Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

STUDI KASUS BIMBINGAN

MIRANDA
1913052016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDAR LAMPUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang guru yang mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus
menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak
yang seperti nya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik membaca,
menulis, serta berhitung yang menupakan kebutuhan dasar yang akan
dipelajari pada saat sekolah dasar. Hal ini terkadang membuat guru menjadi
frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian
juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan belajar.
Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang
baik di sekolah. Akan tetapi ternyata sang anak mengalami kesulitan dalam
belajar. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melaksanakan studi kasus ini
dengan maksud untuk mencari penyebab kesulitan dalam belajar untuk
membantu siswa dan orang tua memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapinya.

B. Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan dalam usaha untuk menguasai


pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling
secara individual serta pembuatan laporan studi kasus. Dengan menjunjung
tinggi kode etik yang dipegang teguh oleh petugas bimbingan dalam
menjalankan tugasnya adalah menjaga kerahasiaan konseli terutama
masalahmasalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh
konseli akan dirahasiakan oleh konselor. Dari wujud laporan ini sama sekali
tidak bermaksud membeberkan rahasia atau masalah konseli. Namun, jika
dalam uraian nanti terdapat kesamaan masalah yang didapati, kiranya hal
demikian dapat dianggap sebagai sesuatu yang terjadi karena kebetulan.
Segala data atau informasi yang menyangkut pribadi konseli akan dijamin
kerahasiaannya dalam hal ini laporan studi kasus ini hanya akan diberikan
kepada yang berwenang saja atau pihak yang berwenang dalam laporan studi
kasus ini.
C. Manfaat Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus merupakan persyaratan dalam mengikuti mata


kuliah Studi Kasus Bimbingan. Kegiatan studi kasus relatif sama dengan
kegiatan konseling yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
kegiatan ini merupakan awal bagi calon konselor untuk memahami konseling
dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling
sesungguhnya di lapangan. Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam
data, baik data pribadi maupun data tentang lingkungan (lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang turut mempengaruhi keberadaan
konseli. Meskipun data ini merupakan sesuatu yang bersifat rahasia bagi
konseli, namun tentunya tidak akan menimbulkan dampak negatif dan
merugikan si konseli. Sebaliknya, konseli justru memperoleh sesuatu yang
bersifat positif dan menguntungkan bagi dirinya guna memecahkan
masalahmasalah yang dihadapinya. Uuntuk menjaga kerahasiaan data tentang
konseli, maka penulis menuliskan inisial nama siswa dan kesediaan penulis
untuk tidak memberitahukan pada orang lain.

D. Identifikasi Kasus

Dalam identifikasi kasus ini dimana yang teridentifikasi adalah salah


seorang siswa kelas 3 A SD X dengan menggunakan beberapa alat pengumpul
data yang diperlukan yaitu melalui daftar cek masalah, wawancara, angket
kebiasaan belajar dan alat pengumpul data lainnya. Siswa yang dimaksud
gambaran selanjutnya tentang konseli adalah sebagai berikut:

BIODATA SISWA
1. Nama Lengkap : KA (Inisial)
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Agama : Islam
4. Umur : 9 Tahun
5. Cita-Cita : Dokter
6. Hobi : Bermain
7. Tinggi/Berat Badan : 110cm / 28kg
8. Pendidikan : SDN 2 X
9. Kelas :3A
10. Tempat/Tgl Lahir : Bandar Lampung, 16 Desember 2015
11. Suku : Jawa
12. Keterangan Keluarga
a) Ayah
Nama : BJP
Agama : Islam
Umur : 25 Tahun
Pend. Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pengangguran
b) Ibu
Nama : AE
Agama : Islam
Umur : 25 Tahun
Pend. Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pedagang
c) Saudara
Laki-Laki :1
Perempuan :-
13. Keterangan Tempat Tinggal
a) Tinggal Dengan : Nenek Kandung
b) Ke sekolah Dengan : Jalan kaki
c) Jarak Rumah Dengan Sekolah : ± 400 – 800 m
14. Keterangan Kesehatan
a) Penglihatan :–
b) Pendengaran :–
c) Penciuman :–
d) Penyakit yang Pernah Diderita : -
15. Keterangan Lainnya
a) Penampilan
▪ Ekspresi Wajah : Ceria, terkadang datar
▪ Kerapian : Rapi
▪ Suara : Lembut
b) Persentase Kehadiran : Hadir
c) Tipe Pergaulan : Kondisional (bisa menyendiri, bisa
mengelompok)
d) Kegiatan Di Luar Sekolah : membantu ibu berjualan
e) Kehidupan Belajar di Rumah
▪ Jumlah Jam Belajar : tidak menentu
▪ Sarana/Prasarana : Lengkap

E. Gambaran Secara Menyeluruh tentang Konseli

1) Physical Appearance (Penampilan Fisik)

Sesuai dengan hasil pengamatan terhadap si konseli KA (Inisial) ini, cara


berbicaranya cukup sopan dan sulit bercerita kepada orang baru. serta
penampilannya yang sopan, perkembangan kesehatannya naik, keadaan
tinggi badan dan berat badan berbeda dari anak seusianya. Dilihat dari segi
fisik, si konseli ini termasuk tipe anak yang sulit menjalin hubungan
pertemanan.

2) Personal Appearance (Penampilan Pribadinya)

Dilihat dari kesehariannya, si konseli ini adalah anak yang cukup sulit
bergaul dan mendapatkan teman banyak didalam kelas maupun di
lingkungan sekolah. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari temannya,
si KA (Inisial) ini cendrung pendiam kepada orang lain.

Begitu pun hasil wawancara (interviu) konseli tidak mengingat nama-nama


teman yang ada di sekolah nya, hanya mengingat nama teman di
lingkungan rumah. Konseli juga sering ikut membantu sang ibu dan nenek
untuk berjualan sehingga untuk bermain bersama teman-teman tidak
sesering anak lain nya.
F. Gambaran Umum Kasus

Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui wawancara. Adapun


gambaran umum dari kasus konseli sebagai berikut:
1) Konseli dalam proses belajar mengajar cendrung diam dan tidak banyak
Tanya.
2) Konseli kurang mampu menyesuaikan dirinya dengan teman maupun
pelajaran.
3) Konseli jarang belajar/bermain karena ikut membantu ibu dan nenek nya
berjualan.

G. Alasan memilih Kasus

1) Bagi Penulis
Berdasarkan gambaran umum kasus, maka penulis merasa perlu untuk
menangani siswa yang bersangkutan dengan persetujuan konselor orang
tua dengan menggunakan studi kasus dengan harapan agar:
▪ Penulis terampil dalam melaksanakan konseling secara individual
▪ Penulis terampil dalam menangani siswa yang bermasalah melalui teknik
studi kasus
2) Bagi Siswa
Dengan penanganan kasus, siswa yang bersangkutan diharapkan:
▪ Siswa tersebut dapat meningkatkan motivasi belajarnya
▪ Siswa tersebut dapat lebih memahami dirinya serta masalah yang telah
dihadapinya.
3) Bagi Orang Tua
Kegiatan ini dapat membantu anak yang sedang megalami masalah
sehingga orang tua dapat lebih memahami anak. Hasil dari kegiatan ini
dalam bentuk studi kasus yang berisi data konseli dapat menjadi bahan
dokumen yang siap digunakan bilamana dibutuhkan.
BAB II
TEKNIK PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan selama berlangsungnya


penelitian meliputi wawncara dan observasi. Beberapa alat pengumpul data
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan Tanya-jawab secara lisan untuk memperoleh
informasi. Bentuk informasi ini menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah
belajar siswa.

2. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan secara sengaja
terhadap tingkah laku kasus dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi adalah sebagai pelengkap dari
metodemetode lainnya. Hal in diketahui melalui pengamatan terahadap
tingkah lakunya di rumah dalam proses belajar.

B. Penyajian Data

Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dan akibat terhadap
diri konseli, maka penulis akan menyusun prosedur dan metode peyelidikan
dengan rancangan terkait yang disajikan melalui tahapan analisis, sintesis,
diagnosa dan prognosis. Dengan tahapan inilah diharapkan dapat memberikan
bantuan terhadap diri konseli dan bagaimana alternatif pemecahannya dari
masalah tersebut.
BAB III
PROSEDUR PEMILIHAN BANTUAN

A. Analisis

Berdasarkan hasil analisis dari wawancara dan observasi, maka konseli


dikategorikan mengalami kebiasaan belajar yang kurang baik, sehingga perlu
dikembangkan metode belajar yang efektif bagi siswa. Dari hasil observasi
diperoleh informasi tentang aspek aspek perilaku yang ditunjukkan konseli,
bahwa:

1) Sikap pada umumnya

Cendrung pendiam, rapi dan bersih. Hanya mempunyai beberapa teman.


Selalu tidak bertanya pada guru.

2) Perhatian terhadap pelajaran dan guru

Memperhatikan pelajaran, diam saat tidak mengerti. mencatat pelajaran.

3) Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan

Bekerja tergesa-gesa, Sering kebingungan dalam mengerjakan tugas

4) Alat pekerjaan dan pengunaannya

Lengkap dan tidak kekurangan alat dalam mengerjakan tugas sekolah.

B. Sintesis

Sintesis merupakan kegiatan untuk menghubungkan data sehingga


tampak jelas hal-hal yang menjadi latar belakang adanya suatu masalah yang
dihadapi oleh konseli sebagaimana yang telah dipaparkan pada uraian
sebelumnya yakni pada tahapan-tahapan analisis.

1) Adapun faktor pendukung yaitu:


a) Konseli termasuk anak yang pintar, dan ingin tahu banyak hal
b) Konseli berusaha terbuka dan berpartisipasi pada saat diskusi dikelas
2) Adapun faktor penghambat yaitu:
Konseli kurang komunikasi dengan orang tua dirumah dan guru
disekolahnya. Konseli tidak punya banyak waktu dalam belajar dan bergaul
dengan teman sebaya.

C. Diagnosis

Berdasarkan hasil sintesis di atas yang didapat dari berbagai


macammacam tes psikologi, berikut ini dikaji diagnosis yang menyebabakan
sehingga konseli mengalami masalah belajar. Adapun uraian diagnosis
berdasarkan data yang telah dikumpul oleh penulis sebagai berikut:

Dengan melihat uraian pada analisis data dan sintesis, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa masalah yang dialami si YMP ini yang disebabkan oleh
faktor antara lain:
1) Kurangnya perhatian orang tua terhadap kondisi belajar siswa
2) Orang tua klien sudah berpisah sehingga kurang perhatian terutama dari
figur seorang ayah
3) Kurangnya mempunyai waktu untuk belajar karena ikut membantu berjualan
4) Konseli tidak banyak bergaul dengan teman-temannya.

D. Prognosis

Berdasarkan dari hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang


menyebabkan rendahnya tingkat belajar konseli berikut ini akan diuraikan
kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuan. Pemberian bantuan ini
berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu muncul.
Kemungkinaankemungkinan pemberian bantuannya sebagai berikut:

1) Memberikan bimbingan belajar berupa:


▪ Informasi cara belajar yang efektif
▪ Informasi tentang bagaimana mengatur waktu yang baik
▪ Informasi bagaimana menghadapi kesulitan belajar

2) Melaksanakan Konseling Behavioral


Melaksanakan konseling Behavioral dengan teknik operant conditioning
yang memfokuskan pada apa yang di lakukan konseli dan bagaimana
mengarahkan mereka untuk melakukan hal dengan di berikan stimulus
penguatan agar ingin belajar. KA diberi tahu untuk bisa memfokuskan dalam
belajar walaupun kurang kasih sayang dari orang tua terutama ayahnya
untuk bekal masa depan yang cerah ke diri nya. Setelah itu memberikan
pandangan dan contoh-contoh kongkrit tentang kerugian-kerugian yang
akan ditimbulkannya dengan sikap seperti itu. Dan terakhir meyakinkan KA
bahwa dia mampu belajar sendiri atau bersama dengan teman sebaya nya
jika ia mau mulai memiliki pertemanan yang banyak di sekolah maupun
rumah.
BAB IV
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN

A. Jenis Bantuan yang Diberikan

Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dilaksanakan tapi perlu


adanya perencanaan meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua bantuan
yang diberikan dapat dengan baik karena dengan adanya kendala atau
rintangan yang akan menghambat. Adapun alternatif bantuan yang telah dipilih
oleh konseli adalah sebagai berikut:

1. Bantuan melalui Bimbingan:


▪ Informasi tentang penggunaan waktu belajar, bermain/pergaulan.
▪ Informasi tentang cara berkomunikasi dengan orang tua.
▪ Informasi tentang kedudukan orang tua dalam kehidupan.
2. Bantuan Melalui Konseling
Memberikan bantuan pada konseli melalui konseling Realitas yaitu
menempatkan pokok kepentingannya pada peran konseli dalam menilai
kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan kegagalan yang
dialaminya.

B. Pelaksanaan Layanan Bantuan

Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya diberikan bantuan


sebagai berikut:

1. Melalui Pemberian Bimbingan


Adanya informasi yang diberikan berupa:
• Bagaimana cara belajar yang efektif
• Mengatur waktu belajar
• Cara bergaul yang sehat

2. Pemberian Konseling
Mengingat bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli lebih
kepada masalah pribadi dan belajar, sehingga praktikan mengambil inisiatif
untuk memberikan bantuan melalui teknik konseling Behavioral dengan
teknik operant conditioning yang diharapkan konseli untuk lebih memikirkan
masa depan nya dengan diberikan stimulus penguatan dan contoh konkrit
nya.
Adapun langkah-langkah dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
• Membangun hubungan pribadi dengan konseli KA
• Mendengarkan dengan penuh perhatian dan perasaan yang
diceritakan KA
• Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
mengenai masalahnya
• Setelah mengetahui, memberikan pemahaman akibat dari kurangnya
motivasi dalam belajar tersebut.
• Mengakhiri hubungan pribadi dengan KA.

C. Penilaian Hasil Layanan

Berdasarkan beberapa tahap yang dilakukan maka selanjutnya diadakan


follow up atau penilaian atau evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Secara langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan


langsung kehidupan sehari-harinya di sekolah.
2. Secara tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang
orang yang ada disekitar konseli (orang tua, dan teman).

Berdasarkan follow up dan penilaian yang diberikan, penulis telah melihat


perubahan-perubahan yang terjadi yang terangkum dalam 2 aspek berikut:

a) Aspek Keberhasilan:
1) Konseli dengan senang hati mendengar dan menerima setiap arahan
dan bimbingan dari kakak pembimbingnya.
2) Siswa mulai bergairah dan cukup antusias untuk belajar
3) Konseli telah berjanji untuk berusaha dengan sungguh-sungguh
memperbaiki cara belajarnya.
4) Konseli berjanji untuk memperbanyak teman agar bisa belajar bersama
jika tidak bias dilakukan dengan orang tua.

b) Aspek Ketidakberhasilan
1) Pemberian bantuan yang diberikan belum mencapai taraf optimal karena
dibatasi waktu yang sangat terbatas sehingga tidak mencapai hasil yang
optimal pula.
2) Konseli belum mampu secara optimal melaksanakan semua saran dan
bimbingan yang diberikan sekaligus, sehingga butuh pengawasan dan
pemberian motivasi terus-menerus kepada anak/konseli tersebut.
BAB V
TINDAK LANJUT

Pencapaian hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk


pelimpahan dan tindak lanjut ini diperlukan untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangan atas kemajuan konseli nantinya, maka dalam kegiatan ini
sangat diharapkan peranan dari pihak konselor dan orang tua siswa untuk
memberikan perhatian yang lebih intensif dan berkesinambungan kepada
konseli. Untuk itu penulis mengharapkan masing-masing kepada:

1. Guru pembimbing atau konselor di sekolah senantiasa memperhatikan


perkembangan konselinya khususnya pada saat konseli berada di
lingkungan sekolah, mengamati lebih lanjut, perkembangan pada
pelajaran dan juga pergaulan siswa yang bersangkutan.
2. Guru pembimbing dan orang tua konseli membina hubungan kerja sama
yang baik sehingga konselor akan lebih mudah memperoleh informasi
tentang konseli di rumah dan begitupun sebaliknya. Konselor dapat
memberikan informasi mengenai keadaan konseli di sekolah kepada
orangtuanya agar dapat mengetahui kondisi anaknya pada saat berada
di lingkungan sekolah.
3. Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan anaknya,
dimana anak di bimbingan dalam mengerjakan tugas ataupun hal yang
menyangkut pelajaran.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang dilaksanakan untuk


mengetahui penyebab siswa melakukan perilaku menyimpang dan cara
mendapatkan informasi dapat dilakukan dengan metode wawancara (interviu)
dan observasi tentang tingkah laku siswa. Adapun prosedur pemberian bantuan
yang diberikan kepada siswa, yaitu:
1. Memberikan bimbingan belajar
2. Melaksanakan Konseling Behavioral

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat penulis berikan kepada guru


pembimbing dan orang tua siswa, yaitu:
1. Kepada guru pembimbing yang ada di sekolah sebaiknya memperhatikan
perkembangan siswa baik dari segi pelajaran dan pergaulan saat berada di
lingkungan sekolah.
2. Kepada orang tua siswa sebaiknya memperhatikan kondisi belajar anak dan
memberikan bantuan pada anak dalam mengerjakan tugas di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. & Manrihu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:


Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik.

Azharul Fazri, S. Studi Kasus. Lampung : Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.

Prayitno, & Amti Erman. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
LAMPIRAN

a. Hasil Wawancara

Hari, tanggal : Kamis, 1 Juli 2021


Waktu : 11;00
Tempat : rumah responden
Responden : KA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 16 Desember 2015

Penulis : “Apakah setiap malam atau sepulang sekolah kamu


belajar dan menyiapkan pelajaran untuk besok?”
Responden : “Tidak pernah”
Peneliti : “Jam berapa kamu bangun ? bangun sendiri atau
dibangunkan orang tua ?”
Responden : “06.00 kadang bangun sendiri dan dibangunkan ibu.”
Peneliti : “Siapa yang menyiapkan buku-buku pelajaran yang akan
dibawa ke sekolah ? Kapan ? malam hari atau pagi hari ?”
Responden : “saya sendiri, malam hari.”
Peneliti : “Bagaimana kamu berangkat ke sekolah ? (diantar atau
berangkat sendiri) ?”
Responden : “Jalan sendiri.”
Peneliti : “Apakah kamu memahami materi yang disampaikan oleh
guru ?”
Responden : “Kadang paham kadang tidak”
Peneliti : “Jika kamu belum memahami materi yang disampaikan
guru apa yang kamu lakukan ?”
Responden : “Diam saja”
Peneliti : “Bagaimana perasaan kamu ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung ?”
Responden : “Deg-degan karena takut nilainya nol.”
Peneliti : “Pada saat dirumah berapa jam belajar perhari?”
Responden : “Belajar hanya saat ada tugas saja kak”
Peneliti : “Kerjakan tugas nya bersama orang tua atau sendiri?”
Responden : “Kalau ibu pergi dagang sama nenek mengerjakan tugas
nya, kalau tidak ada nenek dan ibu ya sendirian”
Peneliti : “Kenapa kamu jarang belajar dirumah?”
Responden : “Saya ikut ibu dan nenek dagang kak, kalau pun dirumah
itu terkadang malam dan untuk belajar rasanya sudah
capek makanya langsung tidur”
Peneliti : “Ibu pulang jam berapa dari dagang”
Responden : “Sekitar jam 10 kak”
Peneliti : “Kamu juga pulang jam segitu?”
Responden : “Saya pulang jam 8 malam kak, diantar ibu”
Peneliti : “ Kamu sering mengerjakan tugas bersama teman-teman
mu gak?”
Responden : “Saya lebih banyak waktu membantu ibu kak, jadi jarang
bermain sama teman juga”
Peneliti : “Menurut kamu apa yang sulit dari tugas sekolah nya?”
Responden : “Perkalian kak. Saya belum hapal perkalian jadi kadang
saya mendapatkan nilai kecil”
Peneliti : “Saran dari kakak, kamu bisa belajar bersama teman-
teman untuk melatih perkalian itu. Atau bisa kakak yang
mengajari setelah kamu membantu ibu kamu berjualan”
Responden : “Boleh kak, nanti aku bilang ibu untuk antar aku kerumah
abis maghrib"
Peneliti : “Oke dek, kakak tunggu belajar bersama ya. Terima
kasih”.
Responden : “Sama-sama kak”.
b. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai