Anda di halaman 1dari 16

TUGAS : LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Laily Safura


LPTK PPG : Universitas Negeri Malang
NPK : 4814110012029
NIM : 233112711605 .

No Masalah yang telah di Hasil Eeksplorasi penyebab masalah Analisis Penyebab Masalah
. identifikasi

1 Berdasarkan hasil Dari hasil kajian literatur


AKPD di kelasIX-1, Kajian Literatur :
dan wawancara yang
terdapat sebanyak 24 dilakukan maka didapatkan
Menurut Noehi Nasution (1992: 215),
siswa (75%) dari 32
faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan bahwa yang mempengaruhi
siswa merasa
belajar sebagai berikut: kesulitan siswa dalam
kesulitan mempelajari
dan memahami mata mempelajari dan memahami
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak.
pelajaran tertentu. pelajaran :
2. Gangguan perasaaan atau emosi. 1. Rendahnya kemampuan
(BIDANG PRIBADI) intelektual anak.
3. Kurangnya motivasi untuk belajar.
Gejala : 2. Gangguan perasaaan atau
4. Kurang matangnya anak untuk belajar. emosi.
-Siswa tidak fokus
pada pelajaran 5. Usia terlampau muda. 3. Kurangnya motivasi
untuk belajar.
- Berbicara atau 6. Latar belakang sosial yang tidak
mengobrol dengan menunjang. 4. Kurang matangnya anak
teman ketika guru untuk belajar.
7. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
sedang menerangkan
5. Usia terlampau muda.
pelajaran 8. Kemampuan mengingat yang rendah. 6. Kebiasaan belajar yang
kurang baik
9. Terganggunya alat-alat indra.
7. Kemampuan mengingat
10. Proses belajar mengajar yang tidak
sesuai yang rendah

11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan 8. Terganggunya alat-alat


belajar. indra

12. Lingkungan yang kurang mendukung Eksternal :


proses pembelajaran
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
Menurut Mulyadi (2010), kesulitan belajar
pada dasarnya dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik,
kognitif, maupun afektif. Beberapa perilaku
yang merupakan manifestasi gejala kesulitan
belajar, adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan prestasi belajar yang


di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan tugas-
tugas belajar.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti; acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan
sebagainya.
5. Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar. Contohnya; mudah
tersinggung, murung, pemarah,
bingung, cemberut, kurang gembira,
selalu sedih

Hamidah ( 2022 ; 57 ) Motivasi belajar


yang dimiliki siswa berbeda satu dengan
yang lain, terdapat siswa yang memiliki
motivasi belajar cukup tinggi dan
sebaliknya terdapat siswa yang memiliki
motivasi belajar kurang optimal. Hal ini
dapat dilihat dari antusias dan perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran

Hamzah (2021;28) Siswa yang telah


termotivasi untuk belajar sesuatu akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan
tekun, dengan harapan memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa
motivasi untuk belajar menyebabkan
seseorang tekun belajar

Dari sejumlah literasi didapatkan bahwa


yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam
mengikuti pelajaran dikelas :

Internal :

1. Rendahnya kemampuan intelektual anak.

2. Gangguan perasaaan atau emosi.

3. Kurangnya motivasi untuk belajar.

4. Kurang matangnya anak untuk belajar.

5. Usia terlampau muda.


6. Kebiasaan belajar yang kurang baik

7. Kemampuan mengingat

yang rendah

8. Terganggunya alat-alat indra

Eksternal :

1.Latar belakang sosial yang tidak


menunjang.

2. Kebiasaan belajar yang kurang baik


3. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
4. Tidak adanya dukungan dari lingkungan
belajar
5. Lingkungan yang kurang mendukung
proses pembelajaran

Hasil wawancara guru BK dengan siswa :

-Siswa rata-rata mengalami kesulitan belajar


pada mata pelajaran matematika
-Siswa tidak memiliki kemampuan dasar
matematika
- Siswa tidak menyukai pelajaran
matematika
-Siswa merasa otaknya kurang mampu
untuk memahami materi matematika
-- Siswa menganggap pelajaran matematika
terlalu rumit dan membosankan
Hasil wawancara dengan guru mapel
matematika :
-siswa kurang aktif saat diminta untuk
mengerjakan soal-soal matematika
- siswa tidak memiliki keterampilan dasar
matematika

Hasil wawancara dengan pakar :


Faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa
dalam mempelajari dan memahami pelajaran
tertentu :
1. Faktor Internal :
- Kemampuan intelektual
- Motivasi
- Sikap
- Minat

2. Faktor eksternal :
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat

Kesimpulan dari hasil wawancara :


-Rata-rata siswa mengalami kesulitan pada
mata pelajaran matematika
- Siswa tidak memiliki kemampuan dasar
dalam pelajaran matematika
- Siswa menganggap pelajaran matematika
terlalu rumit dan membosankan
- Faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar adalah faktor internal dan eksternal.

2. Berdasarkan dari Berdasarkan kajian literasi


hasil AKPD di kelas Kajian Literatur : dan wawancara dapat
IX-1, terdapat disimpulkan bahwa yang
1. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2015),
sebanyak 15 siswa mempengaruhi motivasi
(46%) dari 32 siswa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam mengikuti
yang masih belum motivasi belajar adalah sebagai berikut: pelajaran dikelas
paham tentang
meningkatkan 1) Cita-Cita Faktor internal :
motivasi belajar Motivasi belajar muncul dalam keinginan
anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai minat, kecerdasan,bakat dan
Gejalanya : sikap
keinginan dapat menumbuhkan kemauan
- Siswa merasa
jenuh ketika belajar yang akan berujung pada cita-cita Faktor eksternal :
belajar dalam kehidupan. Cita-cita dapat
- Mengantuk di memperkuat motivasi intrinsik dan lingkungan keluarga,
kelas lingkungan sekolah dan
ekstrinsik.
- Pandangan lingkungan masyarakat
tidak fokus
pada pelajaran 2) Kemauan Siswa
Keinginan anak perlu dibarengi dengan
(BIDANG kemampuan untuk mencapainya, karena
BELAJAR) kemauan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.

3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani
dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.

4) Kondisi lingkungan siswa


Siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar, oleh karena itu kondisi lingkungan
sekolah yang sehat, harmonis, dan tertib
sosial perlu ditingkatkan kualitasnya agar
semangat dan motivasi belajar siswa mudah
dikuatkan.

5) Elemen Dinamis dalam Pembelajaran


dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian,
kemauan, ingatan, dan pikiran yang
mengalami perubahan karena pengalaman
hidup. (Dimyati dan Mujiono, 2002)

2. Periantalo J (2016) yang menjelaskan


peserta didik yng memiliki sikap positif
dalam kegiatan pembelajaran akan aktif
bertanya, menjawab dan mempraktikan
materi yang diajarkan

Peserta didik yang memilki minat belajar


akan meningkatkan konsentrasi pada materi
yang dipelajari. Timbulnya minat belajar
disebabkan adanya ketertarikan atau sesuatu
yang dipelajari memiliki makna tersendiri
sehingga mendorong peserta didik menjadi
lebih termotivasi dalam kegiatan belajar

Menurut jurnal Loviyani Putri,Youlinda &


Rifai,Achmad Rifai. .(2019). Pengaruh
Sikap dan Minat Belajar terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Paket C. Journal of
Nonformal Education and Community
Empowerment. Volume 3 (2): 173-184
Berikut ini adalah faktor penyebab malas
belajar yang kerap terjadi pada siswa:

1. Kegiatan belajar yang monoton

Jika Guru hanya mengaplikan strategi


belajar yang sama, metode belajar yang
sama, atau media pembelajaran yang sama
dalam kurun waktu yang lama, maka siswa
akan cepat merasa bosan. Tidak ada lagi rasa
penasaran yang membuat siswa antusias
belajar.

Guru harus merancang kegiatan


pembelajaran yang bervariasi. Jangan
menggunakan satu hal secara beruntun
dalam waktu yang lama. Sisipkan games-
games yang menyenangkan dan dapat
membangkitkan gairah belajar siswa. Jika
siswa merasa senang, mereka akan
memproduksi hormone dopamine yang
membuat siswa senang dan ketagihan untuk
belajar.

2. Tidak mengetahui tujuan belajar

Supaya siswa bersemangat dan memiliki


motivasi dalam belajar, Guru dapat
memberitahukan pada siswa tujuan
mempelajari materi yang diajarkan. Kaitkan
hal-hal yang dipelajari di kelas dengan
kehidupan nyata sehingga siswa tidak hanya
memiliki gambaran abstrak mengenai
pembelajaran. Berikan motivasi yang
membuat siswa merasa membutuhkan
belajar dengan menceritakan kisah-kisah
orang sukses atau kisah inspiratif yang dapat
membangkitkan keinginan siswa untuk
belajar dan mencapai kesuksesan dalam
hidupnya dengan belajar giat.

3. Kurangnya Tantangan

Penyebab kejenuhan dalam belajar lainnya


adalah kurangnya atau tidak adanya
tantangan dalam belajar. Misalnya Siswa
hanya mendengarkan ceramah atau
menjawab soal-soal yang jawabannya ada di
dalam buku. Hal ini membuat siswa tidak
memiliki target pencapaian yang dapat
membuat mereka melakukan effort khusus.

Cara mengatasi kejenuhan dalam belajar


yang ampuh untuk kasus ini adalah dengan
selalu memberikan kegiatan belajar yang
menantang siswa. Tahukah Guru Pintar
bahwa siswa akan lebih fokus ketika merasa
tertantang? Hal ini disebabkan hormone
Noradrenaline yang akan diproduksi
saat seseorang merasa terancam atau
tertantang. Berikan kegiatan belajar yang
berjenjang sehingga siswa tidak merasa
kegiatan belajar yang dialaminya datar-datar
saja.

4. Kelelahan/keletihan yang berlebihan

Dalam bukunya The Psychology of


Learning, Cross (1974) menuliskan ada tiga
macam kelelahan/keletihan yang membuat
siswa merasa malas/bosan belajar. Tiga
macam keletihan yang mungkin dialami
siswa adalah keletihan indera siswa,
keletihan fisik siswa, dan keletihan mental
siswa.

kelelahan fisik dan kelelahan indera lebih


mudah diatasi daripada kelelahan mental.
Kelelahan fisik dan indera dapat diatasi
dengan memberikan waktu kepada siswa
untuk beristirahat cukup dan menganjurkan
mereka untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi. Kelelahan mental
membutuhkan pendekatan-pendekatan
khusus supaya dapat teratasi. Guru dapat
berkolaborasi dengan orang tua dan juga
guru BK untuk membantu siswa yang
mengalami kelelahan mental. Hal ini jangan
dibiarkan berlarut-larut. Jika gejala
kelelahan mental terlihat, segera lakukan
tindakan supaya tidak terjadi hal fatal yang
tidak diinginkan.

5. Lingkungan belajar yang tidak


kondusif

Faktor lingkungan ternyata juga sangaat


mempengaruhi motivasi siswa dalam
belajar. Lingkungan yang tidak kondusif
misalnya tata ruang kelas yang monoton,
tidak memiliki hiasan-hiasan atau dekorasi
yang menarik, pencahayaan kurang,
sirkulasi udara tidak baik, atau berisik.

Jika siswa memiliki motivasi yang tinggi


dalam belajar, maka tidak akan sulit untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran. Begitu
pula sebaliknya, jika siswa merasa bosan
atau jenuh dalam belajar, maka kegiatan
belajar akan mengalami kendala dan tujuan
belajar akan sangat sulit dicapai.

Hasil wawancara dengan siswa :

- Belajar hanya ketika ada tugas atau


ulangan saja
- Tidak menyukai pelajarannya
- Orang tua kurang perhatian tentang
perkembangan belajar siswa
- Waktu dihabiskan untuk bermain HP

- Wawancara dengan guru mata pelajaran.


Kesimpulan : Yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa adalah :
- Minat terhadap mata pelajaran yang
sedang diikuti
- Lingkungan yang kondusif untuk
belajar.
- Dukungan atau motivasi dari
orangtua
Hasil wawancara dengan pakar :

Yang mempengaruhi motivasi belajar siswa:

Faktor internal : minat, kecerdasan,bakat


dan sikap
Faktor eksternal : lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat

Cara meningkatkan motivasi belajar :

– Tetapkan tujuan yang jelas


- Ciptakan suasana yang mendukung
- Temukan metode sendiri dalam belajar
- Manfaatkan media belajar
- Lakukan kebiasaan positif

3 Berdasarkan rekap Kajian literasi: Dari hasil kajian literatur


absen kelas VIII-7 1. Mervilde (1981) menyebutkan bahwa dan wawancara yang
bulan Agustus 2023, faktor yang menyebabkan seorang anak dilakukan maka didapatkan
tidak bersekolah adalah masalah
terdapat sebanyak 2 bahwa yang mempengaruhi
kesehatan, keuangan keluarga,
orang siswa dari 32 lingkungan sekolah yang buruk, siswa alpa adalah:
siswa yang paling penggunaan narkoba dan alcohol,
banyak alpa (tidak - Masalah kesehatan
masalah transportasi, sikap masyarakat
hadir tanpa yang berbeda terhadap pendidikan. - Keuangan keluarga
keterangan). Siswa - Lingkungan sekolah
“A” alpa sebanyak 3 2. Menurut Gokyer (2012) - Management diri
kali dan siswa “B” ketidakhadiran atau bolos bukan - Minat belajar
sebanyak 4 kali hanya gejala perasaan negatif siswa - Hubungan antara
tentang sekolah tetapi juga guru dan siswa
(BIDANG PRIBADI) bersumber dari berbagai alasan. - Management waktu
Ketidakhadiran biasanya didasarkan pada
hari absen sekolah yang terlewatkan,
Kehadiran dalam termasuk absen yang dimaafkan dan
pembelajaran tidak dimaafkan
diharapkan minimal
90% (maksimal 18 3. (Balfanz & Byrnes, 2012). Ubogu
hari alpa/tanpa (2004) mengatakan penyakit,
keterangan dalam satu kesulitan keuangan, usia, status
tahun) sosial, wilayah geografis, sikap
guru, pengelolaan sekolah yang
lemah, biaya pendidikan tinggi, dan
kondisi cuaca dapat menyebabkan
Gejala :
peserta didik absen.
Siswa alpa (absen 4. Menurut Dimyanti dan Mudjiono, (2015)
tanpa keterangan) keaktifan siswa dalam pembelajaran
lebih dari sekali dalam memiki bentuk yang beneka ragam, dari
sebulan kegiatan fisik yang mudah diamati
sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kegitan fisik yang dapat diamati
(BIDANG PRIBADI) diantaranya adalah kegiatan dalam
bentuk membaca, mendengarkan,
menulis, merekam dan mengukur.

Dapat disimpulkan bahwa ketidakhadiran


siswa disebabkan karena masalah kesehatan,
keuangan, kondisi cuaca, masalah
transportasi dan lingkungan sekolah yang
buruk.

Hasil wawancara dengan siswa :


Faktor yang menyebabkan ketidakhadiran
siswa di sekolah di antaranya adalah;

Hasil wawancara dengan guru BK :


Penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah,
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
(faktor internal), misalnya karena disiplin
diri dan motivasi belajar yang rendah,
Dari luar diri siswa (faktor eksternal),
misalnya lingkungan sekolah dan pergaulan
yang kurang kondusif juga lingkungan
keluarga yang tidak mendukung.

Hasil wawancara dengan pakar :


Faktor yang menyebabkan siswa tidak hadir
(alpa):
- Management diri yang kurang
- Management waktu yang rendah
- Kondisi kesehatan
- Minat belajar
- Hubungan antara guru dan siswa
- Metode pembelajaran kurang
menyenangkan
Kesimpulan dari hasil wawancara :
Siswa tidak hadir (alpa) karena .

Faktor internal :
- management diri yang kurang
- kondisi kesehatan
- minat belajar
- management waktu yang rendah

Faktor eksternal :
- Hubungan antara guru dan siswa yang
kurang baik
- Metode pembelajaran yang kurang
menyenangkan
- Ada pekerjaan tambahan

4 Berdasarkan hasil Kajian literasi : Dari hasil kajian literatur


AKPD didapatkan dan wawancara yang
data sebanyak 53% Dilansir dari laman dilakukan maka didapatkan
peserta didik kelas https://www.akurat.co/parenting/130231244 bahwa yang faktor yang
VIII-6 belum 4/Faktorfaktor-yang-Pengaruhi-Citacita- berperan dalam menentukan
mengetahui Anak cita-cita adalah pemahaman
cita – cita yang pasti Ada 3 faktor yang mempengaruhi cita-cita tentang diri sendiri, latar
anak, yakni : belakang orang tua, contoh
(BIDANG KARIR) dari lingkungan dan pola
- Latar belakang orangtua asuh.
Gejalanya:
Latar belakang orangtua cukup berpengaruh
-Ketika ditanya siswa dalam mendidik anak. Sebab, Ayah dan
tidak tahu mau jadi Bunda akan memberikan pengetahuan
apa secara sederhana kepada anaknya seperti apa
pekerjaan yang mereka jalani.
-Siswa juga tidak
mengetahui mengenai - Contoh dari orang di sekitar anak
berbagai profesi
Orangtua adalah panutan anak-anak di
ketika ditanya rumah. Orangtua menjadi contoh yang
pertama dan utama. Misalnya, Ayah yang
bekerja di kantor, memberikan contoh dari
sisi penampilan, kata-kata, sikap, dan
karakter yang menunjang profesi tersebut.
Anak pun mendapat gambaran laki-laki atau
wanita yang bekerja di kantor.

- Pola asuh

Sehubungan dengan cita-cita anak, biasanya


orangtua memberikan pengertian sederhana
tentang peran-peran yang ada di lingkungan
mereka.

Misalnya,saat anak melihat polisi di jalan,


anak akan bertanya siapa polisi. Setelah
orangtua menjelaskan apa itu polisi, anak
ingin menjadi polisi.

Ginzberg dkk (1951), di dalam fase tentatif


terdapat tahap minat, pada tahap ini anak
akan mengambil sikap terhadap sesuatu
yang disukai.
Pada tahap kemampuan, tahap ini anak
mulai menyadari akan kemampuan yang
terkait dengan pekerjaan

Menurut kajian Bilson,Simamora


(2001:219) mengemukakan bahwa
perencanaan karier dilakukan “untuk
membantu perkembangan siswa melalui
bantuan kepada setiap siswa untuk memilih
dan merencanakan menggunakan setiap
kesempatan dan sumber kemungkinan yang
tersedia di sekolah atau dalam pasaran kerja
dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa dalam


merencanakan cita – cita, peserta didik
perlu memahami dirinya terlebih dahulu
seperti bakat, minat, dan memperhatikan
nilai. Semakin dini peserta didik dapat
melakukan perencanaan karir diharapkan
kelak akan lebih mudah dalam menentukan
arah karir masa depan yang sesuai
potensinya.
Faktor lain yang berperan dalam menentukan
cita-cita adalah latar belakang orang tua,
contoh dari lingkungan dan pola asuh.

Hasil wawancara dengan peserta didik:


-Terbatasnya akses untuk pengembangan
bakat peserta didik
Peserta didik ingin mencari bermacam –
macam kegiatan tentang hal yang mereka
sukai
Peserta didik memiliki cita – cita masa
depan yang banyak dan bermacam – macam
Peserta didik menganggap cita – cita bisa
dipikirkan nanti setelah dewasa

hasil wawancara dengan rekan guru BK:


Peserta didik belum memiliki pemahaman
diri, dari
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki
Peserta didik sedang dalam masa ingin
mencoba banyak
hal
Peserta didik terlalu menyukai banyak hal
Peserta didik kurang memahami
pentingnya merencanakan
cita – cita sejak dini
Peserta didik belum memahami macam –
macam pekerjaan
pada zaman now

Kesimpulan dari hasil wawancara :


Peserta didik belum bisa menentukan cita –
cita masa depan karena kurang memahami
diri, baik itu potensi, bakat, dan minatnya.
Peserta didik juga kekurangan informasi
tentang pekerjaan di masa kini. Selain itu
sesuai pada tahap perkembangannya peserta
didik dalam usia remaja mempunyai
keinginan mencoba banyak hal baru,
sehingga belum bisa memutuskan fokus apa
yang ingin dikembangkan sebagai rencana
cita – citanya kelak
5. Berdasarkan hasil Kajian literasi : Dari hasil kajian literatur
AKPD didapatkan dan wawancara yang
data sebanyak 55,9% Menurut Costrie Ganes Widayanti (2009), dilakukan maka didapatkan
peserta didik kelas bahwa anak- anak yang melukai temannya bahwa :
VII-7 belum baik secara fisik ataupun psikis tanpa merasa  Bullying terjadi karena
memahami empati atau iba disebabkan: adanya perasaan berhak,
perilaku bullying fanatisme pada
1) Perasaan Berhak perbedaan, kemerdekaan
(BIDANG SOSIAL) Berkaitan dengan kekuatan dan kekuasaan untuk mengecualikan,
yang dimiliki anak untuk mengendalikan, adanya perilaku
mengontrol, bahkan menindas dan menyiksa diskriminatif di sekolah,
orang lain kurangnya pengawasan
Gejalanya: dari pihak sekolah,
2) Fanatisme pada perbedaan terdapat kesenjangan
-Siswa sering Perbedaan yang ada baik fisik, agama, ekonomi, pola
mengejek temannya kemampuan ekonomi, hingga kemampuan kedisiplinan
baik dari segi fisik akademik dipandang sebagai kelemahan yang kaku dan peraturan
maupun psikis yang tidak pantas untuk mendapatkan yang tidak konsisten.
penghargaan.
 Terjadinya perilaku
3) Suatu kemerdekaan untuk mengecualikan bullying sering diawali
Anak dengan leluasa dan bebas untuk dengan niatan bercanda,
mengkotak-kotakkan untuk memisahkan dengan saling
seseorang atau kelompok dari yang lain mengejek sesama teman.
dengan anggapan bahwa mereka tidak Peserta didik yang
sejajar dengan yang lain memiliki keunikan dalam
hal fisik akan menjadikan
bahan bully teman –
Ponny Retno Astuti (2008: 8) menyatakan teman yang lain.
bahwa sekolah yang biasanya terjadi kasus
bullying pada umumnya:

1) Di dalamnya terdapat perilaku


diskriminatif baik di kalangan guru maupun
siswa
2) Kurangnya pengawasan dan bimbingan
etika dari para guru dan petugas sekolah
3) Terdapat kesenjangan besar antara siswa
yang kaya dan miskin
4) Adanya pola kedisiplinan yang sangat
kaku
ataupun yang terlalu lemah
5) Bimbingan yang tidak layak dan
peraturan
yang tidak konsisten

Berdasarkan kajian literasi di atas dapat


disimpulkan bahwa masalah tindakan
bullying terjadi karena adanya perasaan
berhak, fanatisme pada perbedaan,
kemerdekaan untuk mengecualikan, adanya
perilaku diskriminatif di sekolah, kurangnya
pengawasan dari pihak sekolah, terdapat
kesenjangan ekonomi, pola kedisiplinan
yang kaku dan peraturan yang tidak
konsisten.

Hasil wawancara dengan peserta didik


penyebab perilaku
bullying adalah :
Sebagai bahan bercandaan atau hiburan
bagi teman yang
lain
Membalas perilaku bully yang dilakukan
teman
Teman yang biasanya melakukan bully
menganggap teman
yang lain lebih lemah
Teman yang mempunyai keunikan diri
biasanya menjadi
sasaran bully dari teman – temannya

Hasil wawancara dengan guru BK :


bullying adalah :
Lemahnya rasa empati peserta didik
terhadap sesama
teman
Faktor keluarga bukan hanya orangtua
tetapi dalam lingkup besar yaitu saudara
yang lain juga
Pelaku bullying kemungkinan besar
adalah korban bullying juga

Wawancara dengan pakar:


Bullying dapat menyebabkan gangguan
emosional dan mental pada korban. Seperti
kecemasan, depresi, stress dan kehilangan
kepercayaan diri, bahkan isolasi sosial,
perasaan kesepian dan penurunan kualitas
hidup secara keseluruhan

Kesimpulan dari hasil wawancara :


Terjadinya perilaku bullying sering diawali
dengan niatan bercanda, dengan saling
mengejek sesama teman. Peserta didik yang
memiliki keunikan dalam hal fisik akan
menjadikan bahan bully teman – teman yang
lain. Perilaku bullying yang terjadi masih
dalam tingkat yang ringan hingga sedang.
Bullying dapat menyebabkan gangguan
emosional dan mental pada korban.

Daftar Pustaka

Balfanz, R. & Byrnes, V. (2012). The importance of being in school: A report on absenteeism
in the nation's public schools. Education Digest: Essential Readings Condensed for Quick
Review, 78(2), 4-9.

Bilson, Simamora. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel,
Edisi Pertama, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ginzberg, E., Ginzburg, S. W., Axelrad, S., & Herma, J. L. (1951). Occupational choice.
newyork.

Hamidah, Nur, 2022, Analisis faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa sekolah
dasar negeri

Hamzah, 2021, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Buku
pendidikan hal; 28

Mulyadi. 2010. Diagnosa Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera

Nasution, Noehi, dkk. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi

Periantalo, J. (2016). Penelitian kuantitatif untuk psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai