baik di rumahnya dan ketika berada di sekolah Ia
merupakan salah satu anak yang sama serta tidak pernah mencari masalah
dengan teman sebayanya
vii. Aspek keterampilan
Berdasarkan hasil wawancara subjek bergabung pada skala tersebut baru
memasuki bulan ketiga namun subjek mengikuti keterampilan yang ada di kelasnya
dengan baik tetapi tidak mengikuti banyak kegiatan karena adanya kekurangan dari
subjek yang membuat kondisi ketika subjek mengikuti kegiatan sedikit tidak
kondusif
viii. Aspek komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas subjek subjek memiliki sedikit
masalah dalam berkomunikasi subjek saat ini hanya bisa berkomunikasi satu arah
namun ketika subjek ingin berinteraksi dengan orang lain maka subjek akan
memegang orang tersebut kemudian menunjuk beberapa hal yang ingin ia lakukan

b. Deskripsi kondisi subjek secara fisik, psikis, dan terapi yang dijalani untuk
melaksanakan program rehabilitasi.
a. Fisik
Berdasarkan observasi yang dilakukan di YPAC kondisi subjek tidak memiliki
kelainan apapun subjek terlihat sehat dan baik serta tidak ada kekurangan apapun

b. Psikis

Subjek mengalami kondisi psikis seperti kesulitan dalam memahami ekspresi


wajah atau bahasa tubuh internasional dan kesulitan dalam memahami atau
merespon ekspresi atau perintah dari orang lain tidak hanya itu subjek juga
menggunakan komunikasi nonverbal yang terbatas seperti gesture ataupun
ekspresi wajah subjek cenderung melakukan aktivitas berulang atau terfokus pada
minat yang sangat khusus

c. Terapi

Terapi yang dilakukan yaitu terapi sosial, visual. dan obat.

d. Peran wali kelas / orang tua

Berdasar dari hasil wawancara yang telah dilakukan peran dari wali kelas subjek
karena subjek baru masuk sekolah bulan ketiga sehingga pada saat ini merupakan

6
masa adaptasi atau masa bonding bagi wali kelas tersebut dengan subjek sehingga
para wali kelas pada saat ini yaitu pembiasaan ciri antara subjek dengan wali
kelas serta membiasakan diri subjek serta membantu untuk mengontrol emosi
dari subjek. Peran orsng tua yang dilakukan yaitu membantu subjek untuk
pemberian terapi-terapi yang diperlukan serta membimbing subjek dalam proses
perkembangannya.
B. Teori yang berkaitan dengan program rehabilitasi
Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu “re” yang berarti kembali dan “habilitasi” yang
berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan.
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap
berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan
ekonomi.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Rehabilitas adalah pemulihan kepada kedudukan
(Nama Baik) yang semula perbaikan anggota tubuh yang cacat dan yang lainnya atas individu
(misalnya pasien rumah sakit, korban kecelakaan) agar menjadi manusia yang berguna dan
memiliki posisi di masyarakat.
Rehabilitasi didefinisikan sebagai ”satu program holistik dan terpadu atas intervensi-
intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang
(individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial,
dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia” (Banja,1990:615).
Suparlan (1993:124) mengemukakan bahwa rehabilitasi merupakan suatu proses
kegiatan untuk memperbaiki kembali dan mengembangkan fisik, kemampuan serta
mental seseorang sehingga orang itu dapat mengatasi masalah kesejahteraan sosial
bagi dirinya serta keluarganya.
Sedangkan menurut PP No.72/1991 tentang PLB dan SK Mendikbud
No.0126/U/1994 pada lampiran 1 tentang Landasan, Program, dan Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, disebutkan bahwa rehabilitasi merupakan upaya
bantuan medik, sosial, dan keterampilan yang diberikan kepada peserta didik agar
mampu mengikuti pendidikan. Usaha rehabilitasi merupakan proses rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi secara bertahap, berkelanjutan, dan
terus menerus sesuai dengan kebutuhan.
Dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa Rehabilitasi
diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik,
mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan
utama rehabilitasi adalah membantu penca mencapai kemandirian optimal secara
7
fisik, mental, sosial, vokasional, dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Ini
berarti membantu individu tersebut mencapai kapasitas maksimalnya untuk
memperoleh kepuasan hidup dengan tetap mengakui adanya kendala-kendala teknis
yang terkait dengan keterbatasan teknologi dan sumber-sumber keuangan serta
sumber-sumber lainnya.
Sunaryo (1995:121) menggambarkan program rehabilitasi sebagai serangkaian
kegiatan terkait yang terdiri dari aktivitas administratif, sumber daya manusia, proses
rehabilitasi, dan distribusi hasilnya. Program-program ini mencakup:

1) Program terapi fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi,


keseimbangan, dan pembelajaran penggunaan peralatan bantu.

2) Program vokasional yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta menjadi


individu yang produktif dan siap untuk bekerja.

3) Program psikologis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individual,


memenuhi kebutuhan individu, dan menyediakan layanan konseling serta
psikoterapi.

4) Program layanan sosial yang bertujuan untuk mendorong partisipasi keluarga


dan membantu dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial.

5) Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan


keterampilan intelektual, sosial, dan kegiatan mandiri, serta program pemulihan
bagi yang mengalami kesulitan belajar.

6) Program orientasi dan mobilitas yang bertujuan untuk mengembangkan


keterampilan dalam orientasi dan mobilitas, memungkinkan perjalanan yang
aman dan lancar, serta mendorong kemampuan menjalin hubungan sosial
yang baik.
Menurut Surnayo (1995:113) adapun tahapan-tahapan dalam proses penerapan
rehabilitasi itu adalah tahap pra rehabilitasi, tahap pelaksanaan rehabilitasi dan
tahap pembinaan. Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan rehabilitasi tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:

a) Tahap pra rehabilitasi meliputi :

1) Bimbingan dan penyuluhan kepada klien, keluarga dan masyarakat.

2) Motivasi kepada klien agar dapat ikut serta dalam menyusu program
rehabilitasi.

8
3) Meyakinkan pada klien rehabilitasi akan berhasil kalau terdapat kerja sama tim
ahli dan pasien.

4) Pemeriksaan terhadap diri klien.

b) Tahap pelaksanaan rehabilitasi, meliputi:

1) Klien sudah menjalankan program rehabilitasi.

2) Klien mendapatkan pelayanan rehabilitasi yaitu rehabilitasi: medis, rehabilitasi,


vokasional, dan rehabilitasi sosial.

3) Pelaksanaan ketiga jenis rehabilitasi ini berlangsung serempak dalam suatu


periode.

c) Tahap pembinaan hasil rehabilitasi. Diberikan kepada klien yang sudah


menjalankan program rehabilitasii dan dianggap sudah siap berdiri sendiri
kembali ke masyarakat.

Secara rinci Qoleman (1988:663) mengemukakan sasaran rehabilitasi


adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan insight individu terhadap problem yang dihadapi, kesulitannya


dan tingkah lakunya.

b) Membentuk sosok self identity yang lebih baik pada individu.

c) Memecahkan konflik yang menghambat dan mengganggu.

d) Merubah dan memperbaiki pola kebiasaan dan pola reaksi tingkah laku yang tidak
diinginkan.

e) Meningkatkan kemampuan melakukan relasi interpersonal maupun kemampuan-


kemampuan lainnya.

f) Modifikasi asumsi-asumsi individu yang tidak tepat tentang dirinya sendiri dan dunia
lingkungannya.

g) Membuka jalan bagi eksistensi individu yang lebih berarti dan bermakna atau berguna.

C. Analisis

Ibnu merupakan anak penyandang autisme. Orang tua Ibnu baru menyadari
bahwa anaknya mengalami autisme ketika baru lulus TK. Awalnya, orang tua Ibnu masih
belum sadar jika anaknya mengalami autisme, namun dengan berjalannya waktu,
perkembangan Ibnu dirasa berbeda dengan anak lainnya, sehingga dapat dikatakan

9
sebagai gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan adalah bila terjadi
keterlamabatan atau penyimpangan perkembangan dan untuk gejala autis biasanya
dintandai dengan adanya distorsi perkembangan fungsi psikologis secara majemuk yang
meliputi ; perkembangan keterampilan, sosial dan berbahasa, seperti perhatian, persepsi
daya nilai, terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.

Berikut beberapa karakteristik perilaku autisme yang dimiliki Ibnu :


1. Bahasa/komunikasi
A. Ekspresi wajah yang datar
B. Jarang melakukan komunikasi dengan orang
C. Menggunakan kata yang terbatas atau tampak tidak mengerti arti kata
D. Tidak bereaksi terhadap suara
E. Kesulitan dalam menggunakan bahasa
2. Hubungan dengan orang
A. Saat berkomunikasi, tidak berkontak mata
B. Sering menggunakan alat orang tuanya sebagai alat atau tidak mau melakukan sendiri
C. Tidak mau senyum dengan orang lain
D. Tidak responsif
3. Hubungan dengan lingkungan
A. Menunjukkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel atau menunjukkan rutinitas yang kaku
B. Marah saat mengalami suatu kondisi yang berubah-ubah
C. Bermain diulang-ulang
4. Kesenjangan perkembangan perilaku
A. Memiliki keterampilan diluar urutan normal, seperti membaca tetapi tidak memahami artinya
B. Memiliki kemampuan yang sangat terlambat
C. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu
D. Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi

Ibnu memiliki gejala-gejala yang dimiliki oleh anak autisme :


1. Gangguan komunikasi
Ibnu mengalami gangguan komunikasi berupa sulitnya mengekspresikan diri, sulit berinteraksi
dengan teman sebaya, sulit bertanya jawab, dan berbagai bentuk masalah gangguan
komunikasi lainnya.
2. Gangguan perilaku

10
Gangguan perilaku Ibnu mengacu pada perilaku yang sering dilakukan secara terus-menerus,
seperti suka berjalan berjinjit atau melompat-lompat. Bahkan adanya obsesi terhadap suatu
benda, yaitu obsesi terhadap suatu bagian benda lalu mengetuk-ngetukan benda itu secara
terus-menerus serta suka terhadap benda yang berputar atau memutar-mutar benda.
3. Gangguan interaksi
Ibnu mengalami gangguan interaksi berupa sulitnya berintekasi dengan teman sebayanya. Di
sekolah, Ibnu enggan untuk berkomunikasi dan cenderung senang untuk menyendiri.Hal yang
dilakukan ketika sendiri yaitu sering berbicara sendiri dengan berteriak-riak dan bermain
dengan benda kesukaanya.

Gambaran Permasalahan Psikososial Keluarga ( Orang Tua ) Anak Berkebutuhan Khusus


( Autisme ) :
Orang tua Ibnu menunjukkan permasalahan psikososial termasuk depresi berawal dari stress,
kecemasan, dan perilaku marah karena menghadapi berbagai kesulitanyang parah dalam
merawat kebuutuhan anak serta adanya perasaan pesimis tentang masa depan anak.Reaksi
yang pertama kali muncul pada saat orang tua mengetahui bahwa Ibnu mengalami kelainan yaitu
mengalami goncangan batin, perasaan terkejut, shok, dan tidak mempercayai kenyataan yang
menimpa anaknya.

Bentuk dan Metode Terapi yang sudah dilakukan :


A. Terapi sosial
Dalam terapi sosial, seorang terapis harus membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis
untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya dan mengajari cara-caranya secara langsung,
karena biasanya anak-penyandang autis memiliki kelemahan dalam bidang komunikasi dan
interaksi.
B. Terapi visual
Terapi visual, bertujuan agar anak-anak autis dapat belajar dan berkomunikasi dengan
cara melihat (visual learner) gambar-gambar yang unik dan disenangi. Misalnya dengan
menonton video-video pembelajaran.
C. Terapi obat
Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya pada kondisi-kondisi
tertentu saja,pemberiannya pun sangat terbatas karena terapi obat tidak terlalu menentukan
dalam penyembuhan anakanak autis.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

BAB, I. Oleh: Dra. Hj. Sri Widati, M. Pd.

Dewi, R., Inayatillah, I., & Yullyana, R. (2019). Pengalaman Orangtua dalam Mengasuh Anak
Autis di Kota Banda Aceh. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 3(2), 288-301.

Miswanto, M., & Harahap, Y. M. (2022). Patologi dan Rehabilitasi Sosial (Case Method dan Team
Based Project).

Sutarto, S. (2021). Penerapan Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan
Narkotika Ditinjau Dari Teori Pemidanaan Relatif. Jurnal Penegakan Hukum Indonesia, 2(1), 115-
135.

Suteja, J. (2014). Bentuk dan metode terapi terhadap anak autisme akibat bentukan perilaku
sosial. Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 3(1).

13
LAMPIRAN

14
15
 Dokumentasi

 Link

16

Anda mungkin juga menyukai