Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Perkembangan
Peserta Didik tentang “Laporan Studi Kasus Peserta Didik TK”. Tidak lupa juga
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan tugas ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III USAHA BANTUAN ............................................................................. 11
A. Usaha Bantuan yang Pernah Dilakukan .................................................... 11
B. Usaha Bantuan yang Direncanakan .......................................................... 11
C. Usaha Bantuan yang Terlaksana ............................................................... 12
BAB IV ANALISI DAN PEMBAHASAN ........................................................ 13
A. Analisis...................................................................................................... 13
B. Pembahasan ............................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
iii
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identifikasi Kasus
1. Proses Menemukan Kasus
Proses penemuan kasus dilakukan dengan mengamati kebiasaan
sehari-hari peserta didik, melakukan wawan cara dengan orang tua peserta
didik, dan juga melakukan tes krining tumbuh kembang pada peserta
didik yang merupakan siswa TK.
2. Identitas Peserta Didik
a. Data Pribadi
- Nama Lengkap : Muhammad Atha Hafiziah
- Nama Panggilan : Atha
- Jenis Kelamin : Laki - laki
- Tempat, Tanggal Lahir : Selong, 1 November 2018
- Suku bangsa : Sasak
- Kewarganegaraan : WNI
- Anak ke : 2 (dua)
- Bahasa Sehari-hari : Indonesia
- Hobby : Bersepeda
- Cita-cita : Dokter
- Alamat : Desa Pringgasela, kec. Pringgasela.
- Sekolah : TK PGRI 10 Pringgasela
b. Keadaan Jasmani
- Tinggi Badan : 121 cm
- Berat Badan : 15 kg
- Warna Kulit : Sawo Matang
- Warna Rambut : Hitam
- Bentuk Muka : Oval
c. Keadaan Kesehatan
- Penglihatan : Normal
1
- Pendengaran : Normal
- Pembicaraan : Normal
d. Keadaan Keluarga
- Ayah
Nama : Muhammad Yasir Arafat
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pringgasela, Rw. Daya Desa
Pendidikan : SMA
- Ibu
Nama : Nurdiana
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Priggasela, Rw. Daya Desa
Pendidikan : SMA
- Keadaan Sosial Ekonomi
Rumah : Layak dan tinggal bersama orang tua
Penghasilan Orang Tua : 750.000 / bulan
2
3. Gejala
Anak selalu menangis saat mau pergi ke sekolah.
Anak takut untuk ditinggal oleh ibunya saat di sekolah.
Anak sulit bersosialisasi dengan teman di sekolahnya.
3
BAB II
A. Analisis
1. Skrining KPSP Anak Usia 60 Bulan
NO Intruksi Hasil
(Ya/Tidak)
1 Isi titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan:
Handuk
a. “Apa yang kamu lakukan jika
(YA)
kamu kedinginan?”
Makan
b. “Apa yang kamu lakukan jika
(YA)
kamu lapar?”
Istirahat
c. “Apa yang kamu lakukan jika
(YA)
kamu lelah?”
Jawab “YA” bila anak merjawab ke 3 pertanyaan
tadi dengan benar, bukan dengan gerakan atau
isyarat. Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah “menggigil” , ”pakai mantel’ atau “masuk
kedalam rumah’. Jika lapar, jawaban yang benar
adalah “makan” Jika lelah, jawaban yang benar
adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur
tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau TIDAK
pakaian boneka?
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. YA
Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak (1= 5 detik)
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia (2= 6 detik)
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 (3= 6 detik)
detik atau lebih?
4
4 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan YA
menyebut kata “lebih panjang”. Perlihatkan gambar
kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih
panjang?” Minta anak menunjuk garis
yang lebih panjang. Setelah anak
menunjuk putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi. Apakah anak dapat menunjuk garis
yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu YA
nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti
contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3
kali kesempatan. Apakan anak dapat
menggambarkan seperti contoh ini?
5
rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada
anda) pada saat andan meninggalkannya?
8 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, YA
katakana pada anak:
Keterangan:
6
2. Wawancara dan Observasi
a) Wawancara dengan orang tua siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua yang
dilaksanakan pada tanggal 12 November 2023, di dapatkan keterangan
bahwa anak dengan inisial “A” sangat disayang oleh bapaknya
dikarenakan memiliki perbedaan usia 15 tahun dengan kak pertamanya
sehingga “A” sangat dimanjakan. Selain itu juga narasumber yang
merupakan ibu dari anak dengan inisial “A” menceritakan keadaan
anaknya di sekolah. Pada awal tahun ajaran baru, si anak yang
bersekolah di salah satu taman kanak-kanak di desanya sangat
bersemangat dan memiliki banyak teman di sekolahnya. Selain itu juga
pada saat proses pembelajaran berlangsung si “A” tidak menangis saat
di tinggal pulang oleh ibunya. Akan tetapi setelah beberapa bulan
bersekolah, tiba-tiba “A” sering menangis jika disuruh sekolah oleh
ibunya, minat belajarnya kurang, sering murung, bahkan terlihat sering
menyendiri di sekolah karena tidak ada teman yang mengajaknya
bermain dan sering menangis jika di tinggal pulang oleh ibunya.
Perubahan sikap pada anak ini disebabkan karena adanya tindakan
pembullyan yang dilakukan oleh beberapa teman sekolahnya karena
anak ini tidak bisa melawan saat di ejek oleh temannya dan sempat
hamper di jatuhi papan tulis akibat ulah teman-teman di sekolahnya, hal
inilah yang membuatnya sering menangis jika di tinggal pulang oleh
ibunya. Padahal orang tua “A” sudah mengadu kepada gurunya akan
tetapi kejadian itu sering terulang.
b) Wawancara dengan peserta didik
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik yang
dilaksanakan pada tanggal 12 November 2023, di dapatkan keterangan
bahwa peserta didik mengaku kalau dia pernah di jahili oleh teman-
temannya dan sering menangis di sekolah, selain itu juga dia mengaku
tidak mau sekolah. Dia lebih suka bermain dengan teman-teman
dilingkungan sekitar tempat tinggalnya.
7
c) Observasi pada peserta didik terhadap perilakunya
Berdasarkan observasi dapat disimpulkan bahwa perubahan
perilaku atau sikap peserta didik di sekolah akibat adanya pembullyan
yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya yang seharusnya
memerlukan pengawasan langsung dari pendidik. Peserta didik tidak
terlalu mau bersosialisasi dan cenderung menghindar jika diajak
bermain oleh teman-teman sekolahnya karena takut dan dia lebih
memilih menyendiri.
B. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum atau menghubung-hubungkan data
yang telah terkumpul pada tahap analisis yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri peserta
didik.
Dari data yang saya peroleh dengan cara skrining kpsp anak usia 60
bulan, saya mendapatkan hasil bahwa siswa yang berinisial “A” memperoleh
skor 7 yang menandakan pertumbuhan dan perkembangannya meragukan.
Seharusnya di usia 5 tahun 11 si “A” sudah mampu mengancing bajunya
sendiri atau berpakaan sendiri tampa di bantu, bereaksi tenang dan tidak
rewel saat ditinggal ibunya. Selain itu juga kondisi lingkungan anak usia 5
tahun seharusnya terus di kontrol baik di rumah maupun di sekolah.
Lingkungan yang kurang kondusip bagi si “A” ternyata mampu menurukan
minat “A” untuk belajar, kesulitan bergaul dengan teman sebayanya, dan
adanya ketakutan saat masuk sekolah sehingga harus di tunggu oleh ibunya.
C. Diagnosis
Pada tahap diagnosis ini, dimaksudkan sebagai suatu tahapan yang
ditempuh untuk mencari, menemukan, dan menentukan factor-faktor
penyebab timbulnya masalah.
8
1. Identifikasi Masalah
Dalam penyusunan studi kasus identifikasi siswa yang berkasus (Ata)
menjadi tahap awal yang harus dilakukan di dalam proses penyusunan
studi kasus. Pada saat ini saya mengamati kasus anak yang di manjakan
orang tuanya dan di bully oleh teman-teman sekolahnya sehingga
akhirnya menjadi anak yang murung dan susah bersosial.
2. Etiologi (Menemukan Sumber Penyebab Masalah)
a. Faktor endogen atau intern
Anak tidak bisa melawan saat di jahili oleh temannya.
Anak terlalu dimanja oleh orang tuanya.
Kurangnya stimulus atau stimulasi tumbuh kembang anak yang
diberikan oleh orang tuanya.
b. Factor ekstogen atau ekstern
Teman – teman yang suka menjahili atau mengejek.
Kurangnya kontrol dari pendidik.
D. Prognosis
Prognosis merupakan upaya memprediksi kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi berdasarkan data yang ada sekarang.
1. Kemungkinan yang akan terjadi jika peserta didik mendapatkan
bantuan dalam menyelesaikan masalahnya
Mampu meningkatkan dan mengasah kemampuan motorik,
kemandirian, dan cara penguasaan emosi yang tepat dengan cara rutin
memberikan stimulus atau stimulasi kepadanya. Selain itu juga
pemberian stimulus yang rutin dan tepat mampu membantu anak
menguasai kecakapan hidup (life skills).
Meningkatkan keberanian, kepercayaan diri dan kemampuan
sosialisasi anak terutama di lingkungan sekolah.
2. Kemungkinan yang akan terjadi jika peserta didik tidak segera
dibantu
9
Jika orang tuannya terlalu memanjakan anaknya, maka perilaku ini
akan menjadi salah satu penghambat tumbuh kembang anak. Hal ini
dapat dilihat dari perilaku yang seharusnya sudah bisa dilakukan pada
usia 5 tahun akan tetapi si anak belum mampu melakukannya, dalam
kata lain anak menjadi malas untuk melakukan banyak hal jika terlalu
di manjakan.
Peserta didik tidak akan mau bersosialisasi dengan temannya yang
lain dan lebih memilih untuk menyenderi. Peserta didik belum
mengerti bahwa perilku seperti ini akan menghambat proses
belajarnya di sekolah dan ditakutkannya mampu mengganngu pola
pikir anak jika terus terjadi.
10
BAB III
11
takut akan jahilan teman-temannya sehingga mampu meningkatkan
semangat belajar dan datang ke sekolah, dan tidak menangis saat
ditinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan arahan kepada
anak cara melawan jika ada teman yang menjahilinya, seperti: jangan
menunjukan rasa takut, menjalin pertemanan dengan banyak teman,
percaya diri, dan melapor kepada pendidik atau guru.
C. Usaha Bantuan yang Terlaksana
Bantuan yang saya lakukan pada peserta didik dan terlaksana yaitu
mengajaknya bermain sepeda karena bersepeda merupakan hobbynya, kami
bersepeda di lingkungan komplek rumahnya. Dengan cara seperti ini, tampa
saya sadari ternyata si “A” merupakan anak yang sangat periang, pintar,
percaya diri, tidak mudah takut dan aktif. Akan tetapi si “A” sangat
membutuhkan lingkungan yang nyaman dan mensufort segala aktivitas yang
dilakukan sehingga dia mampu menjadi dirinya sendiri.
12
BAB IV
A. Analisis
Peserta didik dengan nama Muhammad Atha Hafiziah yang merupakan
siswa TK PGRI 10 Pringgasela kelas a. Atha sebenarnya adalah anak yang
sangat periang dan mudah bergaul dengan teman sebayanya, dia tidak segan-
segan menyapa temannya jika kebetulan bertemu di jalan walaupun hanya
panggilan sautan tampa menyebut nama (panggilan “we”), bahkan dia tidak
canggung dan tidak takut bersama saya padahal saya sudah lama tidak
bertemu dengan si “A”. selain itu, dia bahkan tidak pernah menangis padahal
biasanya dia takut ditinggal oleh ibunya dengan orang baru atau orang yang
sudah dia kenal tapi jarang bertemu seperti saya. Sebenarnya anak ini
merupakan anak yang pintar, periang, percaya diri, tidak mudah menangis
dan tidak mudah takut seperti layaknya anak laki-laki seusianya. Akan tetapi
ada beberapa faktor yang mempengaruhi “A” menjadi seperti ini, yakni faktor
intern dan ekstern.
B. Pembahasan
Anak sekolah taman kanak-kanak masuk ke dalam tahap masa anak
prasekolah (anak umur 60-72 bulan). Pada masa ini, pertumbuhan
berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani
yang bertambah, meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Memasuki
masa prasekolah anak-anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami. Pada masa ini anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada
masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat
13
dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
Adapun tahapan perkembangan anak prasekolah dapat dilihat melalu tabel
dibawah ini.
UMUR 48-60 BULAN
Berdiri 1 kaki 6 detik.
Melompat-lompat 1 kaki.
Menari.
Menggambar tanda silang.
Menggambar lingkaran.
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
Mengancing baju atau pakaian boneka.
Menyebut nama lengkap tanpa dibantu.
Senang menyebut kata-kata baru.
Senang bertanya tentang suatu hal.
Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
Bicara mudah dimengerti.
Bida menbedakan atau membandingkan sesuatu dari ukurannya dan
bentuknya.
Menyebut angka, menghitung dengan jari.
Menyebut nama-nama hari.
Berpakaian tampa di bantu.
Bereaksi tenang dan tidak rewel saat di tinggal.
14
Dari hasil kuoesioner terhadap narasumber di dapatkan bahwa anak dengan
inisial “A” mengalami perkembangan yang meragukan karena mendapatkan
skor 7. Hal ini dapat dilihat dari hasil Skrining KPSP yang menunjukkan
bahwa seharusnya di usia 5 tahun anak sudah bisa memasang dan
mengkancing bajunya sendiri, selain itu anak juga seharusnya tidak menangis
atau gelisah pada saat di tinggal. Tetapi si “A” masih belum bisa melakukan
dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu dari hasil wawancara di dapatkan
hasil bahwa anak kesulitan berteman atau bergaul. Sehingga ini sangat
berpengaruh terhadap sosialisasi dan kemandirian anak. Untuk mengatasi hal
ini adapun intervensi atau bentuk tindakan yang harus dilakukan:
1. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat, dan sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi peyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan
lakukan pengobatan.
STIMULASI
15
untuk menggunkan pakaian dan mengancing bajunga sendiri.
TAHAPAN SOSIALISASI
STIMULASI
16
Adapun beberapa masalah mental yang di hadapi oleh korban bullying
adalah kerusakan mental seperti despresi, kegelisahan, atau masalah tidur
yang mungkin akan terbawa sampai korban dewasa. Keluhan kesehatan fisik
seperti sakit kepala, perut, dan ketegangan otot, rasa tidak aman pada saat
berada di lingkungan sekolah dan menurunkan semangat belajar yang akan
berpengaruh terhadap prestasi akademik (Zakiah.dkk, 2017). Seperti pada
kasus anak dengan inisial “A” mendapat bullyan dari teman-temannya yang
berdampak pada si “A” sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolahnya,
si “A” takut dengan lingkungan sekolahnya sehingga salah satu cara yang
dilakukan untuk mengungkapkan rasa takut tersebut dengan cara tidak mau
di tinggal pada saat sekolah oleh ibunya karena jika di tinggal ibunya dia
merasa terancam. Dalam hal ini diperlukannya kerjasama antara peserta
didik dan orang tua. Berbicara, mendengarkan dan tidak terlalu memanjakan
anak merupakan hal yang penting untuk membantu tumbuh kembang anak
dengan baik.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah yang dihadapi peserta didik dalam kasus ini adalah peserta didik
yang kurang di berikan stimulasi oleh orang tuanya akibat terlalu di
manjakan dan adanya tindakan pembullyan di sekolahnya. Jika peserta didik
dibiarkan begitu saja dan tidak di tindak lanjuti, hal ini akan mempengaruhi
tumbuh kembang, peningkatan rasa takut dengan orang baru dan cara peserta
didik bersosial terutama dengan teman di sekolahnya.
B. Saran
Dalam melakukan suatu tindakan haruslah difikirkan dan di ketahui
dampaknya terhadap tidakan tersebut. Hal – hal yang mamapu memberikan
trauma bagi orang lain sebaiknya tidak perlu dilakukan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2016. Pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta.
Safira, N., & Hidayah, A. (2022). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 3(9),1002-
1009.
19